SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri gorontalo ABSTRAK Dwi Purnamasari Zees. Nim 841 409 059. Gambaran Kapasitas Paru Pada Remaja Perokok Di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dibawah bimbingan Hj.Suwarly Mobiliu S.Kp. M.Kep dan dr. Sri Manovita Pateda M.Kes masingmasing sebagai pembimbing I dan II. Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. 2013. Perilaku merokok adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan individu berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Menurut sumber data BP3 (badan pengendalian dan pencegahan penyakit) Kabupaten Gorontalo tahun 2012, menunjukkan Desa Tuladenggi memiliki cakupan penggunaan rokok sebesar 25,3% Penelitian ini bertujuan untuk menilai kapasitas paru remaja perokok di Desa Tuladenggi serta mengetahui hasil pengukuran kapasitas paru, normal dan tidak normal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat eksperimen laboratorium sungguhan dengan Jumlah sampel 43 orang (purposive sampling). Data pribadi perokok diperoleh melalui wawancara. Volume dan kapasitas paru diukur menggunakan spirometer, tinggi badan diukur menggunakan Meteran, berat badan diukur menggunakan timbangan pijak. Data dianalisis secara univariat. Pada hasil penelitian menunjukan bahwa remaja perokok dengan kapasitas paru tidak normal lebih banyak dibandingkan dengan remaja perokok dengan kapasitas paru normal. Remaja perokok dengan kapasitas paru tidak normal sebesar 72,1%. Nilai FEV1 pada remaja perokok yaitu 12 perokok (27,9%) berada pada kategori normal, 31 Perokok (72,1%) berada pada kategori tidak normal.
Diharapkan subyek penelitian pada kelompok perokok dengan kapasitas paru tidak normal dapat menghentikan kebiasaan merokok tersebut. Sedangkan bagi kelompok perokok dengan kapasitas paru normal diharapkan dapat mencegah diri sendiri. Kata kunci : Kapasitas Paru, Remaja Perokok 1. Pendahuluan Rokok merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia yang sebenarnya dapat dicegah. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), remaja Indonesia sebanyak 2.666 orang kehilangan harapan hidup selama berusia 25 tahun. Menurut Kementrian Kesehatan Jepang (2012), angka kesakitan hingga kematian remaja di dunia akibat merokok meningkat dalam 10 tahun terakhir. Hal ini didukung oleh angka kesakitan remaja akibat merokok yang masih terlalu tinggi yakni 64%. Menurut sumber data BP3 (badan pengendalian dan pencegahan penyakit) Kabupaten Gorontalo tahun 2012, diperkirakan sebanyak 27,1% remaja yang menggunakan rokok. Sedangkan, menurut data statistik tahun 2012 menunjukkan seluruh Desa di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo memiliki cakupan penggunaan rokok yaitu sebesar 37,5%. Salah satunya adalah Desa Tuladenggi yang diperkirakan memiliki cakupan penggunaan rokok yaitu sebesar 25,3%. Hal ini masih jauh dari target departemen kesehatan yaitu 17,3%. Berdasarkan data dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu petugas kesehatan di Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, dari sebagian remaja yang berkunjung ke Puskesmas, di dapatkan data pada tahun 2008 terdapat 14,5 % dari keseluruhan remaja yang mengidap penyakit emfisema dalam setahun. Sedangkan penyakit obstruksi yaitu 18% dari keseluruhan remaja yang mempunyai penyakit tersebut. Selain itu, peneliti mendapatkan data yang menyatakan bahwa sebesar 21,5% remaja mengalami penyakit bronchitis kronik. Namun tidak bisa di hindari bahwa hampir seluruh remaja mengkonsumsi rokok.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja perokok yang tergolong pada perokok ringan yang menghisap rokok 1 sampai 10 batang/perhari maka kapasitas vital parunya tidak naik dan tidak akan bertambah baik, karena di dalam rokok banyak mengandung bahan kimia yang bersifat racun yang dapat mengakibatkan suatu rangsangan pada jantung agar berdenyut lebih cepat. Selain itu, asap rokok juga dapat mengganggu sirkulasi darah sehingga mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah mengambil oksigen. 2. metode penelitian Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain deskriptif yaitu menggambarkan suatu peristiwa atau objek yang akan diteliti. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan. Yang terdiri dari 1 variabel ( kapasitas paru ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja umur 18-21 tahun, di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo sebanyak 107 Orang. Sampel adalah terdiri dari sebagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja umur 18-21 tahun yaitu sebanyak 43 orang berdasarkan kriteria. Dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, tekhnik pengumpulan datanya yaitu meminta kesediaan remaja untuk dijadikan sampel.
3. hasil dan pembahasan 3.1 hasil penelitian 3.1.1 gambaran distribusi responden berdasarkan usia Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Usia Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) 20-21 26 60,5 18-19 17 39,5 Total 43 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 43 orang remaja perokok, sebagian besar tergolong usia 20-21 tahun yaitu sebesar 26 orang (60,5%) sedangkan remaja perokok usia 18-19 tahun yaitu sebesar 17 orang (39,5).
3.1.2 gambaran distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) SMA 4 48,8 SMP 18 41,9 SD 21 9,3 Total 43 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diatas, menunjukkan bahwa dari 43 orang remaja perokok, tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu tingkat pendidikan SMA sebanyak 21 orang (48,8%) dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 18 orang (41,9%) dan tingkat pendidikan SD sebanyak 4 orang (9,3%). 3.1.3 gambaran distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Pekerjaan Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) Wiraswasta 27 62,8 Tidak Bekerja 16 37,2 Total 43 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 43 orang remaja perokok, sebagian besar pekerjaannya adalah wiraswasta yaitu sebanyak 27 orang (62,8%), sedangkan remaja yang tidak bekerja yaitu sebanyak 16 orang (37,2%). 3.1.4 gambaran distribusi frekuensi kapasitas paru pada remaja perokok didesa tuladenggi kecamatan telaga biru. Tabel 4.4 Gambaran Distribusi Frekuensi Kapasitas Paru Pada Remaja Perokok di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Kategori Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) Tidak Normal 31 72,1 Normal 12 27,9 Total 43 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 43 remaja perokok, gambaran kapasitas paru subyek penelitian terbesar berada pada kategori tidak normal sebesar 31 orang (72,1%), sedangkan gambaran kapasitas paru perokok dengan kategori normal sebesar 12 orang (27,9%). 4. pembahasan Spirometer adalah tes fisiologis untuk mengukur volume udara inspirasi dan ekspirasi seorang individu. Sinyal utama yang diukur dengan menggunakan spirometer adalah volume atau aliran udara. Spirometer sangat bermanfaat sebagai tes screening terhadap kesehatan pernafasan, terutama bagi seorang perokok. Pada penelitian ini aspek terpenting dari pengukuran kapasitas vital paru dengan menggunakan autospirometer adalah FVC (Forced Vital Capacity) dan FEV (Forced Expiratory Volume).
Penggunaan alat ini membutuhkan kerja sama antara pasien dan pemeriksa. Hasil yang diperoleh tergantung pada faktor teknis dan personal. Keakuratan spirometer harus dilakukan minimal dua kali. Karena melakukan tes ini secara berulang merupakan hal yang penting dan tidak dapat diabaikan. Jika variabilitas hasil ditemukan akurat sesuai hasil pengukuran sebelumnya, maka hasil kapasitas paru baik normal maupun tidak normal dapat mudah terdeteksi. Pada penelitian ini, didapatkan besar sampel yaitu sebanyak 43 orang remaja perokok. Masing- masing mengkonsumsi rokok dengan frekuensi rokok yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja perokok dengan kapasitas paru tidak normal lebih banyak dibandingkan dengan remaja perokok dengan kapasitas paru normal. Remaja perokok dengan kapasitas paru tidak normal sebesar 72,1%. Hasil ini menunjukkan hampir seluruhnya memiliki fungsi paru yang tidak baik. Kapasitas Paru adalah Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas atau pengeluaran napas paling kuat, (Evelyn. C. Pearce, 2007). Pada hasil pengukuran kapasitas paru akan didapatkan hasil normal dan tidak normal melalui nilai FEV1. FEV1 adalah salah satu komponen yang digunakan untuk membedakan dua jenis gangguan pada paru. Pada paru tidak normal nilai FEV1 sangatlah rendah dari nilai normal. Hal ini menjadi dasar bahwa, merokok benar-benar merubah fungsi kapasitas dari paru-paru. Asap rokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar sel mukosa bertambah besar dan kelenjar mucus bertambah banyak. Pada saluran nafas kecil terjadi radang hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir pada jaringan paru, sehingga terjadi peningkatan jumlah sel yang radang dan kerusakan alveoli. Asap rokok membuat jumlah silia berkurang dan menurunkan aktivitas paru. Frekuensi paru mempengaruhi hasil spirometri. Pada hasil FEV1 ditemukan hampir seluruh kelompok perokok tidak normal memiliki hasil FEV1 yang turun. Meskipun masih ditemukan nilai normal pada sebagian besar kelompok perokok. Hal ini sesuai dengan penelitian Bano R et al di india pada tahun 2010 yang menunjukkan bahwa perokok ringan cenderung mengalami gangguan obstruksi atau tidak normal. Hal
tersebut sesuai dengan teori Gitton dan Hall (2007) yang menyatakan bahwa rokok merupakan salah satu faktor yang menyababkan kapasitas paru tidak normal, dimana nilai FEV1 berada dibawah 70%. Nilai FEV1 pada kelompok remaja perokok hampir serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karia M di India pada tahun 2012, dimana nilai FEV1 yang didapatkan adalah sebesar 63,3%. Menurut Behr J, rokok dapat menimbulkan gangguan ventilasi paru akibat adanya iritasi dan sekresi mukus yang berlebihan di bronkus sehingga memudahkan terjadinya penyempitan saluran napas yang ditandai oleh adanya penurunan FEV1. Pada subyek penelitian yang tidak memiliki riwayat penyakit namun mempunyai kebiasaan merokok, sangat besar kemugkinannya untuk mengalami gangguan paru. Meskipun didapatkan data masih ada remaja perokok diantaranya dengan kategori normal, hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan remaja itu sendiri belum memiliki kelainan paru. Hasil penelitian ini sama seperti penelitian Bano et al yang menunjukkan bahwa nilai kapasitasi vital paru pada perokok, masih ada yang terlihat normal melalui hasil pengukuran autospirometri. Namun, Bano menyatakan bahwa penurunan kapasitas paru tersebut dipengaruhi oleh lamanya merokok. Pada perokok pemula, kapasitas paru cenderung normal atau kapasitas parunya tidak mengalami penurunan, sedangkan remaja yang sudah lama merokok, cenderung mengalami kelainan pada paru. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, rokok dapat menyebabkan gangguan paru. Semakin banyak rokok yang dikonsumsi, maka kapasitas paru seorang remaja akan semakin mengalami gangguan. Akan tetapi tidak bisa dihindari bahwa diantara sekian banyak remaja perokok, masih ada yang didapatkan kapasitas parunya normal.
5. kesimpulan dan saran 5.1 kesimpulan Kapasitas paru pada perokok di Desa Tuladenggi yakni berada pada kategori tidak normal lebih banyak yaitu 72,1% dibandingkan dengan kapasitas paru remaja perokok yang berada pada kategori normal sebesar 27,9%. 5.2 saran 5.2.1 Bagi Remaja Perokok Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, diharapkan kepada remaja perokok yang kapasitas parunya tidak normal dapat menghentikan kebiasaan merokok tersebut. Sedangkan bagi remaja perokok yang kapasitas parunya normal diharapkan dapat mencegah diri sendiri, keluarga, atau kerabat dekat dari bahaya rokok sehingga kesehatan paru tetap terjaga. 5.2.2 Bagi Peneliti Lain Diharapkan agar dapat dilakukan penelitian lain yang berhubungan dengan kapasitas paru pada remaja perokok untuk mengetahui lebih dalam masalah-masalah yang ada pada remaja itu sendiri terkait masalah kesehatan terutama masalah kapasitas vital paru seorang remaja sehingga dapat memberikan gambaran dalam upaya pencegahan penyakit dan perbaikan kesehatan remaja itu sendiri.