KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Journal of Mechanical Engineering Learning

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Journal of Mechanical Engineering Learning

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

KARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Priyo Tri Iswanto 1,a, Mudjijana 1,b, Rela Adi Himarosa 2,a

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.1 Tahun 2014: 9-16 ISSN X

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

Available online at Website

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Available online at Website

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN KEKERASAN BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT. Erizal

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

Struktur Mikro Las Baja C-Mn Hasil Pengelasan Busur Terendam dengan Variasi Masukan Panas

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

PROSES PELAPISAN BAJA DENGAN METODE SEMBURAN KAWAT LAS OKSI-ASITILEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

OPTIMALISASI PENGGUNAAN Heat Input PADA PENGELASAN PIPA SPIRAL UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

PENGARUH ANNEALING PADA PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN SIFAT FISIS PADA PENGELASAN BAJA UNTUK CHASIS MOBIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMUNIUM DENGAN METODE SMAW

Ir. Hari Subiyanto, MSc

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Kata kunci : tegangan sisa, HAZ, SMAW.

Peningkatan Kualitas Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Metode Taguchi

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

ARI BUDIANTO NIM : D TUGAS AKHIR. Disusun :

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

PENGEMBANGAN METODE STRESSED SHEETING WELD PADA PENGELASAN PLAT BERPENGUAT DENGAN VARIASI TEMPERATUR PREHEAT ABSTRACT

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

ANALISA PENGARUH JENIS ELEKTRODA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN STAINLESS STEEL 304

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Transkripsi:

ISSN 0853-8697 KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT Yustiasih Purwaningrum Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Email : yustiasih2003@yahoo.co.nz ABSTRACT The aimed of this research are to compare physical dan mechanical properties between raw materials and Shielded Metal Arc Steel Weld Metals and to find optimum temperature of annealing. A series of Shielded Metal Arc Steel Weld Metals were made on 3 mm of Thick A 287 carbon steels. The electrode used was E 6013, Ø 3.2 mm. Annealing was performed with three different temperature were 300 C, 600 C, dan 850 C. The results show that the tensile strength of raw material had the same value with weld metals and weld metals with annealing 300 C and 600 C, but weld metals with annealing 850 C had lower tensile strength. The hardness experiments was used Vickers Micro Hardness.The Hardness number of weld metals was higher than HAZ and raw materials. Weld Metals with annealing 300 C had the highest value. The elongation of weld metals and weld metals with annealing 300 C and 600 C had lower number than raw materials, but weld metals with annealing 850 C had almost the same value of elongation with raw materials. The optimum annealing temperature was 850 C because weld metals with annealing 850 C had high elongation and low tensile strength. Keywords SMAW, Annealing, Vickers Micro Hardness, Tensile Strength, Elongation. 1. PENDAHULUAN Proses pengelasan merupakan proses penyambungan logam yang paling banyak digunakan pada saat ini, karena pengelasan mempunyai banyak keuntungan antara lain : praktis, hasilnya dapat diandalkan, effisien, dan ekonomis. Shielded Metal Arc Welding (SMAW) atau las elektroda terbungkus merupakan proses pengelasan yang paling banyak digunakan. Hal yang perlu diperhatikan pada hasil pengelasan adalah tegangan sisa, karena pada pengelasan terjadi tegangan thermal karena perbedaan suhu antara logam induk dan daerah las, selain itu tegangan sisa juga terjadi akibat transformasi fasa, karena logam induk yang digunakan adalah baja karbon [1]. Tegangan sisa pada hasil pengelasan disebabkan karena selama siklus thermal las berlangsung, laju pemuaian dan penyusutan di sekitar sambungan las dengan bagian lain yang suhunya relatif lebih dingin tidak sama sehingga menyebabkan perubahan modulus elastisitas E, tegangan luluh, Poisson s ratio [2]. Pembebasan tegangan sisa setelah pengelasan biasanya menggunakan cara annealing. Annealing adalah salah satu jenis PWHT (Post Weld Heat Treatment). Di samping mengurangi tegangan sisa, proses annealing juga dapat memperbaiki TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 233-242 233

struktur mikro dan menghindari distorsi dan retak. Proses annealing dilakukan dengan cara memanaskan material pada suhu rekristalisasi, biasanya sekitar 0,5 Tm. Pada baja karbon rendah, suhu rekristalisasi sekitar 450 C < Tc < 700 C, dan waktu annealing sekitar 1-3 jam. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah membandingkan sifat fisis dan mekanis antara logam induk dengan hasil las SMAW dan untuk mencari temperatur Annealing paling optimum. 3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Baja Karbon Rendah Logam ferro dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok menurut kadar karbonnya [3] : Besi : mempunyai kadar karbon 0 0,008 % Baja : mempunyai kadar karbon 0,008 2 % Besi cor : mempunyai kadar karbon 2-4,5 % 3.2 Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Las Busur Rendam (SMAW) adalah proses pengelasan dimana panas dihasilkan dari busur listrik antara ujung elektroda dengan logam yang dilas. Gambar 1 : Prinsip dasar pengelasan SMAW [1] Elektroda SMAW terdiri dari 2 bagian yaitu bagian inti yang terbuat dari baja yang berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) dan bahan pembungkus yang disebut fluks. Fungsi dari fluks adalah : sebagai sumber terak untuk melindungi logam cair dari udara sekitarnya, menjaga busur listrik agar tetap stabil, sebagai deoksidator, menghasilkan gas pelindung, mengurangi percikan api dan uap pada pengelasan, dan sebagai sumber dari unsur paduan. 234 Purwaningrum - Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las

3.3 Post Weld Heat Treatment (PWHT) Post Weld Heat Treatment adalah proses pemanasan dan pendinginan pada logam untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diperlukan untuk suatu konstruksi, misalnya kekuatan (strength), kelunakkan (softness), memperhalus ukuran butir. Heating Holding Cooling Di furnace Di udara Gambar 2. Siklus Thermal Post Weld Heat Treatment Waktu, t Prinsip dasar proses PWHT [4]adalah : Heating merupakan proses pemanasan sampai temperatur diatas atau dibawah temperatur kritis suatu material Holding adalah menahan material pada temperatur pemanasan untuk memberikan kesempatan adanya perubahan struktur mikro. Cooling adalah mendinginkan dengan kecepatan tertentu tergantung pada sifat akhir material yang diinginkan. Annealing (anil) adalah proses PWHT yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki keuletan dan menurunkan tegangan tarik [4]. Annealing dilakukan dengan cara memanaskan material didalam furnace sampai suhu tertentu kemudian ditahan pada suhu tersebut, dan pendinginan dilakukan didalam furnace. 3.4 Pengujian Tarik Dari pengujian tarik dapat diperoleh grafik tegangan-regangan, yang dapat digunakan untuk memperoleh data kekuatan tarik, regangan, daerah elastis, daerah plastis, tegangan luluh, tegangan maksimum, dan tegangan patah. TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 233-242 235

3.5 Pengujian Kekerasan Gambar 3. Spesimen Uji Tarik [5] Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunkan metode Vickers Micro Hardness. Keuntungan pengujian kekerasan dengan metode Vickers adalah : bekas penekanannya kecil, pengukurannnya teliti, dan range ukurnya besar. Pengujian dilakukan untuk membandingkan nilai kekerasan pada raw material, spesimen las, spesimen yang dilas dengan temperatur anil 300 C, 600 C, dan 850 C pada daerah las, HAZ, dan logam induk. Angka kekerasan Vickers dapat ditentukan dengan persamaan berikut : VHN= 2F sin 2 2 d = 1,8544 F 2...(1) d Dimana : F : beban yang dipergunakan (kgf) d : panjang diagonal rata-rata (μm) θ : sudut antara permukaan intan yang berlawanan = 136º Prinsip dasar pengujian kekerasan dengan vickers micro hardness, dari hasil penumbukan akan diperoleh satu bekas injakan penumbuk pada benda uji. Bekas injakan ini kemudian diukur panjang diagonal (d). Besar diagonal rata-rata dimasukkan ke persamaan 2, dan hasilnya akan diperoleh angka kekerasan Vickers. 3.6 Pengamatan Struktur Mikro Pengamatan struktur mikro adalah salah satu sifat fisis yang diamati dalam penelitian ini. Tujuan dari pengamatan struktur mikro adalah untuk mengetahui struktur mikro raw material, hasil pengelasan tanpa anil, dan hasil pengelasan dengan variasi temperatur anneling yaitu 300 C, 600 C, dan 850 C. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikrosokop optik. Langkah-langkah persiapan benda uji sesuai dengan prosedur standar yang meliputi penggerindaan, pengamplasan, pemolesan, dan pengetsaan dengan menggunakan HNO 3 (2,5%). 236 Purwaningrum - Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las

4. METODE PENELITIAN 4.1 Bahan dan Alat Material yang dipakai adalah pelat baja A-287 dengan tebal 3 mm. Elektroda yang digunakan adalah E 6013 diameter 3,2 mm. Alat yang dipakai : Mesin Las listrik DC, Mikroskop Optik, Vickers Micro Hardness, Alat Uji Tarik, Alat Ukur, Furnace. 4.2 Diagram Alir Penelitian Berikut ini adalah diagram alir penelitian : Raw Material (A-287) Pengelasan SMAW Proses PWHT 550 C 300 C 800 C Hasil Pengelasan Pengujian Uji Tarik Uji Kekerasan Uji Komposisi Kimia Pengamatan Struktur Mikro Hasil Pengujian Kesimpulan Gambar 4. Diagram alir penelitian TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 233-242 237

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Komposisi Kimia Pengujian komposisi kimia dilakukan pada raw material dan hasil las tanpa perlakuan panas. Untuk setiap spesimen dilakukan 3 kali pengujian. Berikut ini adalah hasil pengujian komposisi kimia : Tabel 1. Hasil pengujian komposisi kimia Raw Material Hasil Las C 0,093 Mo 0,004 C 0,089 Mo <0,004 Si 0,192 Cu <0,004 Si 0,013 Cu <0,004 Mn 0,453 Al 0,001 Mn 0,276 Al 0,010 P 0,015 Nb 0,009 P 0,013 Nb 0,008 S 0,015 W 0,041 S 0,017 W 0,043 Ni 0,031 Ti 0,013 Ni 0,040 Ti 0 Cr 0,023 Co 0,011 Cr 0,019 Co 0,015 Semua dalam % berat Dari hasil pengujian komposisi kimia dapat dihitung harga CE (Carbon Equivalent) [3] (% Mn % Si) (% Cr % Mo) (% Ni % Cu) CE = %C + +...(2) 6 5 15 0,453 0,192 0,023 0,004 0,031 0,004 = 0,093 + 6 5 15 = 0,208 Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa baja tersebut mempunyai sifat mampu las yang baik karena mempunyai nilai CE < 0,4. Baja karbon dengan harga CE rendah mempunyai mampu las yang tinggi. Semakin rendah harga CE semakin rendah pula kepekaan terhadap retak dingin pada sambungan las dan HAZ. Dari hasil pengujian komposisi kimia terlihat bahwa hampir semua unsur untuk raw material dan hasil las tanpa annealing mempunyai nilai hampir sama, kecuali unsur Si dan Mn. Perbedaan tersebut disebabkan karena pada hasil las komposisi kimianya tercampur dengan inti elektroda (filler) yang mencair. 5.2 Pengujian Tarik Pengujian Tarik dilakukan sebanyak 7 spesimen tiap satu perlakuan. Berikut ini adalah grafik nilai rata-rata hasil pengujian tarik : 238 Purwaningrum - Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las

Nilai Tegangan (MPa) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 Tegangan Tarik Tegangan luluh Tegangan Maks 0 Raw Material Las Las + anil 300 C Spesimen Las + anil 600 C Gambar 5. Grafik Tegangan Tarik Las + anil 850 C 50 Grafik Elongation 40 Elongation (%) 30 20 10 0 Raw Material Las Las + anil 300 C Spesim en Las + anil 600 C Las + anil 850 C Gambar 6. Grafik Elongation (Perpanjangan) Dari hasil pengujian tarik dapat terlihat bahwa kekuatan tarik raw material, hasil las, hasil las dengan anil 300 C, dan hasil las dengan anil 600 C hampir sama nilainya, karena proses heating pada anil 300 C dan anil 600 C belum mencapai titik kritisnya sehingga belum terjadi perubahan struktur mikro. Sedangkan pada hasil las dengan anil 850 C, nilai kekuatan tariknya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dari Gambar 6. terlihat bahwa hasil pengelasan mempunyai nilai perpanjangan lebih rendah jika dibandingkan dengan raw materialnya. Sedangkan setelah dilakukan proses anil, hasil las dengan anil 850 C mempunyai nilai perpanjangan paling tinggi jika dibandingkan dengan anil pada suhu yang lain. Pada pengujian tarik, semua spesimen patah pada logam induk, hal tersebut menunjukkan bahwa proses pengelasan berjalan dengan baik. TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 233-242 239

5.3 Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan secara acak dengan menggunakan Vickers Micro Hardness, untuk setiap daerah pengelasan dilakukan 7 kali pengujian setiap spesimen. Jumlah spesimen 2 buah. Berikut ini adalah grafik hasil pengujian kekerasan : Nilai Kekerasan (HVN) 250 200 150 100 50 Las Las + PWHT 300 C Las + PWHT 600 C Las + PWHT 850 C Grafik Kekerasan 0 Logam Induk Daerah HAZ Daerah Las Daerah Gambar 7. Grafik Nilai Kekerasan Dari hasil pengujian kekerasan terlihat bahwa spesimen dengan las dengan anil 300 C mempunyai nilai kekerasan paling tinggi dibandingkan dengan spesimen yang lain. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengujian tarik yang dilakukan, yaitu mempunyai nilai perpanjangan yang paling rendah. Karena semakin tinggi nilai kekerasan suatu material maka semakin rendah nilai perpanjangannya. Pada semua spesimen nilai kekerasan pada daerah las lebih tinggi dibandingkan dengan daerah HAZ dan daerah logam induk. 5.4 Pengamatan Struktur Mikro Berikut ini adalah gambar hasil pengamatan struktur mikro : Ferit Perlit Perlit Ferit 90μm 90μm (a) (b) 240 Purwaningrum - Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las

Bainit 90μm (c) Gambar 8. Hasil pengujian struktur mikro hasil las dengan anil 300 C (a) Logam induk (b) Daerah HAZ (c) Daerah Las Dari gambar 8 terlihat bahwa struktur mikro pada logam induk dan daerah HAZ adalah sama yaitu berupa ferit yang berwarna putih dan perlit yang berwarna hitam, tetapi ukuran butir ferit dan perlit pada daerah HAZ lebih kecil. Daerah HAZ (Heat Affected Zone) adalah logam induk yang terkena panas pengelasan. Panas pengelasan menyebabkan proses rekristalisasi pada daerah HAZ. Sedangkan pada daerah las struktur mikro yang terbentuk adalah bainit. Bainit mempunyai kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan ferit dan perlit [6]. 6. SIMPULAN Dari pengujian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Nilai kekuatan tarik logam induk, hasil pengelasan, dan hasil pengelasan dengan anil 300 C dan anil 600 C mempunyai nilai hampir sama. Temperatur anil yang paling optimum adalah 850 C, karena hasil pengujian dengan anil suhu 850 C mempunyai nilai perpanjangan paling tinggi dan kekuatan tarik paling rendah, hal tersebut sesuai dengan tujuan utama anil yaitu memperbaiki keuletan dan menurunkan tegangan tarik. Kekerasan daerah las mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan daerah HAZ dan daerah logam induk. Nilai kekerasan paling tinggi terdapat pada hasil las dengan anil 300 C. Struktur mikro pada logam induk dan daerah HAZ berupa ferit dan perlit, sedangkan pada daerah HAZ berupa bainit. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh staf Pertamina UP IV Cilacap. PUSTAKA [1] Messler, R.W., (1999) Principles of Welding (Processes, Physics, Chemistry, and Metallurgy), John Wiley and Sons, United States TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 233-242 241

[2] Easterling,K.E., (1992) Introduction to the Physical Metallurgy of Welding, Butterworth-Heinemann, London, UK [3] Wiryosumarto H., dan Okumura, T., (2000) Teknologi Pengelasan Logam, PT.Pradnya Paramita, Jakarta [4] Sadminto, (1999) Teknologi dan Inspeksi Las, Dinas Jasa Teknik Direktorat Pengolahan Pertamina Pusat, Jakarta [5] Anonim, (1981) JIS Handbook, Japan Standards Asociation, Japan [6] Abson, D.J., dan Pargeter, R.J., (1986) Factors Influencing As-deposited Strength, Microstructure, and Toughness of Manual Metal Arc Welds Suitable for C-Mn Steel Fabrications, International Metals Reviews, Volume 31, pp 141-189. 242 Purwaningrum - Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las