BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERANCANGAN. Ponorogo adalah berupa kombinasi bentuk pada Tari Reyog dan karakter tokoh

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

Bab 6. Hasil Perancangan. bertemakan historicism ini mengambil dari nilai kandungan dalam surat Yunus

Transformasi pada objek

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kompleks, abstrak, dan luas (

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB VI HASIL RANCANGAN. Banyak Kota batu, merupakan perancangan kawasan wisata yang memiliki dua

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu:

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BABV LAPORAN PERANCANGAN. D C o H, B. Gb.79 Zoning Site plan. Ruang tapak mempertahankan bentuk kontur yang dipadukan dengan

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB VI HASIL RANCANGAN

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pengembangan tempat pelelangan ikan dan prasarana samudera dalam

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Untuk memudahkan dan mengarahkan spesifikasi perancangan bangunan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan tema combined methapor dari

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB VI HASIL RANCANGAN

Structure As Aesthetics of sport

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

Bab V Konsep Perancangan

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Perancangan Kepanjen Education Park

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Jenis musik biasanya didasarkan pada karakter dominan pada sebuah karya

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Transkripsi:

BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Pusat Wisata Budaya Ponorogo yang mengintegrasikan antara konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan perancangan yang lebih spesifik dan mempunyai ciri khas tiap masing-masing bangunan. Adapun hasil perancangan secara detail akan dijelaskan sebagai berikut: 6.1 Aksesibilitas Kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo. Hasil perancangan menghasilkan aksesibilitas di kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo. Aksesibilitas kawasan terdapat satu akses pintu masuk dan satu akses pintu keluar, hal ini akan memudahkan pengunjung untuk masuk dan keluar di kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo. Untuk akses pejalan kaki dapat terakses dari pedistrian ways yang terakses langsung dari jalan raya, sedangkan akses kendaraan diakses langsung dari jalan raya. Selain aksesibilitas bisa menjadikan pengarah masuk dan keuar. Pada hasil rancangan ini akses membentuk suatu lengkung yang menggambarkan kepala Reyog. Adapun penjelasan tentang aksesibilitas di kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 221

Gambar 6.1 Aksesibilitas tapak Keterangan: Akses kendaraan Akses pejalan kaki Dari gambar di atas terlihat aksesibiltas di dalam kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo, yang memudahkan para pengunjung menuju ke dalam. Selain itu bentuk mengarahkan kendaraan untuk parkir dan pejalan kaki menuju ke tiaptiap bangunan. Aksesibilitas ini memudahkan sirkulasi di dalam maupun di luar kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo. Oleh karena itu aksesibilitas dirancang melengkung, karena memberi kesan agar tidak monoton dan membosankan untuk para pengunjung. 222

6.2 Sirkulasi Kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo Jalur sirkulasi utama terletak diarea sekitar pintu masuk bangunan utama, sehingga memudahkan pengunjung untuk masuk ke area bangunan. Sirkulasi di kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo dibagi menjadi dua, yaitu sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Adapun sirkulasi kendaraan dapat terlihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.2 Sirkulasi kendaraan Dari gambar diatas terlihat sirkulsi kendaraan. Terdapat sirkulasi di area semi basement bangunan amphitheater. Sirkulasi kendaraan ini terbagi menjadi tiga yaitu sirkulasi kendaraan mobil, sirkulasi bus, dan sirkulasi motor. Area parkir tiap jenis kendaraan terpisahkan, sehingga sirkulasi jelas. Sirkulasi pegunjung di kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo berbentuk linier terpusat, 223

karena untuk memberikan kesan cerita tersendiri dari masing-masing babak pada Tarian Reyog Ponorogo. Adapun gambar sirkulasi pengunjung dapat di;ihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.3 Sirkulasi pengunjung Dari gambar di atas terlihat bentukan sirkulasi pengunjung linear terpusat. Sirkulasi pejalan kaki dibuat berkelok-kelok untuk memunculkan kesan cerita perbabakan Tari Reyog Ponorogo. 6.3 Pandangan Kawasan Wisata Budaya Ponorogo Kawasan Wisata Budaya Ponorogo ini terlihat dari dua arah, yaitu dari arah utara dan dari arah barat. Dari arah utara terlihat dari alun-alun Ponorogo, karena sebelah utara berbatasan langsung dengan alun-alun, sedangkan dari arah barat terlihat dari jalan raya, sehingga Kawasan Wisata Budaya Ponorogo memiliki dua sisi pandangan yang berbeda. Oleh karena itu fasad di sebelah utara dan barat dirancang dengan menarik dan dengan estetika bentuk yang bagus. 224

Selain itu pandangan dari atas tidak kalah menarik. Adapun gambar tampak kawasan Wisata Budaya Ponorogo dari atas dapat dilihat di bawah ini: Gambar 6.4 Perspektif mata burung Dari gambar di atas dapat terlihat suatu tatanan yang harmonis dengan bentukan atap yang atraktif, dengan tema combined metaphore Reyog. Selain itu terlihat tampak Kawasan Wisata Budaya Ponorogo dari arah utara dan barat. Pandangan kawasan dari arah utara terlihat dari Alun-Alun Ponorogo, yang mana pandangan dari arah utara ini merupakan pintu masuk utama ke kawasan Wisata Budaya Ponorogo. Sehingga fasad pada rancangan ini dibuat seatraktif mungkin dan semenarik mungkin. Oleh karena itu bangunan di bagian utara merupakan bangunan yang utama, yaitu galeri. Adapun tampak kawasan sebelah utara dapat terlihat pada gambar di bawah ini: 225

Gambar 6.5 Tampak kawasan sebelah utara Dari gambar di atas terlihat bangunan utama yang menjadi point of view dan sebagai area pintu masuk utama. Pada kawasan sebelah barat, terlihat juga kesan atraktif yang ditimbulkan dari bangunan amphitheater dan jalan yang menanjak naik. Berikut ini adalah gambar dari tampak sebelah barat kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo: Gambar 6.6 Tampak kawasan sebelah barat Dari gambar di atas dapat terlihat bangunan galeri, amphitheater, mushola dan retail menonjolkan keatraktifannya. Sehingga memberikan kesan yang berbeda dengan bangunan satu dan yang lainnya. 226

6.4 Zonasi pada kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo Kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo memiliki dua zonasi, yaitu zona menurut fungsi dan zona menurut tema combined metaphore Reyog. Zona menurut fungsi merupakan zona yang mana membagi fungsi bangunan menurut fungsi kultural, edukatif, rekreatif dan penunjang. Sedangkan zona menurut tema merupakan zona yang membagi tipe-tipe setiap bangunan dan karakteristik yang dimunculkan setiapbangunan. Karakteristik ini mengambil dari Tarian Reyog yaitu dari karakter setiap pemain dan gerak tari dan formasi dari Tarian Reyog. Berikut ini akan dijelaskan gambar lebih rinci mengenai zona pada kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo, sebagai berikut: 6.4.1 Zonasi menurut fungsi Menurut fungsi, kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai sarana kultural, edukatif, dan rekreatif serta penunjang. Berikut ini merupakan gambar pembagian zonasi menurut fungsi, sebagai berikut: Gambar 6.7 Zonasi menurut fungsi 227

Keterangan: Zona sarana kultural yaitu galeri, amphitheater outdoor, dan amphitheater indoor Zona sarana edukatif yaitu bangunan workshop Zona sarana rekreatif Zona sarana penunjang yaitu mushola 6.4.2 Zonasi menurut tema Combined Metaphore Reyog Kawasan Pusat wisata Budaya Ponorogo membagi zonasi menurut tema combined metaphore Reyog menjadi lima babakan. Lebih lanjutnya zonasi menurut tema akan dijelaskan pada gambar di bawah ini Babakan 1 Babakan 2 Babakan 4 Babakan 3 Babakan 5 Area parkir Gambar 6.8 Zonasi menurut tema Combined Metaphore Reyog 228

Keterangan: 1. Babakan 1: Bangunan Galeri berkarakter seperti tokoh Reyog, yang mana memiliki sifat keras, jahat dan garang. Karena tokoh pertama kali yang muncul dalam pementasan Seni Reyog adalah Singo Barong. 2. Babakan 2: Area amphitheater outdoor berkarakter seperti tokoh Bujang Ganong, yang mana memiliki sifat lucu, cerdik, dan sakti. 3. Babakan 3: Bangunan amphitheater indoor berkarakter seperti tokoh Prabu Klonosewandono, yang mana memiliki sifat berwibawa, berkharisma, dan sakti 4. Babakan 4: Bangunan workshop berkarakter seperti tokoh Warok, yang mana memiliki sifat tegas dan selalu mengajarkan petunjuk. 5. Babakan 5:Bangunan retail dan mushola berkarakter seperti tokoh Jathil, yang mana memiliki sifat feminin. Yaitu wanita penunggang kuda yang ada dalan Seni Reyog Ponorogo. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa bangunan pada kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo memberikan gambaran mengenai karakter masing-masing tokoh yang bermain dalam Tari Reyog Ponorogo. Sehingga setiap babakan yang ada pengunjung menikmati suasana yang mencirikhaskan karakter masing-masing tokoh. Bangunan dirancang menggunakan konsep yang memakai karakter dan sifat para pemain Reyog, sehingga dihasilkan desain bangunan yang atraktif, menarik, dan mengeksplorasikan dari bentuk-bentuk para pemain Reyog. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang bangunan-bangunan yang ada di kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo, yaitu sebagai berikut: 229

a. Galeri Karakter yang muncul dari bentuk metafora Singo Barong, yang mana bentuk ini mempunyai ciri khas pada entrance utama bangunan. Selain itu atap serta fasad memetaforakan bulu merak dan menggunakan ukuiran batik parang yang sangat khas sebagai kostum utama para pemain Seni Reyog. Selain itu bangunan galeri merupakan bangunan yang paling besar dan tinggi diantara bangunan yang lainnya, sehingga menyimbolkan garang, keras, namun dinamis. Adapun karakteristik bangunan galeri sebagi berikut: Gambar 6.9 Bangunan berkarakter Singo Barong Dari gambar di atas dapat terlihat entrance utama yang paling menonjol, yaitu seperti kepala Reyog. Selain itu fasad samping pada galeri terlihat ada aksen batik 230

Parang. Aksentuasi bulu merak terdapat pada fasad samping seperti gambar di bawah ini: Gambar 6.10 Secondary skin Dari gambar di atas terlihat warna pada secondary skin bergradasi seperti bulu merak, sehingga membuat aksentuasi estetika yang menarik. Untuk bentukan atap pada bangunan galeri seperti gambar di bawah ini: Gambar 6.11 Bentuk atap Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa bentuk atap seperti bentuk Reyog yang sedang menari. Berirama, namun terlihat tangguh dan gagah. Pada atap juga 231

terlihat pipa-pipa yang menahan atap, ini memberi kesan seperti rangka bulu merak. Bangunan galeri ini memiliki tiga lantai, yaitu: lantai pertama digunakan sebagai area restoran, galeri penjualan, dan kantor pengelola. Lantai kedua digunakan sebagai galeri tempat penyimpanan koleksi benda-benda antik sejarah Kabupaten Ponorogo dan lainya, sedangkan lantai tiga digunakan sebagai auditorium yakni sebagi tempat koordinasi tentang kesenian di Ponorogo secara khususnya. b. Amphitheater Outdoor Karakter amphitheater outdoor seperti jathil, yaitu memiliki sifat periang, lincah dan cerdik. Karakter ini mampu menjadikan desain amphiteater outdoor menjadi lebih tereksplorasi. Dilihat dari bentukannya yang unik, yaitu melengkung dengan jarak dan lebar yang tidak sama, akan tetapi menyatu dengan semua massa bangunan yang ada di kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo. Amphitheater outdoor ini memiliki empat tingkatan tempat duduk, sehingga para pengunjung yang datang melihat pertunjukan bisa duduk-duduk di area in dengan luas. Selain itu area amphiteater outdoor juga berfungsi sebagai hutan kota, karena area ini banyak ditumbuhi pohon-pohon yang besar. Sehingga bisa mengatasi polusi udara yang berada di tengah Kabupaten Ponorogo. Adapun gambar tentang amphitheater outdoor ini seperti gambar di bawah ini: 232

Gambar 6.12 Amphitheater Outdoor Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa amphiteater outdoor ini selain untuk pertunjukan Seni Reyog bisa digunakan sebagai sarana edukatif dan rekreatif. Selain itu penonjolan konsep bentuk dari karater serta sifat jathil ini bisa membuat pengunjung merasa nyaman dan gembira berada di area amphiteter outdoor ini. 233

c. Amphitheater Indoor Amphitheater indoor ini merupakan area pertunjukan ynag dibuat tertutup dan ternaungi dengan atap. Amphitheater indoor ini memiliki karakter seperti Prabu Klonosewandono, yang mana desain fasad ini penonjolan dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh Prabu Klonosewandono. Dengan warna serta penonjolan struktur yang memberikan kesan gagah dan tangguh. Letak amphitheater indoor ini berada di atas dengan jalan menanjak. Hal ini lebih memberikan kesan gagah dan memberikan simbol bahwa Prabu Klonosewandono ini merupakan tokoh utama dalam Seni Reyog Ponorogo. Adapun gambar tentang amphitheater indoor dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 6.13 Amphitheater Indoor 234

Dari gambar di atas dapat diketahui bentuk dan fasad dari amphitheater indoor. Pada fasad terdapat batangan pipa berbentuk miring serta pipa yang membentuk lengkung yang membuat vocal point pada pintu masuk utama amphitheater indoor. Bentuk karakter dari Prabu Klonosewandono sangat terlihat dari fasad depan bangunan. Selain itu bentuk atap sangat atraktrif dan terkesan kuat, sehingga semua simbol kegagahan dan ketampanan terlihat dari bangunan amphitheater indoor ini. Adapun bentuk atap dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.14 Atap Amphiteater Indoor Dari gambar di atas terlihat sekali simbol kegagahan dan ketampanan Prabu Klonosewandono. Selain itu interior di dalam amphitheater juga dibuat seatraktif mungkin, seperti pada gambar di bawah ini: 235

Gambar 6.15 Panggung Amphiteater Indoor Terlihat ukiran batik Parang yang dipakai oleh Prabu Klonosewandono sebagai aksen latar belakang panggung, selain itu warna-warna di dalam ruangan di buat seperti warna khas Reyog. d. Workshop Workshop merupakan bangunan yang difungsikan sebagai sarana edukatif bagi para pengunjung, karena di workshop inilah para pengunjung bisa belajar bagaimana cara membuat Reyog dan perlengkapan lainnya. Selain itu workshop memiliki karakter seperti Warok, yaitu mengajarkan dan memberi petunjuk bagi murid-muridnya. Adapun gambar workshop dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 236

Gambar 6.16 Workshop Dari gambar di atas dapat terlihat karakter dari Warok yaitu mengajarkan dan mengajarkannya tersebut secara terbuka. Sehingga tempat belajarnya dibuat dengan ruang terbuka tanpa sekat, sehingga dapat menikmati pemandangan luar yang ada di sekitar bangunan. Sistem struktur workshop menggunakan struktur space frame dan dibuat terekspose, untuk memberikan kesan gagah, dan selalu memberika pengajaran. Adapun gambar dari struktur atap workshop dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.17 Struktur atap workshop 237

e. Retail dan Mushola Retail dan Mushola merupakan bangunan penunjang yaitu bangunan yang mendukung dari bangunan utama. Retail dan mushola ini memiliki karakter Jathil yaitu riang, gembira, indah dan menyenangkan. Oleh karena itu bangunan retail dan musholla merupakan bangunan penunjang yang mana memberika sarana rekreasi belanja dan beribadah. Adapun gambar retail dan mushola dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.18 Mushola dan Retail Tempat mushola dibuat menanjak naik, karena untuk mengingatkan kepada sang pencipta yaitu Allah swt. dan retail memberikan kesan menyenangkan. 238

6.5 Sistem Utilitas pada Kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo Sistem utilitas pada kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogodi bagi menjadi beberapa bagian, yaitu utilitas air bersih, utilitas air kotor, sprinkler, dan hydrant. Adapun untuk keterangan utilitas kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo akan dijelaskan dengan gambar sebagai berikut: Gambar 6.19 Utilitas Kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo Dari keterangan di atas, untuk utilitas air bersih menggunakan air sumur dan dengan bantyuan PDAM. Air sumur dipompa dan di tampung dalam tandon air yang diletakkan di atas di area tiap-tiap bangunan. Sedangkan untuk saluran air kotor, baik air sisa pembuangan manusia dan air kotor pencucian semuanya ditampung di bak kontrol kemudia di alirkan ke riol kota. Sedangkan untuk 239

saluran sprinkler menggunakan air sumur yang telah di simpan dalam tandon air. Sementara untuk hydrant outdoor juga menggunakan air sumur. Untuk pendistribuasian listrik di kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo, akan dijelaskan pada gambar di bawah ini: Gambar 6.20 Distribusi listrik Kawasan Pusat Wisata Budaya Ponorogo Pada gambar di atas dijelaskan bahwa pendistriusian listrik oleh PLN dan dibantu genset apabila ada pemadaman listrik secara bergiliran. 240