BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

WALIKOTA PROBOLINGGO

Peran Perempuan dalam. Air, Sanitasi dan Higiene. Masyarakat

BUPATI PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 16 SERI E

BUPATI BANDUNG BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TARIF DASAR DAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 9 SERI E

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PONOROGO

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PENGUMUMAN NOMOR : PDAM.82/AM/2/2014

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR/ TAHUN 2010 TENTANG TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BUPATI MOJOKERTO,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 28 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 4 Tahun 2009 Seri E

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BANYUWANGI.

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2001

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 8 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR CAKUPAN PELAYANAN PELANGGAN ATAS PENDUDUK BULAN : DESEMBER 2013 KOTA DENPASAR

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2013 T E N T A N G TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

PENGUMUMAN NOMOR : PDAM.65/AM/2/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahnia Nazthalia (2012) mengadakan penelitian Analisa Kebutuhan Air

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi

BUPATI SIDOARJO PERA TURAN BUPA TI SIDOARJO NOM OR 17 T AHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYESUAIAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYESUAIAN TARIP AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 1 TAHUN : 1991 SERI : D.15

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 SERI BUPATI CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam UUD

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

III. METODOLOGI PENELITIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI INDONESIA

I. Latar belakang penyesuaian tarif air minum tahun 2013 meliputi :

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 50 TAHUN 2001 TENTANG TARIF AIR MINUM DAN NON AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

KATA PENGANTAR. Ketua BPPSPAM. Ir. Tamin M. Zakaria Amin, M.Sc, MBA. Petunjuk Teknis Penilaian Kinerja PDAM Hal. i

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

FORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI AIR BERSIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Air Minum Pengertian air minum dapat diuraikan sebagai berikut: Menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang melali syarat dan dapat langsung diminum. Air minum harus terjamin dan aman bagi kesehatan, air minum aman bagi kesehatan harus memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum, sedangkan parameter tambahan dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi kualitas lingkungan daerah masing masing dengan mangacu pada parameter tambahan yang ditentukan oleh Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Selanjutnya menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Selanjutnya menurut Sutrisno (1991:1) air minum dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial, sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Selain untuk dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa air minum merupakan suatu kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa air minum manusia tidak bisa melangsungkan kehidupannya dengan baik karena tubuh manusia membutuhkan air minum terutama untuk menjaga kesehatan. 5

Jika hal ini sudah terpenuhi maka kualitas hidup manusia akan meningkat dan bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. 2.2 Persyaratan Kualitas Air Minum Persyaratan kualitas air minum sebagaimana yang ditetapkan melalui Permenkes RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Terdapat 2 parameter kualitas air minum, yaitu sebagai berikut. 1 Parameter wajib yaitu: a) Parameter microbiologi b) Parameter kimia an-organik 2 Parameter yang tidak wajib yaitu: a) Parameter fisik b) Parameter kimiawi Tabel 2.1 Parameter pada persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter wajib a. Parameter Mikrobiologi 1) E.Coli 2) Total Bakteri Koliform b. Kima an-organik 1) Arsen 2) Fluoride 3) Total Kromium 4) Kadmium 5) Nitrit 6) Nitrat 7) Sianida 8) Selenium Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel Kadar maksimum yang diperbolehkan 0 0 0,01 1,5 0,05 0,003 3 50 0,07 0,01 6

2 Parameter yang tidak wajib a. Fisik 1) Bau 2) Warna 3) TDS 4) Kekeruhan 5) Rasa 6) Suhu b. Kimiawi 1) Alumunium 2) Besi 3) Kesadahan 4) Khlorida 5) Mangan 6) ph 7) seng 8) sulfat 9) tembaga 10) amonia TCU Mg/l NTU ºC 0,2 0,3 500 250 0,4 6,5-8,5 3 250 2 1,5 2.3 Sistem Penyediaan Air Minum Peraturan pemerintah yang mengatur tentang sistim penyediaan air minum adalah PP nomer 16 tahun 2005. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) non fisik (kelembagaan, managemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk menyediakan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peyelenggaraan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok 7

masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Dalam mengelola SPAM, penyelenggara harus berdasarkan pada prinsip good corporate governance, memenuhi standar pelayanan minimum, persyaratan kualitas air minum sesuai peraturan mentri kesehatan yang berlaku dan memberikan pelayanan secara penuh 24 jam per hari kepada pelanggan. Untuk memenuhi hal tersebut diatas, maka diperlukan pedoman pengelolaan SPAM yang antara lain terdiri dari pedoman pengoprasian dan pemanfaatan sarana serta administrasi dan kelembagaan SPAM. Pedoman penyusunan pengelolaan SPAM ini merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah nomer 16 tahun 2005 tentang pengembangan sistim penyediaan air minum (SPAM). Secara garis besar, pedoman ini memberikan acuan dalam pengelolaan SPAM. Muatan pedoman ini adalah materi yang bersifat pengaturan maupun teknis. Dalam rangka efisiensi, maka pengelolaan SPAM sendiri dapat dilakukan melalui kerjasama antar pemerinntah daerah, atau kerjasama dengan penyelenggara lainnya dalam bentuk kemitraan. Namun dalam kondisi suatu wilayah belum terjangkau oleh pelayanan BUMN/BUMD sebagai penyelenggara pengembangan SPAM, maka dapat dibentuk Badan Layanan Umum (BLU) Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau dilakukanya kerjasama dengan penyelenggara lainnya. 2.4 Klasifikasi Pengguna Air Minum Selengkapnya pembagian kelompok pelanggan menurut PDAM Kabupaten Jembrana seperti berikut : 2.4.1 Kelompok I 1. Sosial Umum Pelanggan yang setiap harinya melayani kepentingan umum, khususnya bagi mesyarakat yang berpenghasilan rendah, antara lain kamar mandi umum, kran umum, dan terminal air. 2. Sosial Khusus 8

Pelanggan yang setiap harinya melayani kepentingan umum, serta mendapatkan sumber dana sebagian dari kegiatannya, antara lain pondok pesantren, yayasan sosial, panti asuhan, tempat ibadah, dan tempat-tempat pertemuan (balai banjar, balai tempek/sekaa). 2.4.2 Kelompok II 1. Rumah Tangga Secara umum, ukuran keluarga tidaklah terlalu besar dengan jumlah rata-rata 5 orang setiap rumah tangga. 2. Instansi Pemerintahan Instansi pemerintah atau lembaga-lembaga milik pemerintah, jumlah pegawai rata-rata setiap kantor adalah 35 orang. 2.4.3 Kelompok III 1. Niaga Kecil Kios, warung,toko, mini market, kantor perusahaan milik swasta, rumah sakit/klinik milik swasta, praktek dokter swasta, biro jasa, rumah makan, losmen penginapan, salon kecantikan, gudang, dan industri rumahan (home industry). 2. Niaga Besar Hotel, restoran, bengkel besar (service station), tempat hiburan, importir/eksportir, pasar swalayan, rumah sakit swasta tipe A/B, pompa bensin, dan kolam renang umum swasta. 2.4.4 Kelompok IV 1. Industri Kecil Pengerajin, sanggar seni, usaha konfeksi kecil, industri kerajinan kecil, dan peternakan kecil. 2. Industri Besar Pabrik minuman, pabrik es, industri perikanan, dan pabrik pengalengan ikan. 2.4.5 Kelompok V (Khusus) Pelabuhan laut, dan pelabuhan sungai. 9

2.5 Standar Kebutuhan Air Minum Untuk sebuah sistem penyediaan air minum, perlu diketahui besarnya kebutuhan dan pemakaian air. Kebutuhan air dipengaruhi oleh besarnya populasi penduduk, tingkat ekonomi dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, data mengenai keadaan penduduk daerah yang akan dilayani dibutuhkan untuk memudahkan permodelan evaluasi sistem distribusi air minum. Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang satu dengan kota yang lainnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Linsey and Franzini (1986) adalah : 1. Iklim Kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara dan sebagainya akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di iklim yang lembab. Pada iklim yang sangat dingin, air mungkin diboroskan di keran-keran untuk mencegah bekunya pipa-pipa. 2. Ciri-ciri Penduduk Pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi dari para langganan. Pemakaian perkapita di daerah miskin jauh lebih rendah daripada di daerahdaerah kaya. Di daerah-daerah tanpa pembuangan limbah, konsumsi dapat sangat rendah hingga hanya sebesar 10 galon per kapita atau setara 40 liter / kapita per hari. 3. Masalah Lingkungan Hidup Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap berlebihannya pemakaian sumber-sumber daya telah menyebabkan berkembangnya alat-alat yang dapat dipergunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah pemukiman. 4. Keberadaan Industri dan Perdagangan Keberadaan industri dan perdagangan dapat mempengaruhi banyaknya kebutuhan air perkapita dari suatu kota. 5. Iuran Air dan Meteran Bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam pemakaian air dan industri mungkin mengembangkan persediaannya sendiri dengan biaya 10

yang lebih murah. Para langganan yang jatah airnya diukur dengan meteran akan cenderung untuk memperbaiki kebocoran-kebocoran dan mempergunakan air dengan jarang. Pemasangan meteran pada beberapa kelompok masyarakat telah menurunkan pengguanaan air hingga sebanyak 40 persen. 6. Ukuran Kota Penggunaan air perkapita pada kelompok masyarakat yang mempunyai jaringan limbah cenderung untuk lebih tinggi di kota-kota besar daripada di kota kecil. Secara umum, perbedaan itu diakibatkan oleh lebih besarnya pemakaian sektor industri, lebih banyaknya taman-taman, lebih banyaknya pemakaian air untuk perdagangan dan barang kali juga lebih banyak kehilangan dan pemborosan di kota-kota besar. Untuk memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan air. Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi dalam: a. Kebutuhan domestik - sambungan rumah - sambungan kran umum b. Kebutuhan non domestik - Fasilitas sosial (masjid, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya) - Fasilitas perdagangan/industri - Fasilitas perkantoran dan lain-lainnya 2.5.1 Kebutuhan Domestik Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan air minum untuk rumah tangga dan sambungan kran umum. Jumlah kebutuhan didasarkan pada banyaknya penduduk, presentase yang diberi air dan cara pembagian air yaitu dengan sambungan rumah atau melalui kran umum. Jumlah sambungan rumah dihitung berdasarkan 11

jumlah sambungan baru, yaitu 5 orang persambungan, sedangkan jumlah kran umumnya didasarkan atas 100 orang per-kran umum. Kebutuhan air perorang perhari disesuaikan dengan standar yaitu bisa digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori kotanya. Di dalamnya setiap kategori tertentu kebutuhan air perorang perhari berbeda-beda. Tabel 2.2 Standar Kebutuhan Air Minum Kategori Kota Kebutuhan Air Minum (liter/orang/hari) Kota Metropolitan 150 Kota Besar 130 Kota Sedang 110 Kota Kecil 90 Desa 60 Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 2010 Berdasarkan Pada Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa Standar Kebutuhan Pokok Air Minum adalah kebutuhan air sebesar 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari, atau sebesar satuan volume lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang sumber daya air. Badan Dunia UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu 60 liter/orang/hari. Dengan kata lain jika seseorang mendapatkan pasokan air minum dibawah dari standar kebutuhan air minum seperti pada tabel diatas maka dapat dikatakan orang tersebut tidak memenuhi standar kebutuhan air minum atau orang tersebut mengalami kekurangan pasokan air minum. 2.5.2 Kehilangan Air Istilah lain yang serinng digunakan untuk kehilangan air adalah Non-Revenue Water. Definisi dari kehilangan air adalah perbedaan jumlah air yang diproduksi oleh 12

produsen air dan jumlah air yang terjual ke konsumen sesuai dengan yang dicatat di meter-meter air pelanggan (Kodoatie dan Sjarief 2005). Tingkat kehilangan air adalah presentase perbandingan antara kehilangan air dan jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan air. Mengikuti pemahaman internasional, maka terdapat dua jenis kehilangan air (Irzal Djamal, Firdaus Ali, Rian Nugroho, Agus Kretarto dan Rusdiati Utami, 2009), yaitu: 1. Kehilangan air pada sistem distribusi, termasuk didalamnya kebocoran pipa, fitting, kebocoran pada tangki dan reserfoir air yang melimpah keluar dari reservoir, dan open-drain atau sistem blow-offs yang tidak memadai. Kehilangan ini disebut dengan real losses atau disebut sebagai kehilangan teknis. Kehilangan teknis dipahami sebagai kehilangan air secara fisik dari sistem yang bertekanan, sampai dengan titik meter air pelanggan. Volume kehilangan tahunan berdasarkan semua tipe kebocoran, pipa pecah, debit, dan rata-rata lamanya kebocoran individu. 2. Kehilangan non fisikal, yang berakibat kepada kehilangan penerimaan atas pengelolaan air, termasuk didalamnya meteran yang tidak akurat hingga penggunaan air secara tidak sah dan illegal, kehilanagan itu disebut sebagai apparet losses atau kehilangan air komersil. Kehilangan air komersil dipahami sebagai perhitungan untuk semua tipe dari ketidakakuratan termasuk meter air produksi dan meter air pelanggan, ditambah konsumsi tidak resmi. 2.6 Tarif Air Minum Tarif air adalah kebijakan harga jual air minum dalam setiap meter kubik (m³) atau satuan volume lainnya sesuai kebijakan yang ditentukan Kepala Daerah dan PDAM yang bersangkutan (Permendagri No. 23 Tahun 2006). Tentang besarnya tarif merupakan kesepakatan bersama antara pihak penyedia pelayanan air bersih (PDAM) 13

dengan pengguna jasa layanan air bersih (pelanggan). Perhitungan dan penetapan tarif air minum didasrkan pada prinsip-prinsip: keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya secara penuh, efisiensi pemakaian air, transparasi, akuntabilitas dan perlindungan air baku. Komponen biaya dalam perhitungan tarif meliputi : biaya operasi dan pemeliharaan, biaya depresiasi,biaya bunga pinjaman, biaya-biaya lain, dan keuntunganyang wajar. Untuk melaksanakan tarif, penyelenggara harus wajib menerapkan struktur tarif termasuk tarif progresif, dalam rangka penerapan subsidi silang antar kelompok pelanggan. Penyesuaian tarif dapat dilakukan formula indeksiasi dengan mengacu pada besaran nilai indeks yang berlaku yang diterbitkan oleh pemerintah. Pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah dalam negreri. Ada empat pengelompokan biaya atau tarif, yaitu : tarif rendah, yakni tarif yang bersubsidi nilainya lebih kecil dari biaya dasar. Tarif dasar, yakni nilai tarif sama dengan nilai dasar. Tarif penuh, yakni tarif yang nilainya lebih besar dari biaya dasar. Dan tarif kesepakatan,yakni tarif yang nilainya berdasarkan kesepakatan antara PDAM dengan pelanggan. Dampak tarif yang tidak full cost recovery bagi PDAM, mengalami kesulitan dalam mengalokasikan investasi pengembangan pelayanan, serta biaya pemeliharaan dan kualitas pelayanan cendrung menurun. Maka dari itu perlu diadakan penyesuaian tarif agar biaya pemeliharaan dan kualitas pelayanan menjadi lebih baik. Salah satu contoh yang sudah menggunakan kebijakan ini adalah pemerintah Kabupaten Jembrana, di mana penyesuaian tarif yang sudah dilakukan, dan waktu terbaru penyesuaiannya adalah pada tahun 2010. 14

Tabel 2.3 Tabel Perubahan Tarif PDAM Kabupaten Jembrana pada Tahun 2010 No. 1 Gol I 2 Gol II Kelompok Pelanggan / Gol. a. Sosial Umum b. Sosial Khusus a. Rumah Tangga b. Instansi Pemerintah Tingkatan Pemakaian Dalam M³ Tarif dalam Rp Per M³ Baru (2010) Lama (2009) rata-rata 1.600 1.250 0-10 16.000 12.500 11-20 3.400/m³ 2.050/m ³ >20 3.400/m³ 2.050/ m³ 0-10 16.000 12.500 11-20 3.400/m³ >20 3.400/m³ 2.250/ m³ 2.500/m ³ 0-10 34.000 20.500 11-20 3.600/m³ >20 3.600/m³ 2.500/ m³ 2.500/m ³ Minimum Pemakaian Dalam M³ 3 Gol III a. Niaga Kecil 0-10 36.000 22.500 10 3.500/m >10 5.000/ m³ ³ b. Niaga Besar 0-10 51.000 37.500 10 >10 6.800/m³ 4.500/ m³ a. Industri 4 Gol IV 0-10 68.000 45.000 10 Kecil 5.000/ >10 8.500/m³ m³ b. Industri Besar 0-10 100.000 75.000 10 >10 10.000/ 6.000/ m³ m³ 5 Gol V Pelabuhan 10.000 6.000 Sumber : PDAM Kabupaten Jembrana, 2010 10 10 10 15

2.7 Penelitian Yang Relevan Penelitian ini sebelumnya telah dibahas dalam skripsi yang berjudul Analisis Perubahan Penggunaan Air Minum Sebelum dan Setelah Kenaikan Tarif PDAM Kota Denpasar (Studi Kasus Denpasar Selatan) pada tahun 2013 oleh I Wayan Deny Yoga Pratama mahasiswa Teknik Sipil Universitas Udayana. Penelitian ini membahas tentang perubahan pemakaian air minum di Kecamatan Denpasar Selatan sebelum dan setelah kenaikan tarif dasar air minum PDAM Kota Denpasar. Pada penelitian ini ditarik kesimpulan bahwa kenaikan tarif dasar air minum tidak mempengaruhi jumlah pemakaian air minum di Kecamatan Denpasar Selatan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah mengkaji pemakaian air minum PDAM sebelum dan setelah terjadinya kenaikan tarif dasar air minum PDAM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada lokasi penelitian, dimana penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar, yaitu pada Kecamatan Denpasar Selatan. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti dilaksanakan di Kabupaten Jembrana, yaitu Kecamatan Negara. 16