BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pendidikan harus kita optimalkan sedini mungkin. Soedijarto (dalam Tambak, 2013:3) mengemukakan: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Profesionalitas Guru. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Proses pendidikan bermutu dapat dilakukan jika didukung dengan sumber daya manusia yang bermutu pula. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini tidak dapat dipungkiri telah memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi pendidikan. Diperlukan proses pendidikan yang berkualitas untuk menghadapi hal tersebut. Sumber daya manusia yang handal dan profesional diharapkan mampu menjawab tantangan dan kebutuhan peserta didik dalam menghadapi perkembangan zaman dengan teknologi yang tidak dapat dibendung. Menjadi tugas pemerintah dalam hal pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui proses pendidikan. Proses pendidikan formal maupun non formal harus terus dilakukan guna menyikapi perkembangan yang terus berjalan. Pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia bertujuan agar kualitas dan kuantitasnya semakin meningkat 1

2 dan mampu bersaing supaya tidak ketinggalan dengan sumber daya manusia negara lain. Peran pendidikan sangat menentukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Seperti diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 bahwa tugas suci untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan. Melalui pendidikan akan dapat mengubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seseorang ke arah yang progresif sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Sudah tentu bahwa pendidikan harus menjadi komitmen utama bagi pemerintah, masyarakat dan orang tua untuk mencapai kualitas manusia berkualitas di masa yang akan datang. Hasil pendidikan diharapkan mampu melahirkan sumber daya manusia yang memilki keunggulan kompetitif dalam kehidupan global dan memiliki pondasi iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, dalam pelaksanaan penyelenggaran pendidikan khususnya pada Sekolah Menengah Pertama

3 perlu dikembangkan sistem nilai yang berorientasi pada peserta didik agar memiliki budaya berpikir kritis, kreatif, inovatif dan nalar yang rasional. Selain itu, perlu ditanamkan pola sikap dan pola tindak yang mandiri, wawasan kewiraswastaan, etos kerja yang tinggi dan watak sesuai dengan nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa. Tujuan tersebut sejalan dengan mulai diberlakukannya kurikulum 2013 bertujuan untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya. Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan pendidikan dasar yang menjadi pondasi dalam pembentukan karakter peserta didik secara formal. Semua pengalaman yang diperoleh pada pendidikan dasar, merupakan pengetahuan dasar esensial bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Sekolah Menengah Pertama sebagai salah satu organisasi pendidikan dasar, diharapkan mampu mengakomodasikan keinginan tersebut, sehingga pada gilirannya nanti dapat berperan sebagai wahana untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Namun demikian, kenyataan pada saat ini kualitas pendidikan nasional pada umumnya belum sesuai dengan yang dicita-citakan oleh pembangunan. Antara lain dirasakan hasil yang dicapai dalam pendidikan nasional masih jauh ketinggalan dari tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat dalam dunia modern dewasa ini. Sebagai tolok ukur standar kriteria mutu pendidikan menggunakan indikator-indikator. Secara umum indikator kualitas pendidikan dapat dilihat

4 dari dua segi, yakni segi proses dan segi produk. Dari segi proses, pendidikan dapat dikatakan berkualitas, jika kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru di sekolah berlangsung produktif yaitu tujuan tercapai secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya yang wajar dan memadai. Logikanya, proses pendidikan yang baik akan memberikan jaminan kualitas yang baik pula. Sedangkan dari segi produk, pendidikan dapat berkualitas jika memiliki beberapa ciri, yakni : 1) Peserta didik menunjukan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap materi-materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai-nilai ujian (nilai raport) sebagai gambaran prestasi akademik. 2) Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan hidup peserta didik, sehingga dengan belajar bukan hanya mengetahui sesuatu (learning to know) tetapi juga dapat melakukan sesuatu (learning to do) yang fungsional untuk hidupnya. 3) Hasil pendidikan yang berupa keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan tuntutan lingkungan, khususnya dunia kerja. Dalam kaitan ini link and match merupakan salah satu aspek indikator kualitas pendidikan. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi didalamnya terdapat saling berkaitan yang satu dengan yang lain. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter sendiri, dimana tradisi proses belajar mengajar, tempat

5 terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Sehingga efektivitas kerja guru merupakan hal yang sangat penting karena keberhasilan organisasi diukur dengan konsep efektivitas tersebut. Namun, Prestasi belajar siswa secara umum masih tergolong rendah, dilihat dari Human Development Indexs (HDI), Indonesia masih terpuruk. Hal ini menunjukan kualitas pendidikan kita menurun. Masih rendahnya kualitas pendidikan, termasuk pada Sekolah Menengah Pertama ini, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: 1) Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru tidak didukung oleh faktor profesionalitas kesempatan promosi, ruang kelas, bahan dan sarana yang kurang memadai; 2) Sistem pendanaan yang tidak merata antar berbagai daerah; 3) Kebijakan dan program kerja pemerintah kurang tidak dituangkan dalam lembaga pendidikan pelaksana, kebijakannya tidak menghasilkan kualitas kependidikan yang baik. Sedangan faktor-faktor tersebut berperan penting. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, yaitu terdiri dari guru, sarana-prasarana, kurikulum dan proses belajar mengajar serta sistem penilaian. Guru merupakan sumber daya manusia yang menggerakkan dan mendayagunakan faktor-faktor lainnya, sehingga tercipta proses pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. Sedangkan hal yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan adalah keberadaan guru. Guru menjadi sebuah hal yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Sosok seorang guru

6 akan senantiasa menjadi sorotan ketika membicarakan masalah pendidikan. Pada jenjang pendidikan formal, guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh keprofesionalitasan guru. Upaya terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas harus senantiasa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru yang professional dan berkualitas akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pembelajaran siswa. Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru sebutan guru mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karir; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; (3) guru dalam jabatan pengawas. Sebagai pendidik profesional, seorang guru dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Seluruh tugas utama itu akan terlaksana dengan baik jika profesionalitas dimiliki guru yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu. Guru profesional harus mampu memenuhi kualifikasi akademik minimum dan memiliki sertifikat pendidik. Guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari bisa dinamakan profesional. Teori motivasi menyebutkan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan dan motivasi. Artinya bahwa seseorang akan bekerja

7 secara profesional jika memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan baik. Demikian juga dengan profesi guru. Guru disebut profesional bila memiliki kemampuan dan motivasi tinggi dalam bekerja. Jika guru memiliki profesional dan kualitas yang baik, maka akan berhasil dalam melaksanakan segala tugasnya. Guru yang professional memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, yakni membimbing, mengarahkan dan juga menjadi teladan yang baik bagi para peserta didiknya Guru menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Untuk itu setiap ada perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Di era globalisasi saat ini menyebabkan masyarakat bebas menyampaikan kritik, saat ini guru sering menjadi sorotan dari berbagai media masa, berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan, dan keberhasilan suatu sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak masyarakat beranggapan bahwa keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh mutu guru itu sendiri. Sementara diketahui bersama keberhasilan atau kegagalan pendidikan sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu kedisiplinan kerja. Sebagai penyelenggara pendidikan formal, sekolah memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar akan kelangsungan pendidikan. Hal ini

8 bisa dibuktikan dengan mutu lulusan yang dihasilkan memiliki kemampuan seperti yang diharapkan. Diperlukan seorang kepala sekolah yang profesional yang mampu membentuk manajemen sekolah yang efektif untuk bersamasama mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Kepala Sekolah sebagai atasan langsung guru, secara fungsional ada beberapa hal yang dapat menimbulkan rendahnya Profesionalitas guru antara lain aspek senioritas sering menjadi syarat utama dalam pengangkatan Kepala Sekolah, bukan kompetensi yang berkaitan dengan tugas-tugas Kepala Sekolah dalam melakukan tugas pokok sebagai pendidik (educator), manajer, administrator, supervisor, pemimpin(leader), pencipta (inivator), pendorong (motivator)untuk meningkatkan profesionalitas guru, sehingga ketika sudah menjabat Kepala Sekolah tidak dapat melakukan fungsi kepemimpinannya dengan baik. Efektivitas kepemimpinan kepala sekolah berperan penting terhadap profesionalitas guru. Tugas dan kewajiban kepala sekolah, disamping mengatur jalannya sekolah juga harus dapat bekerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Menurut Purwanto, (2002: 75) kepala sekolah berkewajiban membangkitkan semangat staf guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik; membangun dan memelihara kekeluargaan; mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah dan tahu bagaimana menjalankannya; memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan pegawai-pegawai. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah sangat menentukan arah keberhasilan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah hendaknya mampu meningkatkan sumber daya manusia dalam pendidikan.

9 Sumber daya manusia yang profesional dengan kepemimpinan yang profesional didukung oleh warga sekolah dan masyarakat peduli pendidikan akan membuat sekolah yang berkualitas. Seorang kepala sekolah harus mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Lingkungan kerja kondusif di sekolah merupakan salah satu prasyarat terciptanya kinerja sekolah yang tinggi. Lingkungan kerja yang kondusif bisa tercipta jika adanya komunikasi yang baik dalam lingkungan sekolah seperti : interaksi antar sesama (kepala sekolah, guru, dan karyawan), motivasi kerja tinggi, tidak ada saling curiga, dan memberikan kontribusi menjadi orientasi setiap warga sekolah. Semua hal ini hanya bisa diraih jika semua warga sekolah memiliki pikiran positif. Semua perilaku warga sekolah akan ditentukan oleh cara berpikir mereka. Jika sekolah menginginkan perilaku positif dari warga sekolah, maka sekolah harus mengembangkan atau memperbaiki cara berpikir warga sekolah agar mereka memiliki pikiran positif. Kurangnya motivasi kerja dan lingkungan kerja yang tidak kondusif akan menjadi penghalang tercapainya kinerja sekolah yang tinggi. Penyebabnya adalah karena budaya berpikir positif masih kurang dalam sekolah tersebut. Ada berbagai penyebab mengapa budaya berpikir positif dalam sekolah bisa sangat kurang. Penyebab pertama adalah memang sekolah sengaja menciptakan konflik antar warga sekolah. Maksudnya adalah agar terjadi persaingan sehingga masing-masing guru/ pegawai dipicu untuk memberikan kontribusi kepada guru/ pegawai. Namun, kepala sekolah /

10 pemimpin yang menerapkan cara ini tidak menyadari adanya efek samping yang justru membahayakan kinerja sekolah. Faktor penentu lainnya berkaitan dengan profesionalitas guru adalah adanya sarana dan prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan fasilitas pendukung yang dapat menunjang proses kegiatan dalam organisasi apa saja termasuk di dalamnya adalah satuan pendidikan atau sekolah. Akan tetapi yang lebih penting adalah proses pengelolaan atau manajemen dari sarana prasarana itu sendiri. Proses pengelolaan tersebut dapat berpengaruh terhadap sukses tidaknya suatu proses kegiatan. Bagi sebuah organisasi, manajemen merupakan kunci sukses, karena sangat menentukan kelancaran kinerja organisasi yang bersangkutan (Arikunto, 2008: 2). Karena proses pengelolaan sarana prasarana sangat penting dan berpengaruh, maka memahami tentang konsep dasar pengelolaan sarana prasarana dengan baik akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana berperan dalam merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi sarana prasarana yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk mencapai tujuan dari organisasi itu sendiri. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah menuju profesionalitas guru menjadi peran utama dalam keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Dengan penciptaan lingkungan kerja yang kondusif, sarana dan prasarana yang memadai akan menuju terbentuknya guru yang professional. Peran kepala sekolah dalam

11 meningkatkan profesional guru sangat menentukan keberhasilan pendidikan. SMP Negeri 1 Teras Boyolali sebagai sekolah berstandar nasional tidak terlepas dari peran para guru yang profesional. Maka dalam penelitian ini akan dikaji secara mendalam tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam membangun profesionalitas guru melalui lingkungan kerja yang kondusif, peningkatan profesionalitas, pengelolaan sarana dan prasarana yang cukup dan pengelolaan pembiayaan yang memadai. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat menentukan fokus penelitian tesis ini adalah Bagaimana Kepala Sekolah membangun profesionalitas guru di SMP Negeri I Teras Boyolali? Adapun fokus penelitian ini dijabarkan dalam empat rumusan masalah : 1. Bagaimana Kepala Sekolah mengelola kurikulum dan pembelajaran untuk meningkatkan profesionalitas guru? 2. Bagaimana Kepala Sekolah mengelola sarana dan prasarana untuk membangun profesionalitas guru? 3. Bagaimana Kepala Sekolah mengelola lingkungan untuk membangun profesionalitas guru? 4. Bagaimana Kepala Sekolah mengelola dana pendidikan untuk membangun profesionalitas guru?

12 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian dan rumusan masalah, ada empat tujuan penelitian : 1. Mendeskripsikan pengelolaan kurikulum dan pembelajaran yang dikelola Kepala SMP Negeri I Teras untuk meningkatkan profesionalitas guru. 2. Mendeskripsikan pengelolaan sarana dan prasarana yang dikelola Kepala SMP Negeri I Teras untuk membangun profesionalitas guru. 3. Mendeskripsikan pengelolaan lingkungan yang dikelola Kepala SMP Negeri I Teras untuk membangun profesionalitas guru. 4. Mendeskripsikan pengelolaan dana pendidikan yang dikelola Kepala SMP Negeri I Teras untuk membangun profesionalitas guru. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis 1. Manfaat Teoritis Menambah referensi tentang pengelolaan sarana prasarana, lingkungan pendidikan, dana pendidikan sebagai prinsip-prinsip dalam mengembangkan profesionalitas guru. 2. Manfaat Praktis Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatnya profesionalitas kerja dalam melaksanakan pembelajaran. Bagi kepala sekolah, dapat memberikan kontribusi yang positif dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pembinaan yang terkait peningkatan profesionalitas guru, bagi pelaku kebijakan di bidang pendidikan, dapat

13 dijadikan sebagai rekomendasi untuk menentukan kebijakan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Bagi komite sekolah, dapat memberikan bahan/wacana untuk lebih meningkatkan lagi peran serta masyarakat dalam meningkatkan sarana prasarana dan mutu sekolah.