HUBUNGAN ANTARA PERAN SUAMI SIAGA DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI KELURAHAN POJOKSARI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG Mike Ahyu Puspita*), Gipta Galih Widodo**), Indri Mulyasari***) *) Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Pelayanan antenatal (Antenatal Care) merupakan pemantauan perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilihat menggunakan cakupan K1 dan K4. Salah satu faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC adalah dukungan suami yang berupa suami siaga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Peran Suami Siaga dengan Frekuensi Kunjungan ANC di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari sebanyak 45 ibu hamil. Jumlah sampel pada penelitian sejumlah 37 ibu hamil yang diperoleh menggunakan teknik purposive sampling.analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Chi-Square (α=0,05). Didapatkan hasil peran suami paling banyak pada kategori tidak siaga 51,4% dan siaga 48,5% dan frekuensi kunjungan ANC pada kategori cukup 56,8% dan kategori kurang 43,2%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara peran suami siaga dengan frekuensi kunjungan ANC (p=0,029). Bidan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah dalam memberikan KIE tugas-tugas suami siaga untuk peningkatan pengetahuan para suami tentang peran suami siaga dengan frekuensi kunjungan ANC dengan cara mengikutsertakan suami saat istri memeriksakan kehamilan. Kata Kunci : Peran Suami Siaga, Frekuensi Kunjungan ANC 1
ABSTRACT Antenatal care is progress monitoring in improving maternal health pregnancy and normal fetal development. Maternal health care coverage can be viewed by using the K1 and K4 coverage. One of the factors that influences the ANC is the husband's support in the form of alert husband. The purpose of this study was to know the correlation between the role of alert husband and frequency of Antenatal Care visits atpojokasri Village Ambarawa District, Semarang Regency. The study design was descriptive correlation with cross sectional approach. The population in this study was third trimester pregnant mothers at Pojoksari village as many as 45 mothers. The sampling technique used purposive sampling obtaining 37 mothers. Data analysis used Chi- Square(α=0,05). The results of husband s role got that obtained in the most of the husbands were not alert (51,4%) and alert (48,5%) and frequency of Antenatal Care Visits was sufficient(56,8%) and less (43,2%) category. The results in this study showed that there was a correlation between the role of alert husband and frequency of ANC visits (p=0,029). The midwives are expected to take the ways to give IEC (Information, Education, and Communucation) to increase the role of alert husband with the frequency of ANC visits by involve thehusband in antenatal care. Keywords : Role of Alert Husband, Frequency of ANC visits PENDAHULUAN Pelayanan antenatal merupakan pemantauan perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Pelayanan antenatal yang optimal hanya dapat dicapai jika layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal (Fraser, 2009) 1. Antenatal Care (ANC) yang diberikan kepada ibu hamil bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Begitu pula sebaliknya bagi ibu hamil bila tidak melakukan pemeriksaan ANC, maka tidak mengetahui perkembangan kesehatan baik ibu itu sendiri dan janinnya yang mungkin keadaan tersebut bisa membahayakan keduanya. Selain itu juga tenaga kesehatan tidak bisa memantau kesehatan ibu hamil karena memang ibu itu sendiri tidak mau melakukan ANC (Mochtar, 2010) 2. Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu-lahir). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil atau janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Departemen Kesehatan RI, 2014) 3. Berdasarkan data secara Nasional, cakupan K4 pada tahun 2013 sebesar 86,85% menurun dari tahun sebelumnya sebesar 90,25%. Secara nasional, indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2013 belum dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun yang sama yakni sebesar 93% (Departemen Kesehatan RI, 2014) 4. Data Provinsi Jawa Tegah tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 92,13% menurun bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 (92,99%) dan masih dibawah target Standar Pelayanan Minimal tahun 2015 yaitu 95% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013) 5. Di Kabupaten Semarang, angka 2
cakupan K4 tahun 2014 sebesar 89,98% dan belum mencapai target Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang sebesar 94%. Sedangkan di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa sendiri jumlah Cakupan K4 nya adalah sebesar 84, 80 %. Cakupan di wilayah kerja Puskesmas Ambarawa masih kurang dari target yang seharusnya dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang yaitu sebesar 94% (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2013) 6. Kunjungan antenatal care dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor pengetahuan, sikap, fasilitas layanan kesehatan, jarak fasilitas layanan kesehatan, dukungan keluarga, perilaku petugas kesehatan, dan dukungan suami yang di dalamnya ada peran suami siaga. Salah satu faktor yang mempengaruhi kunjungan yaitu dukungan suami (Notoatmodjo, 2012) 7. Dukungan yang diberikan oleh suami diwujudkan dalam peran suami saat kehamilan istri. Kurangnya peran serta suami dalam proses selama kehamilan menjadi salah satu penyebab kurangnya frekuensi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal. Peran suami memiliki andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu (Suparyanto, 2012) 8. Peran suami bukan hanya aspek produktif (sebagai pencari nafkah dan menyediakan uang untuk biaya yang terkait dengan komplikasi perinatal), akan tetapi juga berperan pada aspek reproduktif (merawat kehamilan dan meminta pertolongan pada saat persalinan). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawan pada bulan Juli 2015, terdapat 45 ibu hamil Trimester III. Dari 45 ibu hamil tersebut, terdapat 37 ibu hamil Trimester III yang tinggal dengan suami. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kelurahan Pojoksari adalah pekerja harian lepas. Kelurahan Pojoksari memiliki cakupan K4 sebesar 79,64 %. Kemudian dilakukan wawancara pada 10 ibu hamil Trimester III tanggal 6 Juli 2015 di Kelurahan Pojoksari, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang didapatkan data dari Register Kohort Ibu hamil di Kelurahan Pojoksari, bahwa dari 10 ibu hamil Trimester III, 6 ibu hamil (60%) melakukan kunjungan ANC 3 kali dengan 2 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ditemani suami, 3 ibu hamil (30%) melakukan kunjungan ANC 4 kali dengan 1 orang ibu hamil ditemani suami saat memeriksakan kehamilannya, dan 1 ibu hamil (10%) melakukan kunjungan ANC 2 kali dan memeriksakan kehamilannya diantar oleh saudara. Ibu hamil yang memeriksakan kehamilan tidak ditemani suami menyatakan beberapa alasan bahwa suami mereka bekerja pergi pagi dan pulang petang sehingga jarang bisa mengantar periksa kehamilan dan akhirnya diantar oleh saudara atau tetangga bahkan ada yang memeriksakan kehamilan sendiri untuk ibu hamil yang rumahnya lumayan dekat dengan tempat Bidan. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara peran suami siaga dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang? Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain: 1) Mengetahui Peran Suami Siaga di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. 2)Mengetahui Frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. 3) Menganalisis Hubungan Antara Peran Suami Siaga dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilaksanakan ini akan memberi masukan bagi Bidan untuk mengambil langkah-langkah dalam memberikan KIE untuk peningkatan peran suami siaga dalam frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC). METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 3
deskriptif korelasional yaitu mendeskripsikan variabel bebas (peran suami siaga) dan variabel terikat (frekuensi kunjungan ANC). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 8-12 Agustus 2015 di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Berdasarkan data ibu hamil yang didapatkan dari Kohort Ibu Hamil dari Bidan Kelurahan Pojoksari yaitu Bidan Ruji Aminah, jumlah ibu hamil Trimester III sebanyak 45 orang. Sampel Teknik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu seluruh ibu hamil Trimester III yang tinggal dengan suami di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang sebanyak 37 orang. Pengumpulan Data Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung didapat dari sumber atau responden yang didapat dari kuesioner yang berisi daftar pernyataan tentang peran suami siaga. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah frekuensi kunjungan ANC yang didapatkan dari buku KIA ibu. Analisa Data Analisa Univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian serta gambaran karakteristik responden. Analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa Bivariat Analisa bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hubungan variabel bebas yaitu peran suami siaga terhadap variabel terikat yaitu frekuensi kunjungan ANC, dengan menggunakan Uji Chi-Square. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Peran Suami Siaga Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Peran Suami Siaga di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang Peran Suami Frekuensi Persentase (%) Tidak siaga 19 51,4 Siaga 18 48,6 Total 37 100,0 Frekuensi Kunjungan ANC Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Frekuensi Kunjungan ANC di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang Kunjungan Frekuensi Persentase (%) Kurang 16 43,2 Cukup 21 56,8 Total 37 100,0 Alat pengukur data Alat yang digunakan dalam pengumpulan data misalnya kuesioner, lembar observasi, lembar isian, dan lain- lain yang telah teruji validitas dan reabilitasnya, dengan mencantumkan sumbernya. Pada penelitian ini menggunakan bentuk pernyataan kuisioner. 4
Analisis Bivariat Tabel 3 Tabel silang Antara Peran Suami Siaga dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang Peran suami siaga Tidak siaga Siaga Kunjungan ANC Kurang Cukup Total f % f % F % 12 63,2 7 36,8 19 100 4 22,2 14 77,8 18 100 Total 16 43,2 21 56,8 37 100 PEMBAHASAN p value 0,029 Analisis Univariat Peran Suami Siaga Berdasarkan hasil penelitian pada peran suami ibu hamil trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang paling banyak dalam kategori tidak siaga yaitu sejumlah 19 responden (51,4%) sedangkan kategori siaga sejumlah 18 orang (48,6%). Hal ini menunjukkan bahwa para suami ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari masih kurang menyadari pentingnya peran suami siaga saat kehamilan istri. Peran suami yang paling banyak tidak siaga dibuktikan dari pernyataan kuisioner. Dari hasil kuisioner penelitian terdapat 16,2% suami tidak mendengarkan berbagai keluhan yang dialami oleh istri, kemudian sebanyak 24,3% suami tidak membantu pekerjaan rumah istri selama kehamilan, dan suami yang belum memeriksakan istri untuk USG sebanyak 18,9%. Peran suami siaga sendiri terdiri dari 3 indikator siap, antar dan jaga. Peran suami yang tidak siaga pada kategori siap ditunjukkan oleh pernyataan kuisioner nomor 1 ada sebesar 16,2% suami tidak mendengarkan berbagai keluhan yang dirasakan oleh istri selama kehamilan. Suami hendaknya mengetahui dan mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan hingga nifas dengan rutin menanyakan keluhan-keluhan yang dialami istri. Dengan demikian perhatian suami bertambah dalam memahami dan mengambil peran yang lebih aktif serta memberikan kasih sayang pada istri terutama pada saat sebelum kehamilan, selama kehamilan, persalinan, dan sesudah persalinan (Ambarwati, 2011) 9. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riza Umami dan Nunik Puspitasari sebesar 78,2% suami membantu pekerjaan rumah istri selama kehamilan sampai nifas. Kemudian peran suami yang tidak siaga pada indikator siap ditunjukkan oleh pernyataan kuisioner nomor 4 yang menyatakan bahwa suami tidak membantu pekerjaan rumah istri selama kehamilan sebesar 24,3%. Suami yang tidak membantu pekerjaan rumah istri selama kehamilan dikarenakan oleh kesibukan pekerjaan suami diluar rumah yang menjadikan suami saat sampai rumah sudah kelelahan dan istirahat. Selama ibu mengandung, diperlukan dukungan dan perhatian serta kerelaan untuk melakukan kerjasama dalam mengurus rumah tangga dari sang suami. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marina dan Rachmah yang menyatakan bahwa masih ada sebesar 75% suami yang menyerahkan seluruh pekerjaan rumahtangga kepada istri yang sedang hamil. Peran suami yang tidak siaga di Kelurahan Pojoksari sendiri dapat dipengaruhi oleh pendidikan suami. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa pendidikan suami ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari paling banyak adalah SMA sebanyak 17 responden (45,9%). Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2001) 10. Akan tetapi orang yang berpendidikan rendah belum tentu pengetahuannya kurang, karena belajar tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah saja, tetapi juga melalui pengalaman dalam pergaulan di luar sekolah. Faktor lain yang menyebabkan peran suami menjadi tidak siaga adalah pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 14 responden (37,8%) suami 5
bekerja sebagai buruh harian. Suami menjadi tidak siaga sebagai buruh harian suami memiliki banyak waktu diluar rumah pada saat siang hari. Berdasarkan wawancara saat penelitian, suami mengatakan bahwa dalam pekerjaan tersebut suami pergi pagi dan pulang saat sore hari. Hal tersebut ditunjukkan masih banyaknya responden yang menjawab tidak pada pernyataan suami tidak mendengarkan berbagai keluhan yang dirasakan istri saat kehamilan (16,2%) sehingga waktu untuk memperhatikan keluhan istri hanya sedikit pada malam hari saja. Faktor penghasilan juga menjadi penyebab suami tidak siaga. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa penghasilan suami paling banyak >UMR. Dari Penghasilan memang tidak selalu menunjukkan kemampuan ekonomi karena akan tergantung dengan besarnya pengeluaran dilihat dari jumlah anggota keluarga dan kebutuhan. Meskipun begitu, paling tidak pendapatan dapat memberikan gambaran bahwa tingkat perekonomian keluarga sudah baik. Hal ini ditunjukkan masih banyak responden yang menjawab suaminya tidak memeriksakan USG saat kehamilan (18,9%), Alasan yang menjadikan suami tidak memeriksakan istri untuk USG adalah karena biaya yang dibutuhkan oleh suami untuk membayar pemeriksaan tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan saat penelitian, suami mengatakan keberatan untuk melakukan pemeriksaan USG terkait biaya. Sebagian besar suami ibu hamil Trimester III di kelurahan pojoksari adalah sebagai buruh harian dengan pendapatan yang <UMR pada kategori suami yang tidak siaga sebanyak 12 reponden dari 16 responden (75%). Sehingga untuk pendapatan pada pekerja buruh harian suami menyatakan digunakan untuk biaya keperluan sehari-hari. Suami juga beranggapan bahwa istri cukup melakukan pemeriksaan di bidan tanpa harus melakukan USG, akan tetapi banyak juga suami yang menyatakan bahwa mereka menyisihkan sebagian uang untuk pemeriksaan USG. Frekuensi Kunjungan ANC Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang ibu yang melakukan kunjungan ANC secara cukup sejumlah 21 responden (56,8%), sedangkan yang melakukan kunjungan ANC kurang sejumlah 16 responden (43,2%). Frekuensi kunjungan ANC dikatakan cukup jika ibu memenuhi standar minimal kunjungan yaitu trimester 1 minimal 1x, trimester 2 minimal 1x, dan trimester 3 minimal 2x (Departemen Kesehatan RI, 2009) 11. Kegiatan kesehatan yang ada di Kelurahan Pojoksari ini meliputi Posyandu Balita yang didalamnya ada juga pemeriksaan ANC bagi ibu hamil, penempelan stiker P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi). Berdasarkan wawancara dengan bidan Kelurahan Pojoksari, di Kelurahan Pojoksari pernah diadakan kelas ibu hamil setiap bulan sekali di akan tetapi antusias keikutsertaannya semakin lama semakin menurun dan lebih memilih untuk periksa langsung ke Bidan, Dokter atau Puskesmas. Ibu hamil lebih memilih untuk periksa di Bidan langsung dibandingkan dengan mengikuti kelas ibu hamil dikarenakan saat tanggal dilakukan pertemuan kelas ibu hamil terkadang ibu tidak ada yang mengantar. Karena pekerjaan suami yang lebih banyak diluar rumah pada siang hari jadi ibu lebih memilih untuk periksa saat sore ataupun malam setelah magrib di Bidan/Dokter. Ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang sudah setengah lebih yang melakukan kunjungan ANC dengan kategori cukup yaitu dari Trimester I, II, dan III sudah memenuhi standar minimal bahkan lebih atau rutin setiap bulan. Namun masih ada angka yang cukup besar untuk kategori kurang sebesar 43,2% responden melakukan kunjungan ANC kurang dari standar berdasarkan umur kehamilannya. Pada saat penelitian ditemui juga ibu yang kategori ini melakukan ANC pada trimester tertentu saja. Berdasarkan data 16 ibu hamil yang kunjungannya kurang dari standar, ditemukan bahwa 6 dari 16 (37,5%) ibu hamil tidak melakukan kunjungan ANC pada Trimester II. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu hamil saat penelitian, 6
kebanyakan ibu hamil mengatakan bahwa pada saat Trimester II ibu sudah mulai nyaman dengan kehamilannya dan tidak ada keluhan sehingga ibu tidak melakukan kunjungan ANC. Artinya disini, ibu akan melakukan kunjungan ANC apabila ada keluhan saja. Analisis Bivariat Hubungan Peran Suami Siaga dengan Frekuensi Kunjungan ANC pada Ibu Hamil Trimester III Diketahui dari hasil analisis bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil trimester III dengan peran suami yang siaga maka frekuensi kunjungan ANCnya cukup (77,8 %), sedangkan ibu hamil trimester III dengan peran suami yang tidak siaga maka maka frekuensi kunjungan ANCnya kurang (63,2%). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p 0,029 (p<0,05) berarti terdapat hubungan yang bermakna antara peran suami siaga dengan frekuensi kunjungan ANC. Suami ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari memiliki kesibukan pekerjaan diluar rumah dari pagi hingga sore. Suami akan mengantarkan istri untuk memeriksakan kehamilan istrinya saat setelah kerja di sore atau malam hari ke Bidan/Dokter tempat biasa melakukan periksa. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara kepada ibu hamil, suami kurang mengetahui pentingnya peran sebagai suami dalam kehamilan istri saat ditanya oleh bidan pada saat melakukan periksa. Suami lebih sering untuk menunggu diluar ruangan periksa dibandingkan dengan ikut berdiskusi langsung dengan Bidan/Dokter mengenai kesehatan istri dan calon bayinya. Suami siaga yaitu suami yang sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempat persalinan, serta siap menjaga dan menunggu istri melahirkan (Pudiastuti, 2011) 12. Suami siaga sendiri terdapat 3 indikator yaitu siap, antar dan jaga yang ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah. Bentuk peran suami terhadap ibu hamil tersebut berupa : suami tidak keberatan mengantar istri memeriksakan kehamilan secara rutin, meminta bantuan keluarga atau saudara saat suami tidak bisa mengantarkan istri untuk periksa hamil, mengingatkan istri untuk periksa hamil, memberi arahan tentang pentingnya periksa kehamilan, ikut masuk ruangan dan berdiskusi saat periksa hamil ke bidan/dokter, memberi tahu istri bahwa kondisi kesehatan janin dapat diketahui dengan memeriksakan kehamilan dan selalu ingin tahu manfaat pemeriksaan kehamilan bagi kesehatan janin dan ibu hamil dengan mencari informasi. Berdasarkan informasi ini dapat diketahui bahwa peran suami guna mendukung ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC sangatlah penting. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Effi M Hafidz dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang menyatakan bahwa suami berperan baik (92,20%) terhadap perilaku ibu hamil yang melakukan pelayanan antenatal 13. Dari hasil uji Chi-Square diketahui adanya hubungan yang signifikan antara peran suami dengan perilaku bumil dalam pelayanan antenatal. Hal di atas sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suami merupakan orang yang dianggap penting bagi seorang istri sehingga suami adalah orang yang dapat diharapkan dan diminta persetujuannya untuk mengambil tindakan atau diminta pendapatnya (Notoatmodjo, 2012) 14. Pada penelitian ini juga ditemukan peran suami yang tidak siaga dengan kunjungan cukup sebanyak 6 responden (36,8%). Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian suami kepada ibu hamil bisa karena faktor kesibukan suami atau karena minimnya tingkat pengetahuan suami mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan. Dari hasil wawancara, responden menyatakan bahwa suami yang memiliki pekerjaan seharian diluar rumah dan bisa bertemu istri lagi saat malam hari sehingga waktu untuk berdiskusi mengenai kehamilan menjadi berkurang. Kemudian responden juga menyatakan saat menemani periksa ke bidan/dokter suami kurang paham mengenai manfaat dilakukannya ANC rutin saat ditanya oleh bidan/dokter dan suami menjawab belum mengetahui tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan sebagai suami siaga saat ditanya oleh peneliti. Akan tetapi, istri sadar akan pentingnya pemeriksaan kehamilan seperti 7
yang disampaikan oleh bidan/dokter saat pertama kali memeriksakan kehamilan oleh karena itu walaupun suami memiliki peran yang tidak siaga tetapi kunjungan ANC nya tetap cukup. Frekuensi kunjungan ANC yang cukup dikarenakan tempat pelayanan ANC mudah dijangkau oleh ibu hamil. Ibu hamil saat dilakukan wawancara penelitian menyatakan melakukan pemeriksaan ANC di Bidan yang dekat dengan tempat tinggalnya atau ke Dokter jadi tidak perlu menunggu suami untuk mengantar. Kelurahan Pojoksari sendiri juga merupakan daerah yang dekat dengan fasilitas kesehatan seperti puksesmas dan Rumahsakit sehingga ibu hamil tidak merasa susah jika akan memeriksakan kehamilannya. Semakin dapat terjangkau suatu tempat pelayanan kesehatan, masyarakat semakin antusias untuk datang ke tempat pelayanan tersebut. Batas keterjangkauan ini pun dipengaruhi oleh jenis jalan, jenis kendaraan, waktu tempuh, dan kemampuan bayar transportasi. Keterjangkauan tempat tinggal ibu dengan tempat pelayanan kesehatan sering menjadi masalah karena keterjangkauan jarak, jenis transportasi ke tempat pelayanan kesehatan berkaitan dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk ongkos. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yaitu keterjangkauan tempat tinggal pengguna pelayanan kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan mempunyai pengaruh bermakna terhadap perilaku ibu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Selain itu, masih terdapat 4 responden (22,2%) dengan peran suami yang siaga akan tetapi kunjungan ANC nya kurang. Berdasarkan wawancara dengan ibu hamil saat penelitian, ibu akan memberitahu suami tentang keluhannya saat benar-benar keluhannya sudah tidak bisa ditahan sehingga suami tidak tahu jika istri tidak menyampaikan keluhannya. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, keterbatasan yang muncul dapat dilihat saat peneliti melakukan penelitian yaitu variabel pengganggu dalam penelitian ini tidak dikendalikan sepenuhnya, sehingga masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC seperti pengalaman kehamilan sebelumnya yang buruk dan pengetahuan suami. PENUTUP Kesimpulan Peran suami siaga terhadap ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang dalam kategori siaga yaitu (51,4%) dan kategori tidak siaga (48,6%). Frekuensi Kunjungan ANC pada ibu hamil Trimester III di Kelurahan Pojoksari Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dalam kategori cukup (56,8%) dan dalam kategori kurang (43,2%). Ada hubungan antara peran suami siaga dengan frekuensi kunjungan ANC di Kelurahan Pojoksari, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Saran Bidan hendaknya mengambil langkahlangkah dalam memberikan KIE tugas-tugas suami siaga untuk peningkatan pengetahuan para suami tentang peran suami siaga dengan frekuensi kunjungan ANC dan mengikutsertakan suami untuk masuk ke ruangan periksa dan berdiskusi langsung dengan Bidan tentang apa yang perlu diperhatikan suami saat istri hamil dan kapan harus melakukan kunjungan kehamilan kembali. Masyarakat khususnya suami hendaknya dapat meningkatkan perannya sebagai suami siaga pada ibu hamil terhadap frekuensi kunjungan ANC. Suami dapat berperan dalam hal ikut membantu pekerjaan rumah istri selama kehamilan, selalu mendengarkan berbagai keluhan istri, dan mengantarkan istri untuk periksa USG untuk memastikan bahwa istri dan calon bayi dalam keadaan sehat sampai persalinan nanti. 8
DAFTAR PUSTAKA [1] M. Fraser, Diane. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC. [2] Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC [3] Departemen Kesehatan RI. 2014. Standar Acuan Pemeriksaan Kehamilan. Jakarta : Depkes RI [4] Departemen Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI [5] Dinkes Provinsi Jateng. 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah. [6] Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang [7] Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta [8] Suparyanto. 2012. Konsep Peran Suami http://www. Drsuparyanto.com/2011/02/konsep-peransuami.html. Diakses tanggal 6 Maret 2015 [9] Ambarwati, Eni Retna dan Y Sriati Rismintari. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika. [10] Nursalam dan Pariani. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. [11] Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI [12] Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika [13] Hafidz, Effi M. 2007. Hubungan Peran Suami Dan Orangtua Dengan Perilaku Ibu Hamil Dalam Pelayanan Antenatal Dan Persalinan Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah [14] Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 9
HUBUNGAN ANTARAPERAN SUAMI SIAGA DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI KELURAHAN POJOKSARI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh : Mike Ahyu Puspita NIM. 030214a019 PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 10