ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN)

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

Dampak alokasi belanja langsung terhadap ketimpangan ekonomi wilayah (Studi kasus Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jambi, dan Provinsi Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

ABSTRACT SRI ASTUTY. ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE ON INVESTMENT IN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, oleh karena itu harus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subosukawonosraten Provinsi Jawa Tengah periode , maka. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, EKSPOR, INFRASTRUKTUR JALAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 hal 20-26 Jurnal Ekonomi Pembangunan FE-Unhalu ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap perubahan struktur ekonomi di Propinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil publikasi Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara periode 1994-2008. Struktur ekonomi diproxi dengan produksi sektor industri. Adapun metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur ekonomi. Hasil analisis memperlihatkan koefisien estimasi sebesar 0,518 yang menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah akan mendorong pertumbuhan sektor industri di Propinsi Sulawesi Tenggara. Kata Kunci : pengeluaran pemerintah, industri, struktur ekonomi I. PENDAHULUAN Secara umum peningkatan belanja pemerintah lebih didominasi untuk fungsi pelayanan umum. Berdasarkan klasifikasi belanja negara menurut fungsi, belanja negara dibedakan menjadi belanja untuk fungsi pelayanan umum, dan fungsi ekonomi. Anggaran fungsi pelayanan umum tersebut antara lain mencakup: program-program pelayanan umum yang dilakukan oleh kementerian negara/lembaga, pemberian berbagai jenis subsidi, pembayaran bunga utang, program penataan administrasi kependudukan, program pemberdayaan masyarakat, pembangunan daerah, serta program penelitian dan pengembangan iptek. Sementara itu, belanja pada fungsi ekonomi dialokasikan untuk mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan transportasi, pertanian, infrastruktur, dan energi. Walaupun menunjukan peningkatan, jumlah anggaran yang dialokasikan untuk fungsi ini tidak lebih besar daripada fungsi pelayanan umum. 1) Hasil Penelitian Jurnal 2) Dosen Ekonomi Fakultas Ekonomi Pembangunan dan Bisnis Volume Universitas XVI HaluTahun Oleo Kendari 8, Desember 2015 20

Belanja negara juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis belanjanya. Berdasarkan jenis belanja tersebut, perkembangan belanja pemerintah pusat masih didominasi oleh pengeluaran yang sifatnya wajib (non discretionary expenditure) daripada pengeluaran yang bersifat tidak mengikat. Pengeluaran yang sifatnya wajib meliputi: belanja pegawai, pembayaran bunga utang, subsidi, dan sebagian belanja barang. Pengeluaran yang tidak mengikat seperti: belanja modal, bantuan sosial, sebagian belanja barang dan belanja lain-lain. Berdasarkan Tabel 1 selama priode 1994-2008 pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah di Provinsi Sulawesi Tenggara terus mengalami peningkatan. Dari sisi persentase kontribusi pengeluaran pemerintah atas PDRB cukup fluktuatif, ini terlihat antara tahun 1998 hingga 2008. Tabel 1 Kontribusi Pengeluaran Pemerintah Atas PDRB Sulawesi Tenggara Tahun 1994-2008 Tahun Pengeluaran Pemerintah Juta Rupiah % 1994 361.657.890 23,94 1995 423.039.980 23,25 1996 511.817.600 24,35 1997 529.429.270 22,18 1998 795.666.470 18,18 1999 953.756.600 20,15 2000 1.139.489.120 19,89 2001 1.374.755.190 20,05 2002 1.711.924.440 19,62 2003 1.980.013.880 19,53 2004 2.324.907.940 22,64 2005 2.846.857.720 23,94 2006 3.341.165.220 23,25 2007 3.684.979.050 24,35 2008 4.129.121.993 22,18 Sumber : BPS (Diolah) Menurut Tambunan (2001) pengeluaran pemerintah secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi Perubahan Struktur Ekonomi. Menurut Todaro (1991), bahwa Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara sedang berkembang, yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa. Meskipun sektor pertanian mampu menjadi penyelamat perekonomian Indonesia untuk keluar dari krisis, tetapi Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 21

kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional masih tetap rendah. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memandang perlu melakukan penelitian tentang hubungan antara pengeluaran pemerintah dan perubahan struktur ekonomi di propinsi Sulawesi tenggara. II. KAJIAN PUSTAKA Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. (Mangkoesoebroto, 1994). Pengeluaran pemerintah mempunyai dasar teori yang dapat dilihat dari identitas keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + (X -M) yang merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari persamaan diatas dapat ditelaah bahwa kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan pendapatan nasional. Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya. Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya. Tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati kebijaksanaan tersebut. Memperbesar pengeluaran dengan tujuan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak memadai. Melainkan harus diperhitungkan siapa yang akan terpekerjakan atau meningkat pendapatannya. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak melemahkan kegiatan pihak swasta. (Dumairy, 1997) Teori mengenai pengeluaran pemerintah juga dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu teori makro dan teori mikro. (Mangkoesoebroto, 1994). Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. (Suparmok o, 1987). Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai: (a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa; (b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai; dan (c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. (Boediono,1999) Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda. (Boediono, 1999) Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara sedang berkembang, yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 22

menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro, 1991). Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi (Tambunan 2001). Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi antara lain: 1. Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih pesat. 2. Besarnya pasar dalam negeri Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu faktor insentif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi. 3. Pola distribusi pendapatan Merupakan faktor pendukung dari faktor pasar. Tingkat pendapatan tidaklah berarti bagi pertumbuhan industri-industri bila distribusinya sangat pincang. 4. Karakteristik Industrialisasi Mencakup cara pelaksanaan atau strategi pembangunan industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan. 5. Keberadaan sumber daya alam Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, terlambat melakukan industrialisasi, tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA. 6. Kebijakan perdagangan luar negeri Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup ( inward looking policy), pola hasil industrialisasinya akan berkembang tidak efisien dibandingkan negara-negara yang menerapkan outward looking policy. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data runtun waktu (time series) dari tahun 1994-2008 yang bersumber dari beberapa publikasi. Variabel struktur ekonomi diukur dengan indikator sektor industry. Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi, dengan formula: Y 1 = β 0 +β 1 X 1 + e Keterangan: Y 1 = Perubahan Struktur Ekonomi (produksi sektor industri) X 1 = Pengeluaran Pemerintah β0 = Konstanta β1 = Koefisien estimasi e = Standard Error Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 23

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara sepanjang tahun 2001-2008. Di tahun 2001, pengeluaran rutin sebesar 134.968 juta rupiah, dan mencapai lebih dari 306.632 juta rupiah di tahun 2008. Pengeluaran pembangunan sepanjang tahun 2001-2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada setiap tahunnya. Pada sisi lain, dari aspek produksi dan pertumbuhan sektor industri sebagaimana Tabel 3 memperlihatkan adanya peningkatan produksi sektor industri. Pada tahun 2001, sumbangan dari Sektor Industri sebesar 417 milyar rupiah, dan mencapai lebih dari 800 milyar di tahun 2008. Di sisi lain, perubahan pertumbuhan dari Sektor Industri mengalami penurunan pada tahun 2005 sebesar 4,61%, dan juga di tahun 2008 yang mencapai 5,82%. Tabel 2 Realisasi Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan di Provinsi Sultra (Juta Rupiah) Periode 2001-2008 Tahun Pengeluaran Rutin Pengeluaran Pembangunan 2001 134.968,00 43.488,76 2002 163.364,85 87.780,47 2003 260.541,19 91.014,90 2004 235.530,21 125.797,80 2005 343.505,62 148.680,04 2006 270.994,71 290.208,86 2007 287.754,92 471.306,15 2008 306.632,50 502.899,62 Sumber: BPS Sultra Selanjutnya hasil estimasi pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap perubahan struktur ekonomi yang diolah melalui regresi menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengeluaran pemerintah terhadap perubahan struktur ekonomi. Hasil analisis memperlihatkan koefisien sebesar 0,518, dengan nilai t hitung sebesar 2,326 dan Sig t sebesar 0,038. Karena nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (2,326 > 2,179) dan nilai Sig t lebih kecil dari 5% (0,038 < 0,05). Karena koefisien bertanda positif ( 0,518), mengindikasikan hubungan positif atau searah. Artinya jika semakin tinggi pengeluaran pemerintah, akan semakin tinggi perubahan struktur ekonomi. Sebaliknya, jika semakin rendah pengeluaran pemerintah, akan semakin rendah perubahan struktur ekonomi. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 24

Secara teoritis hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran Tambunan (2001) bahwa perubahan struktur ekonomi juga dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh intervensi pemerintah dalam kegiatan ekonomi Dalam konsep ekonomi makro pengeluaran pemerintah akan meningkatkan perekonomian nasional. Pengeluaran pemerintah yang mendorong perekonomian ini tentunya dengan asumsi bahwa pengeluaran pemerintah digunakan sepenuhnya untuk kegiatan-kegiatan ekonomi atau yang memberikan dorongan bagi perkembangan kegiatan ekonomi. Dalam hal intervensi pemerintah, kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi adalah misalnya pemberian insentif bagi sektor industri, atau tidak langsung lewat pengadaan infrastruktur. Tabel 3 Produksi dan Pertumbuhan Sektor Industri Periode 2001-2008 (ADHK 2000) Industri Tahun (juta Pertumbuhan (%) rupiah) 2001 417.996-2002 459.714 9,98 2003 500.816 8,94 2004 562.262 12,27 2005 589.433 4,83 2006 756.674 28,37 2007 835.500 10,42 2008 887.093 6,18 Sumber: BPS Propinsi Sulawesi Tenggara, diolah Fakta yang mendukung pentingnya peranan dari pengeluaran pemerintah terhadap perubahan struktur ekonomi di provinsi Sulawesi antara lain: (1) Pengeluaran pemerintah daerah provinsi Sulawesi tenggara berdasarkan realisasi pengeluaran pembangunan sejak tahun 2001 sampai tahun 2008 terus mengalami peningkatan. Hal ini memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan industri dan jasa melalui: bantuan modal, alat dan mesin, pelatihan peningkatan kualitas produk bagi UKM, serta pengembangan pasar tradisional untuk para pedagang kecil; dan ( 2) Kondisi infrastruktur jalan di provinsi Sulawesi tenggara yang semakin membaik selama priode tahun 2001-2008. Infrasuktur jalan di provinsi Sulawesi tenggara khususnya jalan dengan kondisi rusak berat yang semula sepanjang 1.719 km kemudian terus mengalami penurunan menjadi 1.262 km. Perbaikan kualitas infrastruktur jalan ini dapat mempermudah akses pemasaran barang dan jasa sehingga semakin mendorong pertumbuhan sektor industri dan jasa antar wilayah kabupaten. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 25

V. SIMPULAN DAN SARAN Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur ekonomi di provinsi sulawesi Tenggara. Semakin tinggi pengeluaran pemerintah, akan semakin tinggi perubahan struktur ekonomi dari sektor Pertanian ke sektor Industri dan sektor Jasa. Sebaliknya, jika semakin rendah pengeluaran pemerintah, akan semakin rendah perubahan struktur ekonomi dari sektor Pertanian menuju sektor Industri dan sektor Jasa. Oleh karena itu diperlukan peran pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran pembangunan dan di arahkan pada proyek-proyek yang dapat menyerap tenaga kerja serta memperlancar aktivitas ekonomi seperti pembangunan infrastruktur. DAFTAR PUSTAKA BPS, 1993-2009, Statistik Indonesia. BPS, 2000-2014, Sulawesi Tenggara Dalam Angka. Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE-UGM, Yogyakarta Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga Mangkoesoebroto, Guritno. 1994, Kebijakan Ekonomi Publik Di Indonesia : Substansi dan Urgensi, cetakan pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Kuantitatif, Pendekatan R&D. CV Alfabeta. Bandung. Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Teori Dan Temuan Empiris. Jakarta: Indonesia. Todaro, Michael P dan Smith C. Stephen (1991), Pembangunan Ekonomi Dunia Keiga, Edisi ke delapan, Erlangga, Jakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 26