BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

UCAPAN TERIMA KASIH...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PANDUAN KREDENSIAL STAF APOTEKER, ASISTEN APOTEKER, RADIOGRAFER, AHLI GIZI, FISIOTERAPI, PEREKAM MEDIS, ANALIS DAN TEKNISI ELEKTROMEDIS

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

STANDAR 4 SUMBER DAYA MANUSIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

V. IMPLIKASI MANAJERIAL

EMBAGA A LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 507/P/SK/HT/2010 TENTANG SISTEM REKRUTMEN PEGAWAI SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

2018, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

2016, No mineral untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis dan dapat dilaksanakan secara berjenjang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seba

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CAL ON PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NOMOR: 38 TAHUN 2016

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Program Pengembangan Karir Widyaiswara. dan dibina oleh kepala lembaga diklat yang bersangkutan

TANTANGAN WIDYAISWARA PPPPTK BMTI DALAM PEMENUHAN SASARAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SANDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah kota Malang mengharapkan supaya semua pegawai negeri tak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan cita-cita bangsa dalam arti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR PENGEMBANGAN SDM SPMI - UBD

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 te

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

SOSIALISASI PERATURAN LIPI NOMOR 3 TAHUN 2018 Cibinong, 10 April 2018

2014 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG PUBLIK KAMPUS UPI BERDASARKAN AKTIVITAS MAHASISWA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

BAB V PENUTUP. guru-guru bersertifikasi di SMK Negeri 2 Sragen. seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya, karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Faktor penggerak organisasi yang paling utama adalah sumber daya

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai target capaian organisasi dalam visi-misi. Tentunya, aspek SDM baik dari

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH WALIKOTA MADIUN,

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015

KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Faraserianti, 2013

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Sesuai dengan data hasil penelitian dan pembahasan terhadap data hasil penelitian sebagaimana telah penulis paparkan, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto tidak membuat perencanaan terhadap kebutuhan calon Widyaiswara, karena penentuan kebutuhan terhadap calon Widyaiswara - baik terhadap jumlah maupun kualifikasinya - ditentukan langsung oleh Kementrian Kesehatan. Adapun prosedur rekrutmen terhadap calon Widyaiswara yang sekarang ini ada baru berupa usulan terhadap kementrian. Dilihat dari sisi Manajemen Pengembangan Sumberdaya Manusia tentu saja hal tersebut kurang menguntungkan, karena semestinya perencanaan terhadap kebutuhan tersebut dilakukan oleh BBPK Ciloto sendiri sebagai lembaga penyelenggaran pendidikan dan pelatihan kesehatan, yang lebih mengetahui terhadap kebutuhan-kebutuhannya, baik dalam hal jumlah maupun kualifikasi dan kompetensi Widyaiswara tersebut. 2. Dilihat dari segi kesesuaian antara spesifikasi pekerjaan dan mata diklat yang diampu dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para Widyaiswara di BBPK Ciloto, pada umumnya parawidyaiswara tersebut telah memenuhi kriteria sebagai Widyaiswara. Namun demikian, dengan semakin beratnya tantangan kedepan, para Widyaiswara di BBPK Ciloto dituntut untuk secara terus menerus melakukan pengembangan profesinya, baik melalui pendidikan formal yang diikutinya, melalui pelatihan-pelatihan ataupun melalui penelitian. Hal tersebut penulis kemukakan sehubungan dilihat dari segi komposisi kepangkatan, Widyaiswara pada lembaga tersebut masih belum berimbang, yaitu bahwa jumlah Widyaiswara muda dan pertama masih sangat banyak bila dibandingkan dengan jumlah Widyaiswara madya dan utama. Selain itu,

peningkatan kualifikasi dan kompetensi Widyaiswara tersebut sangat penting, agar kedepan BBPK Ciloto dapat memiliki kewenangan yang lebih luas dalam melakukan Diklat-diklat yang menjadi tanggungjawabnya. 3. Sejauh ini proses rekrutmen calon Widyaiswara yang dilakukan di BBPK Ciloto belum mengacu pada peraturan yang berlaku dan belum dilakukan dengan didasarkan atas kajian empirik dan kajian ilmiah serta belum berorientasi pada upaya menjaga mutu calonwidyaiswara yang direkrut. Rekrutmen dan seleksi yang dilakukan selama ini hanya dilakukan oleh perorangan (pimpinan atau unsur pimpinan) dan bukan oleh sebuah sistem. Prosedur rekrutmen dan seleksi yang ada baru berupa usulan. Adapun prosedur rekrutmen yang diusulkan meliputi: adanya surat lamaran beserta curriculum vitae; adanya pendidikan minimal, yaitu S1 Kesehatan, adanya batas usia maksimal pada pengangkatan pertama jabatan fungsional Widyaiswarayaitu 50 tahun; adanya keharusan untuk mengikuti tes psikologi, tes kesehatan, tes ketahanan diri; pelamar harus memiliki track record yang baik; pelamar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan (medis, keperawatan, kefarmasian, kesehatan masyarakat, gizi, keterapian gizi, keteknisian medis); pelamar harus memiliki kualifikasi kemampuan dalam bidang pelatihan (penyusunan kurikulum, teknologi dan metodologi pelatihan); pelamar harus memiliki sertifikat pelatihan dasar-dasar pelatihan; danpelamar harus melakukan presentasi. 4. Dilihat dari sisi latar belakang pendidikan dan kualifikasi pendidikannya, Widyaiswara BBPK Ciloto cukup memadai dan cukup beragam sehingga dapat mengakomodir diklat-diklat teknis, fungsional dan manajemen kesehatan. Namun apabila dilihat dari sisi kualitas, masih perlu untuk terus di tingkatkan, hal tersebut terlihat dari komposisi level jenjang jabatan yang masih terkonsentrasi pada level jabatan Widyaiswara pertama dan muda. Akibatnya kewenangan Diklat yang dimiliki masih belum seluas yang diharapkan.

Adapun permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan Widyaiswara di BBPK Ciloto adalah yang terkait dengan pemenuhan terhadap angka kredit. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, BBPK ciloto telahmelakukan berbagai upaya mulai dari pembinaan khusus kepada mereka yang mengalami masalah, sampai dengan penyediaan fasilitas yang diperlukan oleh mereka yang bermasalah dalam mengerjakan tugastugas untuk memenuhi angka kredit tersebut. 5. Dalam hal proses sertifikasi Widyaiswara, pada dasarnya BBPK Ciloto tidak memiliki masalah, karena terbukti bahwawidyaiswara yang selama ini diajukan untuk mengikuti sertifikasi, semuanya dapat memperoleh sertifikasi tersebut. Keberhasilan ini diperoleh akibat adanya kepedulian BBPK Ciloto secara kelembagaan, yang telah memberikan fasilitasi yang sangat baik kepada para Widyaiswaranya, mulai dari penyediaan sarana sampai pada penyediaan dana. 6. Pengembangan kompetensi Widyaiswara di BBPK Ciloto dilakukan melalui beberapa cara diantaranya melalui pelatihan, pendidikan formal, team learning, mengikuti kegiatan ilmiah,kegiatan magang, menulis dalam buletin, bench marking, sertifikasi dan penyediaan dana untuk pengadaan buku. Selain itu, kepada mereka yang mengikuti pelatihan, lembaga mendukungnya dengan bantuan dana. Sedangkan kepada mereka yang mengikuti pendidikan formal, lembaga juga menyediakan beasiswa, walaupun dengan persyaratan tertentu. Bagi mereka yang telah selesai mengikuti pelatihan, diwajibkan untuk berbagi hasil Diklat dengaan rekanrekannya. Sementara itu, untuk mempermudah tugas-tugas Widyaiswara serta untuk memperluas wawasan mereka, di ruangan Widyaiswara juga disediakan Wi-fi. Sementara itu, dalam hal perencanana karir, BBPK Ciloto belum memilikisistem perencanaan karir bagi para Widyaiswaranya, walaupun sebenarnya perencanaan tersebut tertuang dalam Rencana Strategis lembaga, tetapi pada kenyataannya rencana tersebut hanya sekedar dokumen, karena implementasinya sangat tergantung kepada ketersediaan

dana dari Pemerintah. Dengan demikian perjalanan karir Widyaiswara disini sangat tergantung kepadamasing-masing individu Widyaiswaraitu sendiri. B. Rekomendasi Sesuai dengan temuan-temuan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis paparkan, berikut ini penulis mengajukan beberapa rekomendasi. 1. Agar jumlah, kualifikasi serta kompetensi Widyaiswara yang ada di BBPK Ciloto sesuai dengan kebutuhan, baik untuk saat ini ataupun masa mendatang, baik untuk memenuhi tantang lokal maupun global, maka sudah selayaknya Kementrian kesehatan memberikan kewenangan yang lebih luas kepada BBPK Ciloto untuk membuat Perencanaan Kebutuhan terhadapwidyaiswaranya. 2. Dalam rangka menghadapi semakin ketatnya persaingan akibat globalisasi dan untuk meningkatkan performa lembaga, serta memperluas kewenangan lembaga dalam melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan, BBPK Ciloto perlu melakukan upaya peningkatan kompetensi dan kualifikasi para Widyaiswaranya secara lebih terencana dan berkelanjutan, sedemikian rupa para Widyaiswara yang ada pada lembaga tersebut senantiasa memiliki kesiapan serta kesesuaian dengan tuntutan masa kini dan masa mendatang, dalam melaksanakan tugas-tugas diklat yang menjadikewenangannya. 3. Proses rekrumen terhadap calon Widyaiswara perlu senantiasa didasarkan atas perencanaan dan kajian ilmiah, agar calon- calonwidyaiswara yang dihasilkan sesuai dengan yang dibutuhkan, baik dari sisi jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya. Untuk itu rancangan prosedur rekrutmen yang sudah dibuat sudah selayaknya digunakan sebagai acuan. 4. Upaya penyelesaian terhadap berbagai permasalahan yang berkaitan dengan Widyaiswara sudah selayaknya mengacu pada rancangan prosedur yang telah dibuat, sedemikian rupa sehingga prinsip penghargaan terhadap prestasi dan hukuman terhadap kesalahan dapat dilakukan dengan lebih

efektif serta praktik penghargaan dan hukuman tersebut dapat mendorong peningkatan kinerja lembaga secara berkelanjutan. 5. Keberhasilan pelaksanaan sertifikasi Widyaiswara yang selama ini telah dicapai perlu terus ditingkatkan agar kedepan profesionalitas para Widyaiswarapada BBPK Ciloto menjadi semakin baik dan kinerja BBPK secara keseluruhan dapat lebih meningkat. 6. Upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi para Widyaiswara berupa mengikut-sertakan mereka kedalam berbagai program diklat, pendidikan formal, seminar, studi banding, diskusi dan lain-lain perlu senantiasa ditingkatkan. Hal tersebut penting dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan kinerja lembaga, agar BBPK Ciloto dari waktu kewaktu kewenangannya dapat terus meningkat.