2014 HUBUNGAN KEMAMPUAN LARI KECEPATAN MAKSIMAL DENGAN KEMAMPUAN CADENCEPADA ATLET SPRINT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

LARI JARAK PENDEK (SPRINT)

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI CEPAT (SPRINT) 100 METER PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia pernah memiliki beberapa pelari kenamaan di nomor elite.

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

ANALISIS SUDUT, PANJANG LANGKAH DAN FREKUENSI LANGKAH LARI ATLET PASI ACEH. Nyak Amir 1. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani

KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI CEPAT ( SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Yunani athon yang berarti kontes. Atletik merupakan cabang olahraga

KORELASI WAKTU REAKSI DAN AKSELERASI TERHADAP PRESTASI LARI 100 METER MAHASISWA PUTRA SEMESTER II PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNIVERSITAS RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

2015 PERBAND INGAN KECEPATAN REAKSI D AN ANTISIPASI REAKSI PAD A PENJAGA GAWANG D ALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA D AN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

I. PENDAHULUAN. terutama nomor lari jarak pendek 200 meter, maka dari itu peneliti mencoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lari (sprint) adalah nomor lari dengan kecepatan penuh sepanjang

2015 UJI VALID ITAS D AN RELIABILITAS KONSTRUKSI ALAT UKUR POWER END URANCE TUNGKAI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. olahraga secara otomatis menjadi ukuran ketertinggalan prestasi olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara (juga dikenal sebagai Sea

2016 PERBAND INGAN LATIHAN LARI UPHILL D AN LARI D OWNHILL TERHAD AP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PAD A ATLET FUTSAL

I. PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON,

BAB I PENDAHULUAN. membuat progam latihan untuk pembinaan kondisi fisik seorang atlet. Hal ini

ANALISIS KELAJUAN GERAK PELARI 100 METER PADA KASUS PEMECAHAN REKOR DUNIA TAHUN 2008 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KECEPATAN LARI 60 METER DENGAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA PUTRA KELAS XI JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2 SMAN 11 PEKANBARU

2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK DI SDN SUKARASA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT DAN ACCELERATION SPRINT TERHADAP LARI CEPAT 100 METER DI SMP NEGERI 1 BONGOMEME

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurcahyo, 2013

kisah sejarah baru. Lauryn Williams, Muna Lee, dan Torri Edwards, trio pelari AS, diharapkan bisa membuat prestasi baru.

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. antusias masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. manusia untuk melakukan aktifitas fisik. Mengembangkan fungsional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I. A. Latar Belakang

PENGARUH DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KECEPATAN REAKSI DAN MOTIVASI TERHADAP KECEPATAN LARI JARAK PENDEK 100 METER PADA ATLET PPL PPROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

merupakan olahraga pertama kali yang ada di dunia menurut Eddy Purnomo dimulai dari negara Yunani, negara negara dibenua Eropa sampai Amerika dan

2016 HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN POWER TUNGKAI TERHADAP WAKTU PEMBALIKAN RENANG GAYA BEBAS 100 METER

PERBANDINGAN LATIHAN SPEED PLAY DAN LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER DI SMAN 4 TAMBUN SELATAN

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sepakbola ini maka dibentuklah organisasi sepakbola dunia yaitu FIFA (Federation

BAB I PENDAHULUAN. secara berencana dan bertahap untuk segala bidang diperlukan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogie Hary Kusumah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

bagi manusia, karena dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 93) mengatakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT KAKI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA HANG SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 4 PAMEKASAN SKRIPSI

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya peningkatan kesehatan jasmani seluruh masyarakat, pemupukan

PENGARUH LATIHAN FINDERS KEEPERS TERHADAP KECEPATAN LARI PADA ATLET ATLETIK KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

HEALTH PHYSICAL EDUCATION AND RECREATION DEPARTMENT FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION UNIVERSITY OF RIAU

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, gerakan-gerakan yang terkandung didalam olehraga atletik adalah gerakan yang biasa

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Atletik merupakan gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar dan lompat.kata ini berasal dari bahasa Yunani athlon yang berarti kontes. Atletik dikenal juga dengan induk dari semua cabang olahraga, hal tersebut dapat dibuktikan dengan mengamati olahraga atletik yang di dalamnya terdapat kegiatan fisik yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar. Kegiatan fisik tersebut merupakan aktivitas jasmani alamiah yang biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada tahun 776 SM. Induk organisasi untuk olahragaatletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Di dalam atletik ada dua event, yaitu event lintasan dan event lapangan.event lintasan terdiri dari nomor-nomor lari (jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh) dan jalan cepat, sedangkan event lapangan terdiri dari nomor lempar dan lompat.terdapat pula nomor gabungan seperti sapta lomba dan dasa lomba.sapta adalah gabungan tujuh nomor perlombaan yang terdiri dari nomor lintasan dan lapangan menjadi satu, sedangkan dasa lomba terdiri dari sepuluh nomor perlombaan lintasan dan lapangan. Lari merupakan salah satu nomor dalam atletik yang diperlombakan, jaraknya bervariasi, salah satu yang paling dinanti dan paling bergengsi adalah sprint atau lari jarak pendek. Lari jarak pendek (sprint) adalah berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh atau sampai jarak yang telah ditentukan.pelarinya bisa disebut juga sprinter.nomor nomor lari jarak pendek antara lain 100 meter, 200 meter, dan 400 meter.lari jarak pendek bila dilihat dari tahap-tahap berlari terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap reaksi dan dorongan 1

2 (reactions dan drive), tahap percepatan (acceleration), tahap transisi/perubahan (transition),tahap kecepatan maksimum (speed maximum), tahap pemeliharaan kecepatan (maintenance speed) dan finish. Perbedaan Antara lari jarak pendek, lari jarak menengah dan lari jarak jauh terletak pada kecepatan lari yang dilakukan oleh para pelari. Dapat kita amati pada perlombaan lari jarak pendek, setiap atlet berusaha secepat-cepatnya berlari ke garis finish. Lari jarak pendek atau sprintadalah semua jenis lari yang sejak start hingga finish dilakukan dengan kecepatan maksimal, (Wibowo, 2012:14) Tujuan dari lari jarak pendek adalah untuk memaksimalkan kecepatan yang dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari dihasilkan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah persatuan waktu). Contohnya, seorang pelari mempunyai panjang langkah 2 meter dan melakukan tiga langkah perdetiknya, akan berlari dengan kecepatan 6 meter/detik. Jika pelari mampu meningkatkan frekuensi langkah sampai empat langkah per detiknya dengan tetap mempertahankan panjang langkah sebelumnya, maka kecepatannya akan meningkat sehingga pelari akan berlari dengan kecepatan 8 meter/detik. Para atlet dapat mendapat kecepatan maksimum hanya dengan menggunakan perbandingan yang tepat antara panjang langkah dan frekuensi langkahnya. Perubahan panjang langkah dan frekuensi langkah pada saat berlari dapat menyebabkan penurunan kecepatan. Dalam lari sprint meter, teknik dan pengaturan unsur-unsur lari haruslah sempurna, karena kesalahan sedikit saja akan mengurangi hasil waktu yang dicapai. Sesuai dengan tujuan lari sprint, kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan. Hal tersebut sebagaimana yang di ungkapkan Sidik (2009:1) bahwa: yang di butuhkan untuk semua nomor lari sprint dan gawang adalah kecepatan (speed), sesuai dengan pengertian bahwa sprint yang berarti lari dengan tolakan secepat-cepatnya. Unsur kecepatan didalam nomor lari jarak pendek memang sangat dibutuhkan. Pakar olahraga lain seperti Bompa (1999:368)

3 menerangkan bahwa: Speed is a determinant ability in many sports such as sprinting events.kecepatan adalah faktor yang menentukan dalam cabang olahraga, salah satunya adalah perlombaan lari jarak pendek. Karena dalam lari jarak pendek, kemampuan untuk menyelesaikan jarak secepat-cepatnya dapat mempersingkat waktu tempuh. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkatsingkatnya seperti yang dijelaskan Harsono (1988:216).Kecepatan merupakan suatu kemampuan fisik yang peningkatannya sangat sulit untuk ditingkatkan.peningkatan hasil latihan yang eksklusif hanya meningkat 10%, artinya untuk meningkatkan catatan waktu terbaik lari 100 meter yang dapat ditempuh 10 detik lebih menjadi dibawah 10 detik itu dibutuhkan latihan yang keras. Jarak yang dapat ditempuh dengan singkat merupakan hasil kecepatan gerak dari kontraksi otot yang kuat dan cepat. Komposisi otot pun turut menentukan kecepatan pada kontraksi otot. Sidik (2009:1) menjelaskan komposisi otot yang ideal serta kontribusinya dalam lari jarak pendek adalah sebagai berikut: Kecepatan pada kontraksi otot tergantung pada komposisi otot. Proporsi dari serabut otot cepat (fast twitch fiber/ft) sangat erat kaitannya dengan gerakan kecepatan maksimal (maximum speed of movement). Pelari sprint yang baik secara normal memiliki persentase yang lebih tinggi pada serabut otot cepat (FT) dari pada pelari jarak jauh, yang lebih banyak proporsinya pada serabut otot lambat (slow twitch fiber/st). Konsep di atas menjelaskan bahwa serabut otot putih mendukung terciptanya gerakan kecepatan maksimal yang sangat dibutuhkan oleh pelari jarak pendek. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancer dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi. Seorang pelari jarak pendek yang potensial bila dilihat dari komposisi atau susunan serabut otot persentase serabut otot cepat (Fast Twitch = FT) lebih besar atau tinggi dengan

4 kemampuan sampai 40 kali perdertik dalam vitro disbanding dengan serabut otot lambat (Slow Twitch = ST) dengan kemampuan 10 kali perdetik dalam vitro. Dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu kekuatan (strength), waktu reaksi,(reaction time) dan fleksibilitas (Wilmore dalam Harsono 1988:216). Waktu reaksi adalah waktu antara pemberian rangsang (stimulus) dengan gerak pertama (1988:217). Kecepatan gerak atau movement speed adalah waktu antara permulaan dan akhir suatu gerakan. The period from the beginning of the respons to the completion of a specified movement (Oxendine dalam Harsono 1988:217) Pada dasarnya ada dua langkah untuk memperbaiki kecepatan yaitu melalui perbaikan kualitas gerak (skill) dengan melakukan perbaikan gerakan pada speed, agility, dan quickness. Kecepatan dapat ditingkatkan melalui peningkatan cadence (frekuensi langkah per detik). Sprinter is Heredity, Seorang sprinter ialah terlahir dan kemudian dilatih dengan eksklusif. Karena syarat utama seorang sprinter ialah memiliki serabut otot putih (fast twitch fiber/ft) didalam tubuhnya. Karena serabut otot itu bawaan lahir yang hasil dari keturunan orang tuanya, maka sprinter adalah bakat turunan yang dilatih dengan eksklusif. Selain faktor serabut otot, kecepatan seorang atlet lari jarak pendek dalam menempuh jarak sangat ditentukan oleh aspek biomekanika, yaitu panjang langkah dan frekuensi langkah per detiknya. Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Donati (1995:51) Running speed is the product of stride length and stride frequency. Athletes achieve their maximum speedonly by adopting a specific ratio between length and frequency of stride and any significant alternation in the length or the frequency will cause a reduction in speed.

5 Pada awal diperlombakannya lari jarak pendek kemampuan menempuh jarak 100 meter hanya dapat memasuki catatan waktu 10 koma sekiandetik. Memasuki dekade 80-an muncul atlet lari sprint 100 meter yang mampu menembus catatan waktu dibawah 10 detik, dia adalah Ben Johnson dari Kanada, juara Olimpiade Seoul 1988. Ben Johnson meraih prestasi 100 meter dengan catatan waktu 9,79 detik. Namun sangat disayangkan prestasinya tercoreng dengan kasus doping, gelar manusia saat tercepat saat itu jatuh ke tangan Carl Lewis dari AS dengan catatan waktu 9.92 detik. Catatan rekor lari sprint 100 meter dari tahun-ketahun semakin tajam. Angka 9 koma sekian detik kini menjadi sebuah impian bagi setiap pelari. Sejak itulah persaingan di nomor lari sprint 100 meter semakin memanas, karena setiap atlet bersaing untuk menjadi yang tercepat. Pada Olimpiade Beijing 2008 muncul ke permukaan persaingan lari sprint 100 meter putra Usain Bolt (lahir di Trelawny, Jamaika 21 Agustus 1986 umur 22 tahun) adalah pelari Jamaika. Bolt yang memiliki postur tinggi berhasil finish pertama pada lari sprint 100 meter dengan catatan waktu 9,69 detik. Keberhasilan ini disusul dengan prestasi 19,30 detik pada jarak 200 m yang mengantarkannya meraih emas di nomor tersebut. Bolt nampaknya belum puas atas pencapaiannya pada Olimpiade Beijing lalu. Ambisinya untuk kembali memecahkan rekor dia capai pada saat Kejuaraan Dunia di Berlin 2009, rekor sprint jarak 100 meter dia pertajam menjadi 9,58 detik. Suatu hal yang mungkin disamai oleh atlet lain atas pencapaian Bolt tersebut. Hasil perlombaan dari atlet sprint dunia tidak hanya berupa catatan waktu. Tetapi ada tentang kemampuan frekuensi dan panjang langkah, sehingga data tersebut dapat dievaluasi untuk kemajuan atletnya. Dari data yang diperoleh dapatkita amati bahwa frekuensi langkah dari sprinter china dan dunia paling sedikit adalah 4,4 langkah per detik. Berikut data kemampuan frekuensi langkah

6 disertai panjang langkah atlet sprint duniaserta data lain yang berkontribusi terhadap prestasi lari sprint seperti pada Tabel 1.1. Grup Prestasi Ratarata (detik) Tabel 1.1. Data parameter pelari cina dan pelari dunia Pada kejuaraan dunia tahun 1991 di Tokyo Jepang Jumlah langkah Kecepatan Rata-rata (m/dtk) Frekuensi langkah (perdetik) Panjang langkah (m) Tinggi badan (m) China 10.45 47.4 9.57 4.55 2.11 1.77 Dunia 10.02 44.6 9.89 4.44 2.25 1.81 Namun sayangnya prestasi atlet sprinter Indonesia belum mampu menembus angka 9 detik. Sprinter Indonesia beberapa kali meraih emas pada nomor 100 di ajang Sea Games, catatan waktu sprinter Indonesia baru mampu menembus angka 10 koma sekian detik. Ada beberapa sprinter Indonesia yang menjuarai nomor lari pada Sea Games salah satunya adalah Suryo Agung Wibowo, bahkan dia adalah pemegang rekor Asia Tenggara pada nomor lari 100 meter dengancatatan waktu 10,17 detik yang dicapai pada Sea Games Laos 2009. Sebelum pertandingan tingkat internasional, tentunya ada beberapa pertandingan nasional sebagai ajang seleksi dan pembibitan atlet untuk memperkuat tim nasional. Berikut adalah catatan waktu pada final lari 100 meter cabang olahraga atletik pada PON 2008 dan PON 2012 seperti pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Catatan waktu lari 100 meter final pada kejuaraan PON 2008 Kaltim dan PON 2012 Riau Rekor 100 meter PON : Mardi Lestari 10,17 detik (PON 1989) Final 100 meter Cabor Atletik PON 2012 Final 100 meter Cabor Atletik PON 2008

7 Nama Provinsi Catatan Waktu Iswandi NTB 10.41 Nama Suryo Agung Wibowo Fadlin NTB 10.48 Asrul Akbar Provinsi Catatan Waktu Jawa Tengah 10.39 Sumatera Barat 10.66 Tabel 1.2. (Lanjutan) Franklin Ramses Farel Oktaviandi Mohamad Rozikin Yaspi Bobi Fernando Lumain Lorenzo Andreas Papua 10.57 Avip Dwi Cahyo Jawa Timur 10.82 Jawa Barat 10.64 Sukari Jawa Timur 10.82 Jawa Timur 10.65 M. Fatoniah NTB 10.85 Sumatera Barat Sulawesi Utara Kalimantan Timur 10.71 10.74 Taufik Rahmadi John Herman Murai Sumatera Barat 10.86 Papua 10.86 10.75 Agus Sulistio Riau DQ Pada umumnya sprinter Indonesia hanya mempunyai catatan waktu saja. Data tersebut dirasa belum cukup untuk dapat meningkatkan prestasi. Untuk itu perlu adanya tes cadence terhadap sprinter Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan kemampuan lari kecepatan maksimal dengan kemampuan cadence pada atlet sprint PPLM dan UKM Atletik UPI Bandung. B. Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah: Apakah terdapat hubungan antara kemampuan lari kecepatan maksimal dengan kemampuan cadence pada atlet sprint pada cabang olahraga atletik?

8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan lari kecepatan maksimal dengan kemampuan cadence pada atlet sprint pada cabang olahraga atletik? D. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini bermanfaat bagi pelatih maupun atlet sprint baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoriti a. Diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk menambah dan memperluas wawasan tentang cadence bagi setiap pelaku dibidang olahraga terutama di cabang olahraga atletik. b. Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi para pelatih atletik, khususnya pelatih lari sprint 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman untuk menghitung frekuensi langkah per detik pada atlet sprinter b. Bagi praktisi di bidang olahraga, tulisan ini diharapkan dapat berfungsi sebagai dasar untuk proses identifikasi bakat atlet sprint E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. BAB I menjelaskan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan struktur organisasi skripsi. BAB II menjelaskan tentang kajian teoritis dan juga memuat bahasan tentang kerangka pemikiran serta hipotesis. BAB III menjelaskan mengenai metode penelitian skripsi yang substansinya adalah lokasi penelitian, populasi, sampel, langkah-langkah penelitian, desain penelitian,

9 instrument penelitian, prosedur pengambilan data, serta prosedur pengolahan dan analisis data. BAB IV menjelaskan tentang pengolahan, analisis data, dan diskusi penemuan. BAB V berisi kesimpulan dan saran.