BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan

Sigit Sanyata

MAKALAH TENTANG PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PELAJAR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I P E N D A H U L U A N. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Individu dengan beragam potensi yang dimilikinya melakukan berbagai

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM BANYUWANGI MENGAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

BAB I PENDAHULUAN. ini peranan pengajaran sangat penting karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

V1. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0127 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sesungguhnya.pendidikan dirancang untuk membentuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

PROFESIONALISME GURU BAHASA INDONESIA SEBAGAI WUJUD PERADABAN BANGSA

I. ANALISIS KEBUTUHAN A. RASIONAL Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya terletak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencerdaskan

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Astrada, 2014 Studi pelaksanaan standar proses di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 terpadu Ngabang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan menurut Muhibin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kemajuan suatu negara berbeda antara negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

REVITALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCAPAI TUJUAN UTUH PENDIDIKAN NASIONAL

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2005 TENTANG MELEK HURUF DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari perjalanan seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk

ARTIKEL MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN BIAYA PENDIDIKAN DI KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20

BIMBI B N I GA G N K ONSE S LI L N I G DI SD ( S 1 - PGSD ) APR P I R LI L A T INA L

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional didefinisikan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran menjadi fokus utama proses pendidikan. Untuk fokus kegiatan pendidikan tidak lagi terletak sebatas kegiatan mengajar dengan mengutamakan peran guru, melainkan secara sengaja dan melibatkan berbagai profesi pendidik, untuk menangani ragam aspek perkembangan peserta didik. Pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dipelajari peserta didik di kelas secara klasikal perlu diperluas melalui sistem cara guru mengajar dan membimbing peserta didik. Proses pendidikan harus menyentuh dunia kehidupan peserta didik secara individual. Proses seperti ini tidak cukup hanya dilakukan oleh guru tapi perlu bantuan profesi pendidik lain yang disebut konselor. Kolaborasi dengan profesi pendidik lain menjadi amat diperlukan. Di lingkungan sekolah guru bisa berkolaborasi dengan profesi pendidik lain, selain guru yaitu konselor dan pengembang kurikulum.

Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Jelas bahwa salah satu kualifikasi pendidik adalah konselor. Konselor adalah pendidik yang dididik dan dihasilkan oleh program studi Bimbingan dan Konseling. Konselor adalah tenaga profesional yang harus memiliki jiwa yang profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik bagi peserta didik maupun bukan peserta didik. Dalam konteks kurikulum, Bimbingan dan Konseling sebagai komponen layanan pendidikan dan mitra kerja guru di dalam memfasilitasi siswa mencapai tingkatan kompotensi tertentu. Pada hakikatnya kompotensi adalah juga proses perkembangan, mengandung perangkat tugas-tugas perkembangan dan belajar yang harus dikuasai oleh siswa sampai siswa mencapai perkembangan secara optimal berdasarkan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Dari beberapa penjelasan tentang pendidikan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa dan profesional kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar peserta didik cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Berbicara tentang bimbingan tentu tidak lepas dari orang tua dan guru termasuk guru Bimbingan dan Konseling yang biasa di sebut sebagai konselor. Cara orang tua dan guru termasuk guru bimbingan dan konseling berbeda dalam memberikan didikan terhadap peserta didik namun tujuannya sama yaitu bagaimana memandirikan anak/siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui kompotensi/kemampuan atau kelebihan yang dimilikinya.

Tugas pokok seorang konselor yaitu membantu dan memandirikan peserta didik agar dapat berkembang secara optimal. Untuk membantu peserta didik untuk mencapai perkembangan yang optimal, tentunya pelayanan seorang guru bimbingan dan konseling harus benar-benar efektif dan efesien dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling dengan cara mempergunakan media dan fasilitas lainnya yang dapat menunjang suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik/siswa. Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling harus mampu memberikan hal-hal yang positif kepada peserta didik untuk meringankan beban, mendorong semangat, memberikan alternatif dan kesempatan, memberikan pencerahan dan kesejukan, mendorong untuk lebih maju dalam mengentaskan hal-hal yang menjadi kesulitan dalam kehidupannya agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka menemukan jati diri pribadi peserta didik dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Di bidang sosial layanan bimbingan dan konseling harus mantap sehingga membantu peserta didik dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar, di bidang karir bimbingan dan konseling harus dapat membantu peserta didik dalam perencanaan dan penyiapan diri untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi demi masa depannya, dan bidang belajar bimbingan dan konseling membantu siswa dalam mencapai proses belajar yang efektif dan efesien. Pelaksanaan bidang-bidang bimbingan dan konseling ini perlu diperhatikan dengan baik oleh guru bimbingan dan konseling. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, baik secara individu, kelompok, maupun klasikal. Dalam mempermudah pemberian layanan bimbingan dan konseling, dibutuhkan media sebagai penunjang suksesnya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana secara efektif.

Salah satu upaya untuk mendukung dan menyukseskan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor selain teknik-teknik bimbingan dan konseling itu sendiri, yakni penggunaan media layanan bimbingan dan konseling. Penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu cara memberikan informasi atau menyalurkan pesan yang positif terhadap peserta didik yang dapat merangsang pikiran peserta didik. Media merupakan sumber penyaluran pesan, memberikan pesan-pesan melalui apa yang termuat dalam media itu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian maupun kemauan siswa untuk belajar. Gagne (dalam Sadirman dkk, 2002:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Terbukti bahwa media merupakan alat bantu untuk memberikan informasi atau pesan-pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan yang mendorong diri dan kemauan belajar, apalagi tentang media yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling. Menurut Nursalim (2010:7) Media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa/konseli untuk memahami diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal. Media bimbingan dan konseling terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawahnya (message/software). Dengan demikian bahwa media bimbingan dan konseling memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi bimbingan dan konseling yang dibawakan oleh media tersebut. Nursalim (2010). Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan bimbingan dan konseling itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa/konseli, sedangkan perangkat keras (hardware)

adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan bimbingan dan konseling tersebut. Media bimbingan dan konseling pribadi Percaya Diri dan Gaya Belajar yang terpilih untuk dijadikan sebagai media karena kedua topik ini sesuai dengan perkembangan anak remaja zaman sekarang, dalam hal ini ditandai dengan siswa kesulitan dalam memahami diri dan memahami gaya belajar. Penggunaan media dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu cara yang digunakan oleh seorang konselor kepada peserta didik agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bervariasi, tidak hanya dalam bentuk diskusi ataupun cerita, tapi ada banyak hal yang harus digunakan sebagai penunjang untuk mendukung kegiatan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah penggunaan media cetak. Media cetak masih tergolong luas, namun salah satu di antara media cetak yang dapat digunakan oleh konselor dalam memberikan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dapat menyalurkan informasi atau pesan-pesan bimbingan konseling yang dapat membantunya dalam merangsang pikiran, perhatian, perasaan dan kemauan dalam mengembangkan jati dirinya secara optimal adalah media cetak yang disebut Buku Saku. Rahim, (2011) Media cetak Buku Saku adalah suatu buku yang berukuran kecil yang berisi tentang informasi atau pesan-pesan yang positif yang dapat disimpan dalam saku sehingga mudah dibawa kemana-mana dan praktis untuk dibaca. Buku saku juga selain ukurannya kecil, juga ringan, tidak merasa terbebani untuk dibawa dan tentunya bisa dibaca kapan saja dan di mana saja. Media cetak Buku Saku merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh seorang konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling selain dari mediamedia yang sering digunakan sebelumnya. Buku saku ini merupakan buku yang praktis untuk dijadikan sebagai media dalam layanan bimbingan dan konseling.

Manfaat dari media cetak buku saku ini adalah dapat digunakan sebagai media layanan bimbingan dan konseling, lebih khusus dapat membantu konselor dalam memberikan layanan serta dapat dijadikan sebagai media pembentukan karakter. Selain itu juga dapat memberikan/menyampaikan pesan-pesan yang mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik karena isinya tidak sama dengan isi buku lainnya, dalam arti isi dari pada buku saku ini singkat, padat dan jelas dan menarik untuk dibaca. Semua media dapat digunakan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, salah satunya media buku saku ini. Penggunaan media dalam layanan bimbingan konseling membantu konselor dalam mempermudah memperkenalkan berbagai informasi agar peserta didik dapat mengetahuinya. Jadi konselor tidak mengalami kesulitan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling karena sudah tersedia media yang digunakan dalam layanan bimbingan konseling selain itu perkembangan media sekarang ini sudah marak dan modern. Dengan demikian tidak ada hal yang menghalangi seorang konselor dalam penggunaan media. Namun kenyataannya di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo bahwa pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan bimbingan dan konseling pribadi belum menggunakan media. Hal ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung pada saat melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling selama kurang lebih 2 (dua) bulan yakni bulan Agustus sampai Oktober 2014 lalu terhadap guru BK yang ada di SMA Negeri 3 Gorontalo, menyatakan bahwa penggunaan media dalam layanan bimbingan konseling khususnya dalam layanan bimbingan dan konseling pribadi sangat jarang apalagi tentang penggunaan media buku saku itu belum pernah digunakan. Pelayanan bimbingan dan konseling pribadi hanya sering dilaksanakan dengan teknik ceramah melalui bimbingan klasikal.

Di samping masalah penggunaan media, penggunaan teknik-teknik seperti teknik Cinema Theraphy dan lain-lain jarang digunakan oleh guru BK. Pada umumnya hanya menggunakan teknik ceramah melalui bimbingan klasikal. Guru BK SMA Negeri 3 Kota Gorontalo hanya sering memberikan bimbingan melalui bimbingan klasikal dan individu dengan teknik yang sama yaitu teknik ceramah. Dari kedua masalah yang dikemukakan, penelitian ini difokuskan pada layanan bimbingan dan konseling pribadi. Dikhawatirkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pribadi di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo tidak efektif, karena kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bervariasi dalam bentuk penggunaan media, yang akan mengakibatkan respon siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling kurang baik, tidak berkesan dan lebih penting lagi tujuan layanan bimbingan dan konseling pribadi tidak tercapai. Masalah tidak tersedianya media bimbingan dan konseling pribadi ini perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan media, dalam hal ini media dalam bentuk buku saku. Berdasarkan pemikiran di atas maka diadakan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Buku Saku Sebagai Media Bimbingan dan Konseling Pribadi Pada Siswa SMA Negeri 3 Kota Gorontalo 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat di identifkasikan sebagai berikut: a. Guru Bimbingan dan Konseling jarang menggunakan media buku saku dalam layanan bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan dan konseling pribadi. b. Belum tersedia media khususnya media buku saku untuk pelayanan bimbingan dan konseling pribadi. Selain media bimbingan dan konseling, penggunaan teknik-teknik seperti teknik Cinema Theraphy dan lain-lain jarang digunakan oleh guru BK. Pada

umumnya hanya menggunakan teknik ceramah pada saat memberikan layanan bimbingan dan konseling. Buku saku dipilih sebagai media bimbingan dan konseling pribadi karena buku ini berisi topik-topik sangat menarik yang berkaitan bagi kehidupan perkembangan anak remaja zaman sekarang. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana buku saku sebagai media bimbingan dan konseling pribadi pada siswa SMA Negeri 3 Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku saku sebagai media bimbingan dan konseling pribadi di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penulisan a. Untuk guru, membantu guru BK dalam penyediaan media dalam pelayanan bimbingan dan konseling pribadi. b. Untuk siswa, memotivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling pribadi melalui penggunaan buku saku.