BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memerlukan jaminan, hal ini demi keamanan pemberian kredit tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dan suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput

Juliatyn I. Hulawa, Zulkifli Bokiu, Laode Rasuli Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu bagian dari aktivitas ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Perbedaan antara Pembiayaan Gadai Syariah pada PT Pegadaian

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB I PENDAHULUAN. sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara, Menurut Kasmir (2006:1) kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelembagaan Bisnis gadai pertama kali di Indonesia sejak Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa lain dalam lalu lintas

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

Kartika dan Nur, Analisis Penerapan Akuntansi Gadai Syariah (Rahn) Pada Pegadaian Syariah Cabang Jember

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial,

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Bagi nasabah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS. kegiatannya tidak lepas dari proses pencatatan akuntansi yang pada akhir

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang perkreditan tidak lepas dari pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis syariah (perbankan dan non perbankan) memiliki prospek yang tinggi.

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB V PEMBAHASAN. kausalitas yang terjadi antara variabel yang diteliti sebagai pembuktian atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan emas semakin lama disimpan harganya semakin tinggi. Perlahan tapi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, muncul lembaga keuangan syariah yang menjadi kompetitor dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

EVALUASI PENERAPAN AKUNTANSI GADAI SYARIAH (RAHN) PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB IV ANALISA KONSEPTUAL DAN APLIKATIF GADAI EMAS (AR-RAHN) PT. BPRS BHAKTI SUMEKAR SUMENEP

1 Hadits Riwayat Muslim, didukung oleh Hadits-hadits Riwayat Bukhori dan Nasa i.

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB I PE DAHULUA. keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB 5. Prinsip Dasar Bank Syariah. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Sruktur Organisasi BNI Syariah Cabang Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya BPR Syariah Bangun Drajat Warga. SAW, dimana Baitulmal didirikan oleh Rasulullah sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Definisi gadai sendiri. terdapat dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

AIRIN AKTE SAVIRA EKONOMI/ AKUNTANSI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara yang mayoritas Muslim, akan tetapi telah merambat ke berbagai belahan dunia seperti Asia, Eropa, Amerika, hingga Australia yakni sekitar 75 negara telah mempraktikkan sistem ekonomi dan keuangan syariah. Demikian pula dalam bidang akademis, beberapa universitas terkemuka di dunia sedang giat mengembangkan kajian akademis tentang ekonomi syariah. Harvard University merupakan universitas yang aktif mengembangkan forum dan kajian-kajian ekonomi syariah tersebut. Di Inggris setidaknya enam universitas yang juga giat mengembangakan kajian-kajian ekonomi syari ah (Nurcholis, 2009 dalam Saleh Ismail dan Edy Rahardja, 2012). Di Indonesia sendiri, dapat kita lihat perkembangannya dengan makin bertambahnya lembaga-lembaga keuangan syariah seperti perbankan, asuransi, koperasi, termasuk juga pegadaian yang dalam aktivitasnya menerapkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan aturan syariat Islam. Pegadaian merupakan salah satu badan usaha di Indonesia yang secara resmi memiliki izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa memberikan pembiayaan dalam bentuk penyaluran

2 dana kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Dengan kredonya Mengatasi Masalah tanpa Masalah, hal ini membuat badan usaha pegadaian makin diminati oleh masyarakat utamanya ketika mereka sangat terdesak untuk segera mendapatkan dana pinjaman melalui proses yang lebih sederhana dan dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan kredit perbankan. Objek yang digadaikan biasanya terdiri dari emas dan perhiasan lainnya, barang elektronik, kenderaan bermotor, maupun barang berharga lainnya. Dalam pegadaian syariah, produk-produk yang ditawarkan tentu harus berbasis syariah yang pada dasarnya memiliki karakteristik misalnya, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan komoditas yang diperdagangkan, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk produk karena riba, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil (Ramadhani, 2012: 3). Salah satu produknya yaitu gadai syariah, yang dapat diperoleh nasabah melalui transaksi utang piutang dengan jaminan barang. Atas pemeliharaan jaminan tersebut, maka pegadaian syariah akan mengenakan biaya pemeliharaan tertentu yang dalam sistem gadai syariah biasa disebut dengan biaya ijarah. Definisi ijarah yang disebutkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 107 adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Biaya sewa yang dimaksud adalah sewa operasi (operating lease). Biaya ini biasanya

3 dihitung per 10 hari. Untuk biaya administrasi dan ijarah tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman tetapi berdasarkan taksiran harga barang yang digadaikan. Sedangkan besarnya jumlah pinjaman itu sendiri tergantung dari nilai jaminan yang diberikan, semakin besar nilai barang jaminannya maka akan semakin besar pula jumlah pinjaman yang dapat diperoleh nasabah. Sementara dalam gadai konvensional, perhitungan keuntungannya menggunakan sistem bunga atau sewa modal yang ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman yang diterima nasabah. Perbedaan utama antara biaya gadai dan bunga pegadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda sementara biaya gadai hanya sekali dan ditetapkan di muka (Antonio, 2001: 218). Setiap lembaga usaha, perusahaan, termasuk pegadaian baik syariah maupun konvensional membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat mengomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara pegadaian yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, pegadaian syariah tentu mempunyai sistem perlakuan akuntansi yang berbeda dengan perlakuan akuntansi konvensional pada umumnya. Kebutuhan dalam menetapkan metode pengukuran akuntansi, terutama pembiayaan gadai syariah harus disesuaikan dengan peraturan dan ketentuan-ketentuan syariah yang

4 telah diatur. Dalam hal ini, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dan akad ijarah (PSAK 107) menjadi panduan dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang berhubungan dengan pembiayaan gadai syariah tersebut. Dengan demikian, hal ini akan menambah kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk yang ditawarkan oleh pegadaian syariah. PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo termasuk salah satu LKS yang telah berdiri sejak tujuh tahun silam, tepatnya pada bulan April tahun 2006. Jika dibandingkan dengan PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan yang telah berkiprah sejak tahun 1950 yakni genap berusia 63 tahun, maka secara otomatis sulit untuk PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo untuk melakukan sosialisasi, memberikan pemahaman kepada masyarakat yang sudah terbiasa dengan sistem pelayanan serta produk-produk yang ditawarkan oleh PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan agar segera beralih menuju sistem syariah, jauh dari praktik ribawi yang menjadi dasar perbedaan antara gadai syariah dan gadai konvensional. Selain itu, faktor lainnya yang juga mempengaruhi minat nasabah yang ingin melakukan pembiayaan gadai baik syariah maupun konvensional adalah dari segi manajemen perusahaan atau lebih khususnya terkait pelayanan yang diberikan kepada nasabah, baik oleh PT Pegadaian (Persero) Cabang

5 Gorontalo Selatan maupun PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo (Ismail, 2008: 50) Perbedaan mendasar dari segi pengenaan biaya dalam gadai konvensional yang memberlakukan sistem sewa modal dengan adanya biaya bunga dengan gadai syariah dengan sistem ijarah yang berupa biaya pemeliharaan dan penyimpanan tentu akan mempengaruhi perlakuan akuntansi yang diterapkan baik oleh PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan maupun PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pembiayaan gadai baik syariah maupun konvensional yang harus disesuaikan dengan peraturan pegadaian dan ketentuanketentuan yang telah diatur. Berangkat dari persoalan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana perlakuan akuntansi pada pembiayaan gadai syariah dan apa perbedaannya dengan gadai konvensional, sehingga menjadi latar belakang peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul Analisis Perlakuan Akuntansi Produk Pembiayaan Gadai Syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan Gadai Konvensional pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan.

6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi adanya berbagai masalah sebagai berikut: 1) Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap perbedaan antara pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan gadai konvensional pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan 2) Terdapat perbedaan perlakuan akuntansi disebabkan adanya sistem ijarah dalam gadai syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan sistem sewa modal dalam gadai konvensional yang diterapkan pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan diteliti adalah: 1) Bagaimana perbedaan antara pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan gadai konvensional pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan? 2) Bagaimanakah perbandingan perlakuan akuntansi antara pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan gadai konvensional pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan?

7 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui perbedaan antara pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan gadai konvensional pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan 2) Untuk mengetahui perbandingan perlakuan akuntansi antara pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan gadai konvensional pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan 1.5 Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan memiliki 2 (dua) manfaat, yaitu: 1) Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam membedakan dan membandingkan perlakuan akuntansi antara pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dengan gadai konvensional pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan.

8 2) Manfaat Praktis Secara praktis bagi perusahaan, hasil penelitian ini ke depannya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun berbagai strategi guna pengembangan PT Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Gorontalo dan juga PT Pegadaian (Persero) Cabang Gorontalo Selatan. Sementara bagi masyarakat serta almamater, dapat menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap keberadaan Pegadaian Syariah beserta produk yang ditawarkan serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.