BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan ekonomi nasional yang mengandung berbagai kelemahan struktural yaitu

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh sektor kegiatan usaha baik itu merupakan kegiatan usaha mikro,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan berbagai lembaga keuangan. Daya tarik (attractiveness) bisnis jasa

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan,

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang menetapkan kemudahan bagi

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi pada. masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen bisnis. Secara umum Corporate governance terkait dengan sistem dan

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan menjadi salah satu sektor penting dalam proses

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional. Sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. juga bertujuan menciptakan iklim persaingan yang akan mendorong dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perbankan nasional selama kurun waktu tahun 2003 sampai 2009

BAB I PENDAHULUAN. setuju bahwa Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui peranan bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di dunia bisnis. Ketatnya persaingan bisnis tersebut

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi seperti jasa

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. secara mikro maupun secara makro. Indonesia merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam khasanah lembaga bank, sebagai pelaku bisnis dan sekaligus

Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi, politik dan krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah besar. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi penyaluran kredit memaksa bank-bank di Indonesia untuk memperluas

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup perusahaan. Baik buruknya citra

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian yaitu sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa melalui berbagai produknya. Banyaknya bank yang berdiri,

BAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dibidang perbankan dewasa ini. Berbagai usaha dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. (funding) dalam bentuk Giro, Tabungan dan Deposito yang dana tersebut. disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan di Indonesia saat ini mengalami perubahan dan perkembangan

I. PENDAHULUAN. membawa dampak yang serius terhadap perkembangan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan saat ini sangat pesat dengan disertai adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara digerakkan antara lain oleh sektor riil dan jasa, dimana untuk berkembang dibutuhkan suntikan dana sebagai investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut tampaknya tidak diikuti oleh perkembangan penerapan prinsip kehati-hatian yang seimbang dan sistem pengendalian intern yang kurang diperhatikan. Pengawasan perbankan perlu menciptakan sistem perbankan yang efisien dan kompetitif dalam kaitannya dengan kebutuhan masyarakat terhadap jasa keuangan berkualitas dengan biaya yang masuk akal. Dari sisi internal, Corporate Governance merupakan ukuran yang dapat dijadikan pedoman untuk menyatakan masih lemahnya kapabilitas perbankan, terutama dalam mengantisipasi dan mengelola risiko operasi. Pentingnya penerapan prinsip kehati-hatian, termasuk di dalamnya pengelolaan risiko, semakin menunjukkan penciptaan sistem pengendalian internal yang berkualitas dan tepat (Sigit dan Totok, 2009: 28). Untuk mewujudkan Good Corporate Governance dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan serangkaian reformasi di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga, akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga

2 publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel (Mardiasmo, 2002: 18). Dalam Corporate Governance diperlukan reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen publik. Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di daerah, baik struktur maupun infrastrukturnya. Selain reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen sektor publik, untuk mendukung terciptanya Corporate Governance maka diperlukan serangkaian reformasi lanjutan terutama yang terkait dengan sistem pengelolaan keuangan. Tuntutan pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan uang rakyat dilakukan secara transparan (Mardiasmo, 2002: 18). Penerapan Corporate Governance diharapkan meningkatkan pengawasan terhadap manajemen untuk mendorong pengambilan keputusan yang efektif, mencegah tindakan oportunistik yang tidak sejalan dengan kepentingan perusahan dan mengurangi asimetri informasi antara pihak eksekutif dan para stakeholder perusahaan. Bank di Indonesia (terutama bank domestik) dapat beroperasi secara nasional melalui jaringan cabang bank yang bersangkutan. Namun juga terdapat bank yang hanya beroperasi di wilayah tertentu walaupun memiliki kemampuan untuk membuka jaringan yang luas. Hal demikian adalah sangat tergantung dari sistem perbankan yang dianut bank yang bersangkutan (Taswan, 2005: 345).

3 Syarat mutlak untuk memenangkan kompetisi saat ini adalah dengan membangun infrastruktur manajemen risiko yang kuat, good corporate governance (GCG) yang kokoh, penerapan tanggung jawab sosial perusahaan, serta mampu memberikan service excellence (layanan yang memuaskan) kepada nasabah. Dalam setiap aspek kegiatan bisnis yang dilakukan, selalu memfokuskan pada keempat hal tersebut. Selain itu, pengelolaan manajemen risiko yang baik adalah modal utama perseroan untuk mendapatkan kepercayaan para stakeholders (Sigit dan Totok, 2009: 30). Pada dasarnya, faktor keberhasilan suatu bank dalam menghimpun dana dari masyarakat merupakan implikasi dari upaya tersebut dalam membangun persepsi positif masyarakat terhadap bank dan produknya, serta adanya keputusan strategi pemasaran yang tepat oleh manajemen. Nasabah yang memiliki persepsi positif terhadap kinerja suatu bank pada umumnya akan menggunakan produk dan jasa layanan yang ditawarkan secara loyal, walaupun dihadapkan pada beberapa alternatif karakteristik produk dan jasa layanan oleh bank pesaing lainnya. Dalam hal ini, persepsi nasabah dapat dibetuk melalui bauran pemasaran yang tepat serta mutu layanan yang baik. Persaingan dalam bisnis perbankan mencakup segala aspek dalam aktivitas operasionalnya. Hal yang paling menarik untuk diamati dan tampak nyata adalah persaingan dalam aspek pemasaran dimana masingmasing bank berusaha menarik nasabah baru dan mempertahankan nasabah yang sudah ada. Semakin banyak nasabah yang dapat dilayani maka

4 semakin banyak pula potensi pendapatan yang dapat diraih oleh bank tersebut. Pendapatan tersebut mencakup interest income maupun non interest income yaitu fee dari pelayanan yang telah diberikan kepada nasabah. Dengan demikian bank berusaha untuk menarik nasabah dalam jumlah yang optimal di dalam kondisi persaingan yang cukup ketat. Maraknya pembobolan dana nasabah perbankan yang marak terungkap akhir-akhir ini terjadi karena terdapat kelemahan dalam sistem perbankan serta adanya oknum yang memanfaatkan kelemahan tersebut. Kelemahan sistem tersebut bisa diminimalisir dengan penerapan Good Corporate Governance yang baik. Penerapan Good Corporate Governance harus menjamin kepentingan stakeholder termasuk pelanggan. Untuk kepentingan komunikasi dengan pelanggan, praktik yang banyak dilakukan adalah dengan membangun berbagai sarana yang memudahkan pelanggan untuk berkomunikasi langsung dengan perusahaan termasuk dalam mengajukan komplain. Misalnya, melalui hotline, email, sms atau melalui pos dan kotak saran. Tentu perusahaan tidak hanya berkewajiban menerima pengaduan dari pelanggan, tetapi yang lebih penting adalah menjamin bahwa setiap pengaduan dapat direspon dengan cepat dan dapat diselesaikan. Selain berkomunikasi dengan pelanggan, beberapa perusahaan juga secara rutin mengukur kepuasan pelanggan dan menilai kinerja pelayanannya terhadap pelanggan melalui kegiatan survey kepuasan pelanggan. Tujuan utamanya

5 adalah memastikan bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan selaras dengan kebutuhan pelanggan. Peran dan fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam pasar keuangan di Indonesia cukup penting. Secara nominal total aktiva BPR memang masih kecil, dibandingkan dengan bank umum. Tetapi, meskipun demikian BPR memiliki keunggulan yaitu jumlah BPR yang beroperasi dan kantornya yang tersebar hingga ke pedesaan, daya tahan yang baik terhadap badai krisis ekonomi yang melanda dalam mempertahankan kinerja perekonomian di level dasar. BPR memiliki sejumlah peran penting dalam memberi layanan pada usaha kecil dan menengah serta lapisan masyarakat bawah, serta tingkat persaingan bisnis keuangan mikro yang semakin kompleks. Semakin kompleksnya persaingan BPR, karena saat ini BPR tidak lagi hanya menghadapi persaingan antar BPR melainkan juga dengan bank umum dan lembaga keuangan nonbank dalam merebut segmen pasar ritel dan mikro. Segmen pelanggan yang semestinya diperuntukkan bagi BPR, kini diperebutkan beramai-ramai oleh pelaku pasar keuangan atas nama persaingan bebas. BPR tidak pernah bisa memperluas wilayah usaha sampai dengan wilayah bank umum, sementara bank umum dengan mudah menembus ke kredit mikro, ritel sampai ujung desa. Menurut pasal 14 UU No.10 Tahun 1998 BPR dilarang (1) menerima simpanan giro; (2) mengikuti lalu lintas pembayaran; (3) usaha valas, penyertaan modal; (4)

6 usaha perasuransian. Dan disini BPR telah dipersaingkan dengan pesaing yang tidak imbang. BPR juga mempunyai berbagai ketertinggalan, terutama dalam hal kualitas dan kuantitas SDM, jumlah aset, perangkat penunjang dan jaringan, apabila dibandingkan dengan bank umum. Apalagi, BPR selalu berkutat pada upaya menekan biaya agar bisa bersaing dalam mematok suku bunga (S Soejanto, 2007: 3). Dan disini, sejumlah tantangan yang dihadapi BPR antara lain: 1. dinamika orientasi pelanggan terhadap jasa layanan keuangan mikro yang dipicu oleh ketatnya persaingan usaha kalangan pelaku pasar keuangan. 2. hal-hal yang terkait dengan kemampuan usaha, khususnya upaya BPR dalam menekan non peforming loan (NPL) yang rendah dan mengupayakan efisiensi yang tinggi guna memperoleh profitabilitas yang optimal, upaya meningkatkan porsi tabungan dalam struktur dana pihak ketiga agar dicapai pendanaan yang sehat dan mengecilkan risiko likuiditas. 3. masih adanya kecenderungan kepemilikan yang terkait langsung dengan pengelolaan. 4. masih banyak BPR yang bermasalah, khususnya guna mencapai target persyaratan modal minimal melalui merger dan akuisisi, tidak mudah dilakukan.

7 5. infrastruktur penunjang dalam pengembangan industri BPR seperti, lembaga penjaminan simpanan (LPS), apex dan linkage program antara bank umum dan BPR rupanya masih terus memerlukan penyempurnaan lebih lanjut (S Soejanto, 2007: 5). Akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, gampang dikalahkan oleh syarat mudah dan proses cepat, yang saat ini tidak hanya diterapkan oleh BPR melainkan juga oleh semua pelaku pasar keuangan mikro. Landasan dari kegiatan usaha perbankan, dan juga jasa lembaga keuangan secara umum, adalah kepercayaan. Dalam kaitannya dengan penciptaan kepercayaan, perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan standar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan. Bank-bank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif banyak, bank-bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relatif sama dengan bank-bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan Corporate Governance yang relatif terbatas (Sigit dan Totok, 2009: 28). Demikian pula halnya dengan PT. BPR Swadharma Artha Nusa Yogyakarta yang telah berupaya terus menerus meningkatkan adanya

8 penerapan Corporate Governance diharapkan akan semakin memajukan kualitas perbankan tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Persepsi Nasabah Bank Perkreditan Rakyat Swadharma Artha Nusa Yogyakarta tentang Corporate Governance. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat didefinisikan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Dari sisi internal, Corporate Governance dan Core Banking Skills merupakan ukuran yang dapat dijadikan pedoman untuk menyatakan masih lemahnya kapabilitas perbankan, terutama dalam mengantisipasi dan mengelola risiko operasi. Pentingnya penerapan prinsip kehatihatian, termasuk di dalamnya pengelolaan risiko, semakin menunjukkan penciptaan sistem pengendalian internal yang berkualitas dan tepat. 2. Akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, gampang dikalahkan oleh syarat mudah dan proses cepat, yang saat ini tidak hanya diterapkan oleh BPR melainkan juga oleh semua pelaku pasar keuangan mikro. 3. Maraknya pembobolan dana nasabah perbankan yang marak terungkap akhir-akhir ini terjadi karena terdapat kelemahan dalam sistem perbankan serta adanya oknum yang memanfaatkan

9 kelemahan tersebut. Kelemahan sistem tersebut bisa diminimalisir dengan penerapan Good Corporate Governance yang baik. 4. Bank-bank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif banyak, bank-bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relatif sama dengan bank-bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan Corporate Governance yang relatif terbatas. C. Pembatasan Masalah Corporate Governance merupakan pengaturan perbankan setidaknya harus memenuhi kriteria-kriteria utama yang meliputi, perlindungan nasabah, stabilitas sistem perbankan dan keuangan serta peningkatan kepercayaan pasar. Walaupun menyadari pentingnya Good Corporate Governance, banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut. Untuk mewujudkan Good Corporate Governance dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan serangkaian reformasi di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga, akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Mengingat begitu luasnya permasalahan yang berkaitan dengan Corporate Governance itu sendiri, maka permasalahan dalam penelitian ini

10 dibatasi pada Persepsi Nasabah Bank Perkreditan Rakyat Swadharma Artha Nusa Yogyakarta tentang Corporate Governance. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Persepsi Nasabah tentang Corporate Governance pada Bank Perkreditan Rakyat Swadharma Artha Nusa Yogyakarta? 2. Apakah terdapat perbedaan Persepsi Nasabah tentang Corporate Governance dilihat dari aspek demografi nasabah pada Bank Perkreditan Rakyat Swadharma Artha Nusa Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Persepsi Nasabah tentang Corporate Governance 2. Perbedaan Persepsi Nasabah tentang Corporate Governance dilihat dari aspek demografi pada Bank Perkreditan Rakyat Swadharma Artha Nusa Yogyakarta.

11 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perkembangan pengetahuan mengenai Persepsi Nasabah tentang Corporate Governance. 2. Manfaat Praktis a. PT. BPR Swadharma Artha Nusa 1) Sebagai sumber informasi untuk pengembangan PT. BPR Swadharma Artha Nusa ke depan. 2) Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah di masa mendatang. b. Peneliti 1) Menambah pengalaman dan sarana latihan dalam memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat sebelum terjun ke dalam dunia yang sesungguhnya. 2) Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan yang berhubungan dengan bidang yang dipelajari. c. Pihak Lain Dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.