PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON DENGAN DESAIN KOMPOSISI AGREGAT LOKAL BATU PECAH MARTAPURA DAN KORAL AWANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

BAB IV METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

ALTERNATIF PENGGUNAAN BATU KORAL UNTUK BETON DENGAN KUAT TEKAN fc 30 MPa

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB 3 METODE PENELITIAN

Berat Tertahan (gram)

BAB 3 METODE PENELITIAN

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

BAB IV METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG LOKAN SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB III UJI MATERIAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB IV METODE PENELITIAN A.

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV UJI LABORATORIUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

Transkripsi:

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON DENGAN DESAIN KOMPOSISI AGREGAT LOKAL BATU PECAH MARTAPURA DAN KORAL AWANG Dewi Yuniar 1), Adi Susetyo Dermawan 2) 1,2) Fakultas Teknik, Universitas Ahmad Yani Banjarmasin Email as_dermawan@yahoo.com ABSTRAK Agregat mempunyai peranan yang sangat penting terhadap harga beton maupun kualitasnya. Volume agregat umumnya mencapai 655% dari volume total beton. Disamping harus dipenuhi sifat kekerasan, kepadatan, dan keawetan dari suatu agregat, bentuk permukaan agregat yang cenderung lebih kasar juga akan menghasilkan beton yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu dengan menggunakan bentuk permukaan agregat yang cenderung lebih kasar semaksimal mungkin akan diperoleh mutu beton yang lebih baik. Pemanfaatan material lokal dalam perencanaan campuran beton menjadi hal yang sangat penting dengan mempertimbangkan ketersediaan material dan keunggulan teknis yang dimiliki. Pada penelitian ini menggunakan agregat lokal yang selain mudah dieksploitasi, juga jaraknya relatif dekat dibandingkan harus mendatangkan dari luar Kalimantan. Penelitian ini bertujuan mendesain dan membandingkan berbagai komposisi campuran agregat kasar lokal yang ada di wilayah Kalimantan Selatan, yaitu koral ex Awang Bangkal dan Batu Pecah ex Martapura, sehingga mendapatkan desain komposisi terbaik yang didukung oleh kuat tekan beton yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dilaboratorium untuk melakukan pemeriksaan material, mix design, pembuatan benda uji, pengujian slump, pengujian berat isi dan pengujian kuat tekan. Pada tahap persiapan, seluruh bahan dan peralatan yang digunakan dipersiapkan agar percobaan dapat berjalan dengan lancar, termasuk penyediaan agregat kasar dengan dua variasi jenis. Hasil pemeriksaan campuran beton K1 (0% Koral, 100% Batu pecah) dengan material semen tonasa, pasir Ex. Sei Barito, batu pecah ex Martapura dan air menghasilkan tegangan ratarata (σbm) sebesar 14.81 Kg/cm 2 dengan keperluan bahan 1 M beton mutu K250 adalah semen tonasa 9.62 kg, pasir ex. Sei Barito 655.0 kg, batu pecah ex Martapura 1165.69 kg dan air 185 lt. Sedangkan hasil pemeriksaan campuran beton K2 (100% Koral, 0% Batu pecah) dengan material semen tonasa, pasir ex. Sei Barito, koral ex. Awang Bangkal dan air menghasilkan tegangan ratarata (σbm) sebesar 1.0 Kg/cm 2 dengan keperluan bahan 1 M beton mutu K250 adalah semen tonasa 80.4 kg, pasir Ex. Sei Barito 121.2 kg, koral ex. Awang Bangkal 60.84 kg dan air 15 lt. Variasi K1 mendapatkan hasil kuat tekan yang lebih tinggi dari pada komposisi K2, hal ini menunjukkan kuat tekan beton lebih tinggi dengan menggunakan batu pecah dan dengan permukaan yang semakin kasar akan menghasilkan kekuatan tekan beton yang lebih besar. Kata kunci kuat tekan, batu pecah, koral 41

I. PENDAHULUAN Volume agregat umumnya mencapai 65 5% dari volume total beton dan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap mutu beton. Pemenuhan sifat kekerasan, kepadatan, dan keawetan dari suatu agregat, bentuk permukaan agregat yang cenderung lebih kasar juga akan menghasilkan beton yang berkualitas tinggi, sedangkan beton yang dibuat dengan sifat sebaliknya akan menghasilkan beton berkualitas rendah. Kuat tekan beton dipengaruhi salah satunya agregat kasar yang digunakan, yang terdiri dari batu pecah dan batu bulat (koral). Batu pecah bentuk permukaan butirannya relatif kasar dan sangat baik untuk mutu beton tinggi sedangkan koral butirannya relatif halus tidak cocok untuk mutu beton tinggi. Pemanfaatan material lokal dalam perencanaan campuran beton menjadi hal yang sangat penting dengan mempertimbangkan ketersediaan material dan keunggulan teknis yang dimiliki. Penelitian ini menggunakan agregat lokal yang selain mudah dieksploitasi, juga jaraknya relatif dekat dibandingkan harus mendatangkan dari luar Kalimantan.Penelitian ini bertujuan mendesain dan membandingkan komposisi campuran agregat kasar lokal yang ada di wilayah Kalimantan Selatan, yaitu koral ex Awang Bangkal dan Batu Pecah ex Martapura. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai kuat tekan beton yang maksimum. BahanBahan Penyusun Beton 1. Semen, merupakan bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan garam.semen yang biasa digunakan adalah semen portland yaitu bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikatsilikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan. 2. Agregat, adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan abrasi yang berlangsung lama atau dengan memecah batuan induk yang lebih besar. Agregat kasar berupa koral kecil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan yang memiliki ukuran butir antara 540 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.. Air. Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Air yang digunakan adalah air bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. 2. METODE PENELITIAN Tahap Persiapan Pembuatan adukan beton Pengujian Workability & Air Content Pengujian kuat tekan 28 hari Hasil dan Pembahasan Kesimpulan Gambar 1. Bagan alir penelitian 42

a. Tahap Persiapan Seluruh bahan dan peralatan yang digunakan dipersiapkan terlebih dahulu agar percobaan dapat berjalan lancar, termasuk penyediaan agregat kasar dengan dua variasi jenis, dan studi literatur sebagai acuan/dasar dalam melakukan percobaan. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, stopwatch, molen dan mesinnya, cetok, penggaris, besi penumbuk, kerucut Abrams, cetakan silinder beton, gerobak pengangkut, loyang pengaduk, papan triplek berukuran 40 cm x 40 cm, alat uji air content. Cetakan silinder ini dipakai untuk mencetak beton yang akan dipergunakan sebagai benda uji dengan Ø 15 cm dan tingginya 0 cm. Pengaduk beton dipakai untuk mengaduk bahan penyusun beton agar dapat membentuk campuran yang homogen. Pengaduk beton ini merek MBT dengan kapasitas 0,09 m. Untuk metode pengujian kuat tekan beton berdasarkan SK SNI M 141989 F. Uji tekan dilakukan pada umur 28 hari dengan alat compression machine. b. Tahap Pelaksanaan Pembuatan benda uji a) Menakar seluruh campuran yang dibutuhkan, (semen, pasir, koral dan air) sesuai mix design. b) Menyiapkan alat sesuai kebutuhan. c) Untuk cetakan benda uji silinder, perlu diperhatikan kekencangan bautbautnya dan harus diolesi dengan pelumas terlebih dahulu. d) Pembuatan adukan harus memperhatikan waktu, karena suhu panas di siang hari dapat mempengaruhi hasil adukan. c. Pembuatan adukan beton Perencanaan mutu beton menggunakan dua jenis agregat yaitu batu pecah dan koral. Persen campuran yang digunakan yaitu variasi campuran K1 = 0% Koral, 100% Batu pecah, K2= 100% Koral, 0% Batu pecah. Tahapan pelaksanaan pencampuran beton dengan variasi komposisi sebagai berikut a. Memasukkan bahanbahan yang telah ditakar kedalam molen dengan urutan semen, pasir, agregat kasar secara bergantian. b. Memutar molen hingga adukan terlihat homogen. c. Memasukkan air sedikit demi sedikit ke dalam molen. d. Memutar molen selama 10 menit agar campuran merata. Untuk memastikan sudah merata, molen dibolakbalik dengan kemiringan tertentu. Jika adukan beton terlihat menggumpal dipermukaan molen, sesekali dapat diaduk dengan sekop agar material yang menggumpal bisa ikut tercampur merata. Gambar 2. Cetakan benda uji silinder dan molen Tahapan pembuatan benda uji silinder yaitu a. Menyiapkan cetakan silinder yang telah diolesi dengan oli. b. Memasukkan campuran beton kedalam cetakan silinder dalam kali pengisian. Masingmasing lapis ditumbuk sebanyak 25 kali dengan alat penumbuk. c. Meratakan bagian samping dengan cetok agar rata dan padat. d. Setelah penuh, meratakan dan memadatkan bagian atas cetakan dengan cetok. 4

Pengujian Workability Pemeriksaan workability dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams. Pengujian Air Content Pengujian Air Content sebagai berikut a. Memasukkan campuran beton ke dalam alat uji Air Content dalam 2 tahap b. pengisian dan dipadatkan dengan ditusuktusuk dengan tongkat baja 25 kali. c. Permukaan Campuran beton diratakan hingga rata dengan tepi dan tidak tercecer agar alat dapat tertutup sempurna. d. Membuka klep untuk memasukkan air. Kemudian air dimasukkan hingga bacaan nol pada tabung sparatus. Klep ditutup kembali. e. Pasang pompa pada lubang pengisian udara. Pompa udara kedalam alat uji hingga pada alat pengukur tekanan udara terbaca 1 atm. f. Menunggu selama 0 detik, kemudian membaca penurunan pada sparatus. Tahap Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 28 hari dengan benda uji sebanyak sampel tiap variasi. Bagian permukaan atas dari silinder yang akan diuji dilakukan caping kuat agar permukaannya rata, sehingga hasil kuat tekan lebih akurat. Pengujian kuat tekan menggunakan mesin uji tekan beton. Meletakkan sampel beton ke dalam alat penguji, lalu menghidupkan mesin dan secara perlahan alat menekan sampel beton hingga tercapai kuat tekan maksimum (dibaca dari jarum indikator compression apparatus), kemudian mencatat hasil kuat tekan beton untuk tiap sampelnya. Menghitung kuat tekan benda uji dengan rumus Kuat tekan beton berikut Keterangan P = beban maksimum (N) A = luas benda uji (mm2) Gambar. Kuat tekan beton dengan mesin Akibat gaya normal tekan tersebut, beton mengalami retakan dengan pola mendekati sejajar dengan arah gaya. Adapula pola retakan bisa miring membentuk sudut tertentu terhadap garis tegak lurus arah gaya yang disebabkan kecilnya kemampuan geser yang dimiliki.. HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) Mutu beton rencana adalah K250 dengan dimensi benda uji silinder (Ø = 15 cm, t = 0 cm) dan diuji pada umur 28 hari. Variasi campuran yang diambil adalah K1 = 0% Koral, 100% Batu pecah, K2= 100% Koral, 0% Batu pecah. Material yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut 1. Semen, yaitu Portland tipe I (Semen Tonasa) 2. Agregat halus, dimana agregat halus berupa pasir yang diambil dari Sei Barito.. Agregat kasar, berupa koral dari Awang Bangkal dan Batu Pecah ex Martapura. 4. Air, diambil dari air PDAM. Gambar 4. Batu pecah Awang Bangkal, koral Awang Bangkal dan pasir asal Sei Barito 44

Hasil Pemeriksaan Agregat halus Tabel 1. Hasil pemeriksaaan Pasir Ex. Sei Barito Tabel Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus (Pasir Ex. Sei Barito) No. 1 2 4 5 6 8 9 10 Macam Pemeriksaan Pasir Ex. Sei Barito Spesifikasi Kekerasan/keausan Belanja Rudeloff Los Angeles Kadar lumpur Kadar zat organic Berat Jenis Ssd Penyerapan Berat Isi Modulus Kehalusan Sifat Kekal terhadap larutan Natrium Sulfat Magnesium Sulfat Kadar Air Susunan Grading Agregat 1 ½ ¾ /8 No. 4 No. 8 No. 16 No. 0 No.50 No. 100 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Standar/Rujukan AASHTO T114 AASHTO T214 AASHTO T8488 AASHTO T8488 AASHTO T194 SK SNI M08 1989F SK SNI M11 1989F 1989F Hasil 2.515 Lebih muda 2.616 0.929 1.619 2.4 2.588 100.0 0 99.4 98.2 8.46 58.4 10.0 2.8 Max.5% Standar warna No. 2 Min. 2.5 Max. % 1.5.8 Max. 10% Max.5% 100 90100 5100 5590 559 80 0 10 Tabel.2 Berat djenis dan penyerapan agregat halus (Pasir Ex. Sei Barito) No Kegiatan Sampel Sampel 1 Mengukur berat Benda Uji Kering Permukaan jenuh 2 Mengukur Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) A B 500 500 49. 49.2 Mengukur Berat Piknometer di isi air (B) 66 666.4 4 Mengukur Berat Piknometer + benda Uji + air (Bt) Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 5. Analisis saringan agregat halus 96. 96.2 No Perhitungan Sampel 1 Berat Jenis Bulk A Sampel B Ratarata (A+B)/2 Bk/(B + 500Bt) 2.608 2.614 2.611 2 Berat Jenis Permukaan Jenuh Berat Jenis semu 4 Penyerapan 500/(B + 500Bt) 2.622 2.629 2.625 Bk/(Bk + BBt) 2.645 2.65 2.649 (500Bk)/(Bk * 100% 0.54 0.56 0.55 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 4 Pemeriksaan Kandungan Organik Persiapan Benda Uji (AASHTO T214) Uraian Mulai Dikerjakan Pukul 08.00 Selesai Dikerjakan Pukul 08.0 Benda uji dicampur NaOH % dan dikoco kocok Mulai Dikerjakan Pukul 09.00 Selesai Dikerjakan Pukul 09.0 Benda uji didiamkan selama 24 jam Mulai Dikerjakan Pukul 09.0 Selesai Dikerjakan Pukul 09.0 Hasil pengamatan Lebih muda dari warna standar (No. 2) Sumber Hasil Pengujian, 2014 SK SNI M08 Nomor Sasirangan Berat Tertahan (gr) Kumulatif Tertahan(gr) Kumulatif Persen mm inch Contoh Contoh Tertahan Lolos Ratarata Contoh Contoh 1 2 1 2 1 2 1 2 9.520 /8 0 0 0 0 0.00 0.00 100.00 100.00 100.00 4.60 No. 4..4..4 0.0 0.62 99.0 99.8 99.4 2.80 No. 8 16.2 15.2 2.9 22.6 2.1 1.89 9.8 98.11 9.9 1.190 No. 16 19.8 21. 4. 44..96.0 96.04 96.0 96.1 0.590 No. 0 8. 89.1 11 1.5 11.8 11.14 88.12 88.86 88.49 0.29 No.50 89.2 8.8 920.2 1011. 8.44 84.40 16.56 15.60 16.08 Daerah Gradasi Susunan Butir (Zone) 2 45

0.149 No. 100 14.1 146.9 106. 1158.2 96.42 96.66.58.4.46 Pan 9.5 40.0 1102.8 1198.2 100.00 100.00 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 6. Penentuan Berat isi Agregat halus Uraian Berat (gram) I II Berat silinder kosong (W1) 2100 2100 Berat silinder + air (W2) 5200 5200 Berat air (W2W1) 100 100 Agregat lepas Berat silinder + agregat (W2) 615 610 Berat agregat (W=W2W1) 4615 4610 Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) 1.489 1.48 Agregat padat dengan tusukan Berat silinder + agregat (W2) 110 108 Berat agregat (W=W2W1) 5010 5008 Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) 1.616 1.615 Agregat padat dengan goyangan Berat silinder + agregat (W2) Berat agregat (W=W2W1) Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) Ratarata 1.616 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Keterangan V = volume agregat dalam silinder = volume air dalam silinder Tabel. Pemeriksaan Kandungan Organik (AASHTO T214) Uraian Persiapan Benda Uji Mulai Dikerjakan Pukul 08.00 Selesai Dikerjakan Pukul 08.0 Benda uji dicampur NaOH % dan dikoco kocok Mulai Dikerjakan Pukul 09.00 Selesai Dikerjakan Pukul 09.0 Benda uji didiamkan selama 24 jam Mulai Dikerjakan Pukul 09.0 Selesai Dikerjakan Pukul 09.0 Hasil pengamatan Lebih muda dari warna standar (No. 2) Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 8. Pemeriksaan Kadar lumpur agregat Agregat Halus I II A. Berat kering sebelum dicuci + tempat (gr) 1860 146 B. Berat kering sesudah di cuci + tempat (gr) 180 1455 C. Berat tempat (gr) 60 60 Kadar lumpur = (AB) / (AC) *100% 2.000 2.145 Ratarata (%) 2.02 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 9. Pemeriksaan Kadar air agregat Agregat Halus I II A. Berat Tempat (gr) 900 900 B. Berat Tempat + benda Uji (gr) 8110 8092 C. Berat Benda Uji (gr) 210 192 D. Berat Benda Uji Oven (gr) 016 6999 Kadar air = (C D) x 100% D 2.65 2.58 Ratarata (%) 2.61 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Hasil Pemeriksaan Batu Pecah ex. Martapura Tabel 10. Hasil pemeriksaaan Agregat kasar (Batu Pecah ex. Martapura) No. Macam Pemeriksaan Batu Pecah ex. Martapura Spesifikasi Standar/Rujukan Hasil 1 Kekerasan/keausan 2 4 5 6 8 9 Belanja Rudeloff Los Angeles Kadar lumpur Kadar zat organic Berat Jenis Bulk Berat Jenis Ssd Berat Jenis Apperent Penyerapan Berat Isi Modulus Kehalusan Sifat Kekal terhadap larutan Natrium Sulfat Magnesium Sulfat Kadar Air BS 812 Part 5 AASHTO T96 AASHTO T114 AASHTO T214 AASHTO T8488 AASHTO T8488 AASHTO T194 SK SNI M081989F AASHTO T1049 SK SNI M111989F 0.05 0.562 2.609 2.66 2.68 2.204 1.58.12 2.14 10 Susunan Grading Agregat 1 ½ ¾ /8 No. 4 No. 8 SK SNI M081989F 100.00 46.88 14.54 10.1 6.65 4.4 SII 005280 Max.1% Min. 2.5 Max. % 6.0.1 Max. 12% Max.18% 46

No. 16 No. 0 No.50 No. 100 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 11. Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat 2.85 1.58 0.6 kasar (Batu Pecah ex. Martapura) No Kegiatan Sampel 1 Mengukur berat sampel A Sampel Kering Oven (Bk) 2219 222 2 Mengukur Berat Sampel Kering permukaan Jenuh (Bj) 220 224 Mengukur Berat Sampel B Didalam air (Ba) 1416 1424 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 12. Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat kasar (Batu Pecah ex. Martapura) No Perhitungan Sampel Sampel A B 1 Berat Jenis Bulk Bk/(BjBa) 2.598 2.620 2.609 2 Berat Jenis Permukaan Jenuh Ratarata (A+B)/2 Bj/ (BjBa) 2.658 2.65 2.66 Berat Jenis semu Bk/(BkBa) 2.6 2. 2.68 4 Penyerapan (BjBk)/Bk * 100% Tabel 1. Analisis Saringan Agregat Kasar (Batu Pecah ex. Martapura) Sumber Hasil Pengujian, 2014 2.298 2.110 2.204 Nomor Sasirangan Berat Tertahan (gr) Contoh Kumulatif Tertahan(gr) Kumulatif Persen mm inch Contoh Tertahan Lolos Ratarata Contoh Contoh 1 2 1 2 1 2 1 2 8.10 1 ½ 0 0 0 0 0 0 100.00 100.00 100.00 19.10 ¾ 10.2 1049. 10.2 1049. 5.04 5.20 46.96 46.80 46.88 9.52 /8 62.1 66.2 1665. 1685.9 85.49 85.44 14.51 14.56 14.54 4.6 No. 4 4.5 5.4 19.8 161. 89.1 89.26 10.69 10.4 10.1 2.8 No. 8 9.8 9. 1819.6 1841.0 9.41 9.0 6.59 6.0 6.65 1.19 No. 16 42.6 44.2 1862.2 1885.2 95.60 95.54 4.40 4.46 4.4 0.59 No. 0 0.4 1.6 1892.6 1916.8 9.16 9.14 2.84 2.86 2.85 0.28 No.50 24.9 24.9 191.5 1941.6 98.4 98.40 1.5 1.60 1.58 0.15 No. 100 15.8 16.4 19. 1958.0 99.25 99.2 0.5 0. 0.6 Pan 14. 15.2 1948 19.2 100.00 100.00 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 14. Pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles Sieve size (mm) Weight and grading of test sample (Grm) Passing Retained A B C D E F G 6.2 6.5 6.5 50.8 50.8.5.5 25.4 25.4 19 19 12.5 2500 12.5 9.5 2500 9.5 6. 6. 4.5 4.5 2.8 Total 5000 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 15. Penentuan Berat isi Agregat kasar Uraian Berat (gram) Berat silinder kosong (W1) 500 500 Berat silinder + air (W2) 10500 10500 Berat air (W2W1) 000 000 Agregat lepas Berat silinder + agregat (W2) 1505 1520 Berat agregat (W=W2W1) 10005 10020 Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) Agregat padat dengan tusukan I Ket. II 1.429 1.41 Berat silinder + agregat (W2) 14610 14610 Berat agregat (W=W2W1) 11110 11110 Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) Agregat padat dengan goyangan 1.58 1.58 4

Berat silinder + agregat Berat agregat Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) (W2) (W=W2W1) Ratarata 1.58 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 16. Pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles Original Weight of Final Weight Persen of wear sample (gr) Sample (Grm) (%) 5000 50 29.94 5000 492 0.16 Sumber Hasil Pengujian, 2014 0.05 Tabel 1. Pemeriksaan Kadar lumpur agregat A. Berat kering sebelum dicuci + tempat (gr) B. Berat kering sesudah di cuci + tempat (gr) Agregat kasar I II 2465 205 2454 2026 C. Berat tempat (gr) 468 465 Kadar lumpur = (AB) / (AC) *100% 0.550 0.5 Ratarata (%) 0.562 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 18. Pemeriksaan Kadar air agregat Agregat kasar E. Berat Tempat (gr) 800 800 F. Berat Tempat + benda Uji (gr) 10412 1212 G. Berat Benda Uji (gr) 9612 12412 H. Berat Benda Uji Oven (gr) 9410 12151 Kadar air = (C D) x 100% D 2.14 2.148 Ratarata (%) 2.14 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (Koral Ex. Awang Bangkal) Tabel 19. Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat kasar (Koral Ex. Awang Bangkal) No. Kegiatan Sampel A 1 Mengukur berat sampel Kering Oven I II Sampel B (Bk) 206 6 2 Mengukur Berat Sampel Kering permukaan Jenuh (Bj) 2066 2289 Mengukur Berat Sampel Didalam air (Ba) 12 1416 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 20. Hasil pemeriksaaan Agregat kasar (Koral Ex. Awang Bangkal) No Macam Pemeriksaan Koral Ex. Awang Bangkal Spesifikasi SII 0052 Standar/Rujukan Hasil 80 1 Kekerasan/keausan 2 4 5 6 8 9 10 Belanja Rudeloff Los Angeles Kadar lumpur Kadar zat organic Berat Jenis Ssd Penyerapan Berat Isi Modulus Kehalusan Sifat Kekal terhadap larutan Natrium Sulfat Magnesium Sulfat Kadar Air BS 812 Part 5 AASHTO T96 AASHTO T114 AASHTO T214 AASHTO T8488 AASHTO T8488 AASHTO T194 SK SNI M08 1989F SK SNI M11 14.60 0.92 2.620 1.468 1.41 6.69 2.00 Max.1% Standar warna No. 2 Min. 2.5 Max. % 6.0.1 Max. 12% Max.18% Susunan Grading 1989F 100.0 Agregat 1 ½ ¾ /8 No. 4 No. 8 No. 16 No. 0 No.50 No. 100 SK SNI M08 1989F 00 68.90 28.26 15.0 6.4 4.54. 2.98 1.5 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 21. Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat kasar (Koral Ex. Awang Bangkal) No Perhitungan Sampel A Sampel B Ratarata (A+B)/2 1 Berat Jenis Bulk Bk/(BjBa) 2.580 2.584 2.582 2 Berat Jenis Permukaan Jenuh Bj/ (BjBa) 2.619 2.622 2.620 Berat Jenis semu Bk/(BkBa) 2.682 2.686 2.684 4 Penyerapan (BjBk)/Bk * 100% 1.4 1.46 1.468 Sumber Hasil Pengujian, 2014 48

Tabel 22. Analisis Saringan Agregat Kasar (Koral Ex. Awang Bangkal) Nomor Sasirangan Berat Tertahan (gr) Kumulatif Tertahan(gr) Kumulatif Persen Ket. mm inch Contoh Contoh Tertahan Contoh Lolos Contoh Ratarata 1 2 1 2 1 2 1 2 8.10 1 ½ 0 0 0 0 0 0 100.00 100.00 100.00 19.10 ¾ 490.5 51. 490.5 51. 0.98 29.0 69.02 0.0 69.66 9.52 /8 622. 51. 1112.8 128.0 0.2 1.6 29. 28. 29.0 4.6 No. 4 221.6 25.1 14.4 1518.1 84.2 84.80 15. 15.20 15.4 2.8 No. 8 144. 155. 149.1 16.8 9.41 9.50 6.59 6.50 6.55 1.19 No. 16 29.2 5.4 1508. 109. 95.25 95.48 4.5 4.52 4.6 0.59 No. 0 12.9 14. 1521.2 12.6 96.0 96.28.9.2.8 0.28 No.50 11. 1.2 152.9 16.9 96.80 9.02.20 2.98.09 0.15 No. 100 24. 26.1 155.2 16.0 98.4 98.48 1.66 1.52 1.59 Pan 26. 2.2 158.5 190.2 100.00 100.00 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 2. Pemeriksaan Kadar air agregat Tabel 25. Penentuan Berat isi Agregat kasar Agregat kasar Uraian Berat (gram) I II I II A. Berat Tempat (gr) 00 00 Berat silinder kosong (W1) 500 500 B. Berat Tempat + benda Uji (gr) 144 14900 Berat silinder + air (W2) 10500 10500 C. Berat Benda Uji (gr) 164 14200 Berat air (W2W1) 000 000 D. Berat Benda Uji Oven (gr) 11 1918 Agregat lepas Kadar air = (C D) x 100% D 2.04 2.026 Berat silinder + agregat (W2) Ratarata (%) 2.00 Berat agregat (W=W2W1) Sumber Hasil Pengujian, 2014 Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) Tabel 24. Pemeriksaan Kadar lumpur agregat Agregat Halus I II A. Berat kering sebelum dicuci+tempat (gr) 154.6 1622.9 B. Berat kering sesudah di cuci+tempat (gr) 156.6 1611 C. Berat tempat (gr) 50 50 Kadar lumpur = (A B)/(AC) *100% 0.919 0.95 Ratarata (%) 0.92 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Agregat padat dengan tusukan Berat silinder + agregat (W2) 1520 15618 Berat agregat (W=W2W1) 12220 12118 Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) 1.46 1.1 Agregat padat dengan goyangan Berat silinder + agregat (W2) Berat agregat (W=W2W1) Berat isi agregat = W/V (Kg/dm ) Ratarata 1.8 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Perencanaan campuran beton K1 (0% Koral, 100% Batu pecah) Tabel 26 Perencanaan campuran beton K1 (K1 = 0% Koral, 100% Batu pecah) NO U R A I A N N I L A I 49

1 Kuat Tekan Yang Disyaratkan 250 Kg/cm 2, Umur 28 hari Bagian cacat 5% 2 Deviasi Standar 60 Kg/cm 2, Atau tanpa data Kg/cm 2, Nilai Tambah (Margin) 1.64 x 60 = 98.4 Kg/cm 2, 4 Kekuatan RataRata Yang Ditargetkan 250 + 98.4 = 48.4 5 Jenis Semen Type I (Tonasa) 6 Jenis agregat kasar Alami (Awang Bangkal) Halus Alami (Sei Barito) Faktor Air Semen Bebas 0.4 8 Faktor Air Semen Maksimum 0.55 9 Slump 60100 Mm 10 Ukuran Agregat Maksimum 0/40 Mm 11 Kadar Air Bebas 185 12 Jumlah Semen 9.62 1 Jumlah Semen Maksimum 14 Jumlah Semen Minimum 25 15 Faktor Air Semen Yang Disesuaikan 0.4 16 Susunan Besar Butir Agregat Halus Daerah gradasi susunan butir 4 1 Persen Agregat Halus 6 Persen 18 Berat Jenis Relatif, Agregat (SSD) 2.65 19 Berat Jenis Beton Basah 2400 20 Kadar Agregat Gabungan 1821.4 21 Kadar Agregat Halus 655.0 22 Kadar Agregat Kasar 1165.69 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 2. Proporsi campuran Tabel 28. Pemeriksaan Slump Beton K1 Proporsi Campuran Semen (kg) Air (Kg atau Lt) Ag. Halus (Kg) Ag. Kasar (Kg) UKURAN H1 Atas H2 Tengah H Bawah Tiap M 92.62 185 655.0 1165.69 Tinggi. 8.8 Per Trial Mix 0.04 M 10.6 5.00 Sumber Hasil Pengujian, 2014 1.0 1.4 Ratarata (cm).8 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 29. Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton (AASHTO TT 1194) No Lokasi Umur Luas Berat Slump Beban max Tekanan kg/cm 2 Ket. 50

Kode Hari (cm) 2 (kg) (cm) (kg) PENGUJIAN 28 HARI 1 2.9 8.0 8.0.8.8.8 28500 29000 2500 126.6 128.89 122.22 16.6 22.22 05.56 Ratarata 14.81 Kg/cm 2 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Perencanaan campuran beton K2 (100% Koral, 0% Batu pecah) Tabel 0. Perencanaan campuran beton K2 (100% Koral, 0% Batu pecah) NO U R A I A N N I L A I 1 2 4 5 6 Kuat Tekan Yang Disyaratkan Deviasi Standar Nilai Tambah (Margin) Kekuatan RataRata Yang Ditargetkan Jenis Semen Jenis agregat kasar 250 Bagian cacat 5% 60 1.64 x 60 = 250 + 98.4 = Type I (Tonasa) Alami (Awang Bangkal) Kg/cm 2, Kg/cm 2, 98.4 48.4 Umur 28 hari Atau tanpa data Kg/cm 2, Kg/cm 2, Halus Alami (Sei Barito) 8 9 10 11 12 1 14 15 16 1 18 19 20 21 22 Faktor Air Semen Bebas Faktor Air Semen Maksimum Slump Ukuran Agregat Maksimum Kadar Air Bebas Jumlah Semen Jumlah Semen Maksimum Jumlah Semen Minimum Faktor Air Semen Yang Disesuaikan Susunan Besar Butir Agregat Halus Persen Agregat Halus Berat Jenis Relatif, Agregat (SSD) Berat Jenis Beton Basah Kadar Agregat Gabungan Kadar Agregat Halus Kadar Agregat Kasar 0.46 0.50 60100 0/40 15 80.4 50 45 0.46 Daerah gradasi susunan 4.2 2.619 2400 1844.6 60.84 121.2 Mm Mm butir 2 Persen Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 1. Proporsi campuran Sumber Hasil Pengujian, 2014 Proporsi Campuran Semen (kg) Air (Kg atau Lt) Ag. Halus (Kg) Ag. Kasar (Kg) Tiap M Per Trial Mix 0.04 M 80.4 1.98 15 8.2 60.84 29.81 121.2 5.5 Tabel 2. Pemeriksaan Slump Beton K1 UKURAN H1 Atas H2 Tengah H Bawah Tinggi 6.9.5 8.9 Ratarata (cm).8 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel. Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton (AASHTO TT 1194) No Lokasi Umur Luas Berat Slump Beban max Tekanan kg/cm 2 Ket. 51

Kode Hari (cm) 2 (kg) (cm) (kg) Pengujian 28 hari 1 2 1 2.9 8.1 8.0.9 8.1 8.0 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Hasil pemeriksaan campuran beton Hasil pemeriksaan campuran beton K1 (0% Koral, 100% Batu pecah) dengan material Semen Tonasa, Pasir Ex. Sei Barito, Batu pecah ex Martapura dan Air Ledeng/PDAM adalah Tabel 4. Keperluan bahan 1 M beton mutu K 250 Material Berat Volume (kg) (lt) Semen Tonasa 9.62 14.89 Pasir Ex. Sei Barito 655.0 405.80 Batu pecah ex Martapura 1165.69 4.46 Air Ledeng/PDAM 185 185 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 5. Perbandingan Campuran Perbandingan Seme n Tonas a Pasir Ex. Sei Barito Koral Ex. Awang Bangkal Perbandingan Berat 1 1.6 2.96 Perbandingan Volume 1 1.29 2. Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 6. Keperluan Bahan per 1 sak Semen (50) Kg Material Berat Volum Ukuran Jumlah (Kg) e (Lt) Semen Tonasa Pasir Ex. Sei Barito 50 8.29 40 51.55 1 Zak Keranjang 12 lt 1X 4.x Koral Ex. 148.0 9.0 Keranjang.8x Awang 12 lt.8.8.8.8.8.8 29000 28500 0000 4500 45500 4500 128.89 126.6 1. 19. 202.22 19. 22.22 16.6. 29.44 11.11 29.44 Ratarata 1.0 Kg/cm 2 Bangkal 2.50 Bucket Air PDAM 2.50 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tegangan Ratarata (σbm) yang diperoleh adalah 14.81 Kg/cm 2 Hasil pemeriksaan campuran beton K2 (100% Koral, 0% Batu pecah) dengan material Semen Tonasa, Pasir Ex. Sei Barito, Koral Ex. Awang Bangkal dan Air Ledeng/PDAM adalah Tabel. Keperluan Bahan 1 M Beton Mutu K250 Material Berat Volume (kg) (lt) Semen Tonasa 80.4 04.5 Pasir Ex. Sei Barito 60.84 89.6 Koral Ex. Awang Bangkal 121.2 69.1 Air Ledeng/PDAM 15 15 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 8. Perbandingan Campuran Perbandingan Semen Tonasa Pasir Ex. Sei Barito Koral Ex. Awang Bangkal Perbandingan Berat 1 1.66.19 Perbandingan Volume 1 1.28 2.29 Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tabel 9. Keperluan Bahan per 1 sak Semen (50) Kg Material Berat Volum Ukuran Jumlah (Kg) e (Lt) Semen Tonasa 50 40 1 Zak 1x 52

Pasir Ex. Sei 82.91 51.2 Keranjang 4. X Barito Koral Ex. 159.52 91.6 12 lt Keranjang.6X Awang Bangkal Air PDAM 2.00 2.00 12 lt Bucket Sumber Hasil Pengujian, 2014 Tegangan Ratarata (σbm) yang diperoleh adalah 1.0 Kg/cm 2 PEMBAHASAN Material batuan merupakan sumber utama bahan pembuatan beton, baik yang diproses secara alamiah maupun diproses manusia dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan beton. Sifat dan karakteristik agregat sangat menentukan kualitas akhir pada beton yang dikerjakan seperti pemenuhan sifat kekerasan, kepadatan, dan keawetan, bentuk permukaan agregat yang cenderung lebih kasar juga akan menghasilkan beton berkualitas tinggi, sedangkan beton yang dibuat dengan sifat sebaliknya akan menghasilkan beton berkualitas rendah. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh penggunaan agregat kasar, yang mana agregat kasar terdiri dari batu pecah dan batu bulat (kerikil). Batu pecah bentuk permukaan butirannya relatif kasar dan sangat baik untuk mutu beton tinggi sedangkan kerikil butirannya relatif halus tidak cocok untuk mutu beton tinggi. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) variasi campuran yaitu K1 (0% koral ex Awang Bangkal; 100% batu pecah ex Martapura) dan K2 (100% koral ex Awang Bangkal; 0% batu pecah ex Martapura) yang diperoleh dari lokal Kalsel. Hasil dari penelitian tersebut kuat tekan yang dicapai yaitu, untuk campuran K1 mendapatkan hasil kuat tekan yaitu 14.81 kg/cm 2 dan K2 memperoleh hasil kuat tekan yaitu 1.0 kg/cm 2.Hal ini menunjukkan kuat tekan beton lebih tinggi dengan menggunakan batu pecah. Dan dari pembuktian ilmiah bahwa batu pecah dengan permukaan yang semakin kasar akan mengkasilkan kekuatan tekan beton yang lebih besar. Kedua material ini dapat digunakan untuk bangunan dengan mutu beton tinggi (kelas III) atau kuat tekan beton dengan kuat tekan karakteristik diatas 22,5 MPa seperti bangunan bertingkat, karena kuat tekan ratarata diatas 0 MPa. 5

Gambar 5. Foto kegiatan penelitian di lab 4. KESIMPULAN Hasil penelitian kuat tekan beton dengan desain komposisi batu pecah Martapura dan koral Awang Bangkal sebagai berikut 1. Hasil pemeriksaan campuran beton K1 (0% Koral, 100% Batu pecah) dengan material Semen Tonasa, Pasir Ex. Sei Barito, Batu pecah ex Martapura dan Air Ledeng/PDAM menghasilkan Tegangan Ratarata (σbm) sebesar 14.81 Kg/cm 2 dengan keperluan Bahan 1 M Beton Mutu K250 sebagai berikut Material Berat (kg) Volume (lt) Semen Tonasa Pasir Ex. Sei Barito Batu pecah ex Martapura Air Ledeng/PDAM 9.62 655.0 1165.69 185 14.89 405.80 4.46 185 2. Hasil pemeriksaan campuran beton K2 (100% Koral, 0% Batu pecah) dengan material Semen Tonasa, Pasir Ex. Sei Barito, Koral Ex. Awang Bangkal dan Air Ledeng/PDAM menghasilkan Tegangan Ratarata (σbm) sebesar 1.0 Kg/cm 2 dengan keperluan Bahan 1 M Beton Mutu K250 sebagai berikut Material Berat (kg) Volume (lt) Semen Tonasa Pasir Ex. Sei Barito Koral Ex. Awang Bangkal Air Ledeng/PDAM 80.4 60.84 121.2 15 04.5 89.6 69.1 15. Variasi K1 mendapatkan hasil kuat tekan yaitu 14.81 kg/cm 2 dan K2 memperoleh hasil kuat tekan yaitu 1.0 kg/cm 2, hal ini menunjukkan kuat tekan beton lebih tinggi 54

dengan menggunakan batu pecah dan dengan permukaan yang semakin kasar akan mengkasilkan kekuatan tekan beton yang lebih besar. 5. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 199. Persyaratan Beton Bertulang Indonesia (PBI191). Cetakan ke. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung. Annual Book Of ASTM Standards. 2002. Concrete and Agregates. ASTM. International, West Conshohocken, PA. DPU. 1990. SK SNI M 106 19900. Berat Jenis Semen Portland. Yayasan LPMB, Bandung. DPU. 1990. SK SNI M 10 1989F. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. Yayasan LPMB, Bandung. DPU. 1990. SK SNI S 04 1989F. Spesifikasi Agregat Sebagai Bahan Bangunan. Yayasan LPMB, Bandung. Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Andi. Jogjakarta. Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Nafiri. Jogjakarta. 55