BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA BANJAR TAHUN 2012

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELAYANAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR BAB I

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR4ATAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAN E-GOVERNMENT DI KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENANGANAN PENGADUAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2015

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini merupakan era globalisasi dimana zaman menjadi modern yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi. pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

Ikhtisar Eksekutif. vii

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. pembaruan dan perubahan untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak mendapatkan perhatian khusus dibandingkan masa-masa sebelumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BERITA NEGARA. No.210, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Pelimpahan. Gubernur. TA 2013.

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengenai kebijakan otonomi daerah yaitu Pemerintah Daerah memiliki hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab akan kemajuan daerah setempat serta mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam pelaksanaan tanggung jawab yang dimilikinya tersebut, maka muncul beberapa permasalahan dalam implementasinya, seperti sistem kerja yang saat ini dilaksanakan oleh Pemerintah berlandaskan pada birokrasi yang kaku. Sehingga terjadi interaksi yang komplek antara lembaga-lembaga negara, masyarakat, dan dunia usaha dengan pemerintah karena proses yang panjang, lambat dan rumit. Kondisi ini terjadi pada saat pengurusan berbagai perijinan yang membutuhkan waktu yang panjang dan biaya yang mahal. Serta ketidakpastian dalam ketepatan dan kecepatan dalam proses pelayanannya. Birokrasi yang kaku tersebut mengakibatkan tidak efisien dan efektifnya kinerja aparat pemerintah dalam menjalankan kegiatan pemerintahan.

2 Kewenangan dalam mengatur urusan pemerintah sendiri juga berkaitan dengan pengambilan keputusan atas pengadaan pelayanan publik. Maka kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah sepenuhnya menjadi tanggungjawab Pemerintah itu sendiri. Akan tetapi pada kenyataannya berbagai keluhan dari masyarakat menjadi suatu hal yang harus diperhatikan oleh Pemerintah. Berbagai keluhan atas pelayanan publik ini dapat kita lihat pada data tahunan Komisi Ombudsman Republik Indonesia. Data keluhan masyarakat Indonesia tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Substansi Laporan Keluhan Masyarakat Tahun 2010 No Substansi Laporan Tahun 2010 1. Penundaan Berlarut 50,19% 2. Penyalahgunaan Wewenang 17,74% 3. Berpihak 10,15% 4. Penyimpangan Prosedur 7,78% 5. Tidak Kompeten 4,65% 6. Permintaan Uang, Barang dan Jasa 3,98% 7. Tidak Patut 2,85% 8. Tidak Memberikan Pelayanan 2,66% Sumber : Laporan Tahunan Ombudsman Republik Indonesia tahun 2010 Berdasarkan data pada tabel di atas, mayoritas masyarakat mengeluh terhadap penundaan yang larut, hal ini menandakan bahwa proses kerja pemerintahan sangat lambat dan membutuhkan waktu yang lama. Keadaan ini mencerminkan

3 kurang efektifnya proses kerja aparat pemerintah. Oleh sebab itu adanya tuntutan pelayanan pubik yang dapat memenuhi kepentingan bersama, dan terfasilitasinya partisipasi masyarakat terhadap proses kebijakan Pemerintah, serta efektivitas kerja pemerintah menjadi sangat penting dan butuh perhatian pemerintah. Karena pada kenyataannya kualitas pelayanan publik masih butuh perbaikan dan peningkatan dalam kualitas pelayanannya. Permasalahan lain yaitu adanya tuntutan transparansi dari pihak Pemerintah terkait dengan pengelolaan tatanan Pemerintahan. Dengan adanya keterbukaan maka arus informasi dapat terlaksana secara seimbang yaitu antara Pemerintah dengan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengetahui seluruh informasi terkait dengan keputusan dan kepentingan publik secara aktif. Dengan demikian, maka partisipasi masyarakat juga dapat terjalin dan aspirasi masyarakat dapat dengan cepat tersampaikan serta kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah akan meningkat. Permasalahan terkait dengan transparansi lainnya yaitu dengan adanya peristiwa-peristiwa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang pada akhir-akhir ini di blow up oleh pemberitaan dalam berbagai macam media informasi yang ada. Hal demikian memperlihatkan bahwa tidak adanya transparansi dari pihak pemerintah terkait pengelolaan keuangan daerah dan mencerminkan kondisi tatanan Pemerintah yang tidak baik. Permasalahan-permasalahan dalam implementasi otonomi daerah yang telah dipaparkan, mencerminkan lemahnya akuntabilitas Pemerintah terhadap masyarakat, kualitas pelayanan yang diberikan Pemerintah masih kurang baik, dan bahkan permasalahan tersebut dapat mempengaruhi citra dan kepercayaan

4 masyarakat terhadap Pemerintah. Sebagai akibatnya bad governance atau tata kelola yang buruk lebih mencuat ke permukaan dan menjadi wacana di masyarakat. Permasalahan ini juga mencerminkan bahwa secara nyata tata kelola pemerintah yang baik pada dasarnya tidak terlaksana dengan baik atau dengan kata lain bad governance yang terjadi. Adanya permasalahan tersebut juga mengharuskan Pemerintah untuk melakukan upaya dalam peningkatan kualitas layanan publik. Untuk itu perlu adanya setting baik pada tataran sistem, tataran insitusi maupun tataran individu untuk berorientasi kepada pengedepanan proses good governance dalam pengelolaan pelayanan publik (Riva, 2007). Sistem informasi ini sangat penting, karena berperan sebagai pendukung fungsi pemerintahan dalam mewujudkan pelayanan yang baik untuk masyarakat. Dengan adanya sebuah sistem informasi yang diterapkan di instansi Pemerintah maka masyarakat akan dengan mudah mengakses informasi terkait dengan kegiatan pelayanan yang diberikan pemerintah seperti informasi kebijakan pemerintah, program yang akan dan telah dilaksanakan oleh Pemerintah. Semakin dituntutnya pemerintah untuk melaksanakan tatanan pemerintahannya dengan baik dan peningkatan kualitas pelayanan publik, hal tersebut menjadi pendorong pelaksanaan penerapan electronic government (e-gov) sebagai sistem yang memanfaatkan teknologi informasi di pemerintahan. Sistem e-government secara umum didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sektor publik untuk meningkatkan kualitas operasi dan memberikan layanan (Kumar dan Best, 2006). Penerapan sistem e-government

5 sendiri, telah diperintahkan oleh Presiden yaitu pada Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government yang menginstruksikan kepada : Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Gubernur, Bupati/Walikota untuk Mengambil langkahlangkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masingmasing guna terlaksananya pengembangan e-government secara nasional dengan berpedoman pada Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government sebagaimana tercantum dalam Lampiran Instruksi Presiden. Maka setiap pemerintah baik pusat maupun daerah harus mengimplementasikan program e-government tersebut dan harus dilaksanakan dengan baik. Hal ini seperti yang diutarakan pula oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Syamsul Muarif (23 Maret 2005), bahwa masing-masing lembaga pemerintahan, baik pusat maupun daerah, akan membuat titik-titik sistem informasi secara mandiri. Pemerintah ingin membangun sebuah masyarakat berbasis pengetahuan (detikcom). Adanya penerapan e-government ini memiliki peran yang penting dalam mendukung terwujudnya pelaksanaan tata kelola pemerintah. Karena pemanfaatan teknologi informasi ini menjadikan sistem informasi pemerintah daerah terhubung secara online sehingga masyarakat dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan dengan lebih cepat, tepat, dan mudah. Hal ini sesuai akan pentingnya dari penerapan e-government terhadap tata kelola atau good governance yang tertuang pada instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 tersebut yaitu : 1. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan;

6 2. Untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good governance) dan meningkatkan layanan publik yang efektif dan efisien diperlukan adanya kebijakan dan strategi pengembangan e-government. Berdasarkan hal tersebut, maka tuntutan dari masyarakat akan tata kelola pemerintahan dapat terealisasi dengan baik. Sehingga paradigma tata kelola pemerintahan atau yang lebih sering digunakan dengan istilah Good Government Governance tidak hanya dijadikan sebagai sebuah konsep atau pemahaman saja, akan tetapi diimplementasikan dengan baik oleh Pemerintah dalam pelaksanaan yang nyata sehingga dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang memiliki kepentingan terhadap Pemerintah. Penerapan e-government di Indonesia sendiri pada tahun 2003 (harian umum Sinar Harapan,2003) masih terdiri dari tiga langkah yaitu pertama, pemerintah mempublikasikan informasi melalui website. Kedua, adalah interaksi antara masyarakat dan kantor pemerintahan melaui e-mail. Ketiga, yaitu masyarakat pengguna dapat melakukan transaksi dengan kantor pemerintahan secara timbal balik. Dalam perkembangannya, implementasi e-government yang dilakukan oleh Pemerintah mengalami peningkatan seperti dengan adanya pelayanan e- procurement, e-commerce, serta e-audit. Hal tersebut diperkuat oleh Waseda University Institute of e-government, Tokyo, Jepang (indonesiaberprestasi,2009) dalam laporannya yang bertajuk Waseda University International e-government Ranking. Pada tahun 2009, Indonesia berada pada posisi 23 dari 34 negara dengan penyelenggaraan e-government terbaik. Dan pada tahun 2012, Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) (dikutip fathul,2012) melakukan sebuah survei dengan tema e- government for the People, yang dalam survei tersebut posisi Indonesia berada

7 pada peringkat 97 dari 193 negara. Hal tersebut naik 12 peringkat dari 109 pada tahun 2010. Selain Pemerintah Pusat, dengan adanya instruksi Presiden tersebut maka semua Pemerintah Daerah juga ikut berlomba memberikan pelayanan perijinan yang lebih transparan dengan mengaplikasikan sistem e-government tersebut. Begitupula dengan, turut menerapkan sistem e-government. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Wakil Bupati Cianjur Dadang Sufianto ketika membuka kegiatan Pemantapan Aplikasi e-government Bagi Para Kepala OPD dan Operator, Kamis (19/11/2009) di Aula PT.Telkom Cianjur (www.cianjurkab.go.id) yang menyatakan : Untuk mempermudah dan memperlancar aliran data dan informasi dari tiaptiap OPD yang akan di tampilkan di Website Cianjurkab.go.id, pihak Dishubkominfo sebagai pengelola Website Pemerintah kabupaten Cianjur, telah menyediakan aplikasi yang dapat diakses dari tiap-tiap OPD di alamat Blog.Cianjurkab.go.id Penerapan e-government yang dilakukan oleh guna untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam otonomi daerah yang juga dialami oleh Pemerintah Daerah, dimana kualitas pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat masih dirasakan kurang maksimal dan perlu adanya perbaikan-perbaikan. Hal ini dapat kita lihat dari survei yang dilakukan oleh Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia (depdagri) mengenai hasil evaluasi kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota Tahun 2011 sebagai berikut. Tabel 1.2 Hasil Evaluasi Kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota Tahun 2011 NO. KABUPATEN/KOTA KRITERIA 1. KAB ACEH BARAT D

8 2. KAB ACEH BARAT DAYA D 3. KAB ACEH JAYA D 4. KAB ACEH SELATAN D 5. KAB BANGKA TENGAH D 6. KAB BAU-BAU D 7. KAB BEKASI D 8. KAB BELITUNG D 9. KAB BELITUNG TIMUR D 10. KAB BOJO NEGORO D 11. KAB CIANJUR D 12. KAB JAYAPURA D 13. KAB KUNINGAN D 14. KAB KUPANG D 15. KAB SIGI D Sumber : Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja Pemerintah Kabuaten Cianjur termasuk kedalam kategori D yang artinya bahwa pengelolaan dalam pemerintahannya masih kurang baik. Oleh sebab itu, usaha untuk menerapkan sistem e-government sangat tepat dilakukan guna untuk mendukung perbaikan kinerja Pemerintah dalam tatanan pengelolaan pemerintahannya. Adapun penerapan e-government sendiri di merupakan sebuah indikator yang dicapai dalam urusan komunikasi dan informatika yaitu adanya kepemilikan website. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar berikut.

9 Gambar 1.1 Tampilan Website Akan tetapi dalam pelaksanaan penerapan sistem e-government di Kabupaten Cianjur, terdapat kendala dalam penyediaan sistemnya. Hal ini seperti yang tercantum dalam laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kabupaten cianjur tahun 2011 yaitu sebagai berikut : Tabel 1.3 Laporan Kinerja Dinas Perhubungan dan Kominfo No Indikator Satuan Target Realisasi Capaian Ket 1 Updating informasi website Kali/bulan 60 60 100% Baik Pemkab 2 Jumlah Org/bulan 11.000 8816,67 80,15% Sedang

10 peningkatan pengunjung website pemkab 3 Jumlah peningkatan jaringan sistem 1 0 0% Sangat kurang e-government Sumber : Lakip Kab.Cianjur 2011 Berdasarkan tabel 1.3 tersebut dapat dilihat bahwa dalam upaya penerapan e- government masih memiliki kendala, sedangkan penerapan e-government sendiri sangat penting diterapkan dalam suatu daerah guna untuk menunjang terlaksananya tata kelola pemerintah yang baik. Sedangkan untuk merealisasikan penerapan e-government Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk urusan komunikasi dan informatika adalah Rp.860.130.000,00 dengan realisasi anggaran Rp. 841.300.403,00 atau 97,81% (Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ). Berdasarkan hal tersebut, maka pada dasarnya telah berupaya untuk menerapkan sistem e-government ini. Manfaat penerapan sistem e-government juga tidak hanya pada peningkatan kualitas pelayanan, akan tetapi bermanfaat bagi daya tarik investasi pihak swasta terhadap pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini terlihat bahwa investasi Pemerintah yang mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 jumlah invertasi di sebanyak Rp 525.500.000.000 sedangkan untuk tahun 2011 berjumlah Rp.875.000.000.000 (Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal ). Dan dalam

11 konteks inilah, kiranya menarik apa yang dilakukan oleh, yang menerapkan e-government guna dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas masyarakat guna untuk mewujudkan tata kelola yang baik. Maka pada dasarnya tuntutan akan terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik sangat wajar. Pemerintah harus dengan bijak memperhatikan apa yang akan dilakukan atau direncanakan terhadap pelaksanaan kegiatan dalam pemerintahannya yang akan datang terkait dengan tuntutan paradigma tersebut dan sebagai bentuk akuntabilitas terhadap masyarakat. Dengan adanya sistem e- government, menjadikan sebuah harapan baru bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam menangani peningkatan kualitas palayanan publik yang berdampak pada terwujudnya tata kelola pemerintahan. Penelitian mengenai pengaruh penerapan e-government terhadap pelaksanaan tata kelola pemerintah telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai bahan pertimbangan pula dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa penelitian tersebut. Peneliti-peneliti tersebut yaitu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Karin dan Fathul (2009) mengenai Dampak e-government pada Good Governance: Temuan Empiris Dari Kota Jambi. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa e-government berdasarkan prinsip good governance mengalami peningkatan secara signifikan, artinya e-government dapat digunakan untuk mewujudkan pelaksanaan tata kelola pemerintah. Adapun penelitian yang dilakukan pula oleh Irham Habib (2007) mengenai Pengaruh e-government Terhadap Upaya Pelaksanaan Good Governance pada Kantor Wilayah VII

12 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukan adanya pengaruh positif antara penerapan e-government dengan upaya pelaksanaan good governance. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani dan Daru (2008) dengan judul Peranan e-government Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance Bagi Masyarakat menyatakan bahwa penerapan e-government dibutuhkan guna untuk menciptakan good governance. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian diatas, yaitu peneliti memfokuskan penelitian kepada pernilaian penerapan e-government yang dilakukan pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terdapat pada lingkungan Pemerintah Daerah dalam usaha untuk mewujudkan pelaksanaan tata kelola pemerintah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai dampak penerapan sistem informasi yang diterapkan pemerintah yaitu e-government sebagai sebuah aspek pendukung dalam perwujudan paradigma pelaksanaan tata kelola pemerintah khususnya pada yang dituangkan dengan judul Pengaruh Penerapan E-Government Terhadap Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menetapkan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Bagaimana Penerapan e-government di Pemerintah?

13 2. Bagaimana Gambaran Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimana Pengaruh Penerapan e-government Terhadap Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah? 1.3 Maksud dan Tujuan Sesuai dengan rumusan permasalahan yang ada, maka dapat dikemukakan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan e-government di Pemerintah. 2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan e-government terhadap pelaksanaan Tata Kelola Pemerintah di Pemerintah. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dalam penelitian ini yaitu dalam aspek akademis, untuk pengembangan keilmuan yang berkenaan dengan penerapan sistem informasi akuntansi dalam hal ini yaitu penerapan sistem e-government serta terkait dengan pelaksanaan tata kelola pemerintahan. Sedangkan dalam aspek empiris yaitu sebagai bahan referensi atas penerapan e-government dan tata kelola Pemerintah di Pemerintah.