Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era yang serba modern seperti saat ini, energi merupakan salah satu hal penting

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

Reka Integra ISSN: Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP STUDI KASUS PT. PLN PEMBANGKITAN TANJUNG JATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN COGENERATION PLANT. oleh Gas turbin yang juga terhubung pada HRSG. Tabel 3.1. Sample Parameter Gas Turbine

I.1 JUDUL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN STUDI KARAKTERISTIK GASIFIKASI BATU BARA SUB - BITUMINUS MENGGUNAKAN REAKTOR JENIS FIX BED DOWNDRAFT GASIFIER

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 1, April 2012 ISSN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

PENGGUNAAN MIX COAL TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT DAN BIAYA PRODUKSI LISTRIK (BPL) DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

OPTIMASI PENJADWALAN UNIT PEMBANGKIT THERMAL DENGAN DINAMICS PROGRAMMING

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS

KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK DUAL-FUEL KAPASITAS 5 kw BERBASIS GASIFIKASI SEKAM PADI BERUNGGUN TETAP

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah peralatan atau mesin berputar (rotary machine) sudah pasti terdapat

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

STUDI KELAYAKAN EKONOMIS PLTU BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI DOMESTIC POWER

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

OPTIMASI DESAIN SISTEM PENDINGIN PADA MOBIL BERBAHAN BAKAR ETANOL BERKAPASITAS MESIN 1100 CC

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE

BAB I PENDAHULUAN. batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada saat

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

PT LEYAND INTERNATIONAL Tbk PUBLIC EXPOSE. KAMIS, 25 Juni 2015 Hall B, Panin Building Lt. 4 Jakarta

GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA. Muhammad Syukri Nur, Kamaruddin A. dan Suhendro Saputro Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan,Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia

PERSIAPAN PENGEMBANGAN GASIFIKASI BATUBARA UNTUK PLTD SISTIM DUAL FUEL

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

6/23/2011 GASIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL DENGAN SUBTITUSI GASIFIKASI SABUT KELAPA

Kajian Tekno Ekonomi Potensi Sampah Kota Pontianak Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Transkripsi:

38 Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang Dedy Sulistyono Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak e-mail: dedy_sulistyono87@yahoo.com Abstract The calculation of coal analysis it can be concluded that, in order to produce coal consumption in one day at least, the cost of fuel per day of most small, average fuel costs - the rate per Kwh small, and the average consumption of fuel per Kwh the smallest, using bituminous coals calorie 6570, and located in the middle of the Village District Ketungau Semelitang. Keywords Batubara,Gas, Bahan Bakar.. Pendahuluan Sebagai daerah yang tepat dilalui garis khatulistiwa, Kalimantan barat dengan karakteristik alamnya yang beriklim tropis memiliki beragam sumber daya energi yang sangat potensial untuk dikonversikan menjadi energi listrik dan salah satu diantara sumber daya energi tersebut adalah energi batubara. Indonesia termasuk negara dengan sumber tambang batubara terbesar di dunia. Penerapan sistem konversi energi batubara menjadi energi listrik atau pembangkit Listrik Tenaga Gas Batubara (PLTGB) merupakan suatu alternatif teknologi guna mendukung program listrik di luar pulau Jawa yang semakin mendapat perhatian sehubungan dengan upaya konservasi sumber energi serta upaya pemanfaatan sumber energi batubara salah satunya yang terdapat di daerah Sintang. Rencana pembangunan PLTGB di Kabupaten Sintang merupakan salah satu contoh pemanfaatan energi batubara. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batubara (PLTGB) berkapasitas 6MW berperan menggantikan fungsi PLTD serta memperkecil biaya subsidi BBM PLTD. Tenaga alternatif untuk pembangkit listrik di Kalimantan Barat ini paling mudah adalah batubara. PLTGB di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat ini batubaranya akan dipasok dari Kabupaten Sintang (Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah ) yang dimana didaerah tersebut diperkirakan memiliki potensi batubaranya sebanyak 285.000. 2.Teori dasar 2.. PENGERTIAN BATUBARA Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira- kira 340 juta tahun yang lalu (jtl) adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batubara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. 2.2 KLASIFIKASI PLTGB Pembangkit listrik tenaga gas batubara adalah pembangkit yang menggunakan mesin CGGE atau kata lainnya yaitu coal gasifier gas engine, yang dimana mesin tersebut menggunakan bahan bakar gas karbon, dan gas karbon tersebut adalah gas hasil gasifikasi batubara. Gasifikasi adalah proses penggasifikasian batubara padat menjadi gas karbon, gas karbon tersebut lah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar gas engine, untuk memproduksi gas karbon diperlukan sebuah alat yaitu Gasifier. Gasifier ini lah yang berfungsi merubah batubara padat menjadi gas karbon. 2.3 Karakteristik Pola Operasi CGGE harus mampu untuk beroperasi memikul beban dasar dengan karakteristik:. Stabil dan dapat beroperasi terus-menerus walaupun jenis batubara diubah kepada yang berbeda kualitas. 2. Dapat beroperasi terus-menerus tanpa unit menjadi berhenti beroperasi (shutdown) terutama ketika ada peralatan yang trip atau pasokan batubara tiba-tiba terhenti. 2.4 Keekonomian/Biaya Dengan karakteristik pola operasi keuntungan yang paling penting saat diperoleh adalah CGGE mempunyai kemampuan untuk mencapai biaya yang minimum dalam menghasilkan tenaga listrik. Pada penggasifikasian batubara di PLTGB memiliki komponen-komponen pendukung dalam menghasilkan energi listrik, komponen-komponen tersebut. meliputi : Coal gasifier, Cyclone tar catcher, Air cooler, Electrical tar catcher, In direct cooler, Electrical light oil catcher, Steam drum, Steam drum 2, Desulphurisasi, Coal Gas Engine, Cooling system for indirect, Cooling system for engine, Air blower, Water softener. 3. METODE ANALISA DATA Untuk mengetahui jumlah batubara yang digunakan dalam membangkitkan daya 6 MW dalam sehari, menghitung biaya bahan bakar dalam sehari, jumlah produksi kwh dalam sehari, biaya bahan bakar rata rata per Kwh, serta konsumsi rata-rata bahan bakar dalam Jurnal ELKHA Vol.4, No 2,Oktober 202

39 sehari, maka perlu diketahui jenis batu bara dan nilai kalorinya, serta besar daya pembangkit. kg Batubara, dapat menghasilkan 2,5 3,2 m 3 gas Batubara.450 kcal/m 3 (kalori Batubara antara 5000 s.d 7000 kcal/kg) m 3 batubara 450 kcal kwh Listrik 2 MJ 2000 KJ : 4,868 2.866 kcal 2.866 kcal /.450 kcal/m 3,98 m 3 gas Batubara. kwh Listrik,98 / 2,5 0,79 kg Batubara(konsumsi Batubara maksimal/kwh), Tetapi dalam proses penyaringan Batubara untuk mendapatkan butiran 20 mm sampai 60 mm akan terdapat ± 0% reject sehingga konsumsi Batubara /kwh menjadi 0,87 kg. di sampig itu dalam proses gasifikasi memerlukan energi listrik ± 0% dari output sehingga konsumsi Batubara/kwh menjadi rata-rata kg. Perangkat gasifikasi Batubara yang dipersiapkan dirancang untuk bisa bekerja 24 jam sehari 365 hari per tahun. Dalam hal ini untuk daya netto 3 MW yang disalurkan ke sistem PLN dipersiapkan unit gasifier + unit standby dan dapat melayani 2 unit gas engine berkapasitas 600 kw. a. Perhitungan Konsumsi Batubara yang digunakan dalam sehari Konsumsi Batubara konsumsi batubara jam (00.00-08.00) + konsumsi batubara jam (08.00-8.00 dan antara 22.00-24.00) + konsumsi batubara jam (8.00-22.00) b. Perhitungan Biaya bahan bakar dalam hari Biaya bahan bakar per hari jumlah konsumsi batubara per hari x Rp 400.000 c. Perhitungan produksi Kwh dalam hari Hasil produksi jumlah daya terhasilkan dari jam (00.00-08.00) + jumlah daya terhasilkan dari jam (08.00-8.00 dan antara 22.00-24.00) + jumlah daya terhasilkan dari jam (8.00-22.00) x 000 d. Perhitungan biaya bahan bakar rata rata per Kwh Biaya bahan bakar ratarata per Kwh Biaya bahan bakar per hari (Rp) Produksi Kwh dalam sehari e. Perhitungan konsumsi rata rata bahan bakar dalam per Kwh Konsumsi bahan bakar rata- rata per Kwh Konsumsi batubara dalam sehari () Produksi Kwh dalam sehari 4. Perhitungan jika menggunakan batubara jenis Bituminus (Ketungau Tengah Desa Semelintang). PLTGB adalah jenis Bituminus yang terdapat di daerah Kecamatan Ketungau Tengah, Desa Semelintang, yang memiliki nilai kalori 6570 Kalori/kg a) Jumlah batubara yang digunakan dalam hari : ) Kwh 860 kilogram kalori, unit PLTGB berbeban 4,6 MW dengan efisiensi 33,8 % adalah ntara jam 00.00 08.00 menghasilkan 4,6 MW x 8 jam 36,8 MWH, membutuhkan batubara 36,8 x 000 X 860 x 425,62 4,252 2) Unit PLTGB berbeban 5,2 MW dengan efisiensi 36,0 % adalah antara dari jam 08.00 8.00 dan antara jam 22.00 24.00 menghasilkan 5,2 MW x 2 jam 62,4 MWH, membutuhkan batubara 62,4 x 000 X 860 x 22688,0 22,69 2) Unit PLTGB berbeban 6 MW dengan efisiensi 35,0 % adalah antara jam 8.00 22.00 menghasilkan 6 MW x 4 jam 24 MWH, membutuhkan batubara 24 x 000 X 860 x 0,35 6570 8975,86 8,0 Jadi jumlah pemakaian batubara per hari 4,252 + 22,69 + 8,0 45,042 / hari b) Biaya bahan bakar per hari 45,042 / hari x Rp 400.000 / Rp 8.06.800,- / hari c) Produksi Kwh dalam sehari (36,8 MWH + 62,4 MWH + 24 MWH ) x 000 23.200 Kwh / hari d) Biaya bahan bakar rata rata per Kwh Rp. 8.06.800 23.200 Kwh Rp. 46,240 per Kwh e) Konsumsi rata rata bahan bakar per Kwh 45,042 23.200 Kwh 45042 kg 23.200 Kwh 0,36 kg / Kwh 4.2 Perhitungan jika menggunakan batubara jenis Bituminus (Ketungau Tengah Desa Seputau III). PLTGB adalah jenis Bituminus yang terdapat didaerah Kecamatan Ketungau Tengah, Desa Seputau III, yang memiliki nilai kalori 6523 Kalori/kg. a) Jumlah batubara yang digunakan dalam hari : ) Kwh 860 kilogram kalori, unit PLTGB berbeban 4,6 MW dengan efisiensi 33,8 % adalah ntara jam 00.00 08.00 menghasilkan 4,6 MW x 8 jam 36,8 MWH, membutuhkan batubara 36,8 x 000 X 860 x 0,338 6523 4354,30 4,36 2).Unit PLTGB berbeban 5,2 MW dengan efisiensi 36,0 % adalah antara dari jam 08.00 8.00 dan antara jam 22.00 24.00 menghasilkan 5,2 MW x 2 jam 62,4 MWH, membutuhkan batubara 62,4 x 000 0,36 6523 22852,40 22,85 3). Unit PLTGB berbeban 6 MW dengan efisiensi 35,0 % adalah antara jam 8.00 22.00 menghasilkan 6 MW x 4 jam 24 MWH, membutuhkan batubara 24 x 000 9040,54 9,04 0,35 6523 jadi jumlah pemakaian batubara per hari 4,36 + 22,85 + 9,04 46,25 / hari Jurnal ELKHA Vol.4, No 2,Oktober 202

40 b). Biaya bahan bakar per hari 46,25 / hari x Rp 400.000 / Rp 8.500.000,- / hari c). Produksi Kwh dalam sehari (36,8 MWH + 62,4 MWH + 24 MWH ) x 000 23.200 Kwh / hari d). Biaya bahan bakar rata rata per Kwh Rp. 8.500.000 Rp. 50,62 per Kwh 23.200 Kwh e). Konsumsi rata rata bahan bakar per Kwh 46,250 46250 kg 0,37 kg / Kwh 4.3 Perhitungan jika menggunakan batubara jenis Lignit (Ketungau Hulu, Desa Muakan). PLTGB adalah jenis Lignit yang terdapat didaerah Kecamatan Ketungau hulu, Desa Muakan, yang memiliki nilai kalori 5467 Kalori/kg. a). Jumlah batubara yang digunakan dalam hari : ) Kwh 860 kilogram kalori, unit PLTGB berbeban 4,6 MW dengan efisiensi 33,8 % adalah ntara jam 00.00 08.00 menghasilkan 4,6 MW x 8 jam 36,8 MWH, membutuhkan batubara 36,8 x 000 0,338 5467 726,0 7,3 2) Unit PLTGB berbeban 5,2 MW dengan efisiensi 36,0 % adalah antara dari jam 08.00 8.00 dan antara jam 22.00 24.00 menghasilkan 5,2 MW x 2 jam 62,4 MWH, membutuhkan batubara 62,4 x 000 0,36 5467 27266,60 27,26 3). Unit PLTGB berbeban 6 MW dengan efisiensi 35,0 % adalah antara jam 8.00 22.00 menghasilkan 6 MW x 4 jam 24 MWH, membutuhkan batubara 24 x 000 0,35 5467 Jadi jumlah pemakaian batubara per hari 7,3 + 27,26 + 0,79 55,8 / hari b) Biaya bahan bakar per hari 55,8 / hari x Rp 400.000 / Rp 22.072.000,- / hari c) Produksi Kwh dalam sehari ( 36,8 MWH + 62,4 MWH + 24 MWH ) x 000 23.200 Kwh / hari d) Biaya bahan bakar rata rata per Kwh Rp. 22.072.000 23.200 Kwh 0786,80 0,79 Rp. 79,55 per Kwh e) Konsumsi rata rata bahan bakar per Kwh 55,80 5580 kg 0,44 kg / Kwh 4.4 Perhitungan jika menggunakan batubara jenis Lignit (Ketungau hulu, Desa Sepilok) PLTGB adalah jenis Lignit yang terdapat didaerah Kecamatan Ketungau hulu, Desa Sepilok, yang memiliki nilai kalori 5659 Kalori/kg. a) Jumlah batubara yang digunakan dalam hari : ) Kwh 860 kilogram kalori, unit PLTGB berbeban 4,6 MW dengan efisiensi 33,8 % adalah ntara jam 00.00 08.00 menghasilkan 4,6 MW x 8 jam 36,8 MWH, membutuhkan batubara 36,8 x 000 0,338 5659 6545,88 2) Unit PLTGB berbeban 5,2 MW dengan efisiensi 36,0 % adalah antara dari jam 08.00 8.00 dan antara jam 22.00 24.00 menghasilkan 5,2 MW x 2 jam 62,4 MWH, membutuhkan batubara 62,4 x 000 x 860 x 2634,52 0,36 5659 3) Unit PLTGB berbeban 6 MW dengan efisiensi 35,0 % adalah antara jam 8.00 22.00 menghasilkan 6 MW x 4 jam 24 MWH, membutuhkan batubara 24 x 000 0,35 5659 0420,8 2 0,42 Jadi jumlah pemakaian batubara per hari 6,54 + 26,34 + 0,42 53,3 / hari b) Biaya bahan bakar per hari 53,3 / hari x Rp 400.000 / Rp 2.320.000,- / hari c) Produksi Kwh dalam sehari ( 36,8 MWH + 62,4 MWH + 24 MWH ) x 000 23.200 Kwh / hari. d) Biaya bahan bakar rata rata per Kwh Rp. 2.320.000 23.200 Kwh Rp. 73,05 per Kwh e) Konsumsi rata rata bahan bakar per Kwh 53,300 53300 kg 0,43 kg / Kwh 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa mengenai Analisis Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batubara Di Kabupaten Sintang, adapun kesimpulan yang diperoleh adalah :. Pada beban 5,2 MW beroperasi selama 2 jam dari jam 08.00 8.00 dan antara jam 22.00 24.00 6,54 26,34 Jurnal ELKHA Vol.4, No 2,Oktober 202

4 membutuhkan konsumsi batubara paling banyak, yaitu sebesar 22,69. 2. Dari analisis perhitungan, besar kecilnya nilai kalori batubara mempengaruhi besar kecilnya jumlah konsumsi batubara, besar biaya bahan bakar, besar biaya bahan bakar rata rata per Kwh, serta besar konsumsi rata-rata bahan bakar per Kwh. 3. Dari hasil perhitungan, pada batubara jenis bituminus yang berlokasi di Kecamatan Ketungau tengah Desa Semelitang dan yang memiliki nilai kalori sebesar 6570 kalori, menghasilkan jumlah konsumsi batubara dalam satu hari yang paling sedikit, biaya bahan bakar per hari yang paling kecil, biaya bahan bakar rata rata per Kwh yang paling kecil, dan konsumsi rata-rata bahan bakar per Kwh yang paling kecil, yaitu sebagai berikut : a) Jumlah konsumsi batubara dalam sehari 45,042. b) Biaya bahan bakar per hari Rp 8.06.800,-. c) Biaya bahan bakar rata-rata per Kwh Rp 46,240,-. d) Konsumsi rata-rata bahan bakar per Kwh 0.36 kg/kwh. Referensi [] http://www.teknologigue.com/200/02 mengenal batubara. html [2] Dinas Pertambangan Kabupaten Sintang, 200, Laporan Akhir Proyek Identifikasi dan Pemetaan Potensi Bahan Mineral di Wilayah Kabupaten Sintang [3] PT.FIRST PRIMA ENERGY, Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batubara (PLTGB) 2 x 500 KW, 2008 [4] Ir. Darwin Sitompul, M. Eng,985, Principles of Energy Conversion, Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara, Medan [5] Bernhard G.A Skrotzki, Editor, 956 Elektrik Generation:Hydro, Diesel, and Gas Turbine stations, Associate Editor, power Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London 956. Biografi Dedy Sulistyono, lahir di Sintang, Kalimantan Barat, tanggal 9 Desember 987. Menempuh Pendidikan Sarjana Teknik di Universitas Tanjungpura sejak tahun 2006 Jurusan Elektro program studi Teknik Elektro. Jurnal ELKHA Vol.4, No 2,Oktober 202

Jurnal ELKHA Vol.4, No 2,Oktober 202 42