TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

HASIL DAN PEMBAHASAN

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

I. TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah ( Pennisetum purpureum Schaum) berasal dari Afrika,

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEMASAMAN TANAH. Wilayah tropika basah. Sebagian besar tanah bereaksi masam. Kemasaman tanah menjadi masalah utama

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

MATERI-8. Unsur Hara Makro: Kalsium & Magnesium

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Latosol 2.2. Asam Humat Definisi Asam Humat

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

DASAR-DASAR ILMU TANAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. pasto elefante, dan dalam bahasa latinnya Pennisetum purpureum, termasuk ordo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schumach) Spermatophyta: Sub phylum: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae;

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

HASIL DAN PEMBAHASAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanah Podsolik

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

2. Penaburan, pembenaman dan pencampuran kapur ketanah harus dalam dan rata.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi Rumput Gajah Taiwan (Pennisetum Purpureum Schumach)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Ultisol

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Tanah Ultisol di Indonesia menempati areal yang cukup luas, yaitu sekitar. 42,3 juta ha (Sri Adiningsih et a/, 1997; Rochayati et a/, 1997).

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

IV. HASIL PENELITIAN

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai nama antara lain: Elephant grass, Napier grass, Uganda grass, Pasto elefente, rumput gajah. Rumput afrika merupakan varietas dari rumput gajah. Rumput afrika sering disebut dengan rumput gajah. Rumput ini berasal dari Nigeria dan tersebar di seluruh Afrika tropika, di Indonesia sudah ada sejak tahun 1926 (Jayadi, 1991). Menurut Reksohadiprodjo (1985), rumput ini berasal dari Afrika daerah tropis, perennial dapat tumbuh setinggi 3 sampai 4,5 m, bila dibiarkan tumbuh bebas dapat setinggi 7 m, akar dapat sedalam 4,5 m. Berkembang dengan rhizom yang dapat mencapai 1 m, panjang daun 16 sampai 90 cm dan lebar 8 sampai 35 mm. Rumput gajah dapat dibiakkan secara vegetatif dengan stek batang atau sobekan rumpun. Panjang stek yang dianjurkan adalah 20 25 cm, minimal terdiri atas dua buah buku dan diambil dari tanaman berumur 3 6 bulan (Reksohadiprodjo, 1985). McIlroy (1976) menyatakan bahwa rumput gajah lebih disukai ternak, tahan kering, berproduksi tinggi dan merupakan jenis rumput yang sangat baik untuk silase karena bernilai gizi tinggi. Tumbuh baik pada tanah subur dan tidak terlalu liat, ph tanah lebih kurang 6,5 dengan curah hujan sekitar 1000 mm/tahun. Agar diperoleh hasil yang optimal perlu dilakukan penyiangan dan pemupukan secara teratur. Menurut Jayadi (1991), rumput gajah ditanam dengan bahan penanaman stek atau pols. Penanaman dengan stek memberikan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pols. Jarak tanam kurang lebih 1 x 1 m disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanahnya. Penanaman yang baik dilakukan pada permulaan musim hujan. Panen pertama berkisar antara 60-80 hari setelah tanam sedangkan panen berikutnya setiap kurang lebih 40 hari sekali pada musim hujan atau kurang lebih 50-60 hari pada musim kemarau. Tinggi tanaman juga dimanfaatkan sebagai indikator pemanenan. Pemotongan rumput yang dapat dilakukan bila sudah setinggi 1-1,5 m karena apabila lebih tinggi atau lebih tua proporsi batang sedemikian besarnya sehingga kandungan serat kasar tinggi. Pemotongan rumput hendaknya disisakan setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah. Mansyur et al. (2003) menyatakan bahwa interval pemotongan yang terlalu tinggi akan meningkatkan kandungan serat kasar dan menurunkan kecernaan hijauan. 3

Hasil Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2003) rumput gajah memiliki kandungan bahan kering yang rendah yaitu 12%-18%, serat kasar berkisar dari 26%-40,5 %, Beta-N sekitar 30,4%-49,6%, lemak kasar 1,0%-3,6%, dan Ca 0,14%-0,48%. Menurut Lubis (1992) rumput gajah memiliki protein kasar 9,66 %. Rumput Hawaii (Pennisetum purpureum Schumach cv Hawaii) Rumput hawaii merupakan varietas dari rumput gajah. Rumput hawaii berasal dari Afrika tropik, termasuk tanaman tahunan, membentuk rumpun yang terdiri dari 20-50 batang dengan diameter ± 2,3 cm. Tumbuh tegak, daun lebat, batang diliputi oleh perisai daun yang agak berbulu, dan perakaran dalam. Tinggi batang bisa mencapai 2-3 m dengan lebar daun 1,25-2,5 cm serta panjang 60-90 cm (Lugiyo dan Sumarto, 2000). Perbanyakan dapat dilakukan dengan stek batang. Rumput hawaii dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 m (dataran rendah sampai dataran tinggi). Tumbuh baik pada tanah subur dan tidak terlalu liat dengan ph ± 6,5 dengan curah hujan cukup sekitar 1000 mm/tahun atau lebih. Rumput ini kurang tahan pada musim kemarau yang panjang. Jenis rumput gajah yang terkenal di Indonesia adalah jenis hawaii dan afrika (Siregar, 1970). Perbedaan jenis hawaii dan afrika adalah terletak pada daunnya. Daun rumput hawaii memiliki bulu lebih banyak dan halus dibandingkan dengan rumput afrika. Rumput hawaii dapat berbunga pada minggu ke tujuh setelah tanam. Tabel 1. Rata-rata Produksi Hijauan Rumput Hawaii dan Afrika di Bogor. Produksi Hijauan Perbandingan Batang dengan Daun (%) Jenis (ton/ha/tahun) Rumput Berat Berat Hijauan Segar Bahan Kering Segar Kering Batang Daun Batang Daun Rumput Hawaii 525 63 59 41 64 36 Rumput Afrika 376 40 57 43 44 56 Sumber : Lugiyo dan Sumarto (2000). 4

Teknik budidaya rumput hawaii yang baik adalah dengan cara mengolah tanah dengan baik sampai gembur dan dibersihkan dari tumbuhan pengganggu. Waktu penanaman yang baik adalah awal musim hujan sehingga saat musim kemarau akar tanaman sudah cukup dalam dan kuat. Kapur Kapur adalah bahan yang mengandung unsur Ca yang dapat meningkatkan ph tanah (Pagani, 2011). Pemberian kapur dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor (P) dan molibdenum (Mo). Kapur yang banyak digunakan di Indonesia dalam bentuk kalsit (CaCO 3 ) dan dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ). Kandungan kalsium dalam dolomit adalah sekitar 30%, sedangkan dalam kalsit sekitar 90% (Novizan, 2001). Penelitian Pagani (2011) menyatakan bahwa hasil jagung lebih tinggi dengan menggunakan kapur CaCO 3 dibanding menggunakan kapur dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ) yang ditanam pada tahun kedua setelah penanaman kedelai pada tahun pertama. Ukuran Bahan Kapur Selain kualitas kapur, laju reaksi bahan kapur dengan tanah (laju netralisasi kemasaman) dipengaruhi oleh ukuran bahan kapur. Semakin halus bahan kapur, semakin cepat reaksinya dengan partikel tanah, akibat semakin baiknya kontak atau pencampuran bahan kapur dengan tanah (Munawar, 2011). Pada umumnya, bahan kapur pertanian dapat bereaksi sempurna dengan tanah dalam waktu tiga tahun. Kehalusan bahan kapur dinyatakan dalam persentase bahan yang lolos melalui saringan dengan ukuran mesh tertentu. Laju reaksi bahan kapur meningkat sampai ukuran maksimum 100 mesh (Munawar, 2011). 5

Tabel 2. Pengaruh Ukuran Bahan Kapur Terhadap Perubahan ph Tanah Setelah Satu Tahun, dengan Dosis 2 ton/ha. Ukuran Bahan Kapur (mesh) ph Tanah Efektivitas Relatif CaCO 3 CaMg(CO 3 ) 2 CaCO 3 CaMg(CO 3 ) 2 Tidak Dikapur 5,0 5,0 0 0 4-8 5,0 5,0 5 8 20-30 5,6 5,5 54 39 40-50 5,9 5,8 74 65 60-80 6,3 6,2 96 84 100 6,5 6,6 100 100 Sumber : Mahler (1987) diacu pada Munawar (2011). Kemampuan bahan kapur menetralisir kemasaman tanah disebut kalsium karbonat ekivalen (KKE) atau calcium carbonate equivalent (CCE). Semakin halus partikel kapur (dengan angka mesh yang lebih besar) semakin besar perubahan ph tanah setelah sekitar satu tahun. Di akhir tahun pertama, bahan kapur dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ) lebih halus dari 100 mesh dapat meningkatkan ph tanah lebih tinggi daripada kalsit (CaCO 3 ), karena dolomit memiliki KKE 109 (Munawar, 2011). Dolomit Dolomit berasal dari batu kapur dolimitik dengan rumus CaMg(CO 3 ) 2. Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan ph. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya (Adriani, 2009). Pengapuran Soepardi (1983) menerangkan bahwa, tujuan utama pengapuran adalah menaikkan ph tanah hingga tingkat yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan keracunan Al. Disamping itu juga untuk meniadakan keracunan Fe dan Mn, serta menyediakan hara Ca. Kebutuhan kapur dapat ditentukan dengan berbagai cara tetapi untuk tanah masam di daerah tropis disarankan berdasarkan Al-dd (aluminium dapat ditukarkan). Menurut Naibaho (2003), faktor-faktor yang 6

menentukan banyaknya kapur yang diperlukan adalah ph tanah, tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, mutu kapur dan jenis tanaman. Apabila pemberian kapur melebihi ph tanah yang diperlukan akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan optimum tanaman dan tidak efisien. Cara pengapuran juga harus diperhatikan. Pada dasarnya kapur diberikan pada tanah bila diperkirakan hujan tidak akan turun pada saat pemberian kapur (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998). Tanaman yang menyukai kapur adalah tanaman kacang-kacangan dan legum. Yost dan Ares (2007) menganjurkan dalam pengapuran jenis tanaman juga harus diperhatikan. Sebagian besar pohon tidak respon terhadap pengapuran berbeda dengan tanaman jenis sayuran. Kapur yang umum digunakan adalah dari golongan karbonat, baik dalam bentuk kalsit (CaCO 3 ) maupun dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ). Kalsit umumnya lebih halus dan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan dolomit (Pagani, 2011). Dolomit selain mengandung Ca juga mengandung Mg, sehingga dolomit akan berpengaruh lebih baik bagi tanah yang memiliki kadar Mg rendah. Bahan kapur yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami reaksi sampai terbentuk keseimbangan baru. Reaksi yang terjadi pertama kali adalah penguraian bahan kapur membentuk ion CO 3 serta ion-ion Ca dan Mg. Selanjutnya, ion CO 3 yang terbentuk menarik ion H dari komplek jerapan dengan reaksi sebagai berikut: (CaMg)CO 3 (CaMg) 2+ 2- + CO 3 CO 2-3 + H 2 X H 2 CO 3 + X 2- (CaMg) 2+ + X 2- (CaMg) X, dimana X adalah komplek jerapan Dengan demikian yang berperan sebagai agen pengapuran adalah CO 3 sebab ion Ca sendiri tidak sanggup melepaskan H + dari komplek jerapan (Kussow, 1971). Jones (1979) menjelaskan bahwa pengapuran pada tanah masam perlu dilakukan sebab kapur memiliki pengaruh yang menguntungkan dalam sistem tanah, diantaranya: 1) meningkatkan ph tanah; 2) mensuplai Ca dan Mg; 3) merangsang aktivitas mikroorganisme sehingga mempercepat degradasi bahan organik; 4) meningkatkan ketersediaan P; 5) meningkatkan fiksasi N oleh tanah dan organisme tanah; 6) memperbaiki sifat fisik tanah dan 7) mengurangi aktivitas unsur-unsur yang dapat meracuni tanaman. 7

Menurut Tisdale et al. (1985), penambahan bahan kapur ke dalam tanah dengan takaran yang tepat dapat meningkatkan ph tanah, ketersediaan dan efisiensi pemupukan fosfat serta menurunkan kelarutan beberapa unsur seperti Al, Fe dan Mn yang mencapai tingkat yang meracuni tanaman. Pagani (2011) juga menyatakan bahwa pengapuran dapat meningkatkan ph tanah dan ph tanah yang maksimum ditemukan pada tahun kedua setelah pengapuran. Sifat Umum Tanah Latosol Tanah latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang terjadi terus menerus, (2) terjadi pencucian basa-basa yang mengakibatkan penumpukan seskuioksida, dan (3) terjadi penumpukan mineral liat kaolinit. Proses latosolisasi biasanya terjadi pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi, sehingga gaya hancur bekerja lebih cepat (Soepardi, 1983). Menurut Soepraptohardjo (1978) tanah latosol di Indonesia adalah tanah mineral yang berbahan induk tuf vulkan. Tipe tanah ini berada di ketinggian 5-1000 m di atas permukaan laut dengan topografi datar sampai bergunung. Solum tipe tanah ini setebal 1,5-3 m, warna merah kuning, batas-batas horizon baur dan bertekstur liat. Tanah latosol tersebar cukup luas sebagai lahan pertanian khususnya perkebunan. Tanah latosol dari daerah Dramaga pada umumnya sifat fisiknya sudah baik dengan ciri-ciri bertekstur liat berdebu, lempung berdebu sampai lempung berpasir. Bobot isi berkisar antara 0,90-0,97 g/cm 3, porositas tanah berkisar antara 63 %-68 %. Pori drainase cepat tergolong sangat rendah sampai rendah, drainase dan tata udara tergolong baik, air tersedia rendah sampai sangat tinggi (Soeparto, 1982). Kesuburan kimia tanah ini biasanya sangat rendah sampai sedang. Jenis mineral liat tanah ini termasuk pada kelompok kaolinit, oleh sebab itu umumnya tanah ini memiliki KTK yang relatif rendah. Hal ini sebagian disebabkan oleh kadar bahan organik yang sedikit dan sebagian lagi oleh sifat liat dan hidro-oksida besi. Kandungan Al dan Fe yang relatif tinggi menyebabkan fosfat mudah terikat dan membentuk Al-P dan Fe-P yang kurang tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1983). 8