BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, setiap negara dituntut untuk semakin maju dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu subsektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah perusahaan yang mengalami peningkatan, sejak beberapa tahun yang lalu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing, perusahaan harus meningkatkan kinerja perusahaannya yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan perkembangan ekonomi yang mulai tumbuh dan teknologi yang pesat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi dunia yang dimulai dari krisis harga minyak global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membangkitkan kembali elemen-elemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan tujuan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang berorientasi pada profit selalu memiliki tujuan jangka

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang adalah untuk memaksimal nilai perusahaan dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) menilai pertumbuhan industri

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri, kondisi ekonomi, dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis moneter yang telah melumpuhkan perekonomian di Indonesia sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan perusahaan bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON ASSET (ROA) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, efisiensi biaya, maupun kinerja yang makin tinggi. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. dan koperasi. BUMN merupakan entitas ekonomi yang harus menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa. berhadapan dengan persoalan penambahan modal yang tujuannya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan suatu perusahaan untuk dapat berkompetisi sangat ditentukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan hubungan antar bangsa dihadapkan pada kondisi yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dalam menghadapi era globalisasi berbagai macam. problem yang dihadapi perusahaan, dalam mengatasi berbagai problem

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang tidak mampu bertahan. Untuk tetap bertahan dalam kompetisi,

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lama dengan dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders maupun calon investor dalam mengetahui seberapa besar potensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN. besar dirasakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sektor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, hal ini merupakan suatu bukti bahwa sudah semakin meningkatnya

EKA YULIANA B

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Kondisi ini didukung

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang sangat pesat, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP TINGKAT LABA BERSIH PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK PERIODE Ade Permatasari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Perkembangan ekonomi selalu dijadikan faktor yang paling penting dalam

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. ada habisnya dan semakin berkembang. Apabila orientasi perusahaan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, setiap negara dituntut untuk semakin maju dan berkembang seiring dengan zaman dimana setiap negara harus mampu mengacu pada perekonomian. Di tengah banyaknya persaingan bisnis yang semakin kompetitif, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009-2013 mencapai rata-rata 5,9% per tahun yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi (http://www.bbc.co.uk/indonesia, 16 Agustus 2013). Bukan hanya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, bisnis industri di Indonesia pun terus mengalami kemajuan seiring dengan berkembangnya teknologi. Perkembangan bisnis industri yang semakin pesat, menuntut perusahaan saling bersaing satu sama lain untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Salah satu yang bisa dilakukan perusahaan adalah menjaga kualitas kerja dalam internal perusahaan terutama dalam hal upaya peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Mulyadi (2007:363), kinerja didefinisikan sebagai keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran strategik di empat perspektif: keuangan, customer, proses serta pembelajaran dan pertumbuhan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Kasmir (2013:196), rasio profitabilitas merupakan rasio 1

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pengertian yang sama disampaikan oleh Hanafi dan Halim (2009:83) bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang analis untuk mengevalusi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan maka kelangsungan hidup badan tersebut akan lebih terjamin (Dewi, 2013). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain yaitu swasta dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan BUMN diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional (http://books.google.co.id/books, Mei 2014). 2

Pemerintah mencatat pada tahun 2012 dari 141 Badan Usaha Milik Negara membukukan laba sekitar 139,246 triliun, 24 BUMN diantaranya mengalami kerugian dengan nilai 3,319 triliun. Di tahun 2013, jumlah BUMN menjadi 140 perusahaan terdapat 109 BUMN yang membukukan laba sekitar 156,665 triliun sementara 31 BUMN masih rugi dengan nilai 34,562 triliun (www.bumn.go.id, 21 Mei 2014). Adapun daftar beberapa perusahaan BUMN yang mengalami kerugian di tahun 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Daftar Beberapa Perusahaan BUMN Sektor Transportasi dan Industri Transportasi yang Mengalami Kerugian di Tahun 2013 No. Nama Perusahaan Kerugian (Rp Juta) 1 PT Merpati Nusantara Airlines 1.218.539 2 PT PELNI 634.175 3 PT PAL Indonesia 382.138 4 PT INKA 96.784 5 PT Dok dan Perkapalan Surabaya 94.834 6 PT Dirgantara Indonesia 84.674 7 PT Dok dan Kodja Bahari 2.573 Sumber : www.bumn.go.id, 21 Mei 2014 Berdasarkan tabel di atas, BUMN transportasi yang mengalami kerugian terbesar adalah PT Merpati Nusantara Airlines. PT Merpati Nusantara Airlines adalah salah satu perusahaan penerbangan nasional domestik di Indonesia. Selain memiliki masalah rekor keselamatan yang buruk, PT Merpati juga memiliki masalah keuangan, setiap tahun PT Merpati mengalami kerugian. Di tahun 2011, PT Merpati merugi 3

sebesar Rp 778,64 miliar. Bahkan di saat terjadi krisis di tahun 1997, hutang PT Merpati lebih besar dari asetnya. Sewa pesawat yang tidak layak, penyewaan pesawat yang penuh manipulasi, serta penurunan kinerja pelayanan, masalah-masalah tersebut berdampak kepada ketepatan jadwal penerbangan (on time performance) yang makin rendah. Memasuki bulan Februari 2014, untuk sementara PT Merpati memberhentikan semua operasi penerbangannya. PT Merpati berhenti beroperasi lantaran tidak mampu membayar asuransi, bahan bakar dan gaji pegawainya. Kini PT Merpati terbebani hutang yang mencapai 1,2 Trilyun Rupiah (www.wikipedia.com,20 Mei 2014). Peringkat kedua BUMN transportasi yang mengalami kerugian adalah PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). Sepanjang tahun 2013, PT Pelni harus menelan kerugian hingga Rp 634 Miliar. Kerugian terjadi karena perseroan harus membayar pembayaran kapal dalam mata uang euro sebesar Rp 175 miliar (http://www.jpnn.com, 21 Mei 2014). Kerugian juga disebabkan kenaikan harga BBM dan spare part kapal. PT Pelni terus menghadapi kenaikan berbagai biaya. Kenaikan biaya tersebut mulai dari biaya pegawai, bahan bakar, kenaikan nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, biaya pemeliharaan rutin, hingga biaya overhead. Kondisi tersebut membuat tarif ekonomi yang berlaku saat itu tidak mampu menutupi biaya pokok yang dikeluarkan sehingga perusahaan mengalami kerugian. (http://bisnis.news.viva.co.id, 09 April 2014). 4

Berdasarkan fenomena tersebut, untuk dapat menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan memenuhi kewajiban, maka diperlukannya analisis laporan keuangan. Salah satu komponen untuk menilai keuangan perusahaan adalah analisis rasio profitabilitas. Profitabilitas keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangannya dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan serta mencari penyebab perubahan tersebut. Menurut Kasmir (2013:199), beberapa indikator rasio profitabilitas yang dapat digunakan yaitu Profit Margin (Profit Margin On Sales), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (laba per lembar saham). Penulis menggunakan rasio profitabilitas khususnya Return On Asset (ROA). Kasmir (2013:197) menjelaskan rasio Return On Asset (ROA) adalah rasio laba bersih setelah pajak dibagi dengan total asset untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. Analisa Return On Asset (ROA) bersifat menyeluruh dan digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Asset (ROA) dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan profitabilitas khususnya Return On Asset (ROA) perusahaan, diantaranya adalah laba bersih dan 5

total asset. Aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat berupa aktiva tetap (fixed assets), aktiva lancar (current assets), maupun bentuk financial assets berupa saham dan obligasi (Darminto,2007). Investasi aktiva tetap merupakan suatu bentuk penanaman modal yang dilakukan oleh perusahaan dengan harapan bahwa suatu saat kegiatan operasi perusahaan tersebut dapat menghasilkan laba atau mendatangkan tingkat pengembalian investasi (return) yang memuaskan (Darminto,2008). Keputusan investasi didukung oleh keputusan pendanaan. Komposisi pendanaan berupa ekuitas pemilik, kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Keputusan pendanaan dapat diartikan sebagai keputusan manajemen perusahaan dalam menentukan sumber dana, baik yang berasal dari sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber internal meliputi laba ditahan dan sumber eksternal meliputi hutang jangka panjang, hutang jangka pendek dan modal saham (Nazia,2013). Aset yang besar memungkinkan perusahaan memiliki total utang yang besar pula, dimana sebagian aset dibiayai oleh utang perusahaan kepada pihak lain. Selain itu, rugi selisih kurs memiliki andil dalam naik turunnya laba bersih perusahaan karena masalah ekonomi global akan mempengaruhi kurs dunia salah satunya bagi perusahaan-perusahaan Go Public di Indonesia yang harus mengkonversi nilai mata uang asing ke mata uang rupiah (Firma,2013). Salah satu BUMN mengalami rugi selisih kurs adalah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Total aset PT PLN hingga akhir tahun 2013 mencapai Rp 595,87 6

triliun, atau naik dari akhir tahun 2012 Rp 549,37 triliun. Namun setiap tahun PT PLN mengalami penurunan laba bersih. Adapun data laba bersih PT PLN adalah sebagai berikut: Tabel 1.2 Daftar Laba Bersih PT PLN Tahun 2009-2013 Tahun Laba Bersih (Dalam Rupiah) 2009 14,6 triliun 2010 10,3 triliun 2011 5,4 triliun 2012 3,2 triliun 2013 (29,6) triliun (Sumber : http://www.pln.co.id/p3bs, 5 Maret 2014) Di tahun 2009, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sempat mendapat laba bersih Rp 14,6 triliun. Di tahun 2010 laba bersih mengecil menjadi Rp 10,3 triliun, di tahun 2011 Rp 5,4 triliun dan di tahun 2012 menciut menjadi Rp 3,2 triliun, sampai akhirnya tahun lalu rugi Rp 29,6 triliun. Dari sisi pendapatan, BUMN kelistrikan ini sebenarnya berhasil meraup revenue sebesar Rp 257,4 triliun, atau naik 10,63 persen dari Rp 232,65 triliun. Setio Anggoro Dewo, Direktur Keuangan PLN menjelaskan, PT PLN menderita rugi selisih kurs sepanjang 2013. Jumlah kerugian selisih kurs mencapai Rp 42,2 triliun, atau membengkak dari tahun 2012 sebesar Rp 5,93 triliun. Hal ini karena terjadi rugi kurs akibat hutang PT PLN didominasi oleh valas. (www.nefosnews.com, 5 Maret 2014). 7

Selain PT PLN, masalah keuangan pun pernah mendera PT Kereta Api Indonesia (KAI). Sarana dan prasarana yang sudah uzur, jumlah lokomotif, rangkaian Kereta Api dan gerbong barang yang terus berkurang. Terjadi backlog yang cukup parah, sehingga kinerja operasional tidak maksimal. Keamanan dan keselamatan penumpang dipertaruhkan.rangkaian masalah yang mendera PT KAI tersebut berimbas pada kinerja keuangan(buku Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia,2013) Tabel 1.3 Daftar Laba Bersih PT KAI (Persero) Tahun 2005-2008 Tahun Laba Bersih (Dalam Rupiah) 2005 6,9 milyar 2006 14,2 milyar 2007 (40,5) milyar 2008 (83,4 ) milyar (Sumber : Buku Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia, 2013) Tahun 2007 dan 2008 kondisi kesehatan PT KAI adalah BBB alias kurang sehat. Pada tahun 2009, armada PT KAI mengalami penurunan, dari 406 lokomotif yang ada tinggal 330 buah saja yang masih beroperasi. Begitu pula dengan kereta rangkaian diesel (KRD) dari 85 rangkaian berkurang menjadi 77 rangkaian. Begitu juga dengan jumlah gerbong, dari 6.823 gerbong hanya tinggal 3.376. Sementara kereta lokal berkurang 74 unit menjadi 17 unit pada 2009. Merujuk kepada Perpres No.53/2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis bidang Perkeretaapian, biaya pemeliharaan infrastuktur perkeretaapian atau yang dikenal dengan istilah IMO (Infrastructure Maintenance and Operation) ditanggung pemerintah dalam hal ini Kementrian Perhubungan. 8

Namun pada kenyataannya PT KAI harus menanggung sendiri biaya IMO. Pada tahun 2012 biaya IMO yang harus ditanggung mencapai 1,5 triliun. Di tahun 2013 biaya IMO diperkirakan mencapai 1,7 triliun. Biaya IMO yang harus dikeluarkan oleh PT KAI itu telah menggerus laba bersih perseroan (www.bumntrack.co.id, November 2013). Tahun 2009, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memutuskan melakukan peremajaan sarana dan mengembangkan investasi asetnya berupa sarana dan prasarana. PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan mengganti gerbong kereta yang sudah berumur di atas 30 tahun. Untuk melakukan investasi, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memerlukan sumber pendanaan eksternal dari bank sebesar kurang lebih Rp 10,1 trilyun (Laporan Manajemen PT KAI, 2013). Sebagian dari kebutuhan pendanaan tersebut dipenuhi melalui kredit sindikasi, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan Bank Rakyat Indonesia (Persero) kucurkan kredit kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar Rp 4,024 trilyun. Pembiayaan bank sebesar 85% dan 15% dari dana PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar Rp 710,26 milyar digunakan untuk pembiayaan 44 lokomotif di Sumatera Selatan, 100 lokomotif di Jawa, 1.200 gerbong angkutan batu bara dan 1.200 gerbong angkutan peti kemas (www.investor.co.id, 9 Maret 2013). Menurut Darminto (2008:17), investasi yang telah dilakukan oleh para pemodal perusahaan, baik pemilik maupun kreditur pada hakekatnya mengharapkan hasil dari investasinya berupa tingkat pengembalian dan laba yang maksimal. PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam bisnisnya diharapkan dapat meningkatkan 9

profit perusahaan yang akan digunakan untuk membiayai operasi perusahaan dan juga untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi. Laba (profit) dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap kelangsungan operasi perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik dengan permasalahan yang ada dan bermaksud untuk melakukan penelitian di PT Kereta Api Indonesia (Persero) serta menyajikannya dalam sebuah laporan skripsi dengan judul: Pengaruh Investasi Aktiva Tetap dan Sumber Dana terhadap Profitabilitas pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 1.2 Rumusan masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana investasi aktiva tetap yang ada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 2. Bagaimana penggunaan utang yang ada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 3. Bagaimana penggunaan ekuitas yang ada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 4. Bagaimana profitabilitas yang ada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 5. Seberapa besar pengaruh investasi aktiva tetap, penggunaan utang dan penggunaan ekuitas terhadap profitabilitas pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) secara simultan. 10

6. Seberapa besar pengaruh investasi aktiva tetap, penggunaan utang dan penggunaan ekuitas terhadap profitabilitas pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) secara parsial. 1.3 Maksud dan tujuan penelitian Adapun maksud penelitian yang dilakukan penulis adalah mempelajari dan mengevaluasi serta membuat kesimpulan mengenai pengaruh investasi aktiva tetap dan sumber dana terhadap profitabilitas. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui investasi aktiva tetap yang ada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 2. Untuk mengetahui penggunaan utang yang ada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 3. Untuk mengetahui penggunaan ekuitas yang ada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 4. Untuk mengetahui profitabilitas yang ada pada PT Kereta Api Indonesia (Persero). 5. Untuk mengetahui berapa besar investasi aktiva tetap, penggunaan utang dan penggunaan ekuitas terhadap profitabilitas pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) secara simultan. 11

6. Untuk mengetahui berapa besar investasi aktiva tetap, penggunaan utang dan penggunaan ekuitas terhadap profitabilitas pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) secara parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademis maupun praktis, yaitu: 1. Bagi penulis Untuk mengetahui pengaruh investasi aktiva tetap dan sumber dana terhadap profitabilitas, selain itu juga sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jenjang pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 2. Bagi Perusahaan Memberikan masukan bagi perusahaan terutama dalam masalah pengaruh investasi aktiva tetap dan sumber dana terhadap profitabilitas, sehingga keuntungan yang diperoleh dari perubahan investasi aktiva tetap tersebut di masa yang akan datang bisa lebih dioptimalkan. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi maupun bahan kajian bagi penelitian selanjutnya. 12