BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi Bank Dunia tahun 2001 menunjukkan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karya dalam proses pembuatan film pendek menggunakan teknik split screen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Faktor sebuah film dapat dikatakan berhasil, berawal dari pencitraan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya..

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kehidupan di masa yang akan datang. Anak-anak memiliki proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi bayi dan perkembangannya di kemudian hari. ASI dipercaya dapat menguatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sudah ditanamkan dalam benak anak sejak kecil oleh orang tuanya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong

Pengantar Psikologi Abnormal

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tuntutan orang tua. Hal ini dapat menyebabkan anak mulai mengalami pengurangan minat dalam aktivitas sosial dan meningkatnya kesulitan dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Apa itu Penelitian Kualitatif???

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penderita gangguan mental saat ini mengalami peningkatan, terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami seperti kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga, atau latar belakang pola asuh anak yang tidak baik. Di Indonesia, salah satu gangguan jiwa yang paling banyak adalah skizofrenia, skizofrenia adalah gangguan jiwa yang sangat berat, gangguan yang ditandai dengan gejal-gejala halusinasi, delusi, avolution, afek datar, dan miskinnya percakapan. Pravelensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0.3-1% dan biasanya timbul pada dewasa muda usia sekitar 18-45 tahun, skizofrenia adalah gangguan mental di indonesia, dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah penderita skizofrenia. Hal ini dikemukakan oleh Dr. Danardi Sosroumiharjo, Sp. KJ dari kedokteran jiwa FKUI/RSCM. Kata skizofrenia berakar dari bahasa Yunani, schizein (terbelah) dan phren- (pikiran). Penderitanya akan memiliki kesulitan memproses pikirannya sehingga timbulah halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas dan tingkah laku atau bicara yang tidak wajar. Penyebab dari penyakit skizofrenia adalah faktor genetik, abnormalitas otak karena ketidak seimbangan Neurotransmitter (salah satu sel kimia otak), faktor lingkungan, stres berat yang tidak bisa ditolerir oleh tubuh individu dan akibat ketidak harmonisan keluarganya. Keluarga adalah suatu sistem yang berisi sejumlah relasi yang berfungsi secara unik (Scharff&Scharff, 1991; Bowen dalam Papero, 1990). Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan pribadi skizofrenia, seperti definisi tentang keluarga tersebut menegaskan bahwa keluarga adalah suatu relasi, antar individu saling terhubung, dapat dipahami jika sesuatu kejadian menimpa pada salah satu anggota keluarga, dampaknya akan mengenai anggota keluarga yang lain. Ketidakharmonisan dalam keluarga diduga dapat merangsang pembentukan pribadi skizofrenia, keluarga yang seharusnya menjadi rumah yang dituju, malah menjadi tempat munculnya masalah dan tekanan. Kebanyakan kasus 1

yang tejadi korbannya adalah anak. Anak harus menerima tekanan yang berat dari orang tuanya, namun mental dan kesiapan diri anak yang lemah tidak dapat menerimanya, hingga dapat tebentuknya skizofrenia. Penderita skizofrenia sangat membutuhkan dukungan keluarga sebagai caregiver. Caregiver adalah individu yang secara umum merawat dan mendukung individu lain (penderita) dalam kehidupannya (Award & Voruganti, 2008). Lebih lanjut lagi dari hasil penelitian Winefield dan Harvey (1994) mengenai pentingnya dukungan keluarga dari kesembuhan skizofrenia sebagai caregiver : Caregiver Skizofrenia sebanyak 68,6% adalah orang tua, 17,4% saudara, 7,4% pasangan, 4,1% anak, dan 2,5% saudara biologisnya. Dari penelitian tersebut bisa dikatakan keluarga salah satu faktir yang bisa menyembuhkan penderita skizofrenia. Kasih sayang yang diberikan keluarga sangat berperan penting untuk kesembuhannya. Namun kurangnya wawasan pada masyarakat di Indonesia membuat penderita skizofrenia semakin akut karena penanganan yang salah, pada sejumlah kasus penderita mengalami gangguan sosial dan batin berupa dibuang oleh keluarganya sendiri karena dianggap aib, mental dan kejiwaan penderita malah semakin buruk, karena keluarga yang seharusnya menjadi pendukung kesembuhan malah membuangnya. Setelah penderita dibuang ia tidak mempunyai tempat tinggal lagi, sehingga hidupnya berkeliaran dijalan dan diperumahan, sampai ada yang dipasung oleh warga sekitar karena dianggap meresahkan. Kejadian tersebut membuat penderita skizofrenia semakin parah dan sulit disembuhkan. Upaya untuk meningkatkan wawasan pada masyarakat Indonesia mengenai ketidakharmonisan keluarga berperan besar terhadap pembentukan pribadi skizofrenia pada anggota keluargannya masih sedikit media yang tersedia atau bisa dikatakan media yang tersedia hanya untuk segmentasi dewasa yang profesional dibidangnya yaitu psikologi abnormal, hingga kurangnnya meraih segmentasi orangtua untuk menginformasikan pembentukan skizofrenia pada keluarga. Sineas besar new wave Prancis, Jean Luc Godard pernah mengatakan bahwa film adalah media yang bisa membuat manusia mengetahui lebih banyak tentang hidup. Penulis setuju dengan apa yang dikatakan Jean Luc Godard bahwa 2

film merupakan media yang paling ampuh untuk menyebarkan informasi dari fenomena tertentu. Penggunaan media film fiksi pendek sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai media yang meraih segmentasi muda, banyak film pendek di Indonesia digunakan untuk memberikan hiburan namun tetap mementingkan informasi yang terkandung dalam pesan film pendek tersebut. Dengan durasinya yang pendek, film fiksi pendek menjadi sebuah ringkasan informasi yang disampaikan melalui pesan film tanpa ada konflik yang berkepanjangan. Sebagai bukti nyata bahwa beberapa film pendek Indonesia digunakan untuk memberikan informasi seperti film Perspektif Terbalik karya Andree Sascha mahasiswa Institut Kesenian Jakarta yang meraih juara di beberapa festival film pendek: Festival Film Hellofest yang meraih juara 1, Festival Film Universitas Indonesia yang juga meraih juara 1. Film pendek ini menceritakan bahaya narkoba dari sudut pandang pemakai, hingga ia mengalami halusinasi. Dari film ini penonton bisa menangkap informasi tentang apa yang terjadi jika seseorang memakai narkoba, melihat akibatnya, dan merasakan sensasi halusinasi si pemakai narkoba secara langsung tanpa memakai narkoba. Film tersebut membuat penonton mengetahui tentang halusinasi yang ditimbulkan narkoba bisa membuat manusia tidak berpikir dengan waras. Banyak informasi yang tidak orang ketahui tentang visualisasi halusinasi yang ditimbulkan dari bahayanya efek pemakaian narkoba. Penataan kamera film fiksi pendek yang akan dirancang penulis mengambil inspirasi dari penyakit yang bernama skizofrenia, dikarenakan kurangnya sosialisasi dan informasi yang ada tentang penyakit skizofrenia dan kurangnya wawasan di masyarakat dapat mengakibatkan lingkungan yang salah menangani pengidap sehingga dapat terjadi gangguan sosial dan konflik terhadap pengidap. Untuk menginformasikan dan mengemasnya dalam film fiksi pendek tentang pembentukan skizofrenia pada pengaruh ketidak harmonisan keluarga, cerita narasi dan penataan kamera yang tepat dibutuhkan dalam perancangan yang akan dilakukan penulis. Penataan kamera yang tepat dapat memvisualisasikan suasana yang sesuai dengan konsep yang sudah dibuat, sehingga dapat membentuk film secara utuh. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar perlunya 3

dilakukan penataan kamera yang tepat dalam film fiksi pendek bertema skizofrenia. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas maka masalah yang timbul adalah sebagai berikut : a. Banyaknya penderita Skizofrenia di Indonesia b. Keluarga yang tidak harmonis dapat berpengaruh terhadap pembentukan skizofrenia. c. Kurangnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit skizofrenia. d. Hanya sedikit media yang menginformasikan tentang pengaruh keluarga yang tidak harmonis terhadap pembentukan pribadi skizofrenia. e. Penataan kamera yang tepat dapat menjadikan film menjadi media informasi yang baik dalam memberikan hiburan yang berwawasan kepada target audience. 1.3 Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu : a. Bagaimana menggambarkan pengaruh ketidak harmonisan keluarga terhadap pembentukan pribadi skizofrenia dalam visual film fiksi pendek? b. Bagaimana penataan kamera pada film fiksi pendek bertema skizofrenia? 1.4 Ruang Lingkup Agar pembahasan tidak terlalu meluas perlu adanya ruang lingkup penelitian yaitu penulis akan memfokuskan permasalahan pada pengaruh ketidakharmonisan keluarga terhadap pembentukan pribadi skizofrenia dan penataan kamera dalam film. 1.4.1 Apa Media film yang dirancang meliputi media utama berupa film fiksi pendek. 4

1.4.2 Siapa Target audience dari perancangan ini ialah masyarakat berpendidikan dengan rentang usia orang tua 18-25 tahun di wilayah geografis perkotaan. 1.4.3 Bagian Mana Dalam perancangan media film ini penulis akan berperan dan berbicara melalui sudut pandang pengidap skizofrenia. 1.4.4 Tempat Tempat untuk pembuatan film ini disekitar wilayah Bandung. 1.4.5 Waktu Waktu dari penayangan film ini direncanakan pada tahun 2016. 1.5 Tujuan Perancangan Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui perancangan ini adalah sebagai berikut : a. Untuk dapat menggambarkan pengaruh keluarga yang tidak harmonis terhadap pembentukan pribadi skizofrenia dalam film fiksi pendek. b. Untuk dapat memberikan informasi dan rasa empati pada penonton lewat penataan kamera film fiksi pendek. 1.6 Manfaat Peracangan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Secara Umum 1) Perancangan ini dapat digunakan sebagai media hiburan yang berwawasan. 2) Perancangan ini dapat digunakan untuk membantu dalam pengajaran keilmuan medis dan psikologis. 3) Perancangan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan di bidang keilmuan terkait. b. Secara Khusus 1) Sebagai tinjauan untuk penelitian selanjutnya. 5

2) Untuk menambah dan memperkaya kreasi lokal Indonesia di bidang perfilman. 1.7 Metodologi Perancangan Agar dapat membuat sebuah perancangan dan penempatan kamera, maka dibutuhkan metode pengumpulan data, model analisis, dan pendekatan visual yang sesuai dengan tema perancangan. Metode pengumpulan data secara umum terbagi menjadi 2 metode yaitu kuantitatif, dan kualitatif. Proses penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaanpertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari pada partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data. Metode kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguju teori-teori tertentu dengan cara meneliti antar variabel. (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, 4: 2013). 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Dari penjelasan dalam buku Reseach Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, maka penulis menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sebagai berikut : a. Metode studi pustaka data dan informasi yang didapat diperoleh melalui buku, jurnal, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan topik permasalahan seperti teori film dan sinematografi, jurnal riset dan media film mengenai pengaruh ketidakharmonisan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi Skizofrenia. b. Metode literatur data diperoleh melalui literatur berupa film dan karya yang berkaitan dengan topik permasalahan seperti karya mengenai skizofrenia serta kajian literatur yang mengkaji penempatan kamera. c. Metode wawancara juga diperoleh dengan cara mewawancarai ahli terkait. Seperti mewawancarai peneliti pusat riset secara langsung dan ahli psikolog yang ahli pada bidangnya. 6

1.7.2 Metode Analisis Data Dari topik yang mengangkat pengaruh ketidak harmonisan keluarga terhadap pembentukan pribadi skizofrenia, penulis menggunakan jenis analisis reduksi data. Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data (Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, 11-12 : 2010). Analisis yang dilakukan dengan sebagai berikut : a. Identifikasi, penulis mengidentifikasi dari data yang diperoleh dari berbagai pustaka, observasi, dan hasil wawancara. b. Klasifikasi, setelah mengidentifikasi dari data yang diperoleh, penulis mengklasifikasikan kedalam tabel. c. Interpretasi, setelah diklasifikasikan, semua data dapat diinterpretasikan kedalam penataan kamera film fiksi pendek. 7

1.8 Kerangka Perancangan Fenomena Pengaruh Ketidak Harmonisan Keluarga Terhadap Pembentukan Pribadi Skizofrenia Fokus Masalah Penataan kamera yang diperlukan dalam film fiksi pendek Ruang Lingkup - Masyarakat berusia 18-25 tahun -Berpendidikan - Wilayah perkotaan Pengumpulan Data metode kualitatif dan pendekatan karateristik penonton Studi Pustaka Buku keilmuan terkait, jurnal ilmiah Literatur film dan karya yang berkaitan Wawancara Mewawancarai ahli terkait Analisis Data Pendekatan psikologi penonton Solusi Penataan kamera film fiksi pendek Perancangan Membuat skenario shot list Shooting Editing Final Mixing Film fiksi pendek tentang Pengaruh Ketidakharmonisan Keluarga Terhadap Pembentukan Pribadi Skizofrenia Skema 1.1 Skema Kerangka Perancangan 8

1.9 Pembabakan Penulisan Karya Tugas Akhir ini terbagi menjadi lima bab, yaitu : BAB I Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan dari topik yang diangkat, permasalahan, ruang lingkup, tujuan perancangan, model analisis, hingga pembabakan. BAB II Dasar pemikiran menjelaskan dasar dari teori-teori yang relevan sebagai panduan dalam perancangan. BAB III Data dan analisis masalah berisi data yang berkaitan dengan perancangan dan analisa data. BAB IV Konsep & hasil perancangan menjelaskan konsep perencanaan dan penataan kamera film fiksi pendek bertema skizofrenia hingga hasil akhir. BAB V Penutup berisi kesimpulan dan saran. 9