ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.E DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANG ARJUNA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Disusun Oleh : DIAN ISMIA WARDANI J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG SUMBODRO RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN TEORI

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SADEWA RSJD KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

KARYA TULIS ILMIAH NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : EBNU HANGGA NURSITO J KARYA TULIS ILMIYAH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Koping individu tidak efektif

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH DI RUANG AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DIRUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB II TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDIRUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SADEWA RSJD KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : IBNU THOYIB J200120032 PRORAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RSJD SURAKARTA (Ibnu Thoyib, 2015, 55 halaman) ABSTRAK Latar belakang:menarik diri menyebabkan rusaknya hubungan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Padahal manusia hidup sebagai makhluk sosial. Di indonesia gangguan jiwa berat berdasarkan data Riskesdas,(2013) adalah sebanyak 1.728 orang. Gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7 per mil.di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta ditemukan masalah keperawatan pada klien rawat inap dan rawat jalan yaitu halusinasi mencapai 4.021 klien, resiko perilaku kekerasan 3.980 klien, defisit perawatan diri 1.754 klien, isolasi sosial 1.871 klien, harga diri rendah 1.026 klien dan waham 401 klien. Maka upaya yang di lakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan mengajarkan cara berkenalan secara bertahap guna menjalin komunikasi dan interaksi yang baik.metode: penulis menggunakan metode deskripsi. Adapaun sampelnya adalah Tn.S, data ini di peroleh dengan cara wawancara, observasi aktivitas dan rekam medik. Tujuan: untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan dengan menarik diri meliputi pengkajian, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Hasil: setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam di dapatkan hasil, klien dapat membina hubungan saling percaya, mau di ajarkan cara berkenalan, dapat berkenalan secara bertahap dengan perawat lain dan pasien lain, teman bicara klien bertambah, mampu mengingat apa yang telah diajarkan.simpulan: diagnosa yang muncul pada klien yaitu menarik diri. Pada penerapan asuhan keperawatan isolasi sosial menarik diri pada Tn.S masalah keperawatan dapat teratasi, namun untuk keluarga klien masalah keperawatan tidak tercapai karena keluarga belum ada yang menjenguk. Kata kunci: isolasi sosial, menarik diri

NURSING CARE IN TN. S WITH SOCIAL ISOLATION PULLS AWAY IN RSJD SURAKARTA (Ibnu Thoyib, 2015, 55 pages) ABSTRACT Intoduction : Human is social and therefore, isolating themselves makes comunnication and interaction failed. According to Riskesdas (2013), people having psychological pressure are 1728 persons. National heavy psychological pressure is for 1,7%.In which there are 4021 clients of hospital treatment who suffer from halusination in RSJ Daerah Surakarta, 3980 client for violent behavior, 1754 clients for self unsufficiency, 1871 clients for low self-esteem and 401 clients for waham. Therefore, it is needed to educate people about how to make acquintance step by step in order to build good communication and interaction. Method : the weiter use descriptive method. The sample is Tn.S, the data were acquired by interview, observation, medical recording. Objektif : to know the nursing care of clients with by withdrawing include assessment, intervention, implementation, and evaluation of nursing. Results: after the nursery upbringing is achieved for 3x24 jam hours, the results show that clients can make a good relationship, know how to make acquintance gradually with other nurses and patients, make more friend of clients to tal to, increase the ability memorize. Summary:a diagnosis appearing on the clients isolation. In the application of social isolation to nursery upbringing on the Tn.S, the problem is solved. However for the family having nursery problems, the aim is not solved yet duetob the absent family. Keywords: social isolation, pulls away

Latar Belakang Salah satu bentuk dari gangguan jiwa adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan suatu penyakit persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkrit dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah menurut Gail W Stuart (2007). Hampir di seluruh dunia tidak kurang dari 450 juta (11 %) orang yang mengalami skizofrenia (ringan sampai berat) WHO (2006). Dampak yang di timbulkan oleh menarik diri pada pasien skizofrenia adalah ; kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, gangguan hubungan interpersonal, gangguan interaksi sosial, resiko perubahan persepsi sensori ( halusinasi ). Bila pasien menarik diri tidak cepat teratasi maka akan dapat membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain Budi Anna Keliat (2006 ). Menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) isolasi sosial : menarik diri adalah keadaan di mana seseorang mengalami atau tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Berdasarkan hasil pencatatan rekam medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada periode bulan Januari sampai Maret 2015, di temukan masalah keperawatan pada klien rawat inap dan rawat jalan yaitu halusinasi mencapai 4.021 klien, resiko perilaku kekerasan 3.980 klien, defisit perawatan diri 1.754 klien, isolasi sosial 1.871 klien, harga diri rendah 1.026 klien dan waham 401 klien. Dari kasus di atas isolasi sosial menempati urutan ke tiga di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi masalah keperawatan utama yaitu : gangguan isolasi sosial menarik diri pada Tn. S di ruang Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Tinjauan Teori Menarik diri merupakan percobaan menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Kusumawati dan Hartono, 2010). Menarik diri adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain di sekitarnya (Keliat, 2006). Rentang Respon Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku. Menurut Riyadi S dan Purwanto T (2013) respon ini meliputi : a. Menyendiri / solitude : merupakan respon yang di lakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau di lakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana. b. Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. c. Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal di mana individu mampu untuk saling memberi dan menerima.

d. Saling tergantung (interdependent) : suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkunganya. Respon yang sering di temukan : a. Manipulasi : orang lain di berlakukan sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain. b. Impulsive : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan. c. Narkisisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak mendukung. Etiologi a. Faktor presipitasi Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam perasaan adalah : 1) Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang di bayangkan, termasuk kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.

2) Peristiwa besar dalam kehidupan, sering di laporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempyunyai dampak terhadap masalah-masalah yang di hadapi sekrang dan kemampuan menyelesaikan masalah. 3) Peran dan ketegangan peran telah di laporkan mempengaruhi depresi terutama pada wanita 4) Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolikdapat mencetus gangguan alam perasaan. b. Faktor predisposisi menurut Fitria (2009) sebagai berikut : 1) Faktor perkembangan Tiap gangguan dalam pencapian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga kerja profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentanghubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri. 2) Faktor biologik Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik di duga dapat menyebabkan skizofrenia. 3) Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang di miliki budaya mayoritas.harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini. Manifestasi Klinis a. Klien menceritakan perasaan kesepian b. Respon verbal kurang dan sangat singkat c. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan d. Klien merasa tidak berguna e. Klien merasa di tolak f. Klien banyak diam dan tidak mau bicara g. Tidak mengikuti kegiatan h. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat i. Kontak mata kurang j. Aktivitas menurun Patofosologi Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi yang di sebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa di alami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,

kekecewaan, dan kecemasan. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Dalami, 2009). Pengkajian Pengkajian di mulai di lakukan pada tanggal 16-18 April 2015, pada pukul 10.00 WIB pengkajian di peroleh dari anamnese klien, pemeriksaan fisik, dan data rekam medis. Identitas klien Di peroleh gambaran tentang klien sebagai berikut klien bernama Tn. S, umur 33 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SLTP, berasal dari Magetan. Penanggung jawab Bp. M, umur 54 tahun, hubungan dengan klien sebagai bapak, alamat Magetan. Alasan klien masuk Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta karena klien mengamuk, merusak barang-barang milik tetangga rumahnya seperti memecahkan kaca, genting. Faktor predisposisi klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalunya, pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (RSJD) 5 kali pada tahun 2005. Pada pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena klien jarang kontrol disebabkan karena keterbatasan dana serta jarak yang jauh. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, kekerasan dalam rumah

tangga baik sebagai pelaku atau korban. Di dalam anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Klien mengalami pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan yaitu kehilangan pekerjaanya. Analisa Data Pada pengkajian tanggal 16 April 2015 di dapatkan data subjektif sebagai berikut : Klien mengatakan tidak mempunyai teman, klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat, klien mengatakan tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga, Klien mengatakan merasa malu jika berhubungan dengan orang lain karena sering di ejek. Kemudian untuk data objektif di dapatkan data sebagai berikut : Klien lebih senang sendiri dan sering menyendiri, klien tidak mampu memulai pembicaraan, klien sering menghindari pembicaraan, klien lebih sering menyendiri dan jarang mengikuti kegiatan di ruangan, kontak mata kurang, tampak lesu. Diagnosa Keperawatan Dari analisa data di atas maka penulis dapat mengakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1. Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri 2. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah Pembahasan

Pengkajian Menurut Fitria (2009) menjelaskan faktor predisposisi yang terjadi pada perilaku isolasi sosial meliputi faktor perkembangan, faktor biologik, faktor sosiokultural. Pada pengkajian faktor predisposisi Tn. S di dapatkan data klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalunya serta pernah dirawat di RSJD Surakarta 5 kali sejak tahun 2005. Pada pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena jarang kontrol di sebabkan karena keterbatasan dana serta jarak yang jauh. Di dalam faktor perkembangan penulis menyimpulkan bahwa Tn.S mengalami gangguan perkembangan karena Tn.S saat ini tidak pernah bersosialisasi dengan teman serta tetangganya. Tn.S juga tidak pernah ikut acara di desanya seperti kumpulan RT atau RW serta gotong-royong. Klien jarang mengikuti kegiatan di RSJ seperti Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) dan kegiatan di ruang rehabilitasi. Sesuai dengan yang di kemukakan Keliat (2006) bahwa isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Pada faktor sosiokultural penulis menyimpulkan bahwa Tn.S juga mengalami gangguan karena pernah kehilangan pekerjaanya sebagai buruh sehingga rentan terkena stres serta dianggap sebagai salah satu anggota masyarakat yang tidak produktif karena seorang pengangguran. Sesuai dengan yang dikemukakan Dermawan D dan Rusdi (2013) bahwa stres terjadi akibat

ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas terjadi akibat berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang yang dicintai. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif. Diagnosa Diagnosa pada Tn. S yaitu isolasi sosial menarik diri didukung oleh data subjektif antara lain : klien mengatakan tidak mempunyai teman, klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat. Data objektif : klien lebih senang dan sering menyendiri, klien tidak mampu memulai pembicaraan, klien hanya tidur-tiduran ditempat tidur, terkadang jongkok di pojok ruangan sendirian, klien bingung dan kadang bicara sendiri. Penutup Simpulan Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.S selama 3x24 jam dan melakukan pengkajian, di dapatkan data subjektif sebagai berikut : Klien mengatakan tidak mempunyai teman, klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat, klien mengatakan tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga, Klien mengatakan merasa malu jika berhubungan dengan orang lain karena sering di ejek. Kemudian untuk data objektif di dapatkan data sebagai berikut : Klien lebih senang sendiri dan sering menyendiri, klien tidak mampu memulai pembicaraan, klien sering menghindari pembicaraan, klien lebih

sering menyendiri dan jarang mengikuti kegiatan di ruangan, kontak mata kurang, tampak lesu. Saran 1. Bagi keluarga hendaknya keluarga sering ada yang menjenguk klien supaya mengetahui perkembangan klien serta keluarga dapat mendorong klien untuk membantu mengatasi gangguan isolasi sosial. 2. Bagi Rumah Sakit meningkatkan mutu pelayanan terhadap klien khususnya pada klien isolasi sosial : menarik diri. 3. Perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Praktek) yang sudah ditetapkan. 4. Institusi. menambah referensi karya tulis ilmiah tentang masalah keperawatan jiwa khususnya pada gangguan isolasi sosial : menarik diri.

DAFTAR PUSTAKA Balitbang Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI Dermawan D dan Rusdi, 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medica Keliat, B.A, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed. 2. Jakarta: EGC Stuart, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Kusumawati F dan Hartono Y, 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi; Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika Riyadi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GRAHA ILMU Rekam Medik, Rumah Sakit Jiwa Surakarta, 2015 WHO, The World Report; 2006. Mental health; New Understanding, New Hope, www.who.int/whr/2001/en/ diperoleh pada tanggal 27 April 2015 Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama