PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Siti Mawaddah, Fenty Ayu Prichasari

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA

JSEE - Vol. II, No. 2 November 2014 ISSN : Jurnal Sains Ekonomi dan Edukasi

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

PENGARUH METODE EKSPERIMEN DAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SQUARE DAN QUANTUM TEACHING BERNUANSA KONTEKSTUAL TERHADAP PEMECAHAN MASALAH

KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DAN MEKANISTIK

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

Siti Mawaddah, Raihanatul Jannah

METODE PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

MODEL PENEMUAN TERBIMBING DENGAN TEKNIK MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP

Irdes Hidayana Siregar dan Rita Juliani Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Abstrak

ABSTRAK. Kata Kunci: minat belajar, hasil belajar, Dasar Otomotif

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga secara tidak langsung akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PEMUAIAN ZAT MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

PENGARUH GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SMP. Agni Danaryanti, Herlina Noviani

BAB I PENDAHULUAN. maupun perubahan sikap atau nilai (afektif). Slameto mendefinisikan belajar

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 49-57

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PEMUAIAN ZAT MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR CERITA DARI TEKS CERITA YANG ADA DALAM MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN MODEL PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MEMERIKSA BERPASANGAN (PAIR CHECKS)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

PENGARUH QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD SW. BETANIA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DISERTAI ICE BREAKER PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH KUTOWINANGUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Untuk mencapai itu, perlulah prilaku kritis dipupuk sejak dini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

BAB II KAJIAN TEORI. langsung oleh siswa ataupun guru. Belajar adalah suatu aktivitas yang

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar

PENERAPAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII MTsN SUNGAI LASI KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

PROSIDING ISBN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING. Abstrak

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN SINGOYUDAN

ARTIKEL ILMIAH OLEH. 1. FEBBY DWINTY PUTRI 2. Drs. M. HIDAYAT, M.Pd 3. SRI PURWANINGSIH, S.Si, M.Si

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN METODE INKUIRI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.1 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wakijo Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstrak

ARTIKEL disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Nuraini Wulandari

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PEER LESSON TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

JURNAL. Oleh: HERU AGUNG PRASETIYO Dibimbing oleh : 1. Dr. Suryo Widodo, M.Pd 2. Jatmiko, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

Surono, Pengaruh model pembelajaran inquiry...

Abstrak. Kata Kunci: Inside Outside Circle, Hasil Belajar

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DI SMA NEGERI 1 RANTAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Elli Kusumawati, Manopo

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

STUDI KOMPARASI METODE PROBLEM SOLVING DAN PROBING PROMPTING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MTs NEGERI PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

JPM IAIN Antasari Vol. 03 No. 1 Juli Desember 2015, h

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Hidayah Ansori, Rezqy Amalia Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin e-mail: Rezqyamalia.hasan@gmail.com Abstrak. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru matematika kelas VII SMP Anggrek Banjarmasin serta hasil pengamatan yang dilakukan pada saat Praktik Pengalaman Lapangan, diperoleh informasi bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran quantum teaching dalam pembelajaran matematika yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang diperoleh dari hasil diskusi dengan guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Anggrek Banjarmasin dan hasil pengamatan saat mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental Design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive random sampling yang bertujuan untuk mengambil dua kelas dari empat kelas. Setelah dilakukan uji beda terhadap hasil UTS matematika kelas VII, dua kelas yang dipilih adalah kelas VII A dan VII B. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan secara acak, terpilih kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran Quantum Teaching memberikan pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis, (2) pembelajarn konvensional memberikan pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis, (3) terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran Quantum Teaching dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Kata kunci: model Quantum Teaching, kemampuan pemecahan masalah matematis. PENDAHULUAN Salah satu masalah yang sedang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi; otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika siswa lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi (Sanjaya, 2010). Di sekolah formal ada banyak mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Masalah dalam matematika merupakan suatu pertanyaan yang harus diselesaikan, namun tidak semua pertanyaan merupakan masalah. Masalah bagi seseorang bersifat pribadi. Maksudnya suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat dipecahkan.

Disadari atau tidak, setiap hari kita harus menyelesaikan berbagai masalah. Dalam penyelesaian suatu masalah, kita seringkali dihadapkan pada suatu hal yang pelik dan kadang-kadang pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera. Tidak bisa dipungkiri bahwa masalah yang biasa dihadapi sehari-hari itu tidak selamanya bersifat matematis. Dengan demikian, tugas utama guru adalah untuk membantu siswa menyelesaikan berbagai masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu mereka untuk dapat memahami makna kata-kata atau istilah yang muncul dalam suatu masalah sehingga kemampuannya dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang, menggunakan keterampilan inkuiri dalam sains, menganalisa alasan mengapa suatu masalah itu muncul dalam studi sosial, dan lain-lain. Dalam matematika, hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah matematika yang di dalamnya termasuk soal cerita. Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan menyangkut berbagai teknik dan strategi pemecahan masalah (Tim MKPBM, 2001). Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Menurut Slameto (2010) faktorfaktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstren. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu siswa, faktor intern terbagi menjadi 3 faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. (1) Faktor Jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. (2) Faktor Psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. (3) Faktor Kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. (1) Faktor Keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. (2) Faktor Sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. (3) Faktor Masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Menurut Daryanto (2009) faktorfaktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut : (1) Faktor internal (faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar), yang terdiri atas : (a) Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. (b) Faktor psikologis, meliputi intelegensi, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan belajar. (c) Faktor kelelahan, baik berupa kelelahan jasmaniah maupun kelelahan rohaniah. (2) Faktor eksternal ( faktor yang berasal dari luar individu), yang terdiri atas : (a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latar belakang kebudayaan. (b) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung dan tugas rumah. (c) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,

media massa, teman bergaul dan kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Faktor tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik sebaiknya mengetahui faktor-faktor tersebut sehingga dapat membantu siswa dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk melihat pencapaian hasil belajar tersebut dilakukan suatu evaluasi hasil belajar terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Model Pembelajaran Quantum Teaching Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian, quantum teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksiinteraksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar, memiliki fokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas (DePorter dkk, 2010). Kerangka pembelajaran quantum teaching dikenal dengan istilah TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, rayakan) dengan kata setiap pelajaran dapat juga memastikan siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri dan mencapai sukses. Kerangka rancangan pembelajaran quantum teaching adalah sebagai berikut (Deporter dkk, 2010): (1) Tumbuhkan Guru menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran dan memuaskan siswa dengan mengungkapkan manfaat pelajaran sehingga menjawab pertanyaan siswa tentang AMBAK (Apa Manfaat ini BagiKu). Dalam hal ini guru memberikan motivasi, semangat dan apersepsi. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada saat kegiatan pendahuluan (2) Alami Siswa mengalami sendiri dalam belajar memperoleh pengetahuan dengan praktek langsung dalam menyelesaikan masalah. Siswa berdiskusi, mengerti dan memahami pelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatan inti (3) Namai Guru menjelaskan konsep dengan menggunakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi. Dalam hal ini siswa menemukan rumus, informasi dan pengetahuan-pengetahuan baru dengan alat bantu Kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatan inti (4) Demonstrasikan Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Siswa membutuhkan kesempatan yang sama untuk berlatih dan menunjukkan apa yang mereka ketahui. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatan inti (5) Ulangi Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengulangi apa yang sudah diajarkan. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatan inti (6) Rayakan Memberi pujian pada siswa, misalnya dengan kata-kata, memberikan tepuk tangan dan bersama mengucapkan yelyel (mengucapkan tiga kali hore). Kegiatan ini dilaksanakan pada saat kegiatan penutup Kelebihan model quantum teaching (Yunita, 2010) adalah sebagai berikut: (1) Suasana belajar di kelas menjadi lebih menyenangkan. (2) Siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi untuk belajar matematika.

(3) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap oleh siswa dengan baik. (4) Siswa dilatih untuk membangun pikiran sendiri dan bekerjasama dengan siswa lain sehingga masing-masing siswa mendalami konsep matematika yang diajarkan. Kekurangan model quantum teaching (Yunita, 2010) adalah: (1) Apabila guru tidak dapat mengelola kelasnya dengan baik maka akan terjadi keributan. (2) Bagi siswa yang malas maka tujuan dari penerpan model ini tidak akan tercapai. Model Pembelajaran Langsung Berdasarkan KBBI dalam Maulida (2014), konvensional berarti berdasarkan kesepakatan atau kebiasaan dan bersifat tradisional. Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasanya digunakan oleh guru di sekolah, atau disebut juga dengan metode tradisional. Pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru, langkah-langkah pembelajaran berdasarkan kebiasaan seperti memberi materi melalui ceramah, memberikan contoh soal dan latihan. Menurut Kunandar (2011) pembelajaran konvensional sifatnya berpusat pada guru sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar dan pada umumnya tidak memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan siswa secara individu. Menurut Trianto (2010), ada beberapa hal dalam pembelajaran konvensional, yaitu: (1) Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. (2) Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya mendompleng keberhasilan pemborong. (3) Kelompok belajar biasanya homogen. (4) Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. (5) Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan. (6) Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. (7) Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar. (8) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional lebih banyak ceramah dan tanya jawab. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian di sekolah SMP Anggrek Banjarmasin pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Waktu pelaksanaan penelitian di mulai pada bulan April. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII yang terdiri dari empat kelas di SMP Anggrek Banjarmasin tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 95 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive random sampling yang bertujuan untuk mengambil dua kelas dari empat kelas. Setelah dilakukan uji beda terhadap hasil UTS matematika kelas VII, dua kelas dipilih adalah kelas VII A dan VII B. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan secara acak, terpilih kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dan

kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data berupa arsip atau dokumen sekolah yang diperlukan untuk melengkapi data penelitian. (2) Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Penelitian ini menggunakan tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2010). Bentuk tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berupa tes uraian (essay). Rancangan Penelitian Terdiri dari 2 kelas yaitu, kelas VII B sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching, dan kelas VII A sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Masing-masing kelas diberikan 5 kali pertemuan, dimana 4 kali pertemuan perlakuan dan 1 kali pertemuan evaluasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, didapat rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching adalah 76,45 dan kelas kontrol yang belajar menggunakan model pembelajaran adalah 61,74. Tampak bahwa rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan. Melalui analisis dengan uji beda, terlihat bahwa kedua nilai tersebut berbeda secara signifikan. Dengan demikian, model pembelajaran Quantum Teaching memberi pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Tabel 1 Distribusi frekuensi hasil posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol f % f % Keterangan 85,00-100,00 7 30,44 5 20,83 Sangat Baik 70,00-84,99 7 30,44 2 8,33 Baik 55,00-69,99 9 39,12 8 33,33 Cukup 40,00-54,99 0 0,00 5 20,83 Kurang < 40,00 0 00,00 4 16,68 Sangat Kurang Jumlah 23 100,00 24 100,00 Ada beberapa faktor yang Sehingga memunculkan keberhasilan proses untuk memaksimalkan kemampuan pemecahan menyebabkan terjadinya hal tersebut. Jika masalah. dilihat dari definisi model pembelajaran Berbeda dengan pembelajaran Quantum Teaching, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri konvensional, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan proses penemuan dalam materi yang melaksanakan tugas jika guru memberikan diajarkan, mendengarkan, dan melihat latihan soal-soal kepada siswa, yang artinya dengan penuh perhatian ide-ide yang disampaikan pada saat proses belajar mengajar siswa. Saat siswa berdiskusi dalam kelompok. Guru yang mampu menyesuaikan berlangsung terjadi penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada siswa. Tujuannya dengan warna dan karakteristik masingmasing adalah untuk peserta didik mengetahui siswa membuat ikatan, emosi, empati antara guru dan siswa terjalin dengan baik. sesuatu bukan untuk mampu melakukan sesuatu. Dapat dikatakan proses belajar

mengajar dengan pembelajaran konvensional adalah siswa meniru cara guru untuk menyelesaikan suatu masalah dan pengetahuan tersebut akan di uji melalui kuis atau soal yang diberikan guru tanpa harus mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Dari hasil analisis ini maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dari pembelajaran kelas kontrol. Artinya terdapat pengaruh antara model Quantum Teaching terhadap pemecahan masalah matematis siswa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran quantum teaching dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Guru dapat mengambangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. 2. Model pembelajaran Quantum Teaching dapat menjadi bahan pertimbangan dan alternatif pilihan model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengajar matematika. 3. Guru dapat menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching untuk menumbuhkan motivasi untuk menyenangi matematika. DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Av Publisher, Jakarta. DePorter, Bobbi, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie.2010. Quantum Teaching: Orchestrating Student Succes. Terjemahan Nilandari. Kaifa: Bandung. Maulida, T. 2014. Edu Mat : Jurnal Pendidikan Matematika. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unlam, Banjaramasin. Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta. Tim MKPBM. 2001. Strategi Belajar Mengajar Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasi pada KTSP. Kencana, Jakarta. Yunita, L S. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Quantum Teaching pada Kelas VIII F MTs Negeri Banjar Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan