KAJIAN KONSEP RESILIENT CITY DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

KERENTANAN (VULNERABILITY)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB I P E N D A H U L U A N

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Powered by TCPDF (

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA

ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman.

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

MATRIKS SANDINGAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1 BNPB KEMENDAGRI KEMENSOS CATATAN. Pemerintahan Daerah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR. TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

Click to edit Master title style

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI KELURAHAN SADAR BENCANA (KELURAHAN BANJAR-SERASAN KEC.PONTIANAK TIMUR)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

vii Tinjauan Mata Kuliah

LAPORAN CAPACITY BUILDING KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS SEKOLAH 7 11 SEPTEMBER 2009

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019

Kerja Telaten. PENANGANAN bencana alam adalah kerja telaten. dan butuh ketekunan serta tentunya bukan pencitraan.

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

I. Permasalahan yang Dihadapi

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Transkripsi:

KAJIAN KONSEP RESILIENT CITY DI INDONESIA BAB A PENDAHULUAN A.1 LATAR BELAKANG Salah satu masalah sosial dasar yang dihadapi oleh masyarakat kota adalah masalah pemenuhan kebutuhan akan keamanan lingkungan yang memadai. Hal tersebut dikarenakan kota tidak pernah terlepas dari berbagai jenis ancaman berupa bencana alam yang tidak dapat terelakan seperti gunung meletus, tsunami dbs; maupun bencana akibat perilaku manusia di dalamnya seperti dampak perubahan iklim, kebakaran, tanah longsor, hingga kemacetan dan permasalahan lainnya di dalam kota. Meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang, kota senantiasa dibayangi oleh berbagai ancaman bencana dimana dampak dari bencanapun datang dari segala sisi, baik dari sisi kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Menyadari hal itu, pada satu dekade terakhir ini timbul kesadaran dari para pemangku kebijakan, dalam hal ini pemerintah negara-negara yang tergabung dalam PBB, untuk mencari suatu paradigma dan perspektif berpikir baru mengenai aspek kebencanaan serta memikirkan solusi bagaimana seharusnya kota dirancang dalam menghadapi berbagai jenis bencana secara mandiri. Diantara hasil pemikiran tersebut adalah lahirnya konsep Resilient City. Resilience secara bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk kembali pada kondisi semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terpuruk. Konsep resilience pertama kali digunakan pada ilmu ekologi pada tahun 1973. Semenjak itu, konsep resilience mulai ditransfer ke berbagai bidang dan dispilin ilmu seperti ilmu ekonomi, kesehatan/psikologi, keruangan, komunitas, dll. Konsep resilience itu pun ditransfer ke dalam konsep pengembangan dan pengelolaan kota, yaitu dengan apa yang telah disebut sebagai Resilient City,

Konsep Resilient City sejalan dengan Undang Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menjelaskan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional dengan terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pecegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Hal ini dikarenakan konsep Resilient City bertumpu pada membangun sistem dan kapasitas kota untuk beradaptasi terhadap datangnya bencana. Menurut Wildavsky, resilience adalah konsep agar suatu sistem lebih tahan terhadap bencana, bukan hanya dengan kebal terhadap perubahan, tetapi juga bagaimana sistem bisa bangkit kembali, memitigasi, dan pulih dari bencana. Lebih lanjut, UU 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Dalam kaitannya dengan Resilient City, perumusan pola ruang dalam RTRW maupun RDTR perlu memperhatikan bagaimana penempatan suatu zona baik lindung maupun budi daya tertentu yang rawan terhadap bencana tidak hanya dimasukkan sebagai salah satu zona rawan bencana, tetapi perlu juga untuk dieksplorasi terkait potensi potensi yang ada di dalamnya, terutama sebagai solusi bagi kota itu sendiri. Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 juga menyebutkan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang dimana dalam hal ini termasuk pengendalian terhadap adanya kemungkinan bencana untuk meminimalkan resiko bencana dan dampak negatifnya. Pesatnya pertumbuhan penduduk di sebagian besar wilayah perkotaan di Indonesia yang menekan eksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan terus menimbulkan berbagai persoalan sebagai impact dari pemenuhan kebutuhan penduduk yang membutuhkan ruang. Hal ini kerap berpeluang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan yang mengarah pada munculnya bencana bencana akibat ulah manusia yang menempati suatu kota. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengendalian pemanfaatan ruang yang merupakan suatu upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang serta menjamin tercapainya tujuan dan sasaran rencana tata ruang wilayah perkotaan melalui melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi. Hal ini sesuai dengan konsep Resilient City yang menggunakan berbagai alat pengendalian untuk mencangkup tiga aspek utama

ketangguhan kota yaitu mitigasi, adaptasi, dan inovasi untuk terwujudnya pembangunan kota yang berkelanjutan. Meskipun Konsep resilience merupakan konsep yang telah menjadi trend pada kotakota di dunia saat ini, misalnya King County, New York City, Tokyo, Singapura, Venesia, London, Resilient city sendiri hingga kini masih memiliki definisi dan penjelasan yang sangat luas dan sebagian besar berada pada tataran konsep. Namun belakangan mulai muncul definisi-definisi yang lebih terukur dan mulai banyak pembahasan yang lebih praktis. Berdasarkan hal-hal di atas, pada Tahun Anggaran 2015 Direktorat Jenderal TataRuang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang akan melakukan kajian mengenai pengembangan konsep Resilient City di Indonesia. Melalui kegiatan ini diharapkan adanya konsep yang jelas dari Resilient City di Indonesia, apa saja indikatornya sehingga kota itu dikatakan resilience, serta bagaimana strategi untuk mewujudkan Resilient City di Indonesia mengingat kota kota di Indonesia memiliki identitas dan karakteristik yang beragam; baik melalui kajian teoritik dari berbagai buku dan jurnal terkait, maupun studi kasus terhadap kota-kota lainnya di dunia yang telah menerapkan konsep resilient city. Selain mengkaji konsep, indikator dan strategi dalam mewujudkan resilient city, diharapkan pula melalui kegiatan ini muncul cara cara terkait manajemen suatu kota yang baik dalam menghadapi bencana yang mampu memperkuat kapasitas masyarakatnya untuk tangguh bencana dan sadar serta siaga terhadap di dalam menghadapi berbagai kemungkinan bencana yang dapat terjadi di kotanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu melalui melalui konsolidasi multisektor terkait Resilient City di Indonesia berupa beragam Forum Group Discussion, konsinyasi maupun seminar. A.2 MAKSUD DAN TUJUAN Kegiatan Kajian Pengembangan Konsep Resilient City di Indonesia dimaksudkan dalam rangka mengkaji konsep dasar dari Resilient City, apa indikatornya sehingga kota itu dikatakan resilient, serta bagaimana strategi untuk mewujudkan Resilient City tersebut,

termasuk untuk memperkuat kapasitas masyarakatnya yang tangguh, sadar dan siaga terhadap bencana yang dapat terjadi di kotanya. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan konsep Resilient City sesuai dengan karakter dan identitas kota di Indonesia yang tangguh terhadap beragam tantangan serta permasalahan fisik, sosial dan ekonomi; untuk memungkinkan implementasinya di kemudian hari. A.3 SASARAN Sasaran terkait dengan pengkajian pengembangan konsep Resilient City di Indonesia adalah: 1. Tersusunnya hasil kajian dan analisis terkait konsep dasar Resilient City di Indonesia 2. Teridentifikasinya kendala dan permasalahan dalam implementasi Resilient City di kota-kota dunia yang telah menerapkan konsep dimaksud 3. Teridentifikasinya kota-kota yang rawan terhadap ragam bencana di Indonesia 4. Tersusunnya indikator kota yang termasuk ke dalam Resilient City 5. Teridentifikasinya kendala dan permasalahan pengembangan konsep Resilient City pada tingkat Nasional dan daerah 6. Tersusunnya strategi terkait Resilient Cityyang sesuai bagi kota di Indonesia untuk diimplementasikan di kemudian hari 7. Perumusan bentuk rekomendasi/usulan pengembangan dari konsep Resilient City yang sesuai dengan identitas kota di Indonesia serta mampu menjawab berbagai tantangan serta permasalahan di dalamnya; 8. Tersedianya dokumen hasil kegiatan kajian Resilient City di Indonesia. A.4 KELUARAN DAN MANFAAT Keluaran dari kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Dokumen konsep dan panduan pengembangan Resilient City di Indonesia; 2. Dokumen Grand Design dan rancangan program (platform) pengembangan Resilient City di Indonesia; 3. Masukan bagi pengintegrasian konsep Resilient City dalam penataan rung kota di Indonesia. Manfaat dari kegiatan ini adalah:

1. Tersedianya acuan bagi semua pihak dalam upaya meningkatkan ketahanan (resilience) kota-kota di Indonesia dalam menghadapi bencana; 2. Mengurangi kerentanan masyarakat kota terhadap bencana 3. Meningkatkan kapasitas pemerintah kota dalam tanggap darurat bencana; dan 4. Mengurangi potensi korban jiwa dan kerugian harta benda ketika terjadi bencana. A.5 LOKASI PEKERJAAN Kegiatan Kajian Pengembangan Konsep Resilient City di Indonesia akan dilakukan di beberapa kota yang rawan terhadap bencana antara lain Kota Padang, Banda Aceh, Yogyakarta, Denpasar, dan Manado. A.6 RUANG LINGKUP PEKERJAAN Secara substansi kegiatan Kajian Pengembangan Konsep Resilient City di Indonesia dijabarkan kedalam penelitian meliputi: 1. Kajian literatur terhadap berbagai konsep Resilient City yang telah dikembangkan di luar negeri maupun di Indonesia 2. Pengumpulan data dan informasi, baik ke instansi Pemerintah di pusat maupun pemerintah daerah disertai kunjungan ke pemerintah daerah dilakukan untuk survei dan konsultansi 3. Penetapan indikator dan metodologi yang akan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan bentuk pengembangan konsep Resilient City di Indonesia serta penetapan kriteria kota-kota yang menjadi bagian di dalamnya 4. Identifikasi dan perumusan kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan konsep Resilient City di Indonesia 5. Identifikasi terhadap berbagai program multisektor yang dapat mendukung konsep Resilient City di Indonesia untuk dikembangkan lebih lanjut 6. Identifikasi tipologi kota-kota yang merupakan Resilient City serta identifikasi isu, potensi, permasalahan dan kendala pengembangan kebijakan di dalamnya 7. Perumusan rekomendasi bentuk pengembangan dan implementasi Resilient City di Indonesia. Sedangkan lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Persiapan awal kegiatan dan mobilisasi tim.

2. Koordinasi dan konsultasi dengan tim supervisi dari Direktorat Penataan Kawasan untuk mendapatkan penjelasan Kerangka Acuan Kerja (KAK); masukan pada setiap kemajuan (progres) kegiatan dan rencana pelaksanaan kegiatan lainnya. 3. Pengumpulan data primer dan sekunder baik di tingkat pusat (kementerian/lembaga atau instansi pusat) maupun daerah (provinsi/kabupaten/kota) serta instansi terkait lainnya, baik melalui kunjungan lapangan maupun rapat pembahasan/koordinasi. 4. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota melalui pelaksanaan konsinyasi. 5. Pelaksanaan pembahasan intensif di Jakarta melalui pembahasan internal, FGD, dan konsinyasi dengan dengan melibatkan pakar, unsur pemerintah pusat dan unsur pemerintah daerah untuk menghimpun pendapat, gagasan, dan usulan dalam rangka penyempurnaan penyusunan kajian. 6. Pelaksanaan konsinyasi di Yogyakarta dan Banda Aceh untuk menghimpun pendapat, gagasan, dan usulan dalam rangka penyempurnaan penyusunan kajian 7. Pelaksanaan seminar di Jakarta untuk kajian Pengembangan Resilient City di Indonesia 8. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Akhir. 9. Penyusunan laporan hasil kegiatan. A.7 REFERENSI HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 2. Peraturan Pemerintah No15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.