PERKEMBANGAN KONSEP KOREOGRAFI TARI KARNA TINANDHING

dokumen-dokumen yang mirip
D. Bagian Beksan IV Pola-pola geraknya adalah : Ukel kembar tumpang tali indriya,tawig kiri trap jamang, berdiri, besut, tanjak kanan

MATERI KULIAH TARI YOGYAKARTA 2. Oleh : Kuswarsantyo

Mengenal Tari Golek Asmarandhana Bawaraga Gaya Yogyakarta

DASAR TARI 1. DASAR TARI 1 Oleh : Gusyanti. Semester I. XI Semester I. Oleh : Gusyanti. Untuk SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR TARI 1. DASAR TARI 1 Oleh : Gusyanti. Semester I. XI Semester I. Oleh : Gusyanti. Untuk SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN FUNDAMENTAL TEMA METODE TRANSFORMASI KAIDAH ESTETIS TARI TRADISI GAYA SURAKARTA. Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

PERANAN OTORITAS ESTETIS PADA TARI GOLEK LAMBANGSARI DI PURA MANGKUNEGARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Deskripsi Karya Tari. Tayub Golong Gilig. Ditampilkan pada acara ASEAN EXPO 3-4 September 2013 Di Nanning, Guangzhi, Tiongkok.

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI Alamat: Karangmalang, Yogyakarta (0274) , Fax. (0274) http: //

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI Alamat: Karangmalang, Yogyakarta (0274) , Fax. (0274) http: //

DIKTATT TARI SURAKARTA IV

: mempraktikan tari tradisional tari zapin dengan menggunakan pola lantai dan. No. Ragam Nama gerak Hit Uraian gerak 1. Masuk awal

JURUSAN PENDIDIKN SENI TARI Alamat: Karangmalang, Yogyakarta (0274) , Fax. (0274) http: //

TARI TRADISI GAYA SURAKARTA PUTRI (Srimpi, Pasihan, Gambyong, Wireng Pethilan)

TARI KURDHA WANENGYUDA

TARI MANGESTHI DALAM RANGKA DISKUSI DAN PELUNCURAN BUKU THE POLITIC OF OPENING CEREMONY

TARI GAYA SURAKARTA PUTRI KARYA KEPENARIAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA KULIAH : TEKNIK TARI II

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI Alamat: Karangmalang, Yogyakarta (0274) , Fax. (0274) http: //

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

Materi KULIAH TEKNIK TARI I. Oleh Kuswarsantyo

TARI GAGAH GAYA SURAKARTA (Wireng, pethilan, gandrungan, dan fragmen)

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT WORK SHOP TARI GOLEK MENAK GAYA YOGYAKARTA DI TAMAN MINI INDONESIA INDAH JAKARTA

MAKNA ETIS DAN ESTETIS TARI ADANINGGAR KELASWARA

BAB IV PENUTUP. kulit purwa yaitu Wisnu Ratu, Arjunasasra lahir dan Sumantri Ngenger.

Work Shop Tari Golek Menak Gaya Yogyakarta di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, 2005.

ANALISIS OPERASI VEKTOR DAN KOMBINASI LINEAR DALAM POLA TARI GAMBYONG PAREANOM

4. Simbol dan makna tari

GARAP SUSUNAN TARI TRADISI SURAKARTA PADA TARI RETNA TAMTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan hasil cipta dan karsa manusia yang meliputi ilmu

KEPENARIAN TOKOH SRIKANDHI DALAM KARYA TARI SRIKANDHI SENOPATI (Gubahan Nanuk Rahayu)

Materi Kuliah TARI YOGYAKARTA I. (Oleh : Kuswarsantyo)

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA KULIAH : TARI SURAKARTA II

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

RIAS BUSANA TOKOH ADANINGGAR DALAM TARI ADANINGGAR KELASWARA GAYA SURAKARTA SKRIPSI

BAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya.

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DIKTAT TEKNIK TARI. Oleh : Dra. Wenti nuryani. Jurusan Seni Drama Tari dan Musik Program Studi Pendidikan Seni Tari FBS Universitas Negeri Yogyakarta

TARI PUTRI GAYA SURAKARTA (Wireng, Pethilan, Pasihan, Gambyong dan Srimpi) KARYA SENI KEPENARIAN

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM KESENIAN REOG

ARTIKEL PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 2011

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

3. Karakteristik tari

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI Alamat: Karangmalang, Yogyakarta (0274) , Fax. (0274) http: //

ESTETIKA KESENIAN DANGSAK WATULAWANG Ari Setyawati

TARI SESAJI PANGENTAS BILAHI SUDRA TINGAL. Sesaji Pangentas Bilahi Sudra Tingal Dance

Mengapresiasi Potensi Seni (Tayub) di Lingkungan Masyarakat. Oleh : Drs. DARYANTO, M.Sn. WIDYAISWARA PPPPTK SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA.

MENGAMATI RAGAM GERAK TARI NUSANTARA TARI GAMBYONG

DISAIN TATA RIAS DAN BUSANA SENDRATARI SUMUNARING ABHAYAGIRI DIPENTASKAN DI KOMPLEKS TAMAN WISATA CANDI BOKO. Oleh: Pramlarsih Wulansari

BAB I PENDAHULUAN. kini, di antaranya; Tari Topeng, Tari Keurseus, Tari Wayang, Tari Tjetje

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

ABSTRAK Oleh: Herlinah Jurusan Pendidikan Seni Tari, FBS UNY

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

KOREOGRAFI TARI OREK-OREK DI SANGGAR ASRI BUDAYA LASEM KABUPATEN REMBANG

Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

ANALISIS PRAGMATIK TARI DRIASMARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN. sekedar memperagakan keterampilan gerak saja, tetapi harus dapat

BAB IV PENUTUP. Hadiprayitna dapat dipahami sebagai sikap kreatif dalang sebagai pelaku seni

September Revisi : Semester IV Judul praktek Jam pertemuan 32x100 menit

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

1 Tata Ungkapan Luar (TUL) adalah bagaimana mambuat perbedaan antara TUD di satu gambar dengan

ANALISIS ESTETIS TARI DRIASMARA

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

TARI TRADISI GAYA SURAKARTA PUTRI (Srimpi, Wireng Pethilan, Pasihan, Gambyong)

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB IV PENUTUP. Banyumas. Jemblung berawal dari dua kesenian rakyat yaitu Muyèn dan Menthièt.

BAB V PENUTUP. hasil dari kreatufutas masyarakat di Desa Ngalang, kecamatan gedangsari,

REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM PERTUNJUKAN LENGGER SKRIPSI

TARI GAYA SURAKARTA DESKRIPSI TUGAS AKHIR KEPENARIAN GAGAH

BAB II SIKAP NASIONALIS TOKOH KUMBAKARNA

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta KENDHANGAN TARI GOLEK LAMBANGSARI

Kendangan Matut. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab V. PEMAKNAAN ATAS HASIL ANALISIS GERAK MENYELURUH PADA JEJER I, ADEGAN KEDHATON, LAKON PARTA KRAMA 5.1. Pemaknaan atas hasil analisis Pemaknaan

BAB IV KESIMPULAN. didapat beberapa kesimpulan mengenai pancer. Tabuhan pancer yang selama ini

MELESTARIKAN WARISAN BUDAYA MELALUI PAGELARAN MANGKUNEGARAN PERFORMING ART 201

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

Transkripsi:

PERKEMBANGAN KONSEP KOREOGRAFI TARI KARNA TINANDHING Dwiyasmono A. Pendahuluan Tari Karna Tinandhing mulai disajikan pada masa pemerintahan Mangkunegara IV (1853 1881), pada saat hajatan menyupitkan kedua putranya: Kanjeng Pangeran Prang Wedana dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Mangkunegara V tahun 1868. Mangkunegara IV pada saat itu mendatangkan penari dari Pakualaman Yogyakarta dengan tariannya Karna Tinandhing dan tari Wireng Bondoboyo. Melihat pertunjukan tari Karna Tinandhing, Mangkunegara IV merasa tertarik untuk membuat koreografi Karna Tinandhing yang baru. Dalam manuskrip yang berjudul Wireng Yasan Dalem Ringgit Madya, yang tertulis sekitar tahun 1930-an, disebutkan setelah Mangkunegara IV selesai memugar Pendapa Mangkunegaran tahun 1866, beliau menyusun beberapa jenis tari Wireng. Di antara tulisan yang terkenal antara lain: Karna Tinandhing; Keratarupa; Harjuna Sumantri; Palgunadi, Jayeng Sari; Bandawala; Wirun (Wireng Yasan Dalem Ringgit Madya, Manuskrip No. G2). Sumber data lain dalam buku serat anggitan Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Mangkunegara IV jilid I, di dalam buku terdapat petunjuk adanya pertunjukan tari Karna Tinandhing pada jaman Mankunegara IV. Peristiwa berlangsung pada tanggal 31-8-1877. Ketika Mangkunegara IV menikahkan putranya Pangeran Prang Wedana dengan saudara sepupuhnya R.A. Kusmardiyah, putri dari Pangeran Hadiwijaya III Surakarta, tari Karna Tinandhing kembali dipergelarkan. Dalam pupuh I tembang Macapat Kinanthi yang terdiri 37 bait dilukiskan bahwa suatu malam menjelang acara panggih terdapat kelompok tari Wireng yang dipentaskan yaitu: Bandabaya, Bandawasa, Bandawala, Lawung, Palgunadi, Sasrabahu, dan Karna Tinandhing. Kelompok tari Wireng tersebut terlukis dalam bait 28: Gagahan dumunung pangkur, tumangkar ngarsa lit, alit, Bandawala, Bandawasa, tuwin Paris, Lawung, Pagluna, Sasrabahu, Karna Tinandhing (MN VII, 1927:196). Tari Karna Tinandhing menggunakan kostum kembar, dengan properti dhadhap wayang Karna dan Arjuna. Jaman

pemerintahan Mangkunegara V kostum diganti seperti wayang orang yang memacu pada busana wayang kulit (R.M. Sayid, 1984:109). Dalam perkembanganya, tari Karna Tinandhing banyak mengalami perubahan sesuai dengan selera seniman penerusnya. Perubahan yang terjadi terletak pada gerak tari, properti maupun musik tarinya. Perubahan merupakan kebutuhan untuk melestarikan tari Karna Tinandhing, diaransir oleh seorang empu tari S. Ngaliman. Menurut penuturan kepada cantrik-cantriknya, bahwa tari Karna Tinandhing pernah diperoleh dan dipelajari dari seorang guru tari Tumenggung Kusuma Tanaya seorang abdi dalem, kusus pada bagian beksan/tarinya saja. Selanjutnya untuk bagian perangan digarap oleh S. Ngaliman sendiri (Wawancara, 17-6- 1983). Gubahan tari Karna Tinandhing kemudian diajarkan pada para mahasiswa jurusan tari STSI Surakarta sebagai bahan perkuliahan hingga sekarang menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Permasalahan adalah bagaimana konsep perubahan koreografi karya tari Karna Tinandhing? Konsep koreografi tari Karna Tinandhing meliputi: filosofi Karna Tinandhing, konsep/ide yang melatar belakangi dan bentuk garap atau koreografinya. B. Filosofi Seni Tari Karna Tinandhing Karna dalam kamus Bausastra Jawa (1994) berarti telinga. Dalam ceritera pewayangan ( Padmosoekotjo, 1984) Karna adalah putra dari Bathara Surya dengan Dewi Kunthi yang dilahirkan melalui telinga. Karna seorang satria dan juga senapati Astina. Dia adalah raja dari kerajaan Awangga. Tinandhing berasal dari kata dasar tandhing yang berarti perang adu kekuatan. Dari kata dasar tandhing mendapat sisipan in yang berarti kedalam. Karna Tinandhing berarti seorang satria yang berperang melawan seorang ksatriya yang seimbang (babag). Dalam pandangan jawa, dapat ditafsirkan seseorang ksatria yang berperang melawan dirinya sendiri/hawa nafsu untuk tegaknya kebaikan/kebenaran sekalipun harus mengorbankan fisik maupun perasaannya. Tari Karna Tinandhing bersumber dari ceritera versi Mahabarata, episude Karna Parwa. Dalam konsep koreografi tari Karna Tinandhing, ditampilkan sosok kepahlawanan Karna seorang senapati Kurawa dan Arjuna senapati Pandawa. Karna sejak kecil hingga dewasa dibesarkan oleh keluarga Kurawa sehingga ingin selalu mengabdi kepada Kurawa. Karna merasa Kurawa telah berjasa bagi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu bersumpah untuk mengabdi kepada bumi yang telah membahagiakan, sampai titik darah yang penghabisan. Karna sesuai dengan sumpah satria membela Kurawa dengan bertaruh nyawa dan tidak tergoyahkan bujuk rayu baik dari ibunya Dewi Kunthi maupun Prabu Kresna untuk berpihak pada Pandawa. Dibalik sumpahnya Karna, terdapat sanggit lain bahwa kegigihan Karna adalah untuk ikut melestarikan dunia dengan berperan serta mengenyahkan angkara murka yang ada di muka bumi yang diwakili Kurawa termasuk Karna sendiri sebagai salah satu korbannya. Negara tidak akan tenang apabila angkara murka masih meraja lela di muka bumi. Karna memiliki sifat keteguhan hati untuk berkorban sekalipun dirinya sendiri ikut hancur demi tegaknya kedamian dunia. Karna merupakan salah satu contoh yang baik bagi seorang ksatria. Arjuna senapati Pandawa berperang sebagai utusan keadilan untuk menegakkan kebenaran dengan tidak mengenal lawan yang dihadapinya baik para sesepuhnya, gurunya mapun saudara kandungnya sendiri(bhagavadgita 1966: 101) Arjuna timbul semangat berperang setelah mendengarkan ajaran Kresna tentang hakikat hidup seorang ksatria sebagai utusan dewa untuk menegakkan keadilan dengan cara mengenyahkan angkara murka dari muka bumi. Karna

dan Arjuna sama-sama memegang prinsip sumpah satrianya masing-masing. Dalam tari Karna Tinandhing diungkapkan dua karakter tokoh yang berbeda yaitu karakter alus luruh antep pada tokoh Arjuna dan alus lanyap pada tokoh Karna. Garap tari didukung oleh ragam gerak sebagai media serta garap konsep-konsep tari yang ada pada Hastasawanda (delapan unsur yang menjadi satu kesatuan yang harus diterapkan oleh seorang penari yang terdiri dari: pacak, ulat, pancat, lulut, luwes, wilet, irama dan gendhing), yang dipadukan dengan Triwiro yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Keseluruhan konsep gerak dan tekhnik gerak merupakan satu kesatuan yang harus diungkapkan oleh penari. C. Bentuk Garap/Koreografi Tari Karna Tinandhing Garapan tari Karna Tinandhing merupakan bentuk pethilan yang mempunyai struktur maju beksan, beksan perangan, dan mundur beksan. Kesatuan garap gerak tari merupakan gambaran dari ide penciptaan koreografer. Adapun struktur tari Karna Tinandhing secara rinci sebagai berikut: Cakepan ada-ada dengan notasi slendro sanga (lampiran 1). Kemudian, masuk iringan srepeg slendro sanga (lampiran 2). Selanjutnya, masuk bagian perangan iringan srepeg slendro sanga. Iringan notasinya seperti pada lampiran 4. Struktur gerak tarinya: diawali tawing kiri lilingan dilanjutkan nyabet, panggel adu, besut kipat srisig. Srisig satu lingkaran adu kiri kebyok kiri pentang (gerakan Karna dan Janaka/Arjuna sama). Gerakan selanjutnya: untuk Karna 1. - Tusuk lawan seret kaki, tangkis kebyak sampur kiri, tusuk maju 2x (lempeng, kiri), menghindar mundur seret kaki, kiri. Tusuk mata, tangkis atas (trek keris), tusuk bawah, tangkis bawah (trek keris), tusuk mata diputar ke adu kiri tusuk bersama. - Ngembat nglawe pentang njujut kaki kiri, ingsetan tanjak kiri. erek-rekan maju lerek kaki tanjak kiri, mundur kiri,, tanjak kiri. Erek-erekan maju nyudut, tanjak kiri, mundur kembali tajak kiri. 2. Perang ke-2 sama dengan perang pertama namun setelah tangkis mata dengan trak keris dilanjutkan tusuk mata kiri lawan, tangkis lempeng, tusuk lempeng jeblos pindah gawang adu srisik mengejar Arjuna. 3. Tusuk maju 2x, tusuk mata (trak keris), tangkis keris atas, tusuk luar, tangkis luar, tusuk dalam, tangkis dalam, tusuk lempeng, jeblos adu kipat srisik, srisik ganti dikejar. Gerakan Arjuna sama kebalikan dari Karna. 4. Gerakan sama dengan no. 3, di sini Arjuna yang mengejar dan menusuk duluan. Srisik satu putaran ke gawangnya sendiri, berhadapan besut tanjak sawega keris. Ngancap maju bersama, adu kiri, tanjak kebyok sampur kiri, dimulai Karna tusuk seret kaki, tangkis kebyak sampur kiri, tusuk maju diputar ke kiri, ganti memutar lawan, ngembat tusuk bersama. Kengser menjauh, besut sawega memasukkan keris. Panahan (perang panah) Kedua penari jengkeng meletakkan dhadhap, trap jamang kiri ambil busur (gendewa), berdiri tanjak tancep kiri adu kiri. Ambil anak panah dan memasangnya pada busur, giyul kaki embatan srimpet kaki kiri ngancap maju dua kali, kengser menjauh dan melepaskan anak panah. Karna trecet di tempat, jengkeng nikel warti. Arjuna tawing kiri. Gending ayak-ayak slendro sanga dengan notasi iringannya dapat dilihat dalam Lampiran 5.

Struktur tarinya : Arjuna: Ulap-ulap tawing kiri dilanjutkan nyabet hadap ke Karna. Lumaksana redong sampur jajak tiga kali. Srimpet kiri hadap kiri srisik satu putaran melewati Karna dan kembali ke gawang sendiri, nikel warti. Karna: Silantaya diam di tempat. Iringan sampak slendro sanga Notasi iringannya dapat lilihat pada lampiran 6. Struktur tarinya Karna dan Arjuna sama, diawali udar sembahan wireng, berdiri sabetan, lumaksana bangbangan jajag tiga kali, ombak banyu, srisik kebyok sampur satu putaran kembali ke gawang beksan menghadap belakang, srisik menuju gawang sopana menghadap depan besut tanjak panggah nikel warti. kain lereng coklat dengan pola cancutan, sampur, uncal. Pola lantai yang digunakan pada tari Karna Tinandhing di antaranya: gawang sopana, gawang beksan, gawang perang, dan terakhir gawang mundur beksan. Pada gawang sopana menggunakan gawang berbentuk sejajar sampai maju beksan. Gawang beksan menggunakan pola gawang berhadapan dan gawang prapatan Tata Rias dan Tata Busana tari Karna Tinandhing Tata Rias yang digunakan pada tokoh Karna dan Arjuna menggunakan tata rias karakter wayang orang. Tata Rias Karna menggunakan rias alus lanyap dengan pola corekan alis pada ujungnya agak naik segaris dengan sogokan. Tata Rias tokoh Arjuna menggunakan tata rias berbentuk bagusan alus luruh dengan menebalkan alis penari sendiri. Busana yang digunakan pada tokoh Karna meliputi: Irah-irahan topong karawistha, sumping, kalung kace, praba, endong beserta nyenyep, klat bahu, gelang, epek timang, sabuk, sampur, celana panjen, uncal, kain lereng putih motif kecil yang dibentuk berpola supit urang, keris dan binggel. Busana pada tokoh Arjuna meliputi: Irah-irahan gelung keling, sumping, kalung ulur, epek timang, sabuk, keris, Gawang berhadapan Gawang prapatan Gawang perangan meliputi gawang berhadapan, prapatan, gawang jeblos. Gawang mundur beksan kembali ke gawang sopana (gawang awal menari).

Gawang berhadapan Gawang prapatan Gawang jeblos Gawang mundur beksan kembali ke gawang sopana (gawang awal menari). Alat bantu : Tari Karna Tinandhing menggunakan alat bantu berupa keris, dhadhap, panah dan anak panah. D. Penutup Tari Karna Tinandhing merupakan tari pethilan yang mengambil tema kepahlawanan. Tarian sumber ide dari cerita Mahabarata pada bagian Bharatayuda episude Karna Parwa bagian peperangan antara Karna senapati Kurawa dan Arjuna Senapati Pandawa. Ada dua karakter dalam tarian tersebut yaitu alus lanyap untuk Karna dan alus lurus untuk Arjuna. Sekaran yang digunakan untuk kedua tokoh tersebut di atas sama yang membedakan karakter kedua tokoh adalah penyajiannya. Konsep garap tarian kedua tokoh, menggunakan pedoman garap yang ada pada Hasta Sawanda dan Triwiro. Tari Karna Tinandhing mulai disajikan di Surakarta masa pemerintahan Mangkunegara IV (1853 1881) pada saat hajatan menyupitkan kedua putranya Kanjeng Pangeran Prangwedana dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara V tahun 1868. Tari Karna Tinandhing oleh S. Ngaliman pada tahun 1971 digubah pada bagian perangan, hal itu dilakukan karena pada saat belajar tari Karna Tinandhing perangannya tidak ada. Secara garis besar penyajian tari Karna Tinandhing dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu: maju beksan; beksan yang di dalamnya ada perangan, dan yang ketiga mundur beksan. Maju beksan menggunakan iringan: ada-ada slendro sanga, dan dilanjutkan srepeg slendro sanga. Bagian beksan dan perangan menggunakan iringan: pathetan slendro sanga jugag, dilanjutkan ketawang gending Ganda Kusuma, ladrang Cluntang, srepeg slendro sanga. Mundur beksan menggunakan iringan gendhing Ayak-ayak slendro sanga dan sampak slendro sanga. Daftar Pustaka Kamajaya, 1984, Tiga Suri Teladan Kisah Kepahlawanan Tiga Tokoh Cerita Wayang, Yogyakarta: U.P. Indonesia.

Kats. J, 1984, Wayang Purwa, Suatu Bentuk Pertunjukan Jawa. Cordrecht-Holland/Cinnamin: Son, U.S.A, Foris Publications. LAL, P. 1981, Mahabarata, Jakarta, Pustaka Jaya. Padmosoekotjo, 1986, Silsilah Wayang Mawa Carita. Surabaya: Citra Jaya Murti Papenhuyzen, Clara Brakel, 1991, Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta dan Peristilahannya. Alih Bahasa oleh Mur Sabyo, Jakarta. Pendit Nyoman, S. 1980, Mahabharata, Sebuah Perang Dahsyat di Medan Kurusetra. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. --------------- 1966. Bhagavadgita. Jakarta: Depag. Lembaga Penyelenggara Penterjemah dan Penerbit Kitab Sutji Weda dan Ghamamapada. Prawiro Atmodjo. 1994. Bau Sastra Jawa, Kababar.Surabaya. Dening Yayasan Djoyo Boyo Purwadi, 1994, Serat Pedhalangan Jangkep Lampahan Karna Tinandhing, Solo, Amigo. Sayid, R.M, 1984, Babad Sala, Mangkunegara. Surakarta: Reksa Pustaka. Sri Mulyono, 1978, Tripama Waak Satria dan Sastra Jendra, Jakarta: Gunung Agung. Sujamto, 1992. Wayang dan Budaya Jawa. Semarang: Dahara Prize. Wahyu Santoso Prabowo. 1990. Bedhaya Anglir Mendhung Monumen Perjuangan Mangkunegaran I, 1757 1988. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Zoetmulder, P.J. Bekerjasama dengan S.O. Robson, 1995, Kamus Jawa Kuna Indonesia. Yogyakarta PT. Gramedia Pustaka Jakarta Utama,

Lampiran 1: @ @ @ @ @ @ @ @ @ @!! 6 ka dang mu pa da aran den a be cik 1 1 1 1 x!x^x% 5 @ be suk a men dhe ma o!!!! x!x6x5 5 ba ris kang pra yit na 1 1 1 1 1 1 1 1 1 gya sa ran ta neng dwa ra wa ti 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 x3x2x1 x1x2 1 ti num pes pa ni ku pa nga wak pan da wa e Keterangan Penari duduk bersila pada gawang awal menari (gawang sopono) sampai cakepan selesai.

Lampiran 2: 6 5 6 5 2 3 2 g1 2 1 2 1 3 2 x3xx2xx5xx6xx1xxg6 z1xx6xx2xx3xx2xgc1z2xx1xx3xx5xx6xcg5z6xx5xx6xx5xx3xx2xx1xc2 z3xx2xx3xx5xx6xcg5 turun asta gedeg jengkeng sembahan z6xx5xx2xx3xx2xgc1z2xx1xx3xx2xx1xcg2z3xx2xx3xx2xx6xx5xx1xcg6z1xx6xx2xx3xx2xcg1 turun asta gedeg berdiri candakan z2xx1x3x5xx6xc5 z6xx5xx3xx2xx1xc2 z3x2x3x2x3x5x6xgx5x6x5x6c5 z2xx3xx2xcg1 panggel besut lumaksana jajak obak banyu kiri z2xx1xx3xx2xx1xgc2z3xx2xx3xx6xx1xcg6z1xx6xx1xx6xx2xx1xx2xc1 z3xx5xx6xcg5 ombak banyu besut srisik srisik maju beksan kebyok kiri tanjak kiri 6 5 6 5 3 2 1 2 3 2 2 3 3 5 6 5 6 5 6 5 3 2 3 5 jengkeng nike warti gedeg kembali duduk silantaya Keterangan: Bentuk gerakan sekaran tari Karna dan Arjuna sama. Lampiran 3: BK: 2. 3 5 6. 6. 1. 2. y z.xx3xx.xcg5 udar nyembah z.xxwxx.xxexx.xxtxx.xcy z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xc5 turun asta jengkeng jengkeng z.xx2xx.xc3 z.xx5xx.xc6 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xc5 gedeg pentang tengadah silih ungkih gatuk asta nyembah

z.xx2xx.xc1 z.xx2xx.xc6 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xc5 turun asta diputar ukel asta seleh asta ke dada dibawa tengadah ke kiri z.xx2xx.xc1 z.xx2xx.xc6 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xcg5 ukel ambil dhadhap berdiri besut tanjak tengadah panggel tancep dhadhap z.xx.xx6xc5 z!xx6xx5xc3 z2xx3xx2xc1 z6xx5xx3xc5 pentang ngigel laras pentang ingset pentang tengadah tengadah kiri giyul kiri z.xx.xx6xc5 z!xx6xx5xc3 z2xx3xx2xxj1 c2 zj3 x5xjx6 x1xj. x2xcg1 ukel lerek ukel ngembat berhadapan tengadah kiri pentang asta kiri sampir sampur kiri kiri kiri pentang gantung kaki kiri z.xx.xx3xc2 z.xx1xx6xc5 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xc5 tanjak kiri ukel tengadah z2xx2xx.xxj3 c5 ingset tanjak asta trap dada kiri ingset tanjak kiri pentang kiri ingset tanjak leyek kiri zj6 x1x xj.x6xx1xc5 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xcg5 ogek lambung Tawing kiri pentang ukel tengadhah kiri z2xx2xx.xxj3 c5 pentang asta kiri ukel tengadhah lepas zj6 x1x xj.x6xx1xc5 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xc5 tanjak kiri ngigel laras pentang ukel tengadhah z.xxwxx.xce z.xxtxx.xcy z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xcg5 sampur kiri giyul pentang kiri

lerek kiri pentang kiri ukel penuh ngembat asta kiri z.xxwxx.xc3 z.xxtxx.xcy z.xx2xx.xc1 z.xxyxx.xc5 tanjak kiri ukel tengadhah ingset seret tanjak asta tekuk trap dada kiri ingset pentang tanjak kiri z.xx2xx.xce z.xx5xx.xc6 z.xx2xx.xc1 z.xxyxx.xcg5 mbandul junjung kaki kiri ngembat seblak sampur balik kiri panggah z.xx2xx.xx1xx.xx2xx.xcy z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xct hoyok ngembat pentang kiri njujut balik ukel asta kiri pentang tanjak panggah z.xx2xx.xx1xx.xx2xx.xc6 z.xx2xx.xx1xx.xx6xx.xcg5 hoyok ngembat njujut kaki kiri pentang asta ukel tekuk asta seret midak jempol kiri trap dada kiri asta z.xx.xx5xx6xx!xx6xx5xc3 z2xx3xx2xx1xx6xx5xx3xc5 ogek lambung kicatan tanjak pentang ukel kiri hadap, sangga nampa kicat kaki kiri z.xx.xxtxx6xx!xx6xx5xc3 z2xx3xx2xxj1 x2xxj6x1xx.xx2xcg1 ngancap nylekentung kedua asta pentang asta kiri nampa junjung kaki Z glebak trecet mundur adu pundhak kiri, balik berhadapan besut tanjak panggah glebak kebyok kiri pentang leyek kiri tanjak ngembat asta (kebyak sampur kiri) besut tanjak

.xx.xx#xx@xx.xx!xx6xc5 z.xx2xx.xx1xx.xx6xx.xc5 hoyog ngembat asta kiri njujut z2xx2xx.xxj3 x5xxj6 x1x xj. x6x1xc5 hoyog ngembat asta njujut kiri ukel kiri maju tanjak kiri pentang asta (tanjak panggah) z.xx2xx.xx3xx.xx2xx.xc1 maju kiri kengser ke tukar gawang berhadapan, tanjak kebyak kiri pentang Ladrang Cluntang z.xx5xx.xx6xx.xx2xx.xc1 z.xx5xx.xx6xx.xx5xx.xc6 sidangan kebyok kebyak sampur ngracik maju kaki adu kiri tanjak kiri sidangan kebyok ngracik, tanjak, seret giyul kicatan ogek lambung z.xx5xx.xx6xx.xx3xx.xc5 z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xcgt seleh kaki ukel tengadhah asta kiri hadap songgo nampa kicat kaki kiri balik berhadapan trecet mundur ukel kembar di depan puser balik besut tanjak panggah z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct seret kaki balik ngenceng dhadap trap cetik asta kiri ingset tanjak kiri leyek kembali tanjak (lilingan) z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx2xx.xx3xx.xx2xx.xcg1 pentang asta kiri ukel tengadhah kiri kedepan ukel penuh pindah dhadap ukel penuh asta di depan, gedek z.xx5xx.xx6xx.xx2xx.xc1 z.xx5xx.xx6xx.xx5xx.xc6 ingset tanjak kiri leyek ambil keris ngembet ngunus keris ke kiri njujut kaki tanjak kiri kebyok

sampur kiri z.xx5xx.xx6xx.xx3xx.xc5 z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xcgt Hoyog ngembat lepas sampur besut sawega keris Nyabet, panggel, besut nggroda z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct pacak gulu, embatan keris maju kicat kiri njujut kiri kembali nggrodha z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx2xx.xx3xx.xx2xx.xcg1 pacak gulu adu srisik satu putaran z.x5x.x6x.x2x.x1x xx.x5x.x6x.x5x.x6xxx.x5x.x6x.x3x.x5xxxx x.x2x.x1x.xyx.xcgt adu kiri tusukan kengeseran 3x Karna ngoyak tusuk, Arjuna ganti kengser ngoyak tusuk terakhir (yang ketiga tusuk bersama) besut tancep methok, jeblos tawing dadap kiri tanjak z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xxtxx.xx1xx.xxyxx.xxexx.xc5 kesetan menjauh ke 3x z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx2xx.xx3xx.xx2xx.xcg1 hadap (saling membelakangi) sangga nampa kicat kaki kiri ngancap adu z.xx5xx.xx6xx.xx2xx.xc1 z.xx5xx.xx6xx.xx5xx.xc6 Mrenjak tinaji hadap sangga nampa kicat kaki Hebat ngancap naga wangsul adu, hadap berhadapan, pentang embatan keris kicat kaki kiri, napak njujut tanjak kiri

z.xx5xx.xx6xx.xx3xx.xc5 z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xct Hoyogan njujut kiri sawega Nyabet, panggel, besut sawega keris Lampiran 4: 6 5 6 5 2 3 2 g1 2 1 2 1 3 2 3 2 5 6 1 g6! 6! 6 2 1 2 1 3 5 6 g5 6 5 6 5 3 2 1 g2 3 2 3 2 3 5 6 g5 Lampiran 5 : 2. 1. 2. 1. 3. 2. 6. g5!6 5 6 5 3 5 6 5 3 5 6 3 5 6 g5 32 3 5 3 2 3 5! 6 5 6 5 3 2 g1 23 2 1 2 3 2 1 3 2 1 2 5 6! g6 53 5 6 5 3 5 6 2 3 2 1 y t e gt ew e t e w e t 3 2 1 2 3 5 6 g5 Suwuk: 2 3 2 1 y t e gt

5555 1111 1111 222g2 22666g6 661g1 1111 5555 55222g2 22555g5 551g1 1111 2222 666g6 66111g1 11555g5 5555 2222 2222 5555 111g1 1111 2222 666g6 6666 111g1 1111 5555 5555 222g2 225g5