ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

KAJIAN ASPEK KECEPATAN DALAM TEKNOLOGI MEMBANGUN GEDUNG DI INDONESIA Studi Kasus : Perumahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengembangan Kerangka Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI DESAIN DINDING PREFABRIKASI RUMAH MASSAL DARI ASPEK KECEPATAN MEMBANGUN TESIS. DINA OLIVIA NIM Program Studi Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Struktur dan Konstruksi II

Rumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEKERJAAN SAMBUNGAN ANTARA STRUKTUR PEDESTAL, KOLOM DAN BALOK ATAS

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

PRECAST CONCRETE WALL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

KONSTRUKSI PONDASI TAPAK DAN SLOOF PADA STRUKTUR BAWAH RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI (171S)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan struktur yang kuat, aman dan murah. Baja adalah salah satu

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lantai.satu keuntungan tambahan dari system rangka baja Staggered Truss ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

PENGARUH PENEMPATAN CORE WALL DENGAN EKSENTRISITAS TERTENTU TERHADAP TITIK BERAT BANGUNAN PADA BANGUNAN TINGGI DI BAWAH PENGARUH BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

Struktur dan Konstruksi II

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

SISTEM INTERLOCKING PONDASI TAPAK PADA RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

Struktur dan Konstruksi II

BAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom.

TEKNOLOGI APLIKASI BETON PRACETAK DAN PRATEGANG BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

RANCANGAN PROGRAM MATA KULIAH KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP

ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Ma ruf Hadi Sutanto NIM : D NIRM :

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

BAB I PENDAHULUAN. struktur baja yang digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, maka

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

BAB IV DATA DAN ANALISA SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang

menggunakan ketebalan 300 mm.

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI Penelitian sistem prefabrikasi ini berawal dari terjadinya peningkatan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, yang terjangkau dan tetap memenuhi syarat kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai pola pengadaan telah dikembangkan, baik melalui sektor pemerintah dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun pihak swasta. Salah satu sarana untuk mendukung program penyediaan rumah bagi rakyat adalah produksi bahan bangunan dan distribusinya, harga, jumlah dan mutunya, serta penguasaan teknologi pembangunan perumahan oleh masyarakat. Sementara itu, kemajuan teknologi dan industri jasa konstruksi untuk pembangunan rumah sederhana belum mengalami banyak kemajuan, baik dari segi arsitektural, teknik pembangunan, maupun harganya. Dalam proses pembangunan perlu dikembangkan berbagai sistem dan teknologi untuk mengurangi biaya pembangunan, sesuai dengan sasaran pembangunan dan kemampuan masyarakat. Pengurangan biaya pembangunan salah satunya dapat dilakukan melalui pengurangan masa konstruksi, sehingga diperlukan sistem komponen yang menunjang kecepatan membangun. Pengurangan biaya pembangunan salah satunya dapat dilakukan melalui pengurangan masa konstruksi, sehingga diperlukan teknologi komponen yang menunjang kecepatan membangun. Analisis dari hal kecepatan membangun merupakan upaya untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari segi labour (tenaga kerja) dimana semakin cepat proses konstruksi, berarti waktu jam kerja dapat dikurangi. 67

Tabel 4. Prosentase Besaran Komponen Pekerjaan terhadap Komposisi Biaya Sumber : Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Komponen Komposisi (%) Pondasi 3 7 Struktur 20 25 Lantai 10 15 Dinding 10 15 Plafond 8 10 Atap 10 15 Utilitas 8 10 Finishing 15-20 Apabila melihat dari prosentase komponen-komponen pekerjaan terhadap komposisi biaya konstruksinya, dinding memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keseluruhan biaya pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut, kemudian dikembangkan sistem dinding prefabrikasi yang dimaksudkan untuk pembangunan secara massal. 4.1. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Prefabrikasi yang telah Dikembangkan di Indonesia Sebelum dilakukan analisis terhadap kecepatan membangun masing- masing sistem, terlebih dahulu dilakukan pengelompokan hasil survey mengenai sistem prefabrikasi yang telah ada di Indonesia dan diuraikan keseluruhan elemen pembentuknya, mulai dari pondasi hingga atap. Untuk menerapkan sistem industrialisasi melalui sistem prefabrikasi, beberapa evaluasi terhadap sistem yang digunakan perlu dilakukan. Parameter evaluasi adalah aspek struktural dan kecepatan membangun. Konsep sistem prefabrikasi yang akan dikembangkan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dan memanfaatkan kelebihan dari pengembangan sistem prefabrikasi yang telah dilakukan, seperti RISHA, Smart Modula, dan Solusi Rumah. 68

Tabel 5. Sistem Prefabrikasi yang telah Dikembangkan 69

Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif berupa penguraian kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sistem prefabrikasi tersebut dari segi struktur, aplikasi arsitektural, aspek industrialisasi, transportasi dan ereksi dan assembly. Analisis ini lebih ditekankan kepada hubungannya dengan aspek kecepatan membangun. Pada Smart Modula kelebihannya adalah sistem ini menggunakan struktur rangka serta memiliki struktur yang ringan, karena terbuat dari rangka baja ringan, tahan gempa dan umur pemakaian yang cukup panjang. Proses konstruksi cepat yaitu 12 hari, karena penggunaan konsep prefabrikasi, dimana komponen telah diproduksi terlebih dahulu di pabrik. Selain itu yang menunjang kecepatan membangunnya adalah peralatan yang sederhana, bobot komponen yang ringan, dan dimensi yang cukup ideal untuk mempermudah proses handling. Kekurangannya adalah jenis sambungan yang digunakan cukup banyak, jenis komponen terlalu banyak, dan material sulit didapat di beberapa daerah tertentu. Tabel 6. Smart Modula Struktur Aplikasi Arsitektural Proses industrialisasi Transportasi Erection dan assembly Kesamaan dengan Keuntungan (+) sistem lain Kerugian ( ) Ringan, struktur pendukung ada pada rangka, tahan gempa, sistem sambungan kering Fleksibel, dapat dikembangkan dan dimodifikasi Proses cepat, tidak terlalu banyak masalah dalam fabrikasi penggunaan semi skilled labor Mudah, komponen dapat ditumpuk, tidak ada batasan jarak Diperlukan peralatan yang sederhana untuk pemasangan, pemasangan cepat (12 Hari) Umur pemakaian cukup Jenis sambungan panjang yang digunakan terlalu banyak Aplikasinya terbatas pada Dapat didirikan dimana saja low rise building Sistem tertutup, terlalu banyak komponen, dapat terjadi salah pasang, material sulit didapat pada beberapa daerah tertentu Terlalu banyak komponen, dapat tertukar Padat karya, mahal, diperlukan personel ahli dalam pemasangan, Pada RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) yang dikembangkan oleh Puslitbangkim, kelebihannya adalah dari segi struktur RISHA memiliki struktur yang tahan gempa dan menggunakan sistem rangka sebagai sistem pendukung serta penerapan sistem sambungan kering. 70

RISHA bersifat fleksibel, dalam arti dapat dikembangkan apabila penghuni membutuhkan tambahan ruang. Berdasarkan data yang didapat, proses pembuatan komponen RISHA di workshop memakan waktu sekitar 1 minggu dan untuk pemasangannya dibutuhkan low skilled labour. Tabel 7. RISHA Keuntungan (+) Tahan Gempa, struktur pendukung ada pada rangka, Struktur menggunakan sistem sambungan kering Umur pemakaian cukup panjang Aplikasi Arsitektural Fleksibel, dapat dikembangkan dapat didirikan dimana saja Cukup cepat, sekitar 1 minggu untuk pembuatan komponennya, diperlukan semi Proses industrialisasi skilled labor Transportasi Komponen dapat ditumpuk Proses pembangunan cepat Erection dan assembly (1 2 hari), pemasangan mudah Kesamaan dengan sistem lain Kerugian ( ) Sistem sambungan banyak sistem tertutup, padat modal untuk mendirikan industri industri pembuat komponennya Mobilitas rendah, karena komponen berat, serta ukuran komponen besar Diperlukan peralatan khusus untuk pemasangan, padat karya Proses pembangunan RISHA termasuk cepat dimana waktu pemasangan komponen-komponen bangunan dalam percobaan lapangan rata-rata waktu yang diperlukan unutk merakit satu modul Risha adalah sekitar 9 jam, dengan jumlah tenaga kerja 3 orang yang terdiri dari satu laden, satu tukang dan satu kepala tukang merangkap mandor. Waktu tersebut terpenuhi bilamana seluruh komponen yang diproduksi di pabrik sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan serta dibangun di atas lahan dengan tanah keras. Ketentuan tersebut berlaku untuk satu modul, yaitu Risha dengan ukuran 3 x 3 meter persegi termasuk dengan kelengkapan bangunan diantaranya kamar mandi dengan ukuran 1.20 x 1.50 m. sehingga bilamana untuk mengerjakan satu unit RIT-1 dengan luas 21 m 2, maka diperlukan 6 orang dengan waktu yang kurang lebih sama dengan pengerjaan satu modul. Kekurangan sistem RISHA adalah dari proses industrialisasinya karena padat modal, diperlukan modal yang cukup besar untuk mendirikan industri pembuat 71

komponen, dari segi transportasi adalah mobilitas rendah karena komponen berat dan ukuran komponen cukup besar sehingga dari segi ereksi dan perakitan membutuhkan peralatan khusus untuk memasang. Pada Solusi Rumah Holcim, menggunakan dua buah sistem, yaitu sistem rangka dengan dinding pengisi dan sistem dinding pendukung beban. Pada sistem rangka dengan dinding pengisi, beban disalurkan pada rangka bangunan. Hal ini memberikan kemudahan untuk pengembangan bangunan lebih lanjut. Solusi Rumah Holcim memiliki tingkat industrialisasi yang tinggi, dimana pembuatan blok bata sepenuhnya merupakan hasil industri pabrik, bukan workshop skala kecil maupun menengah. Kecepatan pembuatan komponen adalah 3000 buah perharinya. Tabel 8. Solusi Rumah Holcim dengan Dinding Pendukung Beban Proses transportasi amat mudah, karena komponen berukuran kecil, dan ringan. Karena kedua sifat tersebut maka mobilitas menjadi tinggi. Selain itu keuntungan lain adalah kemudahan dalam pemasangan dan tidak diperlukan peralatan khusus untuk pemasangan. 72

Tabel 9. Solusi Rumah Holcim Sistem Rangka dan Dinding Pengisi Sama halnya dengan Solusi Rumah Holcim dengan dinding pendukung beban, karena menggunakan sistem load bearing wall, beban mati yang didukung oleh dinding dapat dikurangi. Kelebihan lain dari sistem ini sama dengan sistem rangka dengan dinding pengisi. Kekurangan kedua sistem tersebut adalah dari segi struktur masih diperlukannya wet joint dengan mortar, yang mengakibatkan proses konstruksi relatif lebih lama daripada sistem lain, yaitu sekitar 1 bulan tanpa finishing. Dari segi ereksi dan perakitan, untuk membangun Solusi Rumah, tukang harus memiliki lisensi khusus dari PT. Holcim Indonesia, sehingga tidak bisa dibangun oleh low skilled labour. Selain itu ada kemungkinan tertukarnya komponen, karen jumlah komponen yang relatif banyak. Karena sifatnya merupakan industrialisasi tinggi, diperlukan modal yang banyak untuk membangun industri komponen ini karena PT. Holcim Indonesia memberlakukan sistem franchise dalam pembentukan industri komponennya. 73

Tabel 10. Perumahan Gempol Sistem selanjutnya adalah Perumahan Gempol. Sistem ini menggunakan sistem panel bambu plaster. Kelebihan dari Perumahan Gempol ini adalah penggunaan sistem panel dengan rangka. Penggunaan sistem panel dapat meningkatkan produktivitas di lapangan dan mempersingkat waktu penyelesaian unit-unit bangunan. Sistem sambungan yang digunakan adalah sistem sambungan kering dengan sambungan plus minus yang dapat mempercepat proses konstruksi. Dari segi arsitektural, kelebihannya adalah sifatnya yang fleksibel, sehingga dapat dimodifikasi dan dikembangkan. Tingkat industrialisasi adalah industri menengah, tidak diperlukan terlalu banyak modal untuk pembuatan komponen serta pemanfaatan bahan lokal yaitu bambu yang banyak terdapat di Indonesia. Kelebihan dari segi transportasi adalah tidak adanya batasan jarak untuk pengangkutan dan mudah untuk mengangkutnya. Dari segi proses konstruksi, pembangunan relatif cepat karena ukuran komponen yang relatif kecil dan tidak terlalu berat, serta item pekerjaan sedikit. Kekurangan dari sistem yang digunakan oleh Perumahan Gempol adalah karena sistem sambungan menggunakan sistem sambungan plus minus, sistem sambungan harus kuat untuk mengantisipasi beban yang terjadi. Selain itu sistem 74

ini hanya untuk low rise building, serta dibutuhkan tenaga terampil dalam pemasangan. Tabel 11. Perumahan Jl. Rebab Sistem yang digunakan oleh rumah di Jl. Rebab adalah juga sistem panel bambu plaster. Perbedaannya terletak pada ukuran panel dan sistem sambungan. Ukuran panel adalah 60 x 240 cm dan menggunakan sistem sambungan kering dengan paku dan baut. Kelebihan sistem ini adalah panel berfungsi sebagai sistem pendukung beban. Ukuran panel yang relatif besar dan kemudahan pemasangan menyebabkan pembangunan relatif cepat. Panel prefabrikasi memberikan sifat fleksibel pada bentuk ruang, sehingga ruang mudah dimodifikasi dan dikembangkan. Merupakan industrialisasi tingkat menengah dengan pemanfaatan komponen lokal, yaitu bambu. Kekurangan sistem ini adalah masih diperlukannya pemakaian pasangan bata sebagai pemisah antara komponen dinding dengan sloof, ukuran komponen yang terlalu besar dan berat, sehingga diperlukan peralatan khusus dan tenaga terampil dalam proses pemasangan serta kesulitan dalam proses transportasi. 75

Tabel 12. Sistem Konvensional Sebagai pembanding dilakukan pula analisis terhadap sistem konvensional dengan menggunakan pasangan bata. Kelebihan dari pasangan bata ini adalah bata dapat digunakan pada sistem rangka sebagai dinding pengisi dan dapat pula digunakan sebagai dinding pendukung (load bearing wall). Penggunaan sistem wet joint dapat memberikan sifat monolitik. Bata sangat fleksibel, dapat diterapkan pada berbagai bangunan, dan cocok untuk perumahan. Selain itu industri bata dapat mencakup berbagai skala industri, mulai industri kecil dengan bata rakyat hingga industri besar. Karena ukurannya kecil, mobilitas bata tinggi, kemudahan dalam handling dan mudah dipasang. Kekurangannya adalah masih diperlukannya wet joint, tetap diperlukan finishing, jumlah komponen yang digunakan pada sistem konvensional banyak serta item pekerjaan banyak. Faktor ini yang mempengaruhi dalam kecepatan membangun, pembangunan dengan menggunakan sistem konvensional relatif lama. 76

4.2. Analisis Kecepatan Membangun Untuk mendapatkan kriteria perancangan, pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap kecepatan membangun dari masing-masing sistem yang dijadikan acuan. Sistem-sistem tersebut dianalisis kecepatan membangunnya setiap bagian pekerjaan, mulai pekerjaan kolom; pekerjaan balok, sloof dan ringbalok serta pekerjaan dinding. Kemudian analisis pula berat dan dimensi serta sistem sambungan masing-masing komponen kemudian dicari korelasi dengan kecepatan membangun. Selain itu dibandingkan pula dengan metoda konvensional dengan menggunakan dinding pasangan bata. Tabel 13. Kolom (berat-kecepatan) SMART MODULA Tabel 14. Kolom (dimensi-kecepatan) SOLUSI RUMAH HOLCIM I PERUMAHAN JL. REBAB PERUMAHAN GEMPOL SOLUSI RUMAH HOLCIM II RISHA BATA Dimensi kolom (m2) 0.21 0.36 0.08 0.24 0.16 0 0.81 Kecepatan (m2/jam) 8.57 4.63 1.33 1.33 1.56 0 0.27 Melalui tabel diatas dapat terlihat bahwa konstruksi kolom yang digunakan Smart Modula merupakan yang tercepat. Smart Modula menggunakan sistem rangka dengan bahan baja ringan dengan dinding penutup berupa dinding campuran semen dan styrofoam. Berat kolom yang ringan serta dimensi kolom yang kecil mempengaruhi kecepatan membangun. Sistem tercepat kedua adalah RISHA dengan bobot kolom yang relatif besar dan dimensi kolom yang lebih besar pula dari Smart Modula. Akan tetapi pada Solusi Rumah Holcim dimensi komponen kolom yang digunakan relatif kecil dan bobot komponen relatif besar, tidak berpengaruh pada 77

kecepatan konstruksi kolom. Hal ini disebabkan sistem prefabrikasi dengan precast kolom, sehingga tidak diperlukan lagi pekerjaan bekisting. Hal yang berpengaruh pada kecepatan membangun kolom adalah bobot dan penggunaan sistem prefabrikasi. Tabel 15. Sloof (berat-kecepatan) SMART SOLUSI RUMAH PERUMAHAN JL. PERUMAHAN SOLUSI RUMAH MODULA RISHA HOLCIM I REBAB GEMPOL HOLCIM II BATA Berat sloof 12.88 26.32 7.8 32.4 0 7.8 32.4 Kecepatan (m2/jam) 2.27 3.26 1.47 0.58 0 1.47 0.87 Tabel 16. Sloof (dimensi-kecepatan) SMART MODULA SOLUSI RUMAH HOLCIM I PERUMAHAN JL. REBAB PERUMAHAN GEMPOL SOLUSI RUMAH HOLCIM II RISHA BATA Dimensi sloof (m2) 0.45 0.36 0.04 0.6 0 0.04 0.6 Kecepatan (m2/jam) 2.27 3.26 1.47 0.58 0 1.47 0.87 Pada pekerjaan sloof, dapat dilihat bahwa penggunaan sloof dengan sistem konvensional seperti yang digunakan oleh Perumahan Jl. Rebab dan sistem konvensional bata memakan waktu. Selain karena bobotnya yang relatif besar, jenis pekerjaan yang dilakukan banyak. Hal utama yang berpengaruh pada kecepatan membangun sloof adalah bobot komponen. Tabel 17. Ringbalk (berat-kecepatan) SMART SOLUSI RUMAH PERUMAHAN JL. PERUMAHAN SOLUSI RUMAH MODULA RISHA HOLCIM I REBAB GEMPOL HOLCIM II BATA Berat ringbalk 0 34.79 7.8 0 0 7.8 24.3 Kecepatan (m2/jam) 0 3.26 1.14 0 0 1.14 1.06 78

Tabel 18. Ringbalk (dimensi-kecepatan) SMART MODULA SOLUSI RUMAH HOLCIM I PERUMAHAN JL. REBAB PERUMAHAN GEMPOL SOLUSI RUMAH HOLCIM II RISHA BATA Dimensi ringbalk (m2) 0 0.24 0.04 0 0 0.04 0.45 Kecepatan (m2/jam) 0 3.26 1.14 0 0 1.14 1.06 Pada dinding, kecepatan membangun dipengaruhi oleh dimensi. Dimensi yang besar, seperti RISHA dan Perumahan Jl. Rebab, memiliki kecepatan membangun yang relatif besar. Akan tetapi, Perumahan Gempol, yang dimensinya lebih kecil daripada Perumahan Jl. Rebab, proses membangunnya lebih cepat. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beratnya yang relatif lebih ringan. Tabel 19. Dinding (berat-kecepatan) Tabel 20. Dinding (dimensi-kecepatan) 79

Tabel 21. Sistem Sambungan Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa sistem sambungan kering (dry joint) merupakan sistem sambungan yang paling cepat pengerjaannya. Dalam hal ini, sistem sambungan yang digunakan oleh RISHA, yaitu baut dan plat merupakan yang paling cepat, diikuti oleh sistem sambungan yang digunakan oleh Smart Modula dan sistem sambungan yang digunakan oleh Perumahan Gempol (sambungan plus minus). Pada dinding, RISHA merupakan yang tercepat, dengan dimensi komponen dinding yaitu 120 x 240 cm. Akan tetapi, Perumahan Gempol yang memiliki dimensi komponen yang lebih kecil daripada Perumahan Jl. Rebab yang dikembangkan oleh Puslitbangkim lebih cepat proses konstruksinya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kemudahan pemasangan serta bobotnya yang lebih ringan dan kesederhanaan bentuk komponen. Berat komponen dinding juga mempengaruhi produktivitas dari masing-masing sistem. Pada dinding bambu plaster pracetak yang digunakan oleh Puslitbangkim 80

yang memiliki bobot cukup besar terbukti produktivitasnya rendah. Akan tetapi, pada sistem yang memiliki berat yang relatif ringan seperti Solusi Rumah dan sistem konvensional memiliki kecepatan membangun yang rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sistem sambungan yang digunakan serta karakter dimensi dari sistem tersebut. Begitu pula dengan ring balk, sloof dan kolom. Bobot dan karakter dimensi mempengaruhi kecepatan membangun sistem. Sistem sambungan yang digunakan serta kemudahan pemasangan juga mempengaruhi kecepatan membangun. Keragaman jenis pekerjaan juga mempengaruhi kecepatan membangun. Hal ini terlihat dari Perumahan Gempol dan Smart Modula. Jenis pekerjaan yang harus dilakukan lebih sedikit dibandingkan dengan Solusi Rumah, Perumahan Jl. Rebab, maupun sistem konvensional. Sedangkan RISHA dipengaruhi oleh kesederhanaan jenis komponen. Jumlah komponennya yang sedikit dan dapat digunakan untuk berbagai sistem menyebabkan proses konstruksinya menjadi jauh lebih cepat daripada sistem yang lain. 4.3. Analisis Gaya Agar komponen dapat mengatasi gaya-gaya yang terjadi, perlu dilakukan analisis terhadap gaya-gaya yang terjadi pada komponen tersebut. Gaya-gaya yang terjadi antara lain gaya geser lateral, gaya geser vertikal, dan gaya guling. Gaya lateral yang terjadi pada bangunan dapat menyebabkan bangunan mengalami geser. Gaya geser dapat terjadi pada struktur bangunan, baik pada pondasi maupun struktur atap. 81

Gambar 49. Perpindahan akibat gaya lateral Sumber : Design For Earthquakes (Ambrose, 1999) Cara untuk mengatasi geser akibat gaya lateral adalah dengan memberikan bracing diagonal, dinding geser (shear wall) atau dengan sambungan yang kaku (rigid). Gambar 50. Tiga metoda dasar untuk mencapai kestabilan lateral, yaitu dengan diagonal bracing, shear planes,dan rigid joint. Sumber : Structures (Schodeck, 1980) Pada rancangan komponen dinding ini untuk mengatasi gaya geser yang terjadi, digunakan sistem dinding geser dan diperlukan adanya sambungan pada arah vertikal dan horizontal. Gambar 51. Gaya Lateral

Sistem dinding geser (shear wall) dengan rangka pengaku diterapkan pada komponen panel, rangka (kolom dan balok) diterapkan pada rangka komponen, sementara dinding geser diterapkan pada dinding panel. Beban lain yang bekerja adalah beban horizontal. Salah satu akibat dari beban horizontal adalah terjadinya gaya guling pada bangunan. Massa bangunan memiliki berperan ganda, yaitu sebagai sumber gaya momentum horizontal dan stabilitas penahan terhadap gaya guling. Sifat kritis dari gaya guling ini adalah bentuk vertikal bangunan. Semakin lebar bangunan semakin kecil kemungkinannya untuk mengalami gaya guling dibandingkan dengan bangunan yang tinggi dan ramping. Gambar 52. Pengaruh gaya guling pada bangunan Sumber : Design For Earthquakes (Ambrose, 1999) Untuk mengatasi gaya guling akibat beban horizontal, diperlukan adanya suatu sambungan pada arah horizontal dan agar menjadi lebih kaku diperlukan adanya suatu tambahan sistem kunci dengan mur-baut. 83

Gambar 53. Gaya Guling Gaya vertikal yang terjadi dapat mengakibatkan bangunan mengalami geser vertikal, yang mengakibatkan bangunan mengalami deformasi. Untuk mengatasi gaya tersebut, diperlukan adanya sistem sambungan pada arah vertikal. Gambar 54. Gaya Vertikal 84

4.4. Kriteria Perancangan Tabel 22. Elaborasi Kecepatan Dimensi Berat 85

Dari hasil elaborasi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan yang menjadi kriteria dalam usulan rancangan komponen berikutnya, yang diuraikan sebagai berikut : 4.4.1. Dimensi Komponen Karakter dimensi komponen yang dapat menunjang kecepatan membangun, adalah seperti yang digunakan oleh RISHA dan Smart Modula. RISHA menggunakan dimensi komponen dinding panel 120 x 240 m dan komponen rangka adalah 120 x 30 cm. Smart Modula menggunakan dimensi komponen dinding adalah 90 x 70 cm. 4.4.2. Aspek Arsitektural 4.4.2.1.Dimensi dan Modul Ruang 1. SOLUSI RUMAH HOLCIM 2. SMART MODULA 3. RISHA 86

4. PERUMAHAN GEMPOL 5. PERUMAHAN JL. REBAB PUSLITBANGKIM Dari uraian di atas terlihat bahwa dimensi ruang yang pada masing-masing sistem adalah 3.00 x 3.00 m dengan menggunakan modul terkecil adalah modul 30 cm. Perkecualian ada pada Perumahan Gempol yang menggunakan modul 20 cm, baik untuk modul vertikal maupun horizontal. Untuk modul vertikal yang digunakan pada ketinggian bangunan, semua sistem menggunakan modul 30 cm atau 20 cm seperti yang digunakan pada Solusi Rumah Holcim. Apabila mengacu pada modul ruang yang terdapat pada Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (2002), maka dimensi ruang 3.00 x 3.00 m dengan modul terkecil (vertikal dan horizontal) adalah 20 cm dan 30 cm sudah sesuai. Tentunya modul dan dimensi ruang tersebut telah diperhitungkan terhadap kebutuhan minimal penghuninya. 4.4.2.2.Konfigurasi dan Tampilan Kesederhanaan item pekerjaan merupakan salah satu hal yang dapat mempercepat proses konstruksi. Hal ini terlihat pada Perumahan Gempol, yaitu dengan tidak adanya sloof dan pekerjaan dinding yang dirangkap oleh rangka. 87

Oleh karena itu dinding panel ini harus dapat menampung berbagai macam fungsi, seperti halnya sistem yang digunakan oleh RISHA. Pada sistem RISHA, selain sebagai komponen pembentuk rangka, dapat digunakan untuk pondasi, rangka atap, kanstin, bahkan meja dan kursi taman. Karena ditujukan untuk pembangunan rumah sehat dan sederhana, komponen harus dapat berfungsi sebagai meja dapur, bak mandi bahkan tangga apabila memungkinkan. Selain itu dinding panel harus dapat memberikan kebebasan dalam rancangan dan bentuk ruang. Dinding panel harus dapat mudah dibongkar dan dipasang kembali apabila diperlukan perluasan pada bangunan. Dari segi tampilan, pola pemasangan dilakukan seperti pemasangan bata yang saling bersilang. 4.4.3. Berat Komponen Untuk menunjang kecepatan membangun, bentuk komponen sederhana dan memiliki bobot relatif ringan, karena bobot mempengaruhi kecepatan membangun, seperti yang ditunjukan oleh RISHA dan Smart Modula. Menurut ISO 11228-1 berat maksimum yang dapat diangkat oleh 95 % laki-laki dan 70 % wanita adalah 25 kg sedangkan dalam MMH (Manual Materials Handling) adalah 27 kg dimana berat ini dapat diangkat oleh 90 % laki-laki. Sedangkan berat maksimum yang dapat diangkat oleh wanita menurut MMH adalah 20 kg. Bobot diantara 16 55 kg masih dapat diangkat oleh satu orang pekerja, namun bobot di atas 55 kg harus diangkat dengan menggunakan alat bantu dan team work. (Patenaude, 2004) 4.4.4. Konsep Prefabrikasi Pemilihan konsep sistem prefabrikasi berdasarkan berbagai pertimbangan antara lain : 1. Untuk menunjang konsep pembangunan massal dan proses konstruksi yang cepat 2. Mutu komponen terjamin. 3. Diperlukan komponen yang sederhana dan ukuran yang tidak terlalu besar sehingga mempermudah proses pemasangan dan pengangkatan. 88

4. Dibutuhkan jenis komponen sesedikit mungkin sehingga didapat kemudahan dalam transportasi, mobilitas komponen tinggi, dengan sistem sambungan sederhana 4.4.5. Sistem Sambungan (Joint) Dari hasil analisis, dapat terlihat sistem sambungan yang dapat menunjang kecepatan membangun adalah sistem sambungan kering (dry joint). Sistem sambungan kering tersebut adalah sistem sambungan dengan baut dan plat yang digunakan oleh RISHA dan Smart Modula serta sistem sambungan plus-minus yang digunakan oleh Perumahan Gempol. Selain itu hal yang dapat mempercepat proses konstruksi adalah kemudahan sistem pemasangan komponen, seperti yang terdapat pada Smart Modula, RISHA dan Perumahan Gempol. 4.4.6. Material yang digunakan Material yang digunakan harus bersifat ringan, mudah untuk dipelihara, mudah dalam pemasangan dan transportasi, dan dapat mengurangi beban pada bearing structure. Selain itu material harus memiliki ketahanan yang tinggi terhadap bahan-bahan kimia, termasuk polusi dan garam-garaman. Material harus memiliki akustik yang baik dan tahan terhadap noda, busuk, korosi dan api. 89