BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. O1 X 0 O k : Observasi awal/pretest sebanyak 3 kali dalam 3minggu berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

PENGARUH AIR RENDAMAN JERAMI PADA OVITRAP TERHADAP JUMLAH TELUR NYAMUK DEMAM BERDARAH (Aedes sp) YANG TERPERANGKAP.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

Jurnal Kesehatan Kartika 26

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Tingginya Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEPADATAN JENTIK Aedes sp DAN PRAKTIK PSN DENGAN KEJADIAN DBD DI SEKOLAH TINGKAT DASAR DI KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

MARI BERANTISIPASI DBD MENGGUNAKAN KELAMBU AIR

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

Transkripsi:

daerah. 3 Selama 40 tahun terakhir, zat kimia telah banyak digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan morbilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia. 1 Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. 2 Program pengendalian penyakit dengue dibeberapa wilayah umumnya tidak terlalu berhasil, terutama karena program tersebut hampir bergantung sepenuhnya pada pengasapan insektisida untuk mengendalikan populasi nyamuk dewasa. Mengingat vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia, maka cara yang dapat dilakukan sampai saat ini ialah memberantas nyamuk penularnya (vektor) dengan pembersihan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD). Pemberantasan vektor dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa maupun jentiknya. Namun demikian, hingga saat ini upaya pemberantasan DBD belum berhasil di Indonesia, sehingga penyakit ini masih sering terjadi dan menimbulkan KLB di berbagai mengendalikan populasi nyamuk dan serangga lain sehingga tidak menyebarkan penyakit yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat akibatnya Aedes aegypti dan vektor dengue lainnya dibeberapa negara telah membentuk kekebalan terhadap insektisida yang biasa dipakai, seperti temefos, malation, fention, permetrin, propoksur dan fenithrotion. Oleh karena itu ada anjuran untuk mengumpulkan data dasar tentang kerentanan insektisida sebelum kegiatan pengendalian dengan

larva. 3 Cara yang tepat guna dalam pemberantasan penyakit DBD adalah insektisida dimulai dan untuk melakukan pemantauan terhadap tingkat kerentanan tersebut secara berjangka. Agar program pengendalian vektor DBD dapat membawa hasil yang memuaskan, penting kiranya untuk berfokus pada penurunan sumber melaksanakan pembersihan sarang nyamuk (PSN) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan 3M yaitu : 1) menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ke tempat penampungan air bersih (TPA), 2) menutup rapat-rapat tempat penampungan air bersih (TPA) dan 3) mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti. 4 Berbagai macam kegiatan selain 3M dilakukan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah dengue, diantaranya yang telah dilakukan dan memberikan hasil yang menjanjikan (promosing) adalah pengendalian dengan menggunakan 1% Abate/Temefos berbentuk granula pasir (sand granules) untuk stadium larva dan 4% malation dalam bentuk asap (fog) untuk stadium dewasa. Selama jentik yang ada di tempat-tempat perindukan tidak diberantas setiap hari, maka akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang menetas dan penularan penyakit akan terulang kembali. 4 Cara lain yang digunakan adalah autocidal ovitrap. Autocidal ovitrap adalah perangkap telur nyamuk yang berupa tabung gelas kecil bermulut lebar yang dicat hitam di bagian luarnya. Tabung gelas tersebut dilengkapi dengan tongkat kayu yang dijepit vertikal dibagian kasar-nya menghadap ke arah dalam. Tabung separuh diisi air dan ditempatkan dilokasi yang diduga menjadi habitat nyamuk, biasanya di dalam atau di sekitar lingkungan rumah. Ovitrap standar berupa tabung gelas plastik (350 mililiter) dengan ukuran tinggi 91 milimeter dan diameter 75 milimeter dicat hitam bagian luarnya, diisi air dan diberi lapisan kertas, bilah kayu, atau bambu sebagai tempat bertelur. Untuk menarik penciuman nyamuk digunakan air rendaman jerami. Perangkap telur nyamuk merupakan peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus jika kepadatan populasi nyamuk rendah dan survei larva menunjukan hasil yang tidak produktif, seperti dalam kondisi

yang normal. Sebuah perangkap nyamuk yang dilengkapi dengan rendaman/infusi jerami telah terbukti sebagai metode surveilans Ae. aegypti yang sangat reproduktif dan efisien di perkotaan dan juga telah terbukti berguna untuk mengevaluasi program-program pengendalian, misalnya dampak lingkup penyemprotan insektisida terhadap populasi nyamuk betina dewasa. 4 Karen A Polson di Cambodia juga menyebutkan adanya perbedaan jumlah telur pada ovitrap menggunakan 10% air rendaman jerami dengan ovitrap yang menggunakan air biasa. Ovitrap dengan penambahan air rendaman jerami 10% terbukti dapat menghasilkan telur yang terperangkap 8 kali lebih banyak dibanding versi aslinya. Jumlah telur yang dihasilkan lebih banyak pada 10% air rendaman jerami daripada menggunakan air biasa. Penelitian mengenai ovitrap berisi air rendaman jerami sebagai daya tarik nyamuk Aedes aegypti untuk meletakkan telur pada ovitrap tersebut pernah dilakukan oleh Santos, yaitu dengan menambah variasi konsentrasi air rendaman jerami, dikombinasikan dengan Bacillus thuringiensis var israelensis (Bti), disimpulkan bahwa air rendaman jerami 10% mendapat lebih banyak telur daripada penambahan Bti, serta konsentrasi air rendaman jerami 30% yang ditambah Bti mendapatkan telur paling banyak. 5,6 Joko Santoso melakukan penelitian tentang ovitrap yaitu Autocidal ovitrap dengan diberi penutup kain kasa nilon dengan berbagai warna. Hasilnya ada pengaruh warna kasa penutup autocidal ovitrap terhadap jumlah jentik nyamuk Ae. Aegypti yang terperangkap. 7 Yeyen Hendayani melakukan penelitian tentang ovitrap yaitu dengan air rendaman jerami 10%, 30%, 50%, 70% dan 90%. Hasilnya menunjukkan ada hubungan bermakna air rendaman jerami pada ovitrap terhadap jumlah telur Aedes spp yang terperangkap, sedangkan pada letak penempatan di dalam dan di luar rumah tidak ada hubungan yang bermakna. 8 Selain itu Sayono melakukan penelitian tentang autocidal ovitrap (lethal ovitrap/lo) dengan air bersih, air rendaman jerami dan air rendaman udang. Hasilnya menunjukan bahwa penggunaan lethal ovitrap dapat menurunkan indeks ovitrap. 9 B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh penggunaan autocidal ovitrap terhadap penurunan indeks HI (House Indeks), CI (Container Indeks), BI (Breteu Indeks) Aedes sebagai vektor Demam Berdarah Dengue. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisa pengaruh penggunaan autocidal ovitrap terhadap penurunan indeks HI (House Indeks), CI (Container Indeks), BI (Breteu Indeks) Aedes sebagai vektor Demam Berdarah Dengue. 2. Tujuan khusus a. Menganalisa pengaruh penggunaan Autocidal ovitrap terhadap penurunan indeks rumah (House Indeks). b. Menganalisa pengaruh penggunaan Autocidal ovitrap terhadap penurunan indeks kontainer (Container Indeks). c. Menganalisa pengaruh penggunaan Autocidal ovitrap terhadap penurunan Breteu Indeks D. Manfaat penelitian 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat menjadi alat alternatif atau cara yang sederhana, mudah dan murah untuk digunakan dalam pengendalian Aedes aegypti. 2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi tentang metoda dan alat pemberantasan nyamuk Aedes aegypti, yang dapat direkomendasikan untuk diterapkan oleh masyarakat. 3. Bagi Institusi Pendidikan dan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti-bukti awal guna mengembangkan penelitian yang lebih mendalam dan intensif tentang pemanfaatan ovitrap sebagai alat pengendalian nyamuk Aedes aegypti.

E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya dalam bidang pengendalian vektor penyakit menular yang disebabkan oleh vektor (serangga). F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti (th) 1. Karen A Polson (2002) Judul Penggunaan ovitrap dengan air rendaman jerami sebagai alat surveilans Desain studi Eksperimen lapangan Variabel Bebas dan terikat - Jenis atraktan - Letak ovitrap Hasil Ovitrap berisi Hay infusion 10% meningkatkan jumlah telur terperangkap 8 kali lipat daripada air biasa 2. Santos (2003) Peningkatan efektifitas ovitrap dengan air rendaman jerami untuk kegiatan monitoring populasi Ae. aegypti 3. Joko Santoso (2006) 4. Yeyen Hendayani (2007) Pengaruh Warna Kasa Penutup Autocidal Ovitrap Terhadap Jumlah Jentik Nyamuk Yang Terperangkap Pengaruh Berbagai Konsentrasi Air Rendaman Jerami Pada Ovitrap Terhadap Jumlah telur Aedes spp Yang Terperangkap Eksperimen lapangan - Jenis atraktan ovitrap - penambahan Bacillus thuringiensi - jumlah telur Eksperimen - Warna kasa penutup autocidal ovitrap: putih, merah muda, biru muda, hitam - Jumlah jentik nyamuk Aedes aegypti Eksperimen Kuasi - Berbagai konsentrasi air rendaman jerami pada ovitrap - Jumlah telur nyamuk Aedes spp yang terperangkap pada ovitrap Ovitrap berisi infusion 10% menjerat telur lebih banyak, infusion 30% + Bti dapat menjerat telur terbanyak Ada pengaruh warna kasa penutup autocidal ovitrap terhadap jumlah jentik nyamuk Ae. aegypti yang terperangkap Ada pengaruh yang bermakna konsentrasi air rendaman jerami pada ovitrap terhadap jumlah telur nyamuk Aedes spp yang terperangkap baik didalam maupun diluar rumah

5. Sayono (2008) Pengaruh Modifikasi Ovitrap Terhadap Jumlah Nyamuk Aedes Yang Terperangkap Eksperimen - Jenis attraktan - Waktu penggunaan - Jumlah nyamuk yang terperangkap Penggunaan lethal ovitrap (LO) dapat menurunkan indeks ovitrap Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian-penelitian tersebut menggunakan rendaman jerami dengan berbagai konsentrasi air jerami dan ada yang dikombinasikan dengan Bacillus thuringiensis var israelensis (Bti), menggunakan penutup kain kasa dengan warna yang berbeda, dengan bermacam atraktan (air bersih, air rendaman jerami, air rendaman udang). Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah ovitrap dengan rendaman jerami 10% dibedakan berdasarkan penurunan HI (House indek), CI (Container indeks), BI (Breteu Indeks).