Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

dokumen-dokumen yang mirip
PEMETAAN KOROSI PADA STASIUN PENGUAPAN DI PABRIK GULA WATOE TOELIS

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Perbandingan Laju Korosi Pada Baja Karbon Rendah dan Stainless Steel Seri 201, 304, dan 430 Dalam Media Nira

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5 % NaCl DAN 0,1 M HCl

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

Handout. Bahan Ajar Korosi

PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP TEMPERATUR KRITIS PEMBENTUKAN FILM FeCO3 PADA KOROSI CO2

ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

Pengaruh Polutan Air Sungai Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Pada Baja AISI1045 dan Stainless steel 304 di Sungai Bokor Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

STUDI KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK UNTUK MATERIAL ORTOPEDI

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

Pabrik Asam Oksalat dari Kulit Pisang dengan Proses Oksidasi Asam Nitrat X - 1. BAB X Kesimpulan BAB X KESIMPULAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses

Kata Kunci : evaluasi energi, kehilangan panas, penghematan energi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

SIDANG TUGAS AKHIR. oleh : Rosalia Ishida NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, MSc

Pengaruh Jarak Anoda-Katoda dan Durasi Pelapisan Terhadap Laju Korosi pada Hasil Electroplating Hard Chrome

PENGARUH KONSENTRASI CH3COOH TERHADAP KARAKTERISASI KOROSI BAJA BS 970 DI LINGKUNGAN CO2

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

Muhammad

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Jurusan Pendidikan

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA

Transkripsi:

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo Adam Alifianto (2707 100 021) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK Stasiun pemurnian pada pabrik gula Watoe Toelis di krian, Sidoarjo ini merupakan unit yang bertujuan menghasilkan nira jernih dengan cara mengendapkan atau memisahkan kotoran yang terdapat dalam nira mentah. Dalam stasiun pemurnian ini sifat korosif dari nira semakin meningkat karena adanya pengaruh dari proses sulfitasi yang mengakibatkan turunnya ph serta bertambahnya unsur sulfur didalam komposisi nira. Untuk mendapatkan data agar pemetaan korosi menjadi lebih akurat maka dilakukan pengujian laju korosi pada pipe dan shell di Stasiun Pemurnian. Setelah dilakukan uji potensiostat didapatkan laju korosi pada pipa untuk medium carbon dengan pengaruh nira memiliki nilai terbesar 6,0656 mm/year dan untuk shell menggunakan cast iron dengan pengaruh nira jernih memiliki laju korosi 0,7705 mm/year. Pada pemetaan korosi tingkat resiko di kategorikan menjadi tiga jenis,yaitu low severity corrosion,medium severity corrosion dan high severity corrosion. Kata kunci : nira, stasiun pemurnian, pemetaan korosi. PENDAHULUAN Karat (rust), tentu saja adalah sebutan yang belakangan ini hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, sedangkan korosi sendiri adalah perusakan suatu material karena bereaksi dengan lingkungannya atau bisa disebut sebagai gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Terutama karena pabrik-pabrik di bidang industri menggunakan logam seperti besi, baja, dan banyak jenis logam dan paduan lainnya pada setiap komponen-komponennya. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa permasalahan korosi selalu ada disetiap industri tersebut,serta kurang disadarinya bahwa permasalahan korosi ini mampu memunculkan dampak yang merugikan baik dari segi biaya,sumber daya alam dan juga sumber daya manusia. Hal ini jugalah yang terjadi pada industri perkebunan yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah industri gula yang berada di Pabrik Gula Watoe Toelis Pabrik gula yang terletak di Krian, Sidoarjo ini masih belum mempelajari dan membahas lebih dalam mengenai proses korosi yang ada di pabrik tersebut. Sedangkan dalam proses pembuatan dari gula itu sendiri banyak menggunakan peralatan-peralatan yang terbuat dari logam dan juga banyak menggunakan unsur yang bersifat korosif seperti Sulfur. Dan juga masih belum diketahuinya apakah nira yang merupakan bahan utama dari pembuatan gula bisa mengakibatkan terjadinya proses korosi atau tidak. METODOLOGI Temperature (design & operation) Fluida kerja (jenis & komposisi) Sampel nira Melakukan pengujian komposisi nira dengan metode Fehling START Preparasi Pengumpulan data Pengambilan sampel A Material Sampel Pipe dan Shell Preparasi spesimen Uji potensiostat 1

2 Gambar 1. Diagram alir penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN A Menetukan klasifikasi berdasarkan laju korosi dari tiap material Menggambar pemetaan korosi dengan pemberian simbol warna Kesimpulan dan Rekomendasi END Data Teknis Dari hasil pengamatan serta wawancara di lapangan maka diperoleh beberapa data desain dari equipment pada unit pemurnian,dimana di unit ini menghasilkan nira jernih dengan cara mengendapkan/memisahkan kotoran yang terbawa nira dengan berbagai proses seperti defekasi dan sulfitasi. Bologne Fungsi alat : untuk mengetahui berat nira mentah yang dihasilkan dari stasiun gilingan - Volume : 50 hektoliter - Volume kerja : 36 hektoliter - Dialirkan nira mentah dari stasiun gilingan dengan temperatur 40 0 C dengan PH ±6,3 Juice Heater Fungsi alat : untuk mempercepat dan menyempurnakan reaksi pada defekator dan sulfitasi pada temperatur tertentu. - Diameter : 1570 mm - Tinggi : 4154 mm - Bahan Pipa : Medium Carbon Steel - Nira dipanaskan sampai temperatur 75-80 0 C dengan PH ±6,3 pada pemanasan pertama dan temperatur nira dianaikan menjadi ± 105 0 C pada pemanasan kedua Defekator Fungsi alat : untuk menaikkan PH - Diameter : 1000 mm - Tinggi : 2250 mm - Volume : 17,67 hektoliter - Nira Masuk defekator I pada temperatur 75 0 dengan ph 6,5 bertujuan untuk dinaiikan Phnya menjadi 7,2 7,4. - Nira keluar dari defekator I lalu masuk ke defekator II untuk mencapai ph menjadi ± 8,6. Sulfitir Fungsi alat : untuk memucatkan nira - Diameter : 1560 mm - Tinggi : 3500 mm - Volume : 52,2 hektoliter - Nira yang sudah terkapur masuk ke bejana sulfitasi pada temperatur sekitar 75 0 dan ph menurun akibat penambahan SO 2 menjadi 7 7,2. Flash Tank Fungsi alat : untuk menghilangkn gas-gas yang terlarut pada nira - Diameter : 1500 mm - Volume : 17,5 hektoliter - Temperatur nira masuk flash tank ± 105 0 C Snow Balling Tank Fungsi alat : menghomogenkan campuran nira dengan flokulan, sehingga proses pengendapan lebih sempurna. Bahan Konstruksi : Cast Iron

- Temperatur nira yang masuk Clarifier ± 105 0 C lalu ditambahkan flokulan. Door Clarifier Fungsi alat : untuk menjernihkan nira melalui pengendapan kotoran. - Diameter : 6100 mm - Tinggi : 5490 mm - Volume : 264 hektoliter - Temperatur nira yang masuk Clarifier ± 105 0 C lalu diendapkan Alat Penampis (Rotary Vacuum Filter) Fungsi alat : untuk memisahkan antara nira tapis dengan blotong - Diameter : 3050 mm - Tinggi : 5660 mm - Volume : 17,5 hektoliter - Bahan filter : Stainless Steel - Temperatur nira kotor yang masuk ± 80 0 C Uji Komposisi Nira Tabel 1. Komposisi Nira Kode Sakarosa (%) Gula Reduksi (%) Sulfur (%) Asam Asetat (%) 1 8,64 0,36 0,05 0,09 2 29,42 2,82 1,56 0,41 3 31,05 3,04 1,62 0,49 Berdasarkan hasil pengujian nira yang telah dilakukan,di dalam nira terdapat 3 senyawa utama yang menyebabkan rasa manis dalam nira yaitu : sakarosa,fraktosa dan glukosa. Fraktosa dan glukosa bisa juga disebut dengan gula reduksi. Sakarosa pada nira tidak mempengaruhi korosivitas pada peralatan-peralatan di pabrik gula karena Sakarosa merupakan senyawa yang sangat stabil sehingga tidak mudah berikatan dengan O 2. Sedangkan gula reduksi yang terdiri dari fraktosa dan glukosa merupakan gula hasil kerusakan Sakarosa oleh mikroba. Gula reduksi ini tidak stabil karena apabila teroksidasi akan menjadi asam. Asam inilah yang bisa menjadi katalis dalam 3 proses korosi yang terjadi pada logam-logam di stasiun pemurnian. Selain itu terdapat beberapa senyawa yang terkandung di dalam nira yang memiliki pengaruh besar terhadap korosi yaitu Sulfur dan Asam Asetat. Sulfur memiliki pengaruh yang besar terhadap proses terjadinya korosi karena ion Sulfur sendiri bersifat reduktif. Hal ini menyebabkan Sulfur mudah sekali mengikat Oksigen (O 2 ) sehingga mudah sekali membentuk senyawa SO 2.Dimana SO 2 termasuk dari bahan pengotor yang bersifat mempercepat laju korosi karena menurunkan ph (menaikkan derajat ke asaman) media korosif.(sulistijono 1999) Sedangkan Asam Asetat merupakan asam organik yang terbentuk secara alami dari hasil proses fermentasi atau proses perusakan gula yang tereduksi menjadi asam yang dikenal dengan nama Asam Asetat atau Asam Cuka. Asam Asetat juga mempengaruhi proses korosi karena senyawa ini bersifat asam sehingga memiliki efek sebagai katalisator dalam proses korosi yang terjadi pada logam.berikut ini adalah reaksi kimia dari fermentasi Sakarosa menjadi Asam Asetat : C 6 H 12 O 6 2C 2 H 5 OH + 2CO 2 + 2ATP (4.1) 2C 2 H 5 OH CH 3 COOH + CO 2 (4.2) Dan setelah diuji komposisinya maka berdasarkan data bahwa dari nira mentah yang diproses menjadi nira jernih di unit pemurnian dan kemudian diuapkan di badan penguapan menjadi nira kental terjadi peningkatan kandungan sulfur serta asam asetat. Jadi sifat korosif dari nira semakin meningkat melalui proses pemurnian. Uji Potensiostat Pengujian potensiostat dilakukan pada sampel pipa serta Shell yang telah dipreparasi dengan elektrolitnya menggunakan nira mentah,nira jernih dan nira kental. kondisi ini disesuaikan dengan kondisi operasinya. Pipa dengan nira mentah Gambar 2. Grafik uji medium carbon steel dengan elektrolit nira mentah

Kondisi ini merupakan kondisi pipa saat nira dari stasiun gilingan masuk ke stasiun pemurnian mulai dari Bologne sampai dengan Defecator 1. Kurva polarisasi merupakan hasil dari perubahan beda potensial berbanding perubahan arus spesifik yang diberikan oleh mesin uji. Setelah ditarik 2 garis ektrapolasi pada kurva polarisasi tersebut, maka didapat nilai i corr pada titik pertemuan antara kedua garis tersebut yang kemudian ditarik pada sumbu ordinat yaitu sebesar 110,170 na. Dengan material yang diuji seluas 0,25 cm 2, maka didapat nilai i corr yaitu sebesar 440,680 µa/cm 2. Sehingga data icorr per satuan luas tersebut dimasukkan kedalam rumus CR (Corrosion Rate), didapat nilai laju korosi pipa dengan aliran nira ph 6,3 yaitu sebesar 5,1207 mm/year. Hasil pengujian ini didapatkan nilai corrosion rate adalah 5,1207 mm/year. Pipa dengan nira jernih Gambar 3. Grafik uji medium carbon steel dengan elektrolit nira jernih Kondisi ini disesuaikan pipa saat nira sudah memasuki tahapan pemurnian sampai saat menuju stasiun pemurnian. Setelah ditarik 2 garis ektrapolasi pada kurva polarisasi tersebut, maka didapat nilai i corr pada titik pertemuan antara kedua garis tersebut yang kemudian ditarik pada sumbu ordinat yaitu sebesar 119,460 na. Dengan material yang diuji seluas 0,25 cm 2, maka didapat nilai i corr yaitu sebesar 477,840 µa/cm 2. Sehingga data icorr per satuan luas tersebut dimasukkan kedalam rumus CR (Corrosion Rate), didapat nilai laju korosi pipa dengan aliran nira ph 7,2 yaitu sebesar 5,5525 mm/year. Hasil pengujian ini didapatkan nilai corrosion rate adalah 5,5525 mm/year. 4 Pipa dengan nira kental Gambar 4. Grafik uji medium carbon steel dengan elektrolit nira kental Kondisi ini disesuaikan dengan kondisi pipa saat nira kental hasil dari penguapan memasuki stasiun pemurnian untuk proses sulfitasi. Setelah ditarik 2 garis ektrapolasi pada kurva polarisasi tersebut, maka didapat nilai i corr pada titik pertemuan antara kedua garis tersebut yang kemudian ditarik pada sumbu ordinat yaitu sebesar 130,500 na. Dengan material yang diuji seluas 0,25 cm 2, maka didapat nilai i corr yaitu sebesar 522,000 µa/cm 2. Sehingga data icorr per satuan luas tersebut dimasukkan kedalam rumus CR (Corrosion Rate), didapat nilai laju korosi pipa dengan aliran nira ph 5,4 yaitu sebesar 6,0656 mm/year. Hasil pengujian ini didapatkan nilai corrosion rate adalah 6,0656 mm/year. Shell dengan nira jernih Gambar 5. Grafik uji Cast Iron dengan elektrolit nira jernih Kondisi ini disesuaikan dengan kondisi pada equipment yang bekerja pada stasiun pemurnian. Setelah ditarik 2 garis ektrapolasi pada kurva polarisasi tersebut, maka didapat nilai i corr pada titik pertemuan antara kedua garis tersebut yang kemudian ditarik pada sumbu ordinat yaitu sebesar 16,5780 na. Dengan material yang diuji seluas 0,25 cm 2, maka didapat nilai i corr yaitu sebesar 66,3120 µa/cm 2. Sehingga data icorr per satuan luas tersebut dimasukkan kedalam rumus CR (Corrosion Rate), didapat nilai laju korosi pipa

dengan aliran nira ph 7,2 yaitu sebesar 0,77054 mm/year. Hasil pengujian ini didapatkan nilai corrosion rate adalah 0,77054 mm/year. Setelah diketahui data laju korosi materialnya terhadap fluida yang bekerja selanjutnya dibuat klasifikasi tingkat kerawanan korosinya sebagai berikut : 1. Laju korosi > 5 mm/year = High Severity Corrosion (merah) 2. Laju korosi antara 2 sampai 5 mm/year = Medium Severity Corrosion (kuning) 3. Laju Korosi < 2 mm/year = Low Severity Corrosion (hijau) Dari hasil pengujian di atas maka dapat dibuat pemetaan korosi (corrossion maping) berdasarkan laju korosi dari tiap peralatan.maka didapatkan pemetaan korosi pada peralatan-peralatan di Stasiun Pemurnian sebagai berikut : Korosi pada peralatan-peralatan di Stasiun Pemurnian Pada stasiun pemurnian ini dibagi menjadi 2 bagian,yang pertama shell dari setiap peralatan yang terkena nira.disini shell masih dalam kategori aman seperti yang dapat dapat dilihat dari hasil uji laju korosi yang mana corrosion rate yang terjadi bernilai kecil yaitu 0,7705 mm/year.hal ini disebabkan karena jenis material shell ini adalah cast iron yang cukup memiliki ketahanan korosi dibandingkan medium carbon Steel. Di Stasiun ini yang perlu lebih diperhatikan adalah pada sistem perpipaannya. Hal ini dikarenakan pipa disini menggunakan jenis medium carbon Steel sehingga lebih rentan terhadap korosi.dari hasil uji potensiostat didapatkan laju korosi akibat fluida yang bekerja semakin meningkat mulai dari pengaruh medium carbon Steel terhadap nira mentah yaitu 5,1207 mm/year,nira jernih yaitu 5,5525 mm/year dan nira kental bernilai 6,0656 mm/year.ini bisa terjadi karena pada nira di unit pemurnian ini bersifat lebih korosif karena adanya penambahan sulfur akibat dari proses sulfitasi serta terdapat lebih banyak asam asetat. KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Dari hasil pembuatan corrosion mapping yang telah dilakukan berdasarkan laju korosi dari pengaruh nira yang bekerja terhadap jenis materialnya maka dapat diambil kesimpulan,yaitu Potensi korosi pada stasiun pemurnian terdapat dua jenis yaitu, pada shell adalah Low Severity Corrosion dengan laju korosi 0,7705 mm/year dan pada pipa dikategorikan High Severity Corrosion dengan laju korosi 5,1207 mm/year, 5,5525 mm/year, dan 6,0656 mm/year. Untuk cairan nira pada pabrik gula ini berpengaruh terhadap laju korosi pada peralatan-peralatan di Stasiun Pemurnian karena memiliki ph yang asam serta adanya proses pemurnian juga meningkatkan sifat korosif pada nira 5 Saran Saran yang bisa diajukan pada proses corrosion mapping ini adalah sebagai berikut : 1. Dilakukan pengecekan secara berkala terhadap ketebalan dari pipa karena kemungkinan terjadinya penipisan sangat

besar,ini dilakukan guna mencegah terjadinya kegagalan material. 2. Perlu dilakukan pengujian polarisasi dengan variabel temperatur agar hasil laju korosi pada tiap komponen lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Hugot. E. 1986. Handbook of Cane Sugar Engineering. Amsterdam : Elsevier Science Publishers B.V Trethewey, K. R. dan J. Chamberlain. 19991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Fontana Mars. G. 1987. Corrosion Engineering Second Edition, New York : McGraw Hill International Book Company Treseder, R. S. 1991. NACE Corrosion Engineer s Reference Book 2 nd edition. National Association of Corrosion Engineers. Houston. Roberge, Piere. 2000. Handbook of Corrosion Engineering. New York : McGraw Hill International Book Company Sulistijono. 2000. Diktat Korosi dan Analisa Kegagalan. Surabaya : ITS Askeland, Donald R. 1998. The Science and Engineering of Material, S1 Edition. 6