SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

4. Dampaknya dan cara penanggulangan

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. tidak perokok pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan semester 6

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kematian mencapai korban jiwa. 3 Sekitar 80% keracunan. dilaporkan terjadi di negara-negara sedang berkembang.

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

PEMERIKSAAN FUNGSI PARU DENGAN SPIROMETRI. Hj. Efy Afifah, SKp, M.Kes. Pengukuran obyektif paru menggunakan alat spirometer.

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

Kadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernapasan merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia. 17 Sistem

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. udara termasuk oksigen. Secara alamiah paru-paru orang yang tinggal di

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN. ABSTRAK Nur Wulan Agustina*

LAMA PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM/BENGKEL DAN FUNGSI PARU MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

ABSTRAK. Pengaruh dan Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa

JUMLAH KONSUMSI ROKOK DENGAN NILAI VOLUME TIDAL PADA MAHASISWA PRODI KEPERAWATAN S1 ANGKATAN II DAN III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

Indikasi Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang

Sri Wahyu Basuki, Anita Sari Nurdi Atmaji, Dedik Hartono, dan Sigit Widyatmoko

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

Transkripsi:

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri gorontalo ABSTRAK Dwi Purnamasari Zees. Nim 841 409 059. Gambaran Kapasitas Paru Pada Remaja Perokok Di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dibawah bimbingan Hj.Suwarly Mobiliu S.Kp. M.Kep dan dr. Sri Manovita Pateda M.Kes masingmasing sebagai pembimbing I dan II. Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. 2013. Perilaku merokok adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan individu berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Menurut sumber data BP3 (badan pengendalian dan pencegahan penyakit) Kabupaten Gorontalo tahun 2012, menunjukkan Desa Tuladenggi memiliki cakupan penggunaan rokok sebesar 25,3% Penelitian ini bertujuan untuk menilai kapasitas paru remaja perokok di Desa Tuladenggi serta mengetahui hasil pengukuran kapasitas paru, normal dan tidak normal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat eksperimen laboratorium sungguhan dengan Jumlah sampel 43 orang (purposive sampling). Data pribadi perokok diperoleh melalui wawancara. Volume dan kapasitas paru diukur menggunakan spirometer, tinggi badan diukur menggunakan Meteran, berat badan diukur menggunakan timbangan pijak. Data dianalisis secara univariat. Pada hasil penelitian menunjukan bahwa remaja perokok dengan kapasitas paru tidak normal lebih banyak dibandingkan dengan remaja perokok dengan kapasitas paru normal. Remaja perokok dengan kapasitas paru tidak normal sebesar 72,1%. Nilai FEV1 pada remaja perokok yaitu 12 perokok (27,9%) berada pada kategori normal, 31 Perokok (72,1%) berada pada kategori tidak normal.

Diharapkan subyek penelitian pada kelompok perokok dengan kapasitas paru tidak normal dapat menghentikan kebiasaan merokok tersebut. Sedangkan bagi kelompok perokok dengan kapasitas paru normal diharapkan dapat mencegah diri sendiri. Kata kunci : Kapasitas Paru, Remaja Perokok 1. Pendahuluan Rokok merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia yang sebenarnya dapat dicegah. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), remaja Indonesia sebanyak 2.666 orang kehilangan harapan hidup selama berusia 25 tahun. Menurut Kementrian Kesehatan Jepang (2012), angka kesakitan hingga kematian remaja di dunia akibat merokok meningkat dalam 10 tahun terakhir. Hal ini didukung oleh angka kesakitan remaja akibat merokok yang masih terlalu tinggi yakni 64%. Menurut sumber data BP3 (badan pengendalian dan pencegahan penyakit) Kabupaten Gorontalo tahun 2012, diperkirakan sebanyak 27,1% remaja yang menggunakan rokok. Sedangkan, menurut data statistik tahun 2012 menunjukkan seluruh Desa di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo memiliki cakupan penggunaan rokok yaitu sebesar 37,5%. Salah satunya adalah Desa Tuladenggi yang diperkirakan memiliki cakupan penggunaan rokok yaitu sebesar 25,3%. Hal ini masih jauh dari target departemen kesehatan yaitu 17,3%. Berdasarkan data dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu petugas kesehatan di Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, dari sebagian remaja yang berkunjung ke Puskesmas, di dapatkan data pada tahun 2008 terdapat 14,5 % dari keseluruhan remaja yang mengidap penyakit emfisema dalam setahun. Sedangkan penyakit obstruksi yaitu 18% dari keseluruhan remaja yang mempunyai penyakit tersebut. Selain itu, peneliti mendapatkan data yang menyatakan bahwa sebesar 21,5% remaja mengalami penyakit bronchitis kronik. Namun tidak bisa di hindari bahwa hampir seluruh remaja mengkonsumsi rokok.

Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja perokok yang tergolong pada perokok ringan yang menghisap rokok 1 sampai 10 batang/perhari maka kapasitas vital parunya tidak naik dan tidak akan bertambah baik, karena di dalam rokok banyak mengandung bahan kimia yang bersifat racun yang dapat mengakibatkan suatu rangsangan pada jantung agar berdenyut lebih cepat. Selain itu, asap rokok juga dapat mengganggu sirkulasi darah sehingga mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah mengambil oksigen. 2. metode penelitian Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain deskriptif yaitu menggambarkan suatu peristiwa atau objek yang akan diteliti. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan. Yang terdiri dari 1 variabel ( kapasitas paru ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja umur 18-21 tahun, di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo sebanyak 107 Orang. Sampel adalah terdiri dari sebagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja umur 18-21 tahun yaitu sebanyak 43 orang berdasarkan kriteria. Dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, tekhnik pengumpulan datanya yaitu meminta kesediaan remaja untuk dijadikan sampel.

3. hasil dan pembahasan 3.1 hasil penelitian 3.1.1 gambaran distribusi responden berdasarkan usia Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Usia Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) 20-21 26 60,5 18-19 17 39,5 Total 43 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 43 orang remaja perokok, sebagian besar tergolong usia 20-21 tahun yaitu sebesar 26 orang (60,5%) sedangkan remaja perokok usia 18-19 tahun yaitu sebesar 17 orang (39,5).

3.1.2 gambaran distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) SMA 4 48,8 SMP 18 41,9 SD 21 9,3 Total 43 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diatas, menunjukkan bahwa dari 43 orang remaja perokok, tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu tingkat pendidikan SMA sebanyak 21 orang (48,8%) dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 18 orang (41,9%) dan tingkat pendidikan SD sebanyak 4 orang (9,3%). 3.1.3 gambaran distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Pekerjaan Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) Wiraswasta 27 62,8 Tidak Bekerja 16 37,2 Total 43 100

Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 43 orang remaja perokok, sebagian besar pekerjaannya adalah wiraswasta yaitu sebanyak 27 orang (62,8%), sedangkan remaja yang tidak bekerja yaitu sebanyak 16 orang (37,2%). 3.1.4 gambaran distribusi frekuensi kapasitas paru pada remaja perokok didesa tuladenggi kecamatan telaga biru. Tabel 4.4 Gambaran Distribusi Frekuensi Kapasitas Paru Pada Remaja Perokok di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Kategori Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) Tidak Normal 31 72,1 Normal 12 27,9 Total 43 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 43 remaja perokok, gambaran kapasitas paru subyek penelitian terbesar berada pada kategori tidak normal sebesar 31 orang (72,1%), sedangkan gambaran kapasitas paru perokok dengan kategori normal sebesar 12 orang (27,9%). 4. pembahasan Spirometer adalah tes fisiologis untuk mengukur volume udara inspirasi dan ekspirasi seorang individu. Sinyal utama yang diukur dengan menggunakan spirometer adalah volume atau aliran udara. Spirometer sangat bermanfaat sebagai tes screening terhadap kesehatan pernafasan, terutama bagi seorang perokok. Pada penelitian ini aspek terpenting dari pengukuran kapasitas vital paru dengan menggunakan autospirometer adalah FVC (Forced Vital Capacity) dan FEV (Forced Expiratory Volume).

Penggunaan alat ini membutuhkan kerja sama antara pasien dan pemeriksa. Hasil yang diperoleh tergantung pada faktor teknis dan personal. Keakuratan spirometer harus dilakukan minimal dua kali. Karena melakukan tes ini secara berulang merupakan hal yang penting dan tidak dapat diabaikan. Jika variabilitas hasil ditemukan akurat sesuai hasil pengukuran sebelumnya, maka hasil kapasitas paru baik normal maupun tidak normal dapat mudah terdeteksi. Pada penelitian ini, didapatkan besar sampel yaitu sebanyak 43 orang remaja perokok. Masing- masing mengkonsumsi rokok dengan frekuensi rokok yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja perokok dengan kapasitas paru tidak normal lebih banyak dibandingkan dengan remaja perokok dengan kapasitas paru normal. Remaja perokok dengan kapasitas paru tidak normal sebesar 72,1%. Hasil ini menunjukkan hampir seluruhnya memiliki fungsi paru yang tidak baik. Kapasitas Paru adalah Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas atau pengeluaran napas paling kuat, (Evelyn. C. Pearce, 2007). Pada hasil pengukuran kapasitas paru akan didapatkan hasil normal dan tidak normal melalui nilai FEV1. FEV1 adalah salah satu komponen yang digunakan untuk membedakan dua jenis gangguan pada paru. Pada paru tidak normal nilai FEV1 sangatlah rendah dari nilai normal. Hal ini menjadi dasar bahwa, merokok benar-benar merubah fungsi kapasitas dari paru-paru. Asap rokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar sel mukosa bertambah besar dan kelenjar mucus bertambah banyak. Pada saluran nafas kecil terjadi radang hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir pada jaringan paru, sehingga terjadi peningkatan jumlah sel yang radang dan kerusakan alveoli. Asap rokok membuat jumlah silia berkurang dan menurunkan aktivitas paru. Frekuensi paru mempengaruhi hasil spirometri. Pada hasil FEV1 ditemukan hampir seluruh kelompok perokok tidak normal memiliki hasil FEV1 yang turun. Meskipun masih ditemukan nilai normal pada sebagian besar kelompok perokok. Hal ini sesuai dengan penelitian Bano R et al di india pada tahun 2010 yang menunjukkan bahwa perokok ringan cenderung mengalami gangguan obstruksi atau tidak normal. Hal

tersebut sesuai dengan teori Gitton dan Hall (2007) yang menyatakan bahwa rokok merupakan salah satu faktor yang menyababkan kapasitas paru tidak normal, dimana nilai FEV1 berada dibawah 70%. Nilai FEV1 pada kelompok remaja perokok hampir serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karia M di India pada tahun 2012, dimana nilai FEV1 yang didapatkan adalah sebesar 63,3%. Menurut Behr J, rokok dapat menimbulkan gangguan ventilasi paru akibat adanya iritasi dan sekresi mukus yang berlebihan di bronkus sehingga memudahkan terjadinya penyempitan saluran napas yang ditandai oleh adanya penurunan FEV1. Pada subyek penelitian yang tidak memiliki riwayat penyakit namun mempunyai kebiasaan merokok, sangat besar kemugkinannya untuk mengalami gangguan paru. Meskipun didapatkan data masih ada remaja perokok diantaranya dengan kategori normal, hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan remaja itu sendiri belum memiliki kelainan paru. Hasil penelitian ini sama seperti penelitian Bano et al yang menunjukkan bahwa nilai kapasitasi vital paru pada perokok, masih ada yang terlihat normal melalui hasil pengukuran autospirometri. Namun, Bano menyatakan bahwa penurunan kapasitas paru tersebut dipengaruhi oleh lamanya merokok. Pada perokok pemula, kapasitas paru cenderung normal atau kapasitas parunya tidak mengalami penurunan, sedangkan remaja yang sudah lama merokok, cenderung mengalami kelainan pada paru. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, rokok dapat menyebabkan gangguan paru. Semakin banyak rokok yang dikonsumsi, maka kapasitas paru seorang remaja akan semakin mengalami gangguan. Akan tetapi tidak bisa dihindari bahwa diantara sekian banyak remaja perokok, masih ada yang didapatkan kapasitas parunya normal.

5. kesimpulan dan saran 5.1 kesimpulan Kapasitas paru pada perokok di Desa Tuladenggi yakni berada pada kategori tidak normal lebih banyak yaitu 72,1% dibandingkan dengan kapasitas paru remaja perokok yang berada pada kategori normal sebesar 27,9%. 5.2 saran 5.2.1 Bagi Remaja Perokok Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, diharapkan kepada remaja perokok yang kapasitas parunya tidak normal dapat menghentikan kebiasaan merokok tersebut. Sedangkan bagi remaja perokok yang kapasitas parunya normal diharapkan dapat mencegah diri sendiri, keluarga, atau kerabat dekat dari bahaya rokok sehingga kesehatan paru tetap terjaga. 5.2.2 Bagi Peneliti Lain Diharapkan agar dapat dilakukan penelitian lain yang berhubungan dengan kapasitas paru pada remaja perokok untuk mengetahui lebih dalam masalah-masalah yang ada pada remaja itu sendiri terkait masalah kesehatan terutama masalah kapasitas vital paru seorang remaja sehingga dapat memberikan gambaran dalam upaya pencegahan penyakit dan perbaikan kesehatan remaja itu sendiri.