BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS BERMAIN MEWARNAI DAPAT MENINGKATKAN MEKANISME KOPING ADAPTIF SAAT MENGHADAPI STRES HOSPITALISASI PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS BERMAIN TERHADAP STRES HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH YANG SEDANG DIRAWAT DI RRI ANAK RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TODDLER

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

KECEMASAN ANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN HOSPITALISASI PRE DAN POST PEMBERIAN TERAPI BERMAIN

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI

EFEKTIVITAS TERAPI BERMAIN PUZZLE DENGAN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSUD 45 KUNINGAN

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

Emi Agustina 1, Artie Puspita 2 1 Dosen Akademi Keperawatan Pamenang 2 Perawat RSUD Pare ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Hubungan Antara Peran Orang Tua 1

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIAPRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

DAMPAK TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RS. ISLAM KLATEN. Widiawati, Suyami.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MARTHA AYU RACHMADANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

UPAYA MENURUNKAN TINGKAT STRES HOSPITALISASI DENGAN AKTIFITAS MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI RUANG ANGGREK RSUD GAMBIRAN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

Katinawati*) Ns. Sri Haryani, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes, Biomed**) ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH BERMAIN TERAPEUTIK (PUZZLE) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

ARTIKEL ILMIAH ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio. ANALISIS JURNAL: The Effect of Performing Preoperative. pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. khususnya rumah sakit pemerintah (daerah maupun pusat) menghadapi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan dasar serta belajar mandiri (Supartini, 2004). Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun dapat disebut usia prasekolah dimana pada usia ini, perkembangan motorik anak berjalan terus-menerus. Masa Prasekolah merupakan suatu masa di mana terjadi berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada anak. Pada masa ini daya imajinasi dan kreatifitas anak mulai berkembang, pada perkembangan motorik halus, anak sudah bisa memegang alat tulis dengan benar, belajar menggambar dan mewarnai, menggambar kotak, garis garis, dan sebagainya (Riyadi, 2009 dalam Sukoati, 2012) Tidak hanya orang dewasa, anak juga dapat terserang suatu penyakit dan membutuhkan hospitalisasi untuk diagnosa dan pengobatan penyakitnya. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulihannya kembali ke rumah (Supartini, 2004) Bagi anak usia 3 6 tahun (prasekolah), hospitalisasi merupakan stressor buruk yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak (Wong, 2009). Selain dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, menurut (Supartini, 2004) dampak dari hopitalisasi di antaranya menimbulkan perasaan cemas, takut, sedih dan perasaan tidak nyaman yang dialami oleh anak, karena 1

2 menghadapi stressor yang ada di lingkungan rumah sakit sehingga akan berdampak pada perawatan anak selama di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hospitalisasi menyebabkan anak kehilangan pengendalian diri karena harus menyesuaikan diri dengan rutinitas rumah sakit dan menyebabkan ketakutan pada anak (Coyne, 2006) Mekanisme koping sangat penting dalam proses adaptasi anak selama hopitalisasi, karena apabila anak mampu beradaptasi dengan baik atau koping yang positif dapat mendukung dalam proses penyembuhannya, dimana koping yang positif atau adaptif ditandai sikap yang positif contohnya yaitu optimis, kompetensi, dan kepatuhan, sedangkan koping yang maladaptif ditunjukan anak dengan sikap yang negatif yaitu menarik diri, mudah tersinggung, suka murung dan diperlihatkannya dengan tindakan yang agresif (Wong, 2004 dalam Sukoati, 2012). Pada umumnya anak usia pra sekolah jika di rawat di rumah sakit akan timbul rasa takut dimana hal tersebut menunjukan koping yang maladaptif ketika beradaptasi terhadap hospitalisasi yang dialaminya (Hegner, 2003 dalam Sukoati, 2012). Efek dari ketakutan tersebut mengakibatkan anak menolak tindakan keperawatan dan pengobatan sehingga penyakitnya tidak kunjung sembuh (Alimul, 2008 dalam Kusdyawati 2009) Penolakan terhadap tindakan keperawatan dan pengobatan sudah menjadi fenomena pada anak yang dirawat di rumah sakit. Dalam jurnal Hardjono Suparto, pada tahun 2002 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tentang perilaku anak sakit menunjukan bahwa 70 % pasien pada awalnya menunjukan perilaku yang negatif ( agresif maupun depresif ), dengan tidak melihat jenis diagnosanya. Berdasarkan data dari Ruang Anak RS. Baptis

3 Kediri, jumlah anak yang berusia 3-6 tahun selama bulan Juli Oktober 2011 ada 119 pasien, dengan rata rata 30 pasien setiap bulan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Hardjono Suparto selama 4 hari, yaitu pada tanggal 7-10 Nopember 2011 pada 10 anak yang sedang dirawat di ruang anak RS. Baptis Kediri menunjukan sebanyak 60% anak menunjukan perilaku koping yang maladaptif (seperti menangis, mengamuk, tidak mau dilakukan tindakan keperawatan, dan sebagainya) saat menghadapi hospitalisasi. Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti sendiri di RS Wava Husada Kepanjen Malang ruang rawat inap C didapatkan data anak yang dirawat inap pada bulan September hingga November 2014 berjumlah 163 anak, pada bulan Desember 2014 berjumlah 24 anak dan yang belum pulang dari RS ada 21 anak. Fenomena anak yang mengalami penolakan terhadap tindakan keperawatan saat hospitalisasi sangat tinggi dimana anak memberi respon gelisah dan rewel hari pertama masuk rumah sakit adalah 50 anak, anak yang menolak dilakukan tindakan 20 anak, anak lari sebelum dilakukan tindakan 2 anak, anak yang pulang paksa sebanyak 20 anak, anak melakukan tindakan kurang baik terhadap perawat 8 anak. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Unit Rawat Inap C RS Wava Husada Kepanjen Malang bahwa didapatkan informasi bahwa RS Wava Husada Kepanjen tidak memiliki ruangan untuk terapi bermain dan tidak memberi intervensi terapi bermain pada anak saat hospitalisasi. Perawat juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan bagaimana cara mendekati dan berinteraksi dengan anak anak yang mengalami hopitalisasi, agar mereka tidak menunjukan respon yang maladaptif tetapi menjadi kooperatif terhadap pengobatan yang diberikan

4 (Adriana, 2011). Media yang efektif dalam upaya untuk mengatasi koping maladaptif saat hospitalisasi dan sebagai media interaksi antara perawat dan anak adalah dengan bermain. Pemberian aktifitas bermain pada anak di rumah sakit akan memberikan nilai yang terapeutik yang akan sangat berperan dalam pelepasan ketegangan pada anak (Wong, 2003 dalam Sukoati 2012). Bermain merupakan terapi yang dilakukan pada anak yang menjalani hospitalisasi, dimana metode ini dapat mengurangi konflik dan kecemasan yang dialami anak. Pada saat bermain anak akan mampu mengekspresikan perasaan frustasi, permusuhan, serta rasa marah, sehingga anak dapat melupakan ketegangan dan mampu beradaptasi terhadap kecemasan (Hale, 2014). Bermain sebagai terapi merupakan usaha mengubah tingkah laku bermasalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain. Bermain itu sendiri merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social. Selain itu bermain merupakan media yang baik untuk belajar, dimana anak anak akan belajar untuk berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengetahui banyak hal (Adriana, 2013) Banyak terdapat jenis terapi bermain yang dapat diberikan kepada anak prasekolah yang mengalami hopitalisasi salah satu contohnya adalah terapi bemain mewarnai gambar, dimana anak lebih mudah mengekpresikan pikiran mereka, karena lukisan dan gambar merupakan media yang luar biasa untuk berekspresi. Selain itu warna juga bisa sebagai media untuk terapi yang bisa meringankan stres pada anak (Wong, 2003 dalam Kusdyawati, 2009). Anak yang diberikan terapi bermain mewarnai gambar anak lebih mudah mengekpresikan pikiran mereka, karena lukisan dan gambar merupakan

5 media yang luar biasa untuk berekspresi. Anak lebih mudah mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka melalui seni, karena manusia berpikir pertama dalam imajinasi dan kemudian mempelajari untuk diterjemahkan dalam kata kata. Selain itu warna juga bisa sebagai media untuk terapi yang bisa menjadi tehnik distraksi dan meringankan stress bagi anak, sehingga anak mempunyai respon yang adaptif (Wong, 1995 dalam Kusdyawati, 2009). Salah satu jenis permainan yang dapat dilakukan di rumah sakit adalah construction play atau permainan yang menghasilkan suatu karya, yang termasuk didalamnya adalah mewarnai, dan mewarnai itu sendiri adalah permain yang cocok bagi anak usia prasekolah karena pada usia tersebut anak anak senang bermain dengan warna karena warna akan memunculkan imajinasi pada anak. (Muhammad, 2009) Berdasarkaan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah pada tindakan keperawatan di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen Malang. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini Bagaimana efektifitas pemberian terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah pada tindakan keperawatan di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen Malang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian terapi bermain mewarnai

6 terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah pada tindakan keperawatan di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden anak berdasarkan : usia, dan jenis kelamin 2. Mengidentifikasi efektifitas pemberian terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kooperatif anak prasekolah pada tindakan keperawatan 1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi Keperawatan Sebagai penambah referensi akademik, pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan dating 2. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang nyata untuk peneliti pemula dalam proses penelitian. 3. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit dalam upaya menerapkan aktivitas bermain di rumah sakit dan untuk membantu proses perubahan respon atau tingkat kooperatif anak terhadap tindakan keperawatan selama hospitalisasi. Dan diharapkan terapi bermain sebagai salah satu bentuk penerapan asuhan keperawatan kepada anak selama hospitalisasi. 3. Bagi Anak Dengan adanya penelitian ini anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya secara normal selama perawatan dan diharapkan dengan

7 terapi bermain mewarnai anak dapat merubah respon atau tingkat kooperatif yang tidak sesuai selama hospitalisasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dalam bermain. 4. Bagi Orang Tua Dapat meningkatkan pengetahuan orang tua atau keluarga dalam hal perubahan tingkat kooperatif anak selama maupun pasca hospitalisasi melalui aktifitas bermain dan mendukung pelaksanaan tindakan keperawatan. 1.5 Keaslian penelitian Penelitian ini diajukan berdasarkan penelitian penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan, yaitu : 1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sukoati pada tahun (2012) tentang aktifitas bermain mewarnai dapat meningkatkan mekanisme koping adaptif saat menghadapi stres hospitalisasi pada anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh aktivitas bermain mewarnai terhadap penggunaan mekanisme koping saat hospitalisasi. Desain penelitian yang digunakan pra eksperimental pre-post test one group, Populasi penelitian adalah anak usia prasekolah yang dirawat di ruang anak Rumah Sakit Baptis Kediri sejumlah 31 responden. Sampling dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh aktivitas bermain mewarnai terhadap mekanisme koping menghadapi hospitalisasi pada anak usia pra sekolah. 2. Pada tahun (2012) yang di muat di jurnal nursing studies oleh Pravitasari dan Edi, tentang perbedaan tingkat kecemasan pasien anak usia prasekolah sebelum dan sesudah program mewarnai. Tujuan penelitian

8 ini adalah untuk mengatahui nilai kecemasan sebelum dan sesudah program mewarnai. Dengan menggunakan metode Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pre eksperimen one group pre-post test. dan jumlah sampel yang diperoleh adalah 20 pasien yang berusia 3-6 tahun di RSUD Ungaran. Pengambilan data menggunakan lembar check list yang diisi oleh peneliti menggunakan observasi dan wawancara pada keluarga pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan tingkat kecemassan pasien anak usia pra sekolah sebelum dan sesudah pemberian program bermain mewarnai. 3. Rahmani dan Moheb (2010) meneliti tentang The effectiveness of clay therapy and narrative therapy on anxiety of pre-school children: a comparative study. Jumlah sampel sebanyak 30 responden yang terdiri dari 10 anak kelompok narrative therapy, 10 anak kelompok clay therapy dan 10 anak kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kecemasan antara kelompok kontrol dengan kelompok narrative therapy dan clay therapy, tetapi tidak ada perbedaan kecemasan yang signifikan antara kelompok narrative therapy dengan kelompok clay therapy.