Drainase Perkotaan. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
BANJIR DAN MASALAH BANJIR

4/12/2009 DEFINISI BANJIR (FLOOD) BANJIR/FLOOD. MASALAH BANJIR Flood problem

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

Daerah Urban / Perkotaan. Daerah Urban / Perkotaan. Pendahuluan. Interaksi aktivitas manusia dengan siklus hidrologi alamiah.

4/12/2009. Water Related Problems?

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

PROSEDUR DALAM METODA RASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

Drainase P e r kotaa n

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

MODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR. Sumihar Hutapea

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

ARAH PEMBANGUNAN SEKTOR SANITASI Disampaikan oleh : Ir. M. Maliki Moersid, MCP Direktur Pengembangan PLP

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRINSIP-PRINSIP DASAR SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

BAB VI PENATAAN RUANG KAWASAN BENCANA BANJIR[13]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Reklamasi Rawa. Manajemen Rawa

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

Kuliah : Rekayasa Hidrologi II TA : Genap 2015/2016 Dosen : 1. Novrianti.,MT. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II 1

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

KOLAM RETENSI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI BANJIR Evy Harmani, M. Soemantoro. Program Studi Teknik Sipil Universitas Dr.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

TESIS RE Oleh: Prisma Yogiswari

terukur dengan tingkat kepuasan pelayanan di bidang Bina Marga dan Pengairan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

Tujuan. Keluaran. Hasil. Manfaat

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

Transkripsi:

Drainase Perkotaan Pendahuluan

Banjir (flood) Kondisi debit pada saluran/sungai atau genangan yang melebihi kondisi normal yang umumnya terjadi. Luapan air dari sungai/saluran ke lahan yang biasanya kering.

Menurut Kamus International Commission on Irrigation and Drainage (ICID), banjir (flood) adalah: A Relatively high flow or stage in a river, markedly higher than usual; also the inundation of low land which may result there from. A body of water raising, swelling and overflowing land not usually thus covered

DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DEBIT > 50 TAHUNAN GS BANJIR Garis Sempadan (GS) DATARAN BANJIR DATARAN BANJIR ( FLOOD PLAIN ) SUNGAI BANJIR DAN MASALAH BANJIR TRADISIONAL OK NO PROBLEM GS GS M.A.B M.A.N MODEREN DATARAN BANJIR PALUNG SUNGAI DATARAN BANJIR DEBIT/ALIRAN NORMAL KONDISI BANJIR SISWOKO

DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DEBIT > 50 TAHUNAN GS BANJIR GS DATARAN BANJIR DATARAN BANJIR ( FLOOD PLAIN ) SUNGAI TIDAK LAYAK DAN LEBIH BERBAHAYA GS TANGGUL BANJIR TERBESAR (PMF) GS MASALAH BANJIR BANJIR MAB MAB M.A.N BEBAS BANJIRKAH?? TIDAK DIJAMIN MAS, DATARAN BANJIR PALUNG SUNGAI DATARAN BANJIR BANTARAN BANTARAN TANGGUL (STRUKTUR) TIDAK BISA MENJAMIN DATARAN BANJIR TERBEBAS DARI BANJIR DAN!GENANGAN SECARA MUTLAK. SETUJU?? DEBIT/ALIRAN NORMAL BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN BANJIR TERBESAR (PMF) SISWOKO

GS DAERAH PENGUASAAN SUNGAI TANGGUL M.A.B M.A.N GS DATARAN BANJIR BANTARAN SUNGAI BANTARAN DATARAN BANJIR ( FLOOD PLAIN ) 3. KOMBINASI REKAYASA DAN PENYESUAIAN THD.FENOMENA ALAM GS TANGGUL GS M.A.B M.A.B M.A.N RUMAH PANGGUNG DATARAN BANJIR PALUNG SUNGAI DATARAN BANJIR BANTARAN BANTARAN DEBIT/ALIRAN NORMAL BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN BANJIR > DARI YANG DIKENDALIKAN SISWOKO

Daerah Urban / Perkotaan Interaksi aktivitas manusia dengan siklus hidrologi alamiah Gangguan : Pengambilan air wastewater Penutupan tanah dengan permukaan yang impermeable stormwater sistem drainase

Limpasan (runoff) Semua air yang mengalir lewat suatu sungai bergerak meninggalkan daerah tangkap sungai (DAS) tersebut tanpa memperhatikan asal/jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran (surface atau subsurface) Prediksi: 1. Metoda rasional 2. Metoda hidrograf Surface run off infiltrasi

Pre-Urban Post-Urban Hujan Hujan Evaporasi Run-off Evaporasi Run-off Infiltrasi Infiltrasi

Pengaruh Pembangunan pada Debit Limpasan Permukaan Rural Developed Rural Urban

Urban Drainage

Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK menteripu 239 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah: Jaringan pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan sungai yang melintas di dalam kota.

Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan.

Drainase berwawasan lingkungan adalah: pengelolaan drainase yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Terdapat dua pola pengelolaan:

Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi muka air agar tidak terjadi limpasan atau genangan yang menimbulkan kerugian. Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang menerima aliran dari sistem drainase perkotaan.

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

Fungsi Drainase Perkotaan Secara Umum Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya.

Fungsi Drainase Perkotaan (lanjutan) Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik. Meresapkan air pemukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air). Melindungi prasarana dan sarana yang sudah terbangun.

Berdasarkan fungsi layanan : a. Sistem Drainase Lokal Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti komplek permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial. Sistem ini melayani areal kurang dari 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainnya.

b. Sistem drainase utama : Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota.

c.pengendalian banjir (flood control) Sungai yang melalui wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai, sehingga tidak mengganggu dan dapat memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat. Pengelolaan pengendalian menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal SDA

Berdasarkan fisiknya: a. Sistem saluran primer : Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan penerima air.

b. Sistem saluran sekunder : Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan. c. Sistem saluran tersier : Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/2006)

Arah Kebijakan Penyelenggaran/penanganan terpadu dengan sektor terkait terutama pengendalian banjir, air limbah dan sampah). Mengoptimalkan sistem yang ada, disamping pembangunan baru. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha dan masyarakat. Mendorong Pemkab/Pemkot dalam pembangunan S&P drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional serta meningkatkan tenaga kerja.

Kebijakan 1 Penetapan keterpaduan penanganan pengendalian banjir dan sektor/sub sektor terkait lainnya berdasarkan keseimbangan tata air. Peningkatan aliran permukaan akibat perubahan tata guna lahan harus dikendalikan secara terpadu oleh instansi terkait (Kehutanan,Pertanian,Tata Ruang)

BEFORE DEVELOPMENT AFTER DEVELOPMENT setelah pengembangan sebelum pengembangan

Strategi 1. Penyiapan Rencana Induk Sistem Drainase yang terpadu antara sistem Drainase utama, lokal dengan pengaturan dan pengelolaan sungai. Strategi 2. Mengembangkan sitem drainase yang berwawasan lingkungan

Kebijakan 2 Mengoptimalkan Sistem yang ada, rehabilitasi/pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan baru. Optimalisasi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada perlu mendapat prioritas dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan (stake holders), baru ke tahap berikutnya pengembangan dan pembangunan baru.

Strategi 1 Pengembangan kapasitas operasi & pemeliharan sarana & prasarana Terbangun: Kejelasan tanggung jawab dan ketersediaan SOP. Strategi 2 Menyiapkan prioritas optimalisasi system Prioritas tertinggi: kawasan strategis, kawasan rawan penyakit dan kawasan rawan genangan, serta kawasan RSH/TNI/POLRI/PNS

Strategi 3 Mengembangkan kampanye peningkatan peran masyarakat Upaya mnyadarkan dan mendorong masyarakat dalam memelihara dan membersihkan lingkungan yang meliputi: operasi dan pemeliharaan saluran drainase serta konservasi sumber daya air

Kebijakan 3: Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase, swasta/dunia usaha dan peran serta masyarakat Kapasitas kelembagaan meliputi: - bidang perencanaan dan koordinasi; operasi dan pemeliharaan, pelaksanaan dan pengendalian.

Strategi 1: Peningkatan koordinasi antar instansi Terkait: Lemahnya koordinasi antar dinas salah satu penyebab menurunnya fungsi drainase yang ada. Strategi 2: Pengembangan kapasitas SDM Peningkatan SDM yang menangani sistem drainase perkotaan.

Kebijakan 4: Mendorong dan memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengembangan sistem drainase yang efektif, efisien dan berkelanjutan Meningkatkan pelayanan publik, sosialisasi, kampanye publik dan pemberdayaan masyarakat

Strategi 1: Menyiapkan peraturan perundang Undangan. Strategi 2: Perkuatan institusi Strategi 3: Mengembangkan sumber pendanaan Strategi 4: Mendorong swasta/masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dranase

Sasaran Kebijakan Terbebasnya saluran drainase dari sampah (mengembalikan fungsi) Berkurangnya wilayah genangan permanen dan temporer hingga 75% dari kondidi saat ini. Tercapainya kualitas pelayanan yang sesuai atau melampaui standar pelayanan Peningkatan kinerja institusi

PEMBANGUNAN SISTEM DRAINASE

Prinsip-prinsip Utama Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani pengaliran air ke badan penerima air, maupun ntuk meresapkan air ke dalam tanah. Untuk mencapai kapasitas yang memadai dilakukan perencanaan berdasarkan prinsip hidrologi dan hidrolika.

Pembangunan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase sebagai prasarana kota yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya menendalikan air hujan agar lebih banyak yang diresapkan ke dalam tanah sehingga mengurangi jumlah limpasan, antara lain dengan membuat bangunan resapan buatan, kolam retensi dan penataan lansekap

Sedapat mungkin menggunakan sistem gravitasi, hanya dalam hal sistem gravitasi tidak memungkinkan baru digunakan sistem pompa. Meminimalisasi pembebasan lahan Meminimalkan aliran permukaan dan memaksimalkan resapan

Letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem. Dalam pelaksanaannya harus mempehatikan segi hydraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lainnya (jalan, dan utilitas kota). Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.

Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan memperhatikan faktor sosial ekonomi antara lain perkembangan kota dan rencana prasarana dan sarana kota. Kelayakan pelaksanaan Kolam Retensi dan Sistem Polder harus berdasarkan tiga faktor antara lain : biaya konstruksi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan

Parameter penentuan prioritas penanganan Meliputi hal sebagi berikut : a.parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas genangan, dan lamanya genangan terjadi. b.parameter frekuensi terjadinya genangan setiap tahunnya.

Faktor Medan dan Lingkungan Topografi: Pembangunan drainase pada daerah datar harus memperhatikan sistem pengaliran dan ketersediaan air penggelontor. Kestabilan tanah: pembangunan di daerah lereng pegunungan harus memperhatikan masalah longsor yang disebabkan oleh kandungan air tanah.

Rencana Induk Rencana Induk sistem drainase perkotaan adalah perencanaan menyeluruh sistem drainase pada suatu wilayah perkotaan, untuk perencanaan 25 tahun. Lingkupnya adalah sistem drainase utama saja yang berada dalam suatu daerah administrasi.

Studi Kelayakan Perencanaan sistem drainase perkotaan satu atau lebih daerah pengaliran air untuk waktu 5 atau 10 tahun. Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah ditentukan dalam rencana induk. Kajian meliputi kelayakan teknik, kelayakan keuangan/sosial ekonomi, kelayaan kelembagan serta kelayakan lingkungan.

Perencanaan Teknik Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah mempunyai studi kelayakan atau rencana kerangka (outline plan). Jangka waktu perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun. Rencana teknis harus membuat persyaratan teknis dan gambar teknis, kriteria perencanaan dan langkahlangkah konstruksi.

KESIMPULAN Seiring dengan pesatnya pertumbuhan perkotaan dan permasalahan banjir yang makin meningkat pula maka pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyelutruh dimulai dari tahap perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan yang ditunjang peningkatan kelembagaan dan partisipasi masyarakat. perkotaan

Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan harus memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan. Konsep ini berkaitan dengan upaya konservasi sumber daya air yang pada prinsipnya adalah pengendalian air hujan Dengan memaksimalkan peresapan ke dalam tanah dan meminimalkan aliran permukaan (limpasan)