BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,


BAB 1 PENDAHULUAN. dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada pasien kanker amputasi dilakukan sebagai prosedur menyelamatkan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Stroke merupakan keadaan ketika ada iskemia (aliran darah tidak adekuat) menuju bagian otak atau perdarahan di dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak (Lewis, 2011). Stroke disebabkan oleh perubahan suplai darah normal ke otak (Workman, 2009). Stroke disebut juga serangan otak, akibat gangguan sirkulasi otak yang terjadi secara mendadak pada salah satu atau lebih pembuluh darah yang memperdarahi otak. WHO memprediksi, kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker, yaitu kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030. Data di Amerika Serikat menunjukkan, kejadian baru stroke tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke (WHO, 2011). Stroke menjadi semakin penting, karena bukan saja menjadi masalah bagi negara-negara maju tetapi juga bagi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia, menempati urutan ke 10 prevalensi stroke tertinggi di Indonesia. Prevalensi 1

2 stroke di Sumatera Barat diperkirakan sebesar 7,4 per mil (Riskesdas, 2013). Cukup tingginya angka prevalensi stroke di Sumatera Barat menjadi perhatian pemerintah, diwujudkan dengan didirikannya Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) di Bukittinggi. Kecenderungan peningkatan penyakit stroke di Sumatera Barat ini diduga berkaitan dengan kecendrungan mengkonsumsi makanan yang berlemak, bersantan dan berkolesterol tinggi. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit, sebagian besar penderita stroke kembali ke rumah (Jeong et al., 2015). Perawatan di rumah sangat bermanfaat dalam masa transisi setelah klien pulang dari perawatan di rumah sakit rehabilitasi. Sebagian besar pasien pasca stroke akan mengalami gejala sisa yang sangat bervariasi, dapat berupa gangguan mobilisasi atau gangguan motorik, gangguan penglihatan, gangguan bicara, gangguan menelan, perubahan emosi, dan gejala lain (Junaidi, 2011). Menurut Joan et al., (2014), separuh dari orang yang berhasil melewati stroke berada dalam kondisi cacat permanen dan mengalami kekambuhan dalam hitungan minggu, bulan dan tahun. Keadaan ini mengakibatkan penderita stroke memerlukan bantuan dari pelaku rawat atau caregiver dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pelaku rawat dibagi menjadi pelaku rawat informal dan pelaku rawat formal. Pelaku rawat informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa di bayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan pelaku rawat formal adalah pelaku rawat yang

3 merupakan bagian dari sistem pelayanan, baik di bayar maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009). Pada umumnya peran pelaku rawat ini dilakukan oleh pelaku rawat informal (pasangan, anak, teman dekat) merupakan orang yang berperan untuk memberikan perawatan kepada penderita stroke (Ogunlana et al., 2014). Pelaku rawat didefinisikan secara formal oleh Pearlin et al., (2003) yang berasal dari kata to care, yang berarti merawat, adanya suatu komitmen sikap dan perilaku yang mengacu kepada orang yang memberi perhatian pada orang yang sakit terkait hubungan kekeluargaan. Jumlah pelaku rawat semakin meningkat untuk manajemen jangka panjang penderita stroke. Pelaku rawat berperan dalam mengatasi gangguan fisik yang dialami meliputi gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) seperti makan, mandi, berpakaian serta BAB dan BAK, serta gangguan psikologis meliputi kesulitan komunikasi, kognitif, perubahan tingkah laku dan masalah emosional. Pelaku rawat yang merawat penderita stroke mempunyai pengalaman tekanan psikologis seperti stress dan khawatir, kelelahan serta mengalami keterbatasan interaksi dengan lingkungan luar karena harus menemani dan merawat keluarganya yang menderita stroke. Stroke terjadi secara tiba-tiba dan tidak bisa diprediksi yang mengakibatkan ketidaksiapan pelaku rawat (Ogunlana et al., 2014). Ketidaksiapan ini mengakibatkan banyak dari pelaku rawat yang tidak mampu mengantisipasi masalah dalam menjalankan perannya dan berdampak terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial dan

4 lingkungan yang merupakan bagian dari kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai dimana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standar dan perhatian. Hal ini merupakan konsep yang luas yang mempengaruhi kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat ketergantungan, hubungan sosial, keyakinan personal dan hubungannya dengan keinginan di masa yang akan datang terhadap lingkungan mereka (WHO, 2004). Kualitas hidup bersifat multidimensi yang meliputi dimensi kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan. Aspek yang dinilai dalam kesehatan fisik meliputi energi dan kelelahan, nyeri dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, pergerakan, aktivitas sehari-hari, ketergantungan terhadap substansi obat dan bantuan medis serta kemampuan bekerja. Pelaku rawat penderita stroke mengalami dampak pada kesehatan fisik seperti merasa kelelahan, kurang istirahat. Aspek yang dinilai dalam kesehatan psikologis meliputi gambaran diri dan penampilan, perasaan negatif, perasaan positif, konsep diri, berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi, spiritual, agama dan keyakinan personal. Pelaku rawat penderita stroke mengalami dampak pada kesehatan psikologis seperti merasa cemas dan khawatir dan merasa tertekan memikirkan antara merawat penderita stroke dengan melakukan pekerjaan. Aspek yang dinilai dalam hubungan sosial meliputi hubungan personal, dukungan sosial dan aktivitas

5 seksual. Pelaku rawat penderita stroke mengalami dampak pada hubungan sosial seperti kualitas hubungan sosial yang berkurang. Aspek yang dinilai dalam lingkungan meliputi sumber finansial, kebebasan, keselamatan dan keamanan, perawatan kesehatan dan sosial, kemudahan akses dan kualitas, lingkungan kesehatan, kesempatan untuk mendapatkan informasi dan keterampilan, partisipasi dalam kesempatan rekreasi dan waktu luang serta lingkungan fisik (polusi, bising, lalu lintas, cuaca dan transportasi). Pelaku rawat penderita stroke mengalami dampak pada lingkungan seperti adanya masalah keuangan dalam biaya perawatan penderita stroke (Hung et al., 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Cramn et al., (2011), didapatkan hasil bahwa pelaku rawat penderita stroke memiliki kualitas hidup yang buruk. Saat merawat penderita stroke, khususnya dengan kondisi keterbatasan atau kecacatan akan mempengaruhi kualitas hidup pelaku rawat (Hung et al., 2012). Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa dalam merawat penderita stroke akan mempengaruhi kualitas hidup pelaku rawat. Kualitas hidup pelaku rawat sangat dipengaruhi oleh faktor beban pelaku rawat (Nir et al., 2009). Stroke menimbulkan beban kepada orangorang disekitarnya, pada umumnya beban dirasakan oleh pelaku rawat utama (Caplan, 2009). Stuart (2013) juga mengungkapkan bahwa pengalaman pelaku rawat dalam merawat klien yang sakit akan menimbulkan beban.

6 Penelitian McPherson et al., (2011), didapatkan hasil bahwa pelaku rawat memiliki tingkat kualitas hidup yang buruk, merawat penderita stroke yang memiliki banyak keterbatasan fungsi tubuh dan beban pelaku rawat berhubungan dengan kualitas hidup pelaku rawat. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian M.O.Ogunlawa et al., (2014), didapatkan hasil bahwa pelaku rawat penderita stroke mempunyai kualitas hidup yang buruk dan memiliki beban yang berat. Menurut Jeong et al., (2015), beban pelaku rawat merupakan istilah yang menggambarkan respon fisik, emosi dan finansial dari pelaku rawat terhadap perubahan dalam menyediakan bantuan untuk seseorang yang mengalami gangguan fisik atau psikologis. Menurut Gbiri et al., (2015), 60,8% pelaku rawat merasakan beban dalam merawat penderita stroke dan mempengaruhi kesehatan pelaku rawat. Stroke menimbulkan beban kepada orang-orang disekitarnya, pada umumnya beban dirasakan oleh pelaku rawat utama (Caplan, 2009). Data dan fakta dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa beban merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas hidup pelaku rawat. Data dari RSSN Bukittinggi pada tahun 2016 didapatkan bahwa pasien stroke yang melakukan rawat jalan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tahun 2014 adalah 1.478 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 1.570 orang. Data tersebut menunjukkan peningkatan kunjungan penderita stroke di Poliklinik RSSN Bukittinggi (Rekam Medis RSSN

7 Bukittinggi). Hal ini membuktikan banyaknya penderita stroke yang dirawat oleh pelaku rawat di rumah. Berdasarkan studi pendahuluan di Poliklinik RSSN Bukitinggi pada tanggal 22 April 2016, peneliti mewawancarai 10 pelaku rawat, 4 dari 10 pelaku rawat mengeluhkan adanya masalah dalam merawat klien seperti masalah keuangan yaitu biaya untuk akomodasi berobat, 4 dari 10 pelaku rawat merasa tertekan memikirkan antara merawat penderita stroke dengan melakukan pekerjaan, 5 dari 10 pelaku rawat merasa khawatir dengan keadaan penderita stroke serta 6 dari 10 orang pelaku rawat sering mengeluh lelah dan kehabisan waktu dalam merawat keluarganya yang sakit dan kualitas hubungan sosial yang berkurang. Keadaan ini tentu memberikan dampak terhadap fisik, psikologis, sosial dan lingkungan yang akan mempengaruhi kualitas hidup pelaku rawat penderita stroke. Perhatian kepada pelaku rawat sangat penting karena keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien stroke tidak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan pelaku rawat yang mendampingi selama hampir 24 jam dalam memberikan perawatan dan memberikan dukungan emosional. Pelaku rawat juga berperan untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke serta stroke berulang. Apabila pelaku rawat mengalami masalah seperti masalah kesehatan, ini akan berpengaruh kepada penderita stroke karena penderita stroke bergantung kepada pelaku rawat. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan

8 Beban Dengan Kualitas Hidup Pelaku Rawat Penderita Stroke di Poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Apakah ada Hubungan Beban Dengan Kualitas Hidup Pelaku Rawat Penderita Stroke di Poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban dengan kualitas hidup pelaku rawat penderita stroke di Poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi beban pelaku rawat penderita stroke di Poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016 b. Mengidentifikasi kualitas hidup pelaku rawat penderita stroke di Poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016 c. Mengidentifikasi hubungan beban dengan kualitas hidup pelaku rawat penderita stroke di Poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016

9 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi profesi keperawatan Sebagai tambahan pengetahuan untuk dunia keperawatan, agar perawat mengetahui hubungan beban dengan kualitas hidup pelaku rawat penderita stroke. 2. Bagi Penulis Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis tentang hubungan beban dengan kualitas hidup pelaku rawat penderita stroke. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini menjadi bahan contoh dalam pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut. 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai data awal untuk penelitian lainnya dengan konsep yang sama.