BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari berbagai macam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perikatan. Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti, 1992

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan laju perekonomian akan menimbulkan tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Majunya perekonomian suatu bangsa, menyebabkan pemanfaatan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Salah satu aspek pembangunan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengamanan pemberian dana atau kredit tersebut.jaminan merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari berbagai macam kebutuhan hidup dan itu mendorong manusia itu sendiri untuk melakukan kegiatan atau usaha untuk memenuhinya yang dinamakan kegiatan ekonomi. Namun demikian usaha yang ditempuh tidak selamanya membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan dan tidak jarang yang bersangkutan memerlukan bantuan dari pihak orang lain yang salah satu diantaranya dalam bentuk piutang. Biasanya dalam persoalan pemenuhan kebutuhan ekonomi, manusia akan selalu berhubungan dengan lembaga keuangan misalnya perbankan. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa pengenalan bank dari sebagian masyarakat ini baru sebatas artian sempit. Masyarakat mengenal bank masih sebatas soal tempat penyimpanan uang ataupun pinjaman uang untuk memenuhi 1

2 kebutuhan hidupnya, misalnya pinjaman uang dalam jumlah besar untuk membeli rumah dan sebagainya. Selebihnya banyak kalangan masyarakat yang tidak mengetahui aspek-aspek perbankan lainnya mengenai dampak atau akibat bagi nasabah yang tidak bisa membayar pinjamannya maupun perlunya jaminan dalam suatu pinjaman. Hal ini dimaksudkan agar pihak debitur akan benar-benar melunasi utang, apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Ketidaktahuan masyarakat akan aspek-aspek perbankan secara utuh maupun secara global lebih diakibatkan kurangnya informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh berbagai pihak kepada berbagai lapisan masyarakat. Dunia perbankan memang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Terlebih apabila masyarakat yang telah meminjam sejumlah uang guna memenuhi keperluan hidupnya pada suatu bank baik itu bank pemerintah maupun bank swasta,apabila ia melakukan wanprestasi sehingga pihak kreditur membutuhkan jaminan dalam suatu pinjaman yang dilakukan oleh debitur. Perbankan membutuhkan adanya jaminan dalam memberikan utang terhadap debitur. Salah satu hak kreditur melakukan penyitaan adalah memperoleh jaminan dari debitur. Keadaan yang demikian mendorong adanya lembaga jaminan, yaitu lembaga hak tanggungan yang notabene diatur dalam UU No 4 tahun 1996. Dengan adanya lembaga ini, dimaksudkan untuk menampung atau memberi wadah bagi seseorang yang berkepentingan dalam hal jaminan.

3 Secara umum Undang-Undang telah memberikan jaminan atau perlindungan kepada kreditur, sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata, yaitu : Segala harta kekayaan Debitur, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sekarang ada maupun yang akan ada dikemudian harimenjadi tanggungan/jaminan atas hutang-hutangnya. Jaminan yang diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata tersebut bersifat umum atau dengan kata lain benda jaminan itu tidak ditunjuk secara khusus dan tidak diperuntukkan bagi seorang kreditur tertentu, sehingga apabila jaminan tersebut dijual maka hasilnya dibagi secara seimbang sesuai besarnya piutang masing-masing kreditur. Dalam praktek perbankan, jaminan yang bersifat umum ini belum memberikan perlindungan hukum (kurang menimbulkan rasa aman) untuk menjamin kredit yang telah diberikan. Bank memerlukan jaminan yang ditunjuk dan diikat secara khusus untuk menjamin hutang debitur dan hanya berlaku bagi bank tersebut. Jaminan ini dikenal dengan jaminan khusus yang timbul karena adanya perjanjian khusus antara kreditur dan debitur.biasanya dengan jaminan berupa tanah yang kemudian dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan kreditnya kepada bank. Jaminan ini untuk memberikan perlindungan bagi kreditur apabila terjadi cidera janji. 1 Wanprestasi timbul dari tindakan yang bertentangan dengan persetujuan (agreement). Artinya untuk mendalilkan suatu subjek hukum telah wanprestasi, harus ada lebih dahulu perjanjian antara kedua belah pihak. Dari perjanjian 1 Bachtiar Jazuli, Eksekusi Perkara Perdata Segi Hukum Dan Penegakan Hukum, (Jakarta; Akademika Pressindo, 1987), h. 43.

4 tersebut maka muncul kewajiban para pihak untuk melaksanakan isi perjanjian (prestasi). Prestasi tersebut dapat dituntut apabila tidak dipenuhi. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata prestasi terbagi dalam 3 macam: 1. Prestasi untuk menyerahkan sesuatu (prestasi ini terdapat dalam Pasal 1237 KUHPerdata). 2. Prestasi untuk melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu (prestasi jenis ini terdapat dalam Pasal 1239 KUHPerdata). 3. Prestasi untuk tidak melakukan atau tidak berbuat sesuatu (prestasi jenis ini terdapat dalam Pasal 1239 KUHPerdata). 2 Peningkatan laju perekonomian akan menimbulkan tumbuh dan berkembangnya usaha yang dilakukan oleh masyarakat, biasanya pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya selalu berupaya menambah modal usahanya dengan cara melakukan pinjaman atau kredit langsung dengan perbankan. Dimana kredit yang banyak berkembang dalam masyarakat adalah kredit dengan hak tanggungan, meskipun di dalam hukum jaminan dikenal juga beberapa lembaga jaminan seperti Fidusia, Gadai. Eksistensi lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor riil dengan pemilik dana. Dengan demikian, fungsi utama sektor perbankan dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi memang diarahkan dalam konteks how to make money affective and efficient to increase economic value.perkembangan sektor perbankan di Indonesia tidak terlepaskan dari 2 Muhammad Abdulkadir, Hukum Perikatan, (Bandung; Citra Adhitya Bakti, 1992), h. 27.

5 penerapan strategi pembangunan ekonomi Indonesia yang dikemas dalam formulasi Trilogi Pembangunan, meliputi pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan. 3 Ada salah satu kasus eksekusi jaminan hak tanggungan terhadap nasabah wanprestasi, yakni seorang pengusaha konveksi yang mengalami kepailitan dalam usahanya, yang disebabkan oleh salah satu partai yang tidak bisa melunasi utangnya setelah memesan 1000 potong baju untuk keperluan kampanye, yang mana uang pemesanan tersebut belum di bayar lunas oleh pihak partai, sehingga pihak konveksi mengalami kerugian dan mengharuskannya meminjam uang terhadap bank. Dan pada akhirnya pihak konveksi tersebut mengalami wanprestasi. Untuk membantu lapisan masyarakat perbankan dengan segala aktivitasnya terlebih mengenai praktek eksekusi hak tanggungan terhadap nasabah yang wanprestasi, peneliti mencoba meneliti tentang dunia perbankan yang berjudul Praktek Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Terhadap Nasabah Wanprestasi B. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: 1. Bagaimana praktek eksekusi jaminan hak tanggungan terhadap nasabah wanprestasi di Bank Muamalat Kabupaten Jombang? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi Bank Muamalat Kabupaten Jombang dalam praktek eksekusi jaminan hak tanggungan? 3 Muhamad, Bank Syariah, (Yogyakarta; Ekonisia, 2006), h. 65.

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam hal ini ialah: 1. Untuk mengetahui praktek eksekusi jaminan hak tanggungan terhadap nasabah wanprestasi. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Muamalat Kabupaten Jombang dalam praktek eksekusi jaminan hak tanggungan. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini dapat diambil manfaat : 1. Secara teoritis Penelitian ini bagi seluruh kalangan yakni pengembangan ilmu hukum yang terkait dengan penentuan hukum bagi seseorang yang berkepentingan dalam hal jaminan. Dalam praktek eksekusi jaminan hak tanggungan terhadap nasabah wanprestasi dalam perspektif uu no 4 tahun 1996 dan hukum islam. 2. Secara praktis Untuk memecahkan masalah yang selama ini masih dalam perbincangan mengenai praktek eksekusi jaminan fidusia terhadap nasabah wanprestasi menurut uu no 4 tahun 1996 dan hukum islam. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kerancuan dan memahami istilah dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut : 1. Eksekusi Eksekusi berasal dari kata excecutie, yang artinya melaksanakan putusan hakim. Di mana maksud eksekusi adalah melaksanakan secara paksa

7 putusan pengadilan dengan bantuan kekuatan umum, guna menjalankan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam pengertian yang lain eksekusi putusan perdata berarti menjalankan putusan dalam perkara perdata secara paksa sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku karena pihak tereksekusi tidak bersedia melaksanakan secara sukarela. Subekti dan Retno Wulan Sutantio mengalihkan istilah eksekusi (executie) ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah pelaksanaan putusan. Pembakuan istilah pelaksanaan putusan sebagai kata ganti eksekusi, dianggap sudah tepat. 4 Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa eksekusi adalah pelaksanaan putusan yang tidak bisa diubah lagi keberadaanya dan pihak yang bersengketa harus mentaati semua aturan di dalamnya. 2. Jaminan Mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya, di samping penanggunganjawab umum debitur terhadap barang-barangnya. Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan, istilah agunan dapat dibaca di dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Menurut Undang-Undang Perbankan yang berlaku saat ini sangat menekankan pentingnya suatu jaminan dalam 4 Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta;Sinar Grafika, 2007), h. 6.

8 memberikan kreditnya dalam rangka pendistribusian dana nasabah yang sudah terkumpul, serta untuk menggerakan roda perekonomian. 5 Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan definisi jaminan yakni tanggungan yang diberikan oleh debitur atau pihak ketiga kepada kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan. 3. Hak Tanggungan Menurut Kamus Bahasa Indonesia, tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. Sedangkan jaminan itu sendiri artinya tanggungan atas pinjaman yang diterima. Prof. Budi Harsono mengartikan hak tanggungan adalah: Penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur kepadanya 6 Esensi dari definisi hak tanggungan yang disajikan oleh Budi Harsono adalah pada penguasaan hak atas tanah.penguasaan hak atas tanah oleh kreditur bukan untuk menguasai secara fisik, namun untuk men jualnya jika debitur cedera janji. 7 5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perubahan selanjutnya ditulis UU Perbankan. 6 Budi Harsono, 1994:24). 7 Sri Soedewi Masjrhoen, Hak Jaminan Atas Tanah, (Yogyakarta;Liberty, 1975), h. 6.

9 Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan definisi hak tanggungan yakni hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan utama kepada kreditur tertentu terhadap krediturkreditur lain. F. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan merupakan rangkaian dari beberapa uraian suatu sistem pembahasan dalam suatu karangan ilmiah. Dalam kaitannya dengan penulisan skripsi ini, sistematika dalam penulisan ini disusun dalam lima bab sebagai berikut: Bab Pertama, merupakan pendahuluan untuk menjelaskan gambaran yang lengkap dan merumuskan persoalan yang teliti, maka bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua dibahas, Berupa kerangka teori untuk memperkuat pembahasan dan sebagai landasan teoritis dalam menganalisis data yang diteliti, maka dalam bab ini memuat teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu, pengertian hak tanggungan, dasar hukum hak tanggungan, subjek hak tanggungan, objek hak tanggungan,proses pembebanan hak tanggungan, pengertian eksekusi, macam-macam eksekusi, serta tinjauan hukum islam terhadap hak tanggungan. Bab Ketiga, Membahas metode penelitian, yang mencakup jenis penelitian, pendekatan, lokasi penelitian, metode penentuan subjek, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode pengolahan data.

10 Bab Keempat berisi tentang paparan dan analisa data pada bab ini menjelaskan terkait Praktek eksekusi jaminan hak tanggungan terhadap nasabah wanprestasi di Kabupaten Jombang menurut Undang-Undang dan hukum islam. Bab Kelima tentang penutup yang berisi kesimpulan sebagai hasil akhir (natijah) dari rumusan masalah dalam penelitian ini dan saran sebagai untuk pengembangan keilmuan dan penelitian selanjutnya

11