HASIL Daerah Penyebaran Ular M. ikaheka

dokumen-dokumen yang mirip
DAERAH PENYEBARAN DAN VARIASI MORFOLOGI ULAR PUTIH (Micropechis ikaheka) DI PAPUA KELIOPAS KREY

PEMBAHASAN Taksonomi, Zoogeografi dan Habitat Ular M. ikaheka

DAFTAR PUSTAKA. Barker DG, Barker TT Phytons of the World. Volume ke-1, Australia. California: Advanced Vivarium Systems, Inc.

TINJAUAN PUSTAKA. Subordo : Serpentes Famili : Elapidae

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

USULAN SANCA BULAN Simalia boeleni (Brongersma, 1953) UNTUK MASUK DALAM DAFTAR SATWA LIAR YANG DILINDUNGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III METODE PENELITIAN

Keanekaragaman dan Ekologi Biawak (Varanus Salvator) di Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Idramayu

BAB III METODE PENELITIAN

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

REGISTER KERUSAKAN HUTAN AKIBAT PENCURIAN / PENEBANGAN LIAR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

METODE CEPAT PENENTUAN KERAGAMAN, KEPADATAN DAN KELIMPAHAN JENIS KODOK

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

E U C A L Y P T U S A.

RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014

II. Tinjauan Pustaka A. Papua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I GAMBARAN UMUM SEJARAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peranan Ekologi dan Potensi Lumut

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

Uji Organoleptik Ikan Mujair

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI & PITA LEBAR DI INDONESIA. Dadang Irawanto, Kasubdit Tatakelola Pitalebar, Direktorat Pengembangan Pitalebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

Transkripsi:

HASIL Daerah Penyebaran Ular M. ikaheka Ular M. ikaheka berhasil ditangkap pada beberapa lokasi pengamatan sebanyak 14 ekor. Selain itu, terdapat spesimen koleksi sebanyak 17 ekor yang dikoleksi pada Laboratorium Zoologi Universitas Negeri Papua (UNIPA) Manokwari, Laboratorium Herpetofauna Pusat Penelitian Biologi bidang Zoologi LIPI Cibinong dan Conservation International Indonesia (CII) Papua Jayapura. Analisis berikutnya berdasarkan total 31 ekor yang ada. Penyebaran ular M. ikaheka di Papua menurut Rooij (1917) adalah tersebar di Manokwari (Pulau Mansinan, Gunung Arfak, Andai), Pulau Yapen, Waropen, Sorong, Fak Fak, Mimika dan Sungai Lorentz, Pulau Numfor (Pulau Mios Noom) dan beberapa tempat lainnya (Lampiran 4). Selanjutnya O Shea (1996) menambahkan daerah penyebaran ular M. ikaheka meliputi beberapa wilayah di daratan utama (mainland) dan beberapa pulau di utara dan tenggara Papua sampai Papua New Guinea. Dalam penelitian ini, lokasi penemuan ular M. ikaheka meliputi daerah Manokwari, Tanah Merah, Waropen, Mindiptana, Mamberamo, Jayawijaya dan beberapa pulau yaitu Pulau Waigeo, Salawati, Batanta dan Pulau Yapen (Gambar 4 dan 5). Gambar 4 memperlihatkan bahwa kelompok ular M. ikaheka dengan warna yang bervariasi menempati beberapa tempat yang terpisah dan menunjukkan adanya daerah penyebaran yang spesifik. Ular M. ikaheka kelompok pertama (warna sisik hitam), hanya ditemukan di Pulau Waigeo dan Batanta Kepulauan Raja Ampat, sedangkan kelompok kedua (warna sisik kuning) ditemukan pada daerah yang lebih luas mulai dari Sorong, Manokwari hingga Pulau Waigeo, Batanta dan Pulau Salawati. Kelompok ketiga (warna pigmen sisik coklat) tersebar lebih luas dari kelompok pertama dan kedua yakni mulai dari Pulau Yapen, dataran rendah Waropen, Mamberamo, Mindiptana, dataran tinggi Lembah Baliem sampai daerah Negara tetangga Papua New Guinea. Distribusi ular M. ikaheka di PNG dapat dilihat pada lampiran 5.

17 Keterangan : = Daerah sebaran ular M. ikaheka hitam = Daerah sebaran ular M. ikaheka kuning = Daerah sebaran ular M. ikaheka coklat Perpaduan garis kuning dan coklat adalah transisi antara ular M. ikaheka kuning dan coklat Gambar 4 Penyebaran ular M. ikaheka di Papua berdasarkan kelompok warna sisik Penelitian ini juga menemukan satu individu ular M. ikaheka yang menunjukkan warna transisi antara kelompok kuning dan coklat (deskripsi mengenai pola warna sisik ditelaah dalam sub bab selanjutnya). Daerah LNG site Tanah Merah merupakan lokasi penemuan individu dengan warna transisi ini. Gambar 4 menunjukkan juga beberapa lokasi yang tidak ditemukan ular M. ikaheka, tetapi masyarakat setempat (wawancara) sering menemukan ular ini ketika mereka sedang berburu atau membuka dan membersihkan lahan pertanian. Hasil wawancara ini juga diperkuat dengan nama bahasa daerah setempat yang diberikan bagi ular ini, misalnya di daerah Kebar (ketinggian 585 m dpl) disebut

18 Kubik dan di Pulau Numfor (ketinggian 20 m dpl) disebut Ikak epyoper. Nama lokal ini menunjukkan penyebaran ular M. ikaheka pada daerahdaerah tersebut. (a) (b) Gambar 5 Penyebaran ular M. ikaheka di Pulau Waigeo (a), Batanta dan Pulau Salawati (b) Di daerah Minyambow dan Pitohui tidak ditemukan ular M. ikaheka. Minyambow adalah dataran tinggi (ketinggian 17002023 m dpl), sedangkan daerah Pitohui adalah areal hutan mangrove dengan hutan transisi yang selalu terendam air dan juga terdapat rawa yang ditumbuhi Nipa dan beberapa tumbuhan lainnya. Masyarakat Minyambouw mengenal ular M. ikaheka dengan nama lokal

19 Hinokofu. Mereka sering menggunakan minyak dari lemak ular ini sebagai obat tradisional, tetapi untuk mendapatkan ular tersebut mereka harus mencari ke tempat yang lebih rendah seperti di daerah Warmare (ketinggian 305 m dpl). Habitat, Iklim dan Kebiasaan Hidup Semua ular M. ikaheka dalam penelitian ini tersebar pada hutan dataran rendah mulai dari ketinggian 5 305 meter di atas permukaan laut (Tabel 1). Tabel 1 Lokasi penemuan ular M. ikaheka berdasarkan kelompok warna Lokasi Pengamatan Kelompok Warna H K C Koordinat GPS Ketinggian (m dpl) Pulau Waigeo : Waifoi (Sungai Kamtabai) Lopintol (S. Bayon) Urbinasopen ( S. Mamdifu) Keterangan : * : Transisi antara ular M. ikaheka Kuning dan Coklat H : Hitam K : Kuning C : Coklat S 00 0 05,970 E 130 0 45,642 S 00 0 18,999 E 130 0 51,542 S 00 0 20,219 E 131 0 15,544 Pulau Batanta : Wailebet (S. Yakut) S 00 0 53,744 E 130 0 38,498 13 Pulau Salawati (S. Webya) S 00 0 57,383 E 130 0 47,060 25 Manokwari : Oransbari (S. Muari) Saukorem (S. Wepay) Nuni (S. Nuni) Gunung Meja Andai (Perkebunan Kakao) Prafi (Perkebunan Sawit) S 01 0 20 55.3 E 134 0 11 19.8 S 00 0 44 45.3 E 133 0 23 33.9 S 00 0 46 09.2 E 133 0 58 57.0 S 00 0 50 51,5 E 134 0 4 24,7 S 00 0 55 902 E 134 0 0 557 S 01 0 00 03.0 E 134 o 00 05.0 LNG site Tanah Merah * * S 02 0 28 31,4 E 133 0 8 23.2 49 Waropen (S. Noau) S 02 0 04 57.1 E 137 0 27 32.1 22 Spesimen Koleksi Pulau Yapen : Warironi S 01 0 51 456 E 136 0 32 909 5 Mindiptana (Ingembit) S 5 0 38 33 E 141 0 Mamberamo (Marina valen) Jayawijaya : Kelila Lembah Baliem Sorong (Jamursbamedi) 50 5 15 276 34 24 155 36 305

20 Pengamatan di hutan pegunungan menengah Minyambouw sekitar Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari (ketinggian 17002023 m dpl), tidak menemukan ular M. ikaheka. Suhu malam hari (sekitar 19 0 C) dan siang hari (24 0 C) yang dingin menjadi faktor pembatas bagi kehidupan ular M. ikaheka dan beberapa jenis reptil lainnya. Selama penelitian berlangsung, ular M. ikaheka teramati hidup dan menghuni lantailantai hutan. Mereka memanfaatkan berbagai mikrohabitat sebagai tempat beraktifitas. Pada saat penelitian, beberapa ular M. ikaheka teramati sedang berada di atas serasah dengan kepala yang dimasukkan ke bawah serasah. Kondisi ular seperti ini mungkin menunjukkan bahwa mereka sedang menangkap mangsa. Beberapa ekor juga teramati sedang berada di dalam gundukan tanah, dalam batang pohon palem yang tumbang, pada celah batu, di bawah banir dan di bawah batang pohon yang tumbang serta di antara semak. Ular M. ikaheka yang menghuni areal perkebunan kakao, sawit, dan kebun campuran, dijumpai pada semak dan di bawah tumpukan daun maupun ranting yang dibuang oleh para petani. Areal perkebunan umumnya memiliki lantai datar dan banyak semak yang sangat mendukung kehidupan ular M. ikaheka. Gambar 6 memperlihatkan ular M. ikaheka yang tertangkap pada serasah dan semak pada kebun campuran di Manokwari. Gambar 6 Ular M. ikaheka yang tertangkap di serasah dan semak pada kebun campuran di Manokwari

21 Pada areal ini hidup beberapa jenis kadal seperti Emoia caeruleucauda, Sphenomorpus simus dan jenis kadal lainnya yang menjadi salah satu sumber makanan ular M. ikaheka. Dalam perut salah satu individu ular M. ikaheka ditemukan seekor kadal S. simus (Gambar 7). Gambar 7 Kadal Sphenomorpus simus ditemukan dalam perut ular M. ikaheka Lokasi penelitian di Pulau Waigeo (ketinggian 5 50 m dpl), Batanta (13 m dpl) dan Salawati (25 m dpl) memiliki tipe vegetasi hutan hujan dataran rendah dengan topografi yang datar hingga berbukit. Beberapa famili tumbuhan yang umum dan sering dijumpai adalah Combreataceae, Cycadaceae, Sapindaceae, Moracaeae, Dafisdaceae, Rutaceae dan Arecaceae (identifikasi vegetasi oleh Herbarium Bogoriense). Suhu pada siang hari berkisar antara 27 32 0 C dan suhu pada malam hari berkisar antara 23 26 0 C. Pada saat penelitian musim hujan sedang berlangsung sehingga keadaan iklim mikro mempunyai suhu yang cukup rendah. Suhu ratarata/tahun menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sorong dalam lima tahun terakhir (20012005) adalah 27,4727,93 0 C. Daerah penelitian Manokwari, Tanah Merah dan Waropen juga memiliki tipe vegetasi hutan dataran rendah dengan ketinggian tempat lokasi penelitian 22 305 m dpl. Suhu siang hari antara 2832 0 C sedangkan malam hari 2628 0 C. Suhu ratarata/pertahun menurut BMG Manokwari dalam lima tahun terakhir (2001 2006) adalah 26,8827,56 0 C. Vegetasi pada daerah ini umumnya dari famili Fabaceae, Sapindaceae, Sapotaceae, Dipterocarpaceae, Dafisdaceae, Convaevulaceae, Hernandiaceae, Moraceae, Araucariaceae dan beberapa famili lainnya (identifikasi vegetasi oleh Herbarium Manokwarinse, Universitas Negeri Papua).

22 Sisik : Pola Warna dan Jumlah Pengamatan spesimen ular M. ikaheka menunjukkan adanya beberapa variasi warna sisik yang secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok warna (Gambar 8). Pola warna pertama adalah hitam keabuan, pola warna kedua kuning atau krem sedangkan pola warna ketiga adalah coklat kekuningan. (a) (b) (c) Keterangan : a Spesimen dari Pulau Waigeo dan Pulau Batanta b Spesimen dari Manokwari, Sorong, Waigeo, Batanta, Salawati dan Tanah Merah c Spesimen dari Jaya Wijaya Gambar 8 Individu dewasa M. ikaheka dengan variasi warna sisik Kelompok pertama (Gambar 8a) meperlihatkan pigmen sisik yang hitam keabuabuan pada bagian dorsal hingga lateral tubuh. Pigmen warna ini tersebar dari bagian kepala hingga ujung ekor. Pada bagian ekor, pigmentasi ini berlanjut hingga sisik subcaudal. Pigmen sisik ventral lebih terang, dengan noktahnoktah coklat keabuan yang tidak merata pada setiap sisik (kecuali pada sisik mulai dari

23 batas leher hingga ujung sisik mental, seluruhnya tertutup oleh pigmen coklat keabuan). Kelompok kedua (Gambar 8b) memiliki warna pigmen sisik bagian kepala dan ujung ekor sama dengan warna dorsal kelompok pertama. Namun, pada kelompok kedua hampir setengah bagian dari tubuh (mulai dari leher hingga pertengahan bagian tubuh) ditutupi pigmen kuning atau krem. Warna pigmen sisik subcaudal lebih terang dengan noktah coklat keabuan seperti pada warna pigmen sisik ventral kelompok pertama. Kelompok ketiga (Gambar 8c) memiliki pola warna pigmen sisik dorsal yang berwarna coklat kekuningan dengan pitapita lebih gelap sepanjang tubuh. Jarak antar pitapita ini ke arah posterior semakin dekat hingga ujung ekor yang lebih gelap. Penelitian pada daerah Tanah Merah berhasil menemukan ular M. ikaheka (Gambar 9) yang menunjukkan warna transisi antara kelompok kuning dan coklat. Ular M. ikaheka ini memiliki warna sisik yang sangat sama dengan kelompok kedua, tetapi terdapat pita yang lebih gelap pada pertengahan tubuh hingga ke arah ekor seperti yang dimiliki ular M. ikaheka kelompok ketiga. Semua kelompok ular M. ikaheka baik dewasa maupun juvenil memiliki sisik melingkar tubuh (dorsal at midbody) sebanyak 15 sisik dengan pola permukaan sisik halus atau tidak berlunas. Jumlah sisik ventral (SV) sebanyak 174190 dan sisik subcaudal sebanyak 3448. Semua individu memiliki sisik labial atas (supralabial) sebanyak 6/6 di mana sisik ke 3 dan 4 kontak dengan mata, sisik labial bawah (infralabial) sebanyak 6/6, sisik di belakang mata (post ocular) 2/2 dan sisik di depan mata (preokular) 1/1. Keping anal (anal plate) berpasangan. Sisik loreal (loreal scales) tidak ada (Lampiran 3).

24 Gambar 9 Ular M. ikaheka asal Tanah Merah (Lokasi LNGsite) Ukuran Tubuh Ular M. ikaheka memiliki bentuk tubuh yang gemuk dan juga memiliki ekor yang relatif pendek. Batasan kepala dan leher berbeda sedikit dengan kepala yang lebih luas dari leher. Mata ular ini sangat kecil dengan pupil yang bulat. Deskripsi ini sama seperti deskripsi dalam O Shea (1996) dan Rooij (1917). Data meristik dan beberapa ukuran bagian tubuh dari ketiga kelompok ular M. ikaheka dewasa berdasarkan spesimen yang ditemukan dan spesimen koleksi ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 memperlihatkan ukuran tubuh (UMK dan PE) tidak berhubungan dengan jumlah sisik (SC maupun SV).

25 Tabel 2 Data meristik dan ukuran tubuh tiga kelompok ular M. ikaheka dewasa Kode Lokasi UMK PE PTT SC SV Spesimen [Sex] Pengamatan (cm) (cm) (cm) Hitam 3011 [E] Waifoi 45 187 106 15 121 7721 [E] Wailebet 40 182 115 14,8 129,8 7748 [E] Wailebet 41 183 101,6 13,4 115 Mode Kuning TM* [E] Tanah Merah 46 188 113,6 17,6 131,2 7803 [E] Webya 46 180 119 16,4 135,4 7801 [E] Webya 48 181 87,9 13,1 101 7750 [C] Webya 46 183 83,5 12,1 95,6 7802 [C] Webya 45 174 74,5 11,7 86,2 6326 [C] Andai 45 177 69 12,5 81,5 6327 [C] Prafi 45 184 78,7 13,2 91,9 6343 [C] Nuni 44 184 101 15,5 116,5 6342 [C] Gunung Meja 42 179 75 13 88 GM2 [C] Gunung Meja 44 181 74 13,5 87,5 GM3 [C] Gunung Meja 47 182 131 20,2 151,2 OB [C] Oransbari 34 174 75 13,3 88,3 2371 [C] Jamursbamedi 48 186 112 16,7 128,7 453** Irian 35 180 102,5 12 114,5 351** Irian 45 174 92,2 11,5 103,7 Mode 45 174 Coklat 2197 [E] Kelila 38 189 122,2 12,8 135 9810 [C] Marina Valen 39 190 138 15,7 153,7 7948 [C] Noau 39 186 136 15,5 151,5 2039 [C] Lembah Baliem 47 176 65 10,3 75,3 Mode 39 Keterangan : * : Warna Transisi antara ular M. ikaheka Kuning dan Coklat ** : Tidak ada data jenis kelamin dan lokasi yang pasti SC : Sisik subcaudal; SV : Sisik ventral; UMK : Panjang ujung mulutkloaka; PTT : Panjang total tubuh; PE : Panjang ekor Terdapat sedikit perbedaan antar setiap individu dalam hal ukuran panjang UMK dan PE terhadap jumlah sisik. Beberapa individu dengan ukuran tubuh yang lebih panjang memiliki jumlah sisik lebih sedikit dari pada individu dengan ukuran tubuh yang lebih pendek, dan juga sebaliknya bahkan terdapat individu dengan ukuran tubuh yang lebih besar memiliki jumlah sisik yang sama dengan

26 individu yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil. Misalnya individu (GM3) dengan PE terpanjang (20,2 cm) memiliki jumlah sisik subcaudal sama dengan individu (2039) dengan PE terpendek (10,3 cm) yakni sebanyak 47. Pada bagian ventral juga terlihat bahwa individu (6327) dengan panjang UMK 78,7 cm memiliki sisik ventral sebanyak 184 sama dengan individu (6343) dengan panjang UMK 101 cm. Data pada Tabel 2 juga menunjukkan bahwa jenis kelaminpun tidak berhubungan dengan jumlah sisik. Individu juvenil (Tabel 3) juga memiliki jumlah sisik ventral dan subcaudal yang bervariasi dan sisiksisik tersebut jumlahnya sama dengan beberapa individu dewasa. Tabel 3 Data meristik dan ukuran tubuh dari ular M. ikaheka juvenil Kode Spesimen Kuning Asal Spesimen SC SV UMK PE PTT 3226 Manokwari 46 179 53,8 8,2 62 3008 Lopintol 39 180 26,6 4 30,6 7724 Wailebet 42 181 29,2 5,7 34,9 6495 Saukorem 46 177 46 7 53 6498 Saukorem 45 182 47 8 55 7625 Urbinasopen 45 184 32,7 6,3 39 7723 Urbinasopen 43 183 31,8 4,9 36,7 Mode 45, 46 Coklat 1453 Mindiptana 44 182 21,3 4,2 25,5 JP Pulau Yapen 40 183 27,1 3,8 30,9 Mode Keterangan : SC : Sisik subcaudal; SV : Sisik ventral; UMK : Panjang ujung mulutkloaka; PTT : Panjang total tubuh; PE : Panjang ekor Hasil analisis ukuran tubuh pada jenis kelamin ular M. ikaheka (Tabel 4) menunjukkan bahwa ular jantan dan betina memiliki ukuran tubuh yang tidak berbeda nyata (P>5%). Ukuran tubuh semua kelompok warna (Tabel 5) juga menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>5%).

27 No. Tabel 4. Perbedaan ukuran tubuh pada jenis kelamin. Probabilitas (P>5 %) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata Ukuran Bagian Tubuh 1. PTT (mean + Stdev) E (n=7) Jenis Kelamin C (n=13) t Probabilitas (%) 124.06 + 12.62 107.38 + 29.17 1.353 19.3 2. UMK 109.33 + 11.83 93.28 + 27.00 1.483 15.5 3. PE 14.729 + 1.791 14.092 + 2.586 0.577 57.1 4. PK 4.0157 + 0.477 3.8500 + 0.981 0.417 68.1 5. LK 2.5300 + 0.398 2.2931 + 0.669 0.852 40.5 6. DTB 2.9680 + 0.255 2.4527 + 0.843 1.317 20.9 7. DPE 1.3560 + 0.175 1.1364 + 0.264 1.68 11.5 8. JMH 0.7000 + 0.044 0.5827 + 0.134 1.879 8.12 9. JMM 1.5680 + 0.141 1.2473 + 0.343 1.983 6.74 10. JMUM 1.2340 + 0.131 0.9818 + 0.286 1.853 8.5 Tabel 5 Perbandingan nilai ratarata ukuran tubuh ketiga kelompok warna No. 1. Ukuran Bagian Tubuh PTT (mean + Stdev) Hitam (n=3) Warna Kuning (n=13) Coklat (n=4) 121.93 + 7.44 106.38 + 23.22 128.88 + 36.68 2. UMK 107.53 + 6.83 91.86 + 20.82 115.30 + 34.26 3. PE 14.400 + 0.872 14.523 + 2.541 13.575 + 2.553 4. PK 3.8933 + 0.504 3.8092 + 0.787 4.2400 + 1.227 5. LK 2.3567 + 0.464 2.2938 + 0.560 2.6575 + 0.812 6. DTB 2.7650 + 0.077 2.6118 + 0.847 2.5200 + 0.717 7. DPE 1.2700 + 0.212 1.1982 + 0.272 1.1867 + 0.309 8. JMH 0.6750 + 0.021 0.5991 + 0.134 0.6567 + 0.138 9. JMM 1.4600 + 0.056 1.3145 + 0.357 1.3933 + 0.380 10. JMUM 1.1800 + 0.028 1.0173 + 0.283 1.1400 + 0.346