KESANTUNAN BAHASA LISAN GURU SMK NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

III.METODE PENELITIAN. Bagian metode penelitian dalam tesis ini terdiri dari, desain penelitian yang

ABSTRAK

(Tesis) Oleh HANDAYANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sudah diatur dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB III METODE PENELITIAN. (5)Instrumen Penelitian, (6) Prosedur Penelitian, (7) Analisis Data, dan (8)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

THE INTEGRATION OF CHARACTER EDUCATION VALUES INTO THE SERVING TECHNIQUE SUBJECT AMONG STUDENTS OF SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU SEBAGAI WUJUD KESANTUNAN POSITIF DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB III METODE PENELITIAN

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencapaian tujuan belajar tercermin dari kemampuan belajar siswa yang

Oleh Rizki Marysa Iqbal Hilal Eka Sofia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

PEMBELAJARAN UNGGAH-UNGGUHING BAHASA JAWA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH PK BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. Saat ini pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Banyak yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB III METODE PENELITAN

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, e)

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Diajukan Oleh:

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

Menurut Rozak, dkk, Komplikasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010, hlm. 273) Mengatakan bahwa:

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Pendidikan Karakter Berbasis Moral dalam Novel Eliana Karya Tere Liye dan Pembelajarannya di Kelas XII SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

Transkripsi:

KESANTUNAN BAHASA LISAN GURU SMK NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Handayani Siti Samhati Muhammad Fuad Email: kdhandayani@yahoo.co.id Abstract The problem in this research was the politeness of spoken language teachers of in learning Indonesian and its implications in the development of character education of vocational students in the academic year 2015/2016. This study aimed to describe the principle of manners speaking, the kinds of speech acts, values of character education, language spoken politeness implications in the development of character education students, and students' perception of politeness spoken language Indonesian teacher. This study used descriptive qualitative method. The results showed the principles of courtesy are found in the spoken language teacher was a maxim of wisdom as much as 42 languages spoken, the implications politeness oral language teachers in character education was reflected in the maxims of politeness and of speech acts used by teachers Indonesian, results of students' perception of politeness Indonesian spoken language teacher obtained 69.45% with a very polite response. Keywords:. character education, politeness, spoken language (speech) Abstrak Masalah dalam penelitian adalah kesantunan bahasa lisan guru SMK Negeri 4 Bandar Lampung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan implikasinya dalam pengembangan pendidikan karakter siswa SMK tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prinsip sopan santun berbahasa, jenis-jenis tindak tutur, nila-nilai pendidikan karakter, implikasi kesantunan bahasa lisan dalam pengembangan pendidikan karakter siswa, dan persepsi siswa terhadap kesantunan bahasa lisan guru Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan prinsip sopan santun yang ditemukan dalam bahasa lisan guru adalah maksim kebijaksanaan sebanyak 42 bahasa lisan, implikasi kesantunan bahasa lisan guru dalam pendidikan karakter tercermin dari maksim-maksim kesantunan dan jenis tindak tutur yang digunakan oleh guru Bahasa Indonesia, hasil persepsi siswa terhadap kesantunan bahasa lisan guru Bahasa Indonesia diperoleh 69,45% dengan tanggapan sangat santun. Kata Kunci: kesantunan berbahasa, bahasa lisan (tuturan), pendidikan karakter

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem lambang dalam kegiatan berkomunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, kemudian bahasa juga berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya atau penuturnya. Melalui bahasa, seseorang dapat menunjukkan peranan dan keberadaannya dalam lingkungan. Pemakaian bahasa dapat dijumpai dalam berbagai segi kehidupan, misalnya bahasa yang dipakai oleh penutur yang berada di lembaga pendidikan, tentu berbeda dengan bahasa yang dipakai oleh penutur yang berada di pasar atau ditempat keramaian lainnya. Salah satu faktor penunjang keberhasilan program pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah sebuah penggunaan bahasa yang santun. Wujud penggunaan bahasa yang santun secara nyata terealisasikan melalui tindak tutur, yang berupa penggunaan bahasa lisan. Bahasa lisan cenderung lebih mudah digunakan dan lebih praktis. Penggunaan bahasa lisan sering didukung oleh mimik, gerak-gerak anggota tubuh, dan intonasi dengan tujuan untuk memperjelas maksud yang disampaikan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nababan (2005: 68) berpendapat bahwa alat utama dalam interaksi belajar mengajar antara murid, guru, dan pelajaran adalah bahasa. Dalam proses belajar mengajar terjadilah komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa. Adanya interaksi guru dan murid dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran guru, dalam usahanya mendidik dan membimbing siswa agar mereka dapat dengan sungguh-sungguh mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam melaksanakan pembelajaran, pengaruh komponen belajar mengajar cukup banyak, misalnya mengenai cara mengorganisasikan materi ajar yang dapat dipahami oleh siswa, metode pembelajaran yang diterapkan, serta media pembelajaran yang digunakan. Tata cara berbahasa, termasuk santun berbahasa sangat penting diperhatikan oleh para peserta komunikasi (penutur dan mitra tutur) demi kelancaran komunikasinya. Namun kenyataan sekarang ini, bangsa Indonesia telah banyak mendapatkan berbagai pengaruh dari luar (modernisasi) sehingga santun berbahasa bangsa Indonesia semakin memudar. Dengan demikian, karakter luhur sebagai orang timur semakin samar. Kesantunan dalam berbahasa dapat terlihat dari kondisi nyata di lapangan, khususnya ketika siswa berbicara dengan temannya, dengan guru, atau dengan orang yang lebih tua usianya. Seorang guru yang tidak memerhatikan kesantunan berbahasa ketika menggunakan bahasa lisan secara tidak langsung akan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi para siswa, karena para siswa cenderung sering mengikuti tingkah laku, gerak-gerik, maupun bahasa yang sering diucapkan oleh

guru. Dengan demikian, jika seorang guru bertingkah laku atau menggunakan bahasa yang tidak santun kepada siswa, maka pengaruhnya akan sangat tidak baik bagi siswa. Temuan berbahasa di kalangan siswa, yaitu penggunaan kosakata kesantunan berbahasa yang digunakan oleh siswa dalam berkomunikasi dengan guru, adalah penggunaan kosakata bahasa biasa atau wajar, sedangkan penggunaan kosakata bahasa yang digunakan oleh siswa dalam berkomunikasi dengan sesama siswa, adalah penggunaan kosakata bahasa tidak santun. Pandangan siswa terhadap kesantunan berbahasa mengacu kepada segi pragmatis, sedangkan pandangan guru dan karyawan terhadap kesantunan berbahasa mengacu kepada segi normatif (berkaitan dengan nilai-nilai norma), antara lain kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, lurus, halus, sopan, pantas, penghargaan, khidmat, optimisme, indah, menyenangkan, logis, fasih, terang, tepat, menyentuh hati, selaras, mengesankan, tenang, efektif, lunak, dermawan, lemahlembut, dan rendah hati. Guru merupakan kunci, dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan. Gurulah yang mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang baik dan menyenangkan demi mencapai tujuan pembelajaran dan misi pendidikan nasional. Oleh karena itu, guru dituntut harus lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugastugas pembelajaran, demikian pula dalam hal keteladanan perilaku santun dalam berbahasa. Salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter pada satuan pendidikan adalah keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan. Keteladan bukan hanya sekadar sebagai contoh bagi peserta didik, melainkan juga sebagai penguat moral bagi peserta didik dalam bersikap dan berprilaku. Oleh karena itu, penerapan keteladan di lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam pengembangan karakter peserta didik (Pemerintah RI, 2013:5). Sejalan dengan pendapat di atas, Mulyasa (2013: 63) menjelaskan bahwa guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah. Penanaman nilai-nilai dalam pendidikan karakter dapat ditanamkan oleh guru melalui model Kegiatan pembelajaran yang mencerminkan pendidikan karakter sebaiknya direncanakan secara terstruktur dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berkaitan dengan hal tersebut, maka dirumuskan model pembelajaran yang dapat mencerminkan pendidikan karakter, misalnya penyampaian substansi materi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan sehingga mampu menjadi wadah pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter. Dasar pengembangan pendidikan karakter di sekolah mengacu pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN). Dalam pasal 3, disebutkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam

membentuk sumber daya manusia berkualitas. Sejak beberapa tahun belakangan, pendidikan karakter telah diintegrasikan ke dalam kurikulum di sekolah. Hal ini mengingat pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa. Pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia, yang secara formal memiliki misi utama selain pengembangan karakter, wajib mengembangkan rancangan pembelajaran pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam substansi/kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak penggiring bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik. Pendidikan karakter siswa sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan antara perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dengan IMTAQ (Imam dan Taqwa). Pendidikan karakter merupakan proses yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku siswa yang dapat memancarkan akhlak mulia atau karakter luhur. Selain itu, Pendidikan karakter sering juga dipadankan dengan pendidikan moral, atau pendidikan watak, atau pendidikan budi pekerti, atau bahkan pendidikan akhlak (Suud, 2010: 7). Pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswa sesuai dengan program Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) maupun pendidikan yang berbasis kompetensi. Pendidikan karakter harus diberikan kepada siswa secara tepat. Dalam hal tersebut, guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah harus mampu mengadakan kegiatan pembelajaran yang sangat menarik perhatian, mudah dipahami para siswa, serta mengadakan evaluasi secara berkala dari semua komponen, salah satunya meliputi nilai-nilai pendidikan karakter. Hal tersebut mengacu pada pendapat Megawangi (dalam Mulyasa, 2013: 205) pencetus pendidikan karakter di Indonsia telah menyusun Sembilan pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah yaitu cinta Allah dan Kebenaran, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, amanah, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerjasama, percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, adil dan berjiwa kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleran dan cinta damai. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru, harus mengacu pada nilai-nilai pendidikan karakter demi terbentuknya karakter-karakter mulia dari para generasi penerus bangsa. merupakan salah satu sekolah yang memiliki Guru Bahasa Indonesia yang santun dalam bertutur kata (berbahasa) ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Para guru tersebut selalu berusaha untuk menjadi teladan bagi para siswa dalam bertutur kata (berbahasa). Hal itu terbukti dari tutur bahasa yang diucapkan oleh siswa, baik di kelas maupun di lingkungan rumah. Dengan tutur bahasa yang sopan, dapat menjadi pencerminan karakter siswa yang baik. Ada dua alasan

yang menyebabkan peneliti ingin melakukan penelitian di SMK Negeri 4 Bandar Lampung. 1. Guru SMK Negeri 4 Bandar Lampung sudah menerapkan pembelajaran kesantunan yang terlihat pada saat guru bertutur kata (berbahasa) ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. 2. Nilai karakter yang ditanamkan kepada para siswa oleh guru, terlihat dalam tutur bahasa siswa yang ramah dan menghormati orang yang lebih tua. Guru sebagai tokoh teladan dituntut harus mampu menerapkan prinsip sopan santun berbahasa dalam setiap tindak tuturnya. Kesantunan bahasa lisan guru menjadi sarana pembentukan karakter siswa demi membangun pondasi peradaban bangsa yang sejahtera dan berakhlak mulia. Dengan demikian, hal tersebut menjadi dasar bahwa betapa pentingnya melakukan penelitian ini. Penelitian-penelitian mengenai kesantunan berbahasa sudah beberapa kali dilaksanakan, salah satunya oleh Erna Ratnawati (2012) yang melakukan penelitian dengan judul Respon Verbal Peserta Didik SMP Terhadap Jenis, Fungsi, dan Kesantunan Tuturan Guru Bahasa Indonesia di Dalam Interaksi Pembelajaran. Fokus penelitian ini adalah bentuk respon verbal peserta didik terhadap jenis, fungsi dan kesantunan tuturan guru bahasa Indonesia di dalam interaksi Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini mencakup (1) respon verbal peserta didik SMP terhadap jenis tuturan Guru Bahasa Indonesia, (2) respon verbal peserta didik SMP terhadap fungsi tuturan Guru Bahasa Indonesia dalam interaksi pembelajaran dan (3) respon verbal peserta didik SMP terhadap kesantunan Guru Bahasa Indonesia dalam interaksi pembelajaran (Ernawati, 2012:86) Penelitian relevan lainnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh T.S Tengku Intan Suzila dan M.N.Mohd Yusri (2012) berjudul Politeness: Adolescents in Disagreements. Penelitian tersebut terkait dengan kesantunan bahasa yang digunakan remaja baik dalam bahasa Inggris dan bahasa Melayu dalam menangani perselisihan melalui tiga variable yaitu jarak sosial, formalitas, dan kekuasaan. Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas terletak pada subjeknya. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian Erna Ratnawati adalah wacana percakapan peserta didik dan siswa yang dikalsifikasikan ke dalam bentuk verbal peserta didik SMP terhadap jenis, fungsi dan kesantunan Guru Bahasa Indonesia dalam interaksi Subjek penelitian yang dilakukan T.S Tengku Intan Suzila dan M.N.Mohd Yusri adalah percakapan yang dilakukan remaja sedangkan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 4 Bandar Lampung yang diklasifikasikan pada prinsip-prinsip kesantunan berbahasa, jenis-jenis tindak tutur, dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, serta implikasi kesantunan bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia

dalam pengembangan pendidikan karakter siswa SMK. Alasan peneliti menentukan bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia sebagai subjek penelitian, karena sampai saat ini bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia selalu dinilai baik dan santun dibandingkan dengan bahasa lisan guru mata pelajaran lain, sehingga bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia berpotensi mengandung prinsip sopan santun berbahasa. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai Kesantunan Bahasa Lisan Guru SMK Negeri 4 Bandar Lampung dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Implikasinya dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Siswa SMK Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Dengan demikian, datadata hasil penelitian ini akan dideskripsikan secara faktual tanpa menggunakan teknik statistik atau angka-angka, selanjutnya data-data hasil penelitian dianalisis dengan teknik kualitatif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2011: 116) yang menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang diarahkan pada memahami fenomena sosial dari perspektif partisipan. Pendekatan kualitatif menggunakan strategi multimetode, dengan metode utama interviu, observasi, dan studi dokumenter. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menyatu dengan situasi yang diteliti. Pendekatan deskriptif digunakan sebagai desain penelitian tesis ini, karena mengingat tujuan penelitian ini ingin mendeskripsikan kesantunan bahasa lisan Guru Bahasa Lampung tahun pelajaran 2015/2016. 3.2 Sumber Data Penelitian Sumber data dalam penelitian tesis ini, yaitu berupa bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 4 Bandar Lampung ketika berinteraksi dalam melaksanakan kegiatan Penelitian ini hanya meneliti 1 guru bahasa Indonesia yaitu guru kelas XII AK3. Guru tersebut bernama Dra. Endang Siswati, usia 57 tahun, sudah mengajar 13 tahun di SMK Negeri 4 Bandar Lampung. 3.3 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dan berinteraksi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. 2. Catatan-catatan data merupakan rekaman data yang berupa catatancatatan yang dicatat oleh peneliti ketika melaksanakan penelitian. Catatan-catatan data akan mempermudah peneliti untuk menganalisis data-data hasil penelitian. Jenis catatan-catatan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa catatan data deskriptif dan catatan data reflektif. a. Catatan data deskriptif merupakan catatan data yang diperoleh melalui penelitian, wawancara, dan

dokumentasi sehingga catatan tersebut masih berupa catatan mentah. b. Catatan data reflektif merupakan bentuk penyempurnaan dari catatancatatan deskriptif. Data-data dalam catatan ini sudah disusun secara sistematis dan telah diberi interprestasi oleh si peneliti (Setiyadi, 2006: 250-251). 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan pengedaran angket. Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2011: 196) observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua data yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan dari segi pelaksanaan pengumpulan data, sedangkan teknik pengedaran angket menurut Sukmadinata (2011: 86) merupakan teknik yang sangat ampuh dalam memeroleh jawabanjawaban dari sejumlah responden. Oleh karena itu, teknik pengedaran angket dalam penelitian ini berguna untuk mengumpulkan data-data yang berupa jawaban-jawaban dari sejumlah responden (para siswa kelas XII AK 3) mengenai persepsi siswa terhadap kesantunan bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia dalam kegiatan Teknik observasi menggunakan metode simak yang dibagi ke dalam dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan.teknik dasar dalam penelitian ini, yaitu teknik sadap, peneliti menyadap seorang Guru Bahasa Indonesia kelas XII AK 3 untuk mendapatkan data bahasa yang berupa tuturan (bahasa lisan) ketika melaksanakan kegiatan Sedangkan teknik lanjutan dijabarkan menjadi tiga teknik sebagai berikut. 1. Teknik simak bebas libat cakap Teknik simak bebas libat cakap, peneliti tidak bertindak sebagai pembicara yang berhadapan dengan mitra wicara atau sebagai pendengar yang perlu memperhatikan apa yang dikatakan pembicara. 2. Teknik rekam Teknik rekam dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kewajaran proses petuturan yang sedang terjadi. Alat rekam yang digunakan adalah handycam. 3. Teknik catat Teknik catat dilakukan setelah perekaman selesai dilakukan. Teknik ini sangat berguna untuk penelitian ini, yaitu untuk mencatat semua bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia yang dapat digolongkan ke prinsip sopan santun, jenis tindak tutur dan nilai-nilai karakter. 3.5 Analisis Data Data-data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif dengan model interaktif, yaitu menganalisis prinsip sopan santun dalam bahasa lisan Guru, menganalisis tindak tutur, menganalisis nilai-nilai karakter, dan menganalisis implikasi kesantunan bahasa lisan Guru SMK Negeri 4 Bandar Lampung dalam

pengembangan pendidikan karakter siswa SMK. Miles dan Huberman (Sugiono, 2009: 337), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif, kemudian berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis kualitatif, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menyimpulkan data. Dengan demikian, bentuk kegiatan menganalisis data terhadap data-data bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia ketika berinteraksi dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, yaitu menggolongkan dan mendeskripsikan bahasa-bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia ke dalam prinsip sopan santun, jenis-jenis tindak tutur, nilai-nilai karakter, implikasi kesantunan bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia dalam pengembangan pendidikan karakter. 3.6 Teknik Analisis Data Secara garis besar, pekerjaan menganalisis data-data penelitian, meliputi empat langkah-langkah menganalisis, yaitu persiapan, pelaksanaan, analisis, dan menyimpulkan. 1. Persiapan Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah sebagai berikut. a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. b. Mengecek alat-alat yang diperlukan. c. Merekam lalu mencatat bahasabahasa lisan Guru Bahasa Indonesia ketika berinteraksi dalam melaksanakan kegiatan 2. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini, yaitu mereduksi data dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi, dan pengklasifikasian. Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan mengidentifikasikan data-data sesuai dengan kategori nilai-nilai karakter dan prinsipprinsip kesantunan berbahasa, sedangkan tahap pengklasifikasian merupakan proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data, memilih data, dan mengelompokan data ke dalam kategori nilai-nilai karakter dan ke dalam prinsip-prinsip kesantunan berbahasa. 3. Analisis Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah (1) mentranskripsikan bahasa lisan guru yang telah direkam berupa data lisan ke dalam bahasa tulis, (2) menginventariskan kesantunan bahasa lisan guru pada saat pembelajaran berlangsung di kelas XII AK 3 SMK Negeri 4 Bandar Lampung, (3) mengklasifikasikan bahasa lisan guru ke dalam teori prinsip sopan santun Leech, teori tindak tutur Searle, dengan memperhatikan nilai-nilai karakter yang dianjurkan oleh Kemendikbud. 4. Menyimpulkan Setelah data penelitian dianalisis, kemudian diambil sebuah simpulan

untuk menjelaskan kesantunan bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran dan implikasinya dalam pengembangan pendidikan karakter siswa SMK. PEMBAHASAN Berdasarkan data-data yang telah peneliti temukan terdapat 6 prinsip sopan santun dalam bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 4 Bandar Lampung pada kegiatan pembelajaran, yaitu maksim kebijaksanaan terdapat dalam 42 bahasa lisan (tuturan), maksim kedermawanan terdapat dalam 1 bahasa lisan (tuturan) maksim penghargaan terdapat dalam 4 bahasa lisan (tuturan), maksim kesederhanaan terdapat dalam 1 bahasa lisan (tuturan), maksim permufakatan terdapat dalam 34 bahasa lisan (tuturan), dan maksim simpati terdapat dalam 2 bahasa lisan (tuturan). Berdasarkan data-data yang telah peneliti deskripsikan mengenai jenisjenis tindak tutur yang terdapat dalam tuturan Guru Bahasa Lampung pada kegiatan pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa ada 5 jenis tindak tutur yang terdapat dalam bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 4 Bandar Lampung pada kegiatan pembelajaran, yaitu tindak tutur asertif terdapat dalam 11 tuturan, tindak tutur direktif terdapat dalam 64 tuturan, tindak tutur ekspresif terdapat dalam 8 tuturan, tindak tutur komisif terdapat dalam 13 tuturan, dan tindak tutur deklaratif terdapat dalam 5 tuturan. Berdasarkan data-data yang telah peneliti deskripsikan mengenai nilainilai pendidikan karakter yang terdapat dalam bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 4 Bandar Lampung pada kegiatan pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa ada 11 nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Lampung pada kegiatan pembelajaran, yaitu dengan rincian sebagai berikut. 1. Nilai pendidikan karakter pertama (religius) terdapat dalam 4 bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Lampung pada kegiatan 2. Nilai pendidikan karakter keempat (disiplin) terdapat dalam 11 bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Lampung pada kegaiatan 3. Nilai pendidikan karakter kedelapan (demokratis) terdapat dalam 6 bahasa lisan (tuturan) Guru Bandar Lampung pada kegaiatan 4. Nilai pendidikan karakter kesembilan (rasa ingin tahu) terdapat dalam 53 bahasa lisan (tuturan) Guru Bandar Lampung pada kegiatan 5. Nilai pendidikan karakter kedua belas (menghargai prestasi) terdapat dalam 5 bahasa lisan (tuturan) Guru Bandar Lampung pada kegiatan

6. Nilai pendidikan karakter ketiga belas (bersahabat/komunikatif) terdapat dalam 1 bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Indonesia pada kegiatan 7. Nilai pendidikan karakter keempat belas (cinta damai) terdapat dalam 6 bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Lampung pada kegiatan 8. Nilai pendidikan karakter kelima belas (gemar membaca) terdapat dalam 1 bahasa lisan (tuturan) Guru Bandar Lampung pada kegiatan 9. Nilai pendidikan karakter keenam belas (peduli lingkungan) terdapat dalam 4 bahasa lisan (tuturan) Guru Bandar Lampung pada kegiatan 10. Nilai pendidikan karakter ketujuh belas (peduli sosial) terdapat dalam 3 bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Lampung pada kegiatan 11. Nilai pendidikan karakter kedelapan belas (tanggung jawab) terdapat dalam 7 bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Indonesia pada kegiatan Implikasi kesantunan bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Indonesia dalam pengembangan pendidikan karakter para siswa pada kegiatan pembelajaran bisa terlihat dari fungsi prinsip sopan santun berbahasa, jenis tindak tutur dan fungsi nilai-nilai pendidikan karakter yang telah terdapat dalam setiap bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Indonesia ketika sedang melaksanakan kegiatan pembelajarannya. Hal itu dikarenakan fungsi prinsip sopan santun berbahasa, jenis tindak tutur dan fungsi nilai-nilai pendidikan karakter yang telah terdapat dalam setiap bahasa lisan (tuturan) Guru Bandar Lampung sangat berperan aktif dalam pengembangan pendidikan karakter para siswa, sehingga bahasa-bahasa lisan Guru Bandar Lampung yang telah mengandung fungsi prinsip sopan santun berbahasa dan fungsi nilainilai pendidikan karakter sangat terimplikasi dalam pengembangan pendidikan karakter para siswa. Tanggapan atau respon para siswa kelas XII AK 3 mengenai persepsi siswa terhadap kesantunan bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Lampung dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya adalah sangat santun, yaitu dengan berdasarkan bukti bahwa ada 11 siswa dengan persentase 30,55% yang memberikan tanggapan atau respon santun dan sangat santun melalui perolehan nilai akhir 76 sampai 84 untuk 7 siswa yang memberikan tanggapan atau respon santun, sedangkan melalui perolehan nilai akhir 86 untuk 4 siswa yang memberikan tanggapan atau respon sangat santun. Selain itu, ada 25 siswa dengan persentase 69,45% yang memberikan tanggapan atau respon sangat santun melalui

perolehan nilai akhir 90, 92, 94, 96, dan 100. Dengan demikian, melalui hasil persentase terbesar, yaitu 69,45%, maka para siswa kelas XII AK 3 menanggapi kesantunan bahasa lisan (tuturan) Guru Bahasa Lampung dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya dengan tanggapan sangat santun. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis yang dilakukan terhadap Kesantunan Bahasa Lisan Guru SMK Negeri 4 Bandar Lampung dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Implikasinya dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Siswa SMK Pertama, ditemukan 6 prinsip sopan santun Leech, yaitu maksim kebijaksanaan sebanyak 42 bahasa lisan (tuturan), maksim kedermawanan sebanyak 1 bahasa lisan (tuturan), maksim penghargaan sebanyak 4 bahasa lisan (tuturan), maksim kesederhanaan sebanyak 1 bahasa lisan (tuturan), maksim permufakatan sebanyak 34 bahasa lisan (tuturan), dan maksim simpati sebanyak 2 bahasa lisan (tuturan). Kedua, ditemukan 5 jenis tindak tutur Searle, yaitu tindak tutur asertif sebanyak 11 tuturan, tindak tutur direktif sebanyak 64 tuturan, tindak tutur ekspresif sebanyak 8 tuturan, tindak tutur komisif sebanyak 13 tuturan, dan tindak tutur deklaratif sebanyak 5 tuturan. Ketiga, pendidikan karakter yang ditemukan di dalam prinsip sopan santun dan tindak tutur guru menunjukan karakter religius, tanggung jawab, rasa ingin tahu, cinta damai, disiplin gemar membaca, peduli sosial, disiplin, demokratis, dan bersahabat. Keempat, implikasi kesantunan bahasa lisan guru dalam pendidikan karakter tercermin dari maksimmaksim kesantunan dan jenis tindak tutur yang digunakan oleh Guru Bahasa Indonesia. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dikembangkan dari bahasa lisan guru tersebut, yaitu nilai religius, disiplin, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, gemar membaca, demokratis dan bersahabat. Kelima, berdasarkan hasil persentase terbesar, yaitu 69,45%, maka persepsi siswa kelas XII AK 3 menanggapi kesantunan bahasa lisan Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 4 Bandar Lampung dalam pembelajaran yang telah dilaksanakannya dengan tanggapan sangat santun. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Dewan guru di SMK Negeri 4 Bandar Lampung dan guru yang ada di semua sekolah hendaknya dapat dijadikan teladan bagi siswanya dalam menyampaikan bahasa lisan (tuturan), khususnya dalam pembelajaran berlangsung, dan berbahasa lisan (bertutur) sesuai dengan konteks tuturan saat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun mengingat

tuturan guru memiliki peran besar dalam membentuk karakter siswa. 2. Penelitian ini tentu masih banyak kekurangan, terutama keterbatasan dari aspek ruang lingkup pembahasan, sehingga masalah yang dibahas hanya pada bagian-bagian tertentu, yaitu prinsip sopan santun, tindak tutur dan implikasinya terhadap pendidikan karakter siswa. Oleh karena itu keterbatasan yang dimiliki penulis tersebut, penulis menyarankan pada peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian pada bidang kajian yang sama, untuk meneliti prinsip sopan santun dan tindak tutur secara menyeluruh, tidak hanya kesantunan dan tindak tutur yang diulas pada penelitian ini. Bahasa Indonesia di dalam Interaksi Pembelajaran. Jurnal Seloka: Unnes. Vol. 1 No. 2 tahun 2012. Sugiono.2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Su ud, Abu, dkk. 2011. Pendidikan Karakter di sekolah dan Perguruan Tinggi. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press. DAFTAR PUSTAKA Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael.1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Nababan, P.W.J. 2005. Ilmu Pragmatik. (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah Republik Indonesia. Kebijaksanaan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025. Jakarta: Pemerintah RI. Ratnawati, Erna. 2012. Respon Verbal Peserta Didik SMP terhadap Jenis, Fungsi, dan Kesantunan Tuturan Guru