ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

ESTIMASI POPULASI DEWASA RAWAN TERINFEKSI HIV 2009

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi Setiap orang berhak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

Laporan Hasil SSP 2003 B a l i. iii. iii

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

Laporan Hasil SSP 2003 Sulawesi Selatan. iii. iii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

Estimasi Nasional Infeksi HIV pada Orang Dewasa Indonesia Tahun 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

Laporan Hasil SSP 2003 Jayapura (Papua) iii. iii

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

Laporan Hasil SSP 2003 Sumatera Selatan. iii. iii

PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN HIV & AIDS DI KABUPATEN GROBOGAN. OLEH : PENGENDALIAN PENYAKIT (PROGRAM HIV &AIDS) DINAS KESEHATAN Kab.

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertemuan Evaluasi Program GWL. Untuk mendapatkan masukan dan rekomendasi pengembangan program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

Laporan Hasil SSP 2003 Nusa Tenggara Timur. iii. iii

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

Laporan Hasil SSP 2002 Jawa Barat. iii. iii

RENCANA AKSI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

Laporan Hasil SSP 2002 Merauke (Papua)

1 Universitas Kristen Maranatha

Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar,

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

Laporan Hasil SSP 2002 Jawa Timur. iii. iii

BAB III OBJEK LAPORAN KKL. Kota Bandung terletak pada 107 bujur timur, 6-55 lintang

Transkripsi:

ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007 1800000 1600000 Proyeksi Kasus HIV/AIDS di Indonesia 1400000 1200000 Jumlah Infeksi 1000000 800000 600000 400000 200000 0 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 2019 New HIV Cumulative HIV Current HIV KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) PROVINSI BALI Januari 2007

KATA PENGANTAR Lokakarya estimasi penduduk berisiko dan estimasi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Provinsi Bali telah dilaksanakan pada tanggal 5-6 Januari 2007 bersama-sama dengan KPA Kab/Kota se Bali, beberapa instansi di Provinsi dan semua LSM di Bali yang mempunyai kegiatan dalam pencegahan/ penanggulangan HIV/AIDS dengan tiga orang nara sumber dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Estimasi penduduk berisiko dan estimasi ODHA yang dilaksanakan pada tahun 2006/2007 adalah estimasi kedua setelah yang pertama yang dilakukan pada tahun 2002/2003. Berbeda dengan estimasi yang pertama, maka estimasi yang kedua dilakukan secera lebih rinci pada tingkat kabupaten/kota. Bila sumber daya manusia dan dana tersedia maka KPAN sangat mengharapkan agar masing-masing provinsi di Indonesia melakukan verifikasi terhadap estimasi yang dilaksanakan secara nasional. Tujuannya ada dua yaitu untuk verifikasi atau memperbaharui data basis yang dipergunakan dalam estimasi, dan kedua agar semua kabupaten/kota ikut terlibat secara aktif dalam proses estimasi tersebut. Lokakarya ini adalah dalam rangka untuk verifikasi estimasi penduduk berisiko dan ODHA yang dilaksanakan secara nasional di Bandung pada tanggal 9-10 November 2006. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada KPAN yang telah memberikan dukungan tiga nara sumber dalam kegiatan ini. Kepada ketiga nara sumber, Pandu Riono (FHI), Aang Sutrisna (KPAN) dan Sugih Hartono (BPS), kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas fasilitasinya selama lokakarya. Selain itu, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada IHPCP yang telah memberikan dukungan dana untuk pelaksanaan lokakarya tersebut. Terakhir, kami juga ucapkan terima kasih kepada semua KPA Kab/Kota, instansi terkait dan semua LSM atas peran sertanya selama lokakarya. Harapan kami, mudah-mudahan hasil estimasi ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi kegiatankegiatan pencegahan/penanggulangan HIV/AIDS di Provinsi Bali. Denpasar, 10 Januari 2007 Wakil Gubernur Bali Selaku Ketua Harian KPA Provinsi Bali Kesuma Kelakan i

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi i ii I. Pendahuluan 1 II. Manfaat/Tujuan Estimasi 2 III. Input Data, Metode dan Langkah-langkah Estimasi 2 Input Data dan Metode Estimasi 2 Langkah-langkah Estimasi 4 Langkah-1: Pengumpulan Data oleh Pusat ke Masing-masing Kabupaten/Kota 4 Langkah-2: Lokakarya Estimasi yang Dilakukan oleh Pusat (KPA, Depkes) 6 Langkah-3: Lokakarya Estimasi yang Dilaksanakan di Provinsi Bali 7 IV. Hasil Estimasi 7 V. Kesimpulan 10 LAMPIRAN-LAMPIRAN 11 Tabel-2. Estimasi populasi rawan dan ODHA hasil estimasi pusat 12 Tabel-3. Estimasi populasi rawan dan ODHA Prov. Bali hasil verifikasi 13 Tabel-4. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Jembrana hasil verifikasi 14 Tabel-5. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Tabanan hasil verifikasi 15 Tabel-6. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Badung hasil verifikasi 16 Tabel-7. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Gianyar hasil verifikasi 17 Tabel-8. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Klungkung hasil verifikasi 18 Tabel-9. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Bangli hasil verifikasi 19 Tabel-10. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Karangasem verifikasi 20 Tabel-11. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Buleleng hasil verifikasi 21 Tabel-12. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kota Denpasar hasil verifikasi 22 Peta-1. Jumlah ODHA per Kab/Kota di Provinsi Bali 23 Peta-2. Prevalensi ODHA per 10.000 penduduk umur 15-49 tahun per Kab/Kota di Provinsi Bali 24 ii

I. PENDAHULUAN Seperti diketahui bahwa HIV menular melalui tiga cara yaitu melalui hubungan seksual yang berisiko, melalui jarum suntik tercemar yang biasanya dipakai oleh pemakai narkoba suntik (penasun) dan dari ibu hamil yang HIV+ ke bayi yang dikandungnya. Bila seseorang tertular HIV maka sekitar 5-10 tahun mereka akan tampak sehat walafiat tetapi bisa menularkan virusnya kepada orang lain. Setelah jatuh pada fase AIDS yaitu setelah 5-10 tahun sejak terinfeksi HIV, orang tersebut mulai mengeluh sakit-sakitan tetapi dengan gejala sakit seperti sakit lainnya, misalnya mengeluh batukbatuk berkepanjangan, jamur di mulut seperti penderita jamuran lainnya, badannya mengurus yang juga seperti gejala sakit lain pada umumnya. Karena tampak sehat walafiat maka orang yang bersangkutan tidak akan menyadari dan tidak akan mengetahui bahwa dirinya telah tertular HIV. Selain dirinya sendiri, petugas kesehatan juga tidak akan bisa mengetahui siapa, berapa banyak dan dimana mereka-mereka yang telah tertular HIV. Data yang ada di Dinas Kesehatan biasanya hanya data tentang kasus-kasus HIV/AIDS yang kebetulan diketahui dan dilaporkan misalnya karena ada orang yang ingin test HIV atau kalau ada orang sakit lalu datang ke rumah sakit. Di rumah sakit lalu pasien tersebut dicurigai sebagai penderita AIDS dan dilakukan test HIV. Selain HIV/AIDS, banyak penyakit lain yang juga seperti itu terutama penyakit-penyakit khronis misalnya hepatitis atau beberapa penyakit tidak menular seperti misalnya penyakit kanker, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis dan lain-lainnya. Hal ini berbeda dengan penyakit-penyakit akut seperti misalnya flu burung, dimana seseorang yang terinfeksi segera memberikan gejala-gejala akut yang disertai gejala agak khas. Pada penyakit-penyakit akut seperti ini biasanya lebih mudah diketahui baik oleh yang bersangkutan maupun oleh petugas kesehatan karena orang yang sakit biasanya akan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan. Untuk penyakit seperti ini jumlah kejadian di masyarakat lebih mudah untuk diketahui dengan lebih akurat dengan mengumpulkan catatan dari tempat-tempat pelayanan kesehatan (dokter praktek swasta, puskesmas, rumah sakit, dll). Karena jumlah kasus HIV/AIDS di suatu populasi (misalnya di Indonesia, Bali, dll) tidak bisa diketahui dengan pasti, maka satusatunya cara adalah dengan memperkirakan atau melakukan estimasi. Estimasi seperti ini bukan saja dilakukan pada kejadian penyakit, tetapi juga pada hal-hal lain misalnya estimasi produksi beras di Indonesia 1

dalam satu tahun, perkiraan jumlah populasi Harimau Sumatera, estimasi jumlah ikan di suatu kolam, ikan paus di seluruh dunia, dll. Untuk mendapatkan perkiraan yang mendekati kejadian sebenarnya, faktor yang paling mementukan adalah data basis atau asumsi yang dipergunakan sebagai input dan juga dari metode yang dipergunakan. Karena setiap saat ada infeksi baru, dan ada juga yang meninggal maka perkiraan jumlah penduduk yang HIV+ juga setiap saat akan berubah. Walaupun demikian, tentu tidak akan memungkinkan untuk melaksanakan estimasi terlalu sering. Sama halnya dengan jumlah penduduk yang setiap saat akan berubah karena ada yang lahir dan ada yang meninggal, tetapi sensus penduduk hanya dilaksanakan setiap 10 tahun. Pada tahun 2002/2003, di Indonesia termasuk Bali telah dilakukan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Pada saat itu, perkiraan jumlah ODHA di Indonesia adalah antara 90.000 120.000 orang dengan nilai tengah sebanyak 105.000. Untuk Bali, saat itu diperkirakan antara 2.000 4.200, dengan nilai tengah sebanyak 3.000 orang. II. MANFAAT/TUJUAN ESTIMASI Manfaat/tujuan untuk mengetahui estimasi jumlah penduduk rawan dan jumlah ODHA adalah sebagai berikut: 1. Sebagai dasar untuk melakukan perencanaan kegiatan yang lebih terarah atau lebih fokus serta memperkirakan keperluan biaya yang lebih akurat. 2. Untuk evaluasi program atau mengetahui besarnya populasi yang telah dicakup oleh program, misalnya: berapa % dari perkiraan ODHA di Bali yang telah tercakup dalam program test sukarela (VCT), berapa penasun yang telah diberikan layanan harm reduction, berapa pekerja seks yang telah diberi pengobatan IMS, dll. 3. Untuk memperkirakan trend (kecendrungan) infeksi HIV di masa depan. III. INPUT DATA, METODE DAN LANGKAH-LANGKAH ESTIMASI INPUT DATA DAN METODE ESTIMASI Populasi rawan dan input data (data basis) yang dipakai untuk estimasi adalah sebagai berikut: 2

Populasi rawan yang diestimasi adalah WPS, pelanggan WPS, penasun, waria, MSM (laki-laki seks dengan laki), narapidana Untuk estimasi WPS, data dasar yang digunakan adalah hasil pemetaan BPS dalam survei perilaku, penelitian IMS, laporan Dinkes, Dinsos, LSM, Dinas Pariwisata dan Survei Podes 2005 yaitu tentang jumlah desa yang ada tempat transaksi seksnya dan jumlah bar/diskotik. Untuk estimasi pelanggan WPS, data basis yang dipakai adalah hasil estimasi WPS dan hasil Survei Perilaku (SSP) 2004. Untuk estimasi penasun (IDU), data basis yang dipakai adalah jumlah warga binaan penjara, tahanan narkoba, survei podes 2005 tentang jumlah desa dengan kasus narkoba dan survei perilaku 2004. Untuk estimasi waria, data basis yang dipakai ialah hasil pemetaan BPS, Dinkes, Dinsos, LSM, dan hasil estimasi WPS (bila data waria tidak tersedia, maka dipakai rasio WPS dan waria dari kabupaten/kota lain, kemudian dikalikan pada WPS di kabupaten/kota dimana data waria tidak tersedia). Untuk estimasi MSM/gay, data dasar yang dipakai adalah hasil pemetaan BPS, LSM, jumlah penduduk laki-laki usia 15-49 tahun, dan Survei Podes 2005 tentang jumlah bar/diskotik. Bila data MSM di suatu kabupaten/kota tidak tersedia, maka dipakai rasio MSM dan jumlah penduduk laki-laki umur 15-49 tahun dari kabupaten/kota lain, kemudian dikalikan dengan data podes dan jumlah penduduk laki-laki umur 15-49 tahun di kabupaten/kota dimana tidak tersedia data MSM. Secara garis besarnya, metode estimasi yang dipakai di pusat adalah sebagai berikut: Metode yang dipergunakan adalah metode multiflier. Ada tiga kategori estimasi yaitu estimasi rendah, tinggi dan ratarata. Estimasi rendah jumlah WPS adalah data tertinggi dari data yg tersedia (misalnya: bila LSM melaporkan 200 dan Dinsos melaporkan 300, maka yang dipakai adalah jumlah yang 300) atau indeks keramaian tempat transaksi seks (data podes) dikalikan rata-rata jumlah WPS di kelompok kabupaten/kota dengan indeks yang sama. Estimasi tinggi jumlah WPS adalah hasil estimasi rendah dikalikan dengan rasio hasil pemetaan tertinggi dan terrendah dari daerah yang memiliki sumber data lebih lengkap. 3

Estimasi jumlah pelanggan WPS, estimasi jumlah WPS dikalikan dengan rata-rata jumlah pelanggan WPS selama sebulan terakhir (hasil wawancara dengan WPS dalam survei perilaku 2004/2005). Estimasi jumlah penasun, jumlah tahanan polisi ditambah warga binaan penjara kasus narkoba dikalikan dengan persentase pengguna (data Ditjen PAS) dikalikan dengan persentase pengguna yang menggunakan napza yang disuntikan (survei BNN 2003) dikalikan rasio penasun yang pernah dipenjara (data SSP 2004/2005), atau rata rata jumlah tahanan polisi dan warga binaan penjara kasus narkoba dikelompok indeks kejahatan narkoba yang sama (data Podes 2005) dikalikan dengan persentase pengguna yang menggunakan napza yang disuntikkan (survei BNN 2003) dikalikan rasio penasun yang pernah dipenjara (data SSP 2004/2005). Estimasi rendah jumlah waria, adalah data tertinggi dari data yg tersedia atau rasio estimasi jumlah WPS langsung dengan estimasi jumlah waria yang tersedia. Estimasi Jumlah MSM, jumlah penduduk laki-laki usia 15-49 thn dikalikan indeks MSM (proporsi bar/diskotik (data Podes 2005) per satu juta penduduk laki-laki usia 15-49 tahun dikalikan data pemetaan MSM yang ada, atau rata-rata jumlah MSM di kelompok indeks keramain bar/diskotik yang sama dikalikan rasio jumlah penduduk laki-laki usia 15-49 tahun di daerah tersebut dengan daerah yang datanya tersedia. Dengan data input dan metode seperti diuraikan di atas, untuk kabupaten/kota Prov. Bali, hasil yang diperoleh pada saat lokakarya estimasi di pusat adalah seperti dicantumkan pada Tabel-2 (lihat lampiran). LANGKAH-LANGKAH ESTIMASI LANGKAH-1: PENGUMPULAN DATA OLEH PUSAT KE MASING- MASING KABUPATEN/KOTA Untuk melakukan estimasi di setiap kabupaten/kota, Pemerintah Pusat minta data populasi rawan ke masing-masing kabupaten/kota. Data populasi rawan dan prevalensi HIV yang diminta ke setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut: 1. Data WPS (wanita penjaja seks) 4

Jumlah WPS yang didaftar oleh Dinas Sosial WPS yang didaftar oleh Dinas Kesehatan WPS yang dipetakan oleh BPS WPS yang didaftar oleh LSM Jumlah panti pijat Jumlah bar/diskotik/karaoke Karyawan wanita di panti pijat/bar/diskotik/karaoke 2. Data narapidana (data ini ditanyakan ke DepKumHam di Prov), dalam 3 bulan terakhir, 2 bulan terakhir, dan 1 bulan terakhir Jumlah napi Jumlah napi kasus narkoba Jumlah tahanan Jumlah tahanan kasus narkoba Rata-rata lama di lapas Rata-rata lama di rutan 3. Data IDU (pemakai narkoba suntik) 3 bulan terakhir, 2 bulan terakhir, 1 bulan terakhir dan sumber/lembaga yang memberikan data tersebut di kabupaten/kota Jumlah pasien di panti rehab/rsu/rsj Narkoba Jumlah IDU di panti rehab/rsu/rsj Narkoba Jumlah panti rehab/rsu/rsj Jumlah tangkapan polisi kasus narkoba oleh Polda Jumlah tangkapan polisi kasus IDU oleh Polda Jumlah IDU yang didata/menjadi dampingan LSM 4. Data waria dan sumber/lembaga yang memberikan data tersebut Jumlah waria yang didaftar Dinsos Jumlah waria yang didaftar Dinkes Jumlah waria yang didaftar LSM 5. Data laki-laki yang senang pada laki-laki (MSM atau gay) Jumlah MSM atau gay yang didaftar oleh LSM Jumlah bar khusus gay yang didaftar oleh LSM/Diparda 6. Data prevalensi HIV (dari sero survei yang pernah dilakukan pada tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005) pada: WPS langsung WPS tidak langsung Waria MSM/gay 5

IDU (penasun, pemakai narkoba suntik) Narapidana/warga binaan 7. Data prevalensi HIV pada donor darah tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005) Selain data yang dikumpulkan dari masing-masing kabupaten/kota seperti di atas, data lain yang juga dipakai sebagai data basis (input) untuk melakukan estimasi jumlah populasi rawan dan prevalensi HIV adalah: 1. Survei Potensi Desa (podes) tahun 2005 yang dilaksanakan oleh BPS secara nasional. Dalam survei podes, input data diberikan oleh kepala desa. Pada saat survei podes, ada tiga pertanyaan yang juga diajukan kepada kepala desa. Pertama, apakah di desa tersebut ada transaksi seks secara komersial. Kedua, jumlah bar/cafe/karaoke di desa tersebut. Ketiga, apakah di desa tersebut ada kasus narkoba. 2. Hasil survei perilaku yang pernah dilaksanakan oleh BPS pada tahun 2004 di beberapa kota di Indonesia. Dari hasil survei ini, antara lain dilakukan perkiraan jumlah pelanggan WPS. 3. Jumlah penduduk usia 15-49 tahun (data BPS terakhir). 4. Hasil test HIV sukarela di klinik-klinik VCT LANGKAH-2: LOKAKARYA ESTIMASI YANG DILAKUKAN OLEH PUSAT (KPA, DEPKES, DLL) Pemerintah Pusat (KPAN dan Depkes) telah melaksanakan estimasi populasi rawan dan estimasi ODHA yang pertama pada tahun 2002. Pada tanggal 9-10 November 2006 dilakukan estimasi yang kedua. Pada estimasi yang kedua (tahun 2006) perhitungan dilakukan lebih rinci di setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Setelah dijumlahkan maka akan menjadi estimasi per provinsi dan estimasi untuk Indonesia. Sebelum melakukan lokakarya, KPA dan beberapa pakar di pusat mengolah data yang dikirimkan oleh masing-masing kabupaten/kota. Hasil estimasi kemudian dibahas dalam lokakarya (workshop) yang diselenggarakan pada tanggal 9-10 November 2006. Dalam lokakarya tersebut diundang dua orang dari masing-masing provinsi yaitu satu orang dari KPA Prov dan satu orang dari Dinas Kesehatan Prov. Karena jumlahnya terlalu banyak, kabupaten/kota tidak diikutkan dalam lokakarya tersebut. 6

Bila dirasakan perlu dilakukan verifikasi terhadap hasil estimasi yang dilakukan di pusat, maka masing-masing provinsi diharapkan melakukan verifikasi bersama-sama dengan kabupaten/kota. LANGKAH-3: LOKAKARYA ESTIMASI YANG DILAKSANAKAN DI PROVINSI BALI Lokakarya estimasi di Prov. Bali dilaksanakan pada tanggal 5 dan 6 Januari 2007. Peserta lokakarya adalah: KPA Prov Bali, beberapa instansi di tingkat provinsi (Dinas Sosial, Dinas Pariwisata, Kanwil Hukum dan Ham, Dinas Kesehatan, Polda, dll), KPA Kab/Kota dan semua LSM di Bali yang mempunyai kegiatan dalam bidang pencegahan/penanggulangan HIV/AIDS. Dalam lokakarya ini, KPA Prov. Bali mengundang tiga nara sumber (pakar) dari Pusat yang melakukan estimasi untuk tingkat nasional (Pandu Riono, Aang Sutrisna dan Sugih Hartono). Biaya untuk mendatangkan tiga pakar diberikan oleh KPAN (Pusat) dan dana untuk peserta lokal diperoleh dari IHPCP (AusAID). Tujuan lokakarya adalah: Untuk verifikasi data basis (input) dan data prevalensi HIV+ yang dipakai oleh pusat. Untuk melibatkan semua pelaku di Bali (KPA Prov, KPA Kab/ Kota, semua LSM) dalam estimasi tersebut sehingga mereka mengetahui secara langsung metode penghitungannya. IV. HASIL ESTIMASI Hasil estimasi untuk Prov. Bali yang dilakukan pada saat lokakarya di pusat pada bulan November 2006 adalah seperti dicantumkan pada Tabel-2 (lihat lampiran). Setelah dilakukan verifikasi beberapa data basis dan prevalensi HIV+ di masing-masing Kab/Kota di Bali, hasilnya untuk Prov Bali adalah seperti dicantumkan pada Tabel-1 dan juga Tabel-3 (lihat lampiran). Bila hasil yang tercantum pada Tabel-2 dan Tabel-3 dicermati secara seksama, beberapa hal yang menarik adalah sbb: Perkiraan (estimasi) jumlah ODHA rata-rata di Prov. Bali tahun 2006/2007 yang dihasilkan pada saat lokakarya di pusat adalah 4.065 orang dengan rentangan 2.968 (perkiraan jumlah populasi rendah dikalikan prevalensi tinggi) sampai dengan 5.162 (perkiraan jumlah populasi tinggi dikalikan prevalensi rendah). 7

Tabel-1 Estimasi rata-rata populasi rawan, prevalensi HIV+ dan jumlah ODHA di Prov Bali (hasil verifikasi yang dilaksanakan di Bali pada tgl 5-6 Januari 2007) Kelompok populasi rawan Jumlah populasi Prevalensi HIV+ (%) Jumlah ODHA 1. Penasun (pemakai narkoba suntik) 2.845 47,36 1,348 2. Pasangan penasun yang bukan pemakai 1.215 15,80 192 3. WPS langsung (WPS dengan pelanggan lebih banyak) 2.950 9,98 295 4. WPS tidak langsung (pelanggan lebih sedikit) 5.875 1,86 110 5. Pelanggan WPS langsung 67.550 2,00 1,350 6. Pelanggan WPS tidak langsung 20.980 0,37 78 7. Pasangan (istri, dll) pelanggan WPS langsung 53.340 0,62 329 8. Pasangan pelanggan WPS tidak langsung 16.575 0,13 22 9. Waria 430 21,98 95 10. Pelanggan waria 965 4,35 42 11. Laki-laki seks dengan laki-laki (MSM/gay) 11.730 1,19 140 12. Nara pidana 1.060 4,01 43 TOTAL ESTIMASI ODHA DI PROV BALI 4.041 Ketika dilakukan verifikasi di Bali, diperoleh perkiraan jumlah ODHA yang hampir sama yaitu 4.041 orang, tetapi rentangannya jauh lebih sempit yaitu antara 3.928 4.154. Walaupun jumlah rata-rata estimasi ODHA hampir sama, tetapi distribusinya berbeda (bandingkan Tabel-2 dan Tabel-3). Hal ini terutama disebabkan karena estimasi jumlah populasi penasun, WPS dan pelanggannya berbeda. Selain itu, prevalensi HIV+ yang dipakai sebagai input juga berbeda. Hal ini disebabkan karena telah dilakukan verifikasi beberapa data basis yang dipakai. Untuk prevalensi HIV+, ketika lokakarya di Denpasar, hasil sero survei bulan Desember 2006 hasilnya telah keluar dan ternyata lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Jumlah penasun yang dipakai di pusat rata-ratanya adalah 3.810 orang. Setelah dilakukan verifikasi pada saat lokakarya di Denpasar, jumlah rata-rata menjadi 2.845 orang. Jumlah WPS langsung yang dipakai di pusat rata-ratanya adalah 5.390 orang. Setelah dilakukan verifikasi pada saat lokakarya di Denpasar, jumlah rata-rata turun menjadi 2.950 orang. 8

Sebaliknya jumlah WPS tidak langsung yang dipakai di pusat rata-ratanya adalah 2.455 orang. Setelah dilakukan verifikasi pada saat lokakarya di Denpasar, jumlah rata-rata naik menjadi 5.875 orang. Peserta lokakarya di Denpasar menjelaskan bahwa untuk di Bali, jumlah WPS tidak langsung jauh lebih banyak dibanding WPS langsung. WPS langsung adalah mereka-mereka yang mencari pelanggan di kompleks atau di jalan-jalan sedangkan WPS tidak langsung adalah mereka-mereka yang bekerja di panti pijat, salon, cafe, karaoke, dll. yang juga menjual seks secara terselubung. Dari hasil survei perilaku diperoleh bahwa jumlah pelanggan WPS langsung jauh lebih banyak dibanding WPS tidak langsung. Karena jumlah WPS langsung turun setelah verifikasi, maka jumlah rata-rata pelanggan yang diperoleh pada saat estimasi di pusat sebanyak 131.655 turun menjadi 88.530 orang pada saat lokakarya di Denpasar. Demikian pula dengan pasangan (istri, pacar, dll) pelanggan WPS langsung berkurang dari 97.065 (pada saat lokakarya di pusat/bandung) menjadi 53.340 (pada saat lokakarya di Bali/Denpasar). Walaupun jumlah populasi rawan berkurang (penasun, WPS langsung, pelanggannya, pasangan pelanggan), tetapi karena prevalensi HIV+ meningkat dari 43% menjadi 47% pada penasun dan dari 4,9% menjadi 9,98% pada WPS langsung, maka estimasi jumlah ODHA yang diperoleh pada saat lokakarya di Bali/Denpasar menjadi hampir sama dengan estimasi yang diperoleh pada saat lokakarya di pusat/bandung, yaitu dengan nilai rata-rata 4.000 orang (4.041 dan 4.065). Seperti terlihat pada Tabel-1, estimasi jumlah ODHA yang ditularkan melalui pemakai narkoba suntik (penasun) adalah 1.348 orang. Jumlah ini naik sekitar 248 orang dibandingkan estimasi tahun 2003 yang sebanyak 1.100 orang. Sedangkan estimasi ODHA yang ditularkan melalui hubungan seksual (termasuk kepada pasangan penasun) adalah 2.693 (4.041 1.348). Jumlah ini naik sekitar 793 orang dibandingkan estimasi pada tahun 2003 yang sebanyak 1.900. Selain hasil estimasi untuk Prov Bali, pada Tabel-4 dan seterusnya juga dilampirkan hasil estimasi untuk masing-masing Kab/Kota di Bali. 9

Selain dalam bentuk tabel, hasil estimasi juga dipetakan. Dari Peta-1 terlampir terlihat bahwa jumlah ODHA terbanyak adalah di Kota Denpasar dan Badung disusul oleh Buleleng, kemudian Jembrana dan Tabanan, lalu Gianyar dan Karangasem dan paling rendah Klungkung dan Bangli. Selain itu, juga dipetakan prevalensi ODHA per 10.000 penduduk umur 15-49 tahun (lihat Peta-2 pada lampiran). V. KESIMPULAN 1. Pada tahun 2002/2003 telah dilakukan estimasi ODHA di Indonesia termasuk Bali. Saat itu perkiraan jumlah ODHA di Indonesia adalah antara 90.000 120.000 dan di Bali sekitar 3.000 orang (1.100 orang ditularkan melalui penasun dan 1.900 orang ditularkan melalui hubungan seksual). 2. Pada tahun 2006/2007 telah dilakukan estimasi ODHA yang kedua di Indonesia. Perkiraan jumlah ODHA adalah antara 170.000 210.000, dan untuk Bali adalah sekitar 4.041 orang (estimasi rendah 3.928 estimasi tinggi 4.154 dan rata-rata 4.041 orang). Sebanyak 1.348 ditularkan melalui penasun dan 2.693 ditularkan melalui hubungan seksual (termasuk dari penasun ke pasangan seksualnya). 3. Bila dibagi dengan jumlah penduduk Bali usia 15-49 tahun (sebesar 1.879.359), maka prevalensi odha di Bali per 10.000 penduduk umur 15-49 tahun adalah 21 per 10.000 atau 0,21%. Prevalensi ini amat bervariasi antar kabupaten/kota seperti terlihat pada Peta-2 (lihat lampiran), yaitu antara 43-62 per 10.000 di Kota Denpasar dan Badung serta 3-4 per 10.000 di Kab. Bangli dan Karangasem. 4. Estimasi jumlah ODHA di Prov Bali dan demikian pula di masingmasing Kab/Kota di Bali jumlahnya hampir sama antara perhitungan yang dilakukan di Bandung (oleh Pusat) pada bulan November 2006 dengan estimasi yang dilakukan di Bali pada awal Januari 2007, tetapi distribusi penduduk rawan dan jumlah ODHA per masingmasing penduduk rawan agak jauh berbeda. 5. Untuk perencanaan dan evaluasi program di Bali, estimasi populasi rawan, estimasi jumlah ODHA per populasi rawan yang dipergunakan adalah hasil verifikasi yang dilaksanakan di Bali seperti tercantum pada Tabel-3 sampai Tabel-12. ============== 10

LAMPIRAN-LAMPIRAN Tabel-2. Estimasi populasi rawan dan ODHA hasil estimasi pusat (9-10 November 2006) Tabel-3. Estimasi populasi rawan dan ODHA Prov. Bali hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-4. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Jembrana hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-5. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Tabanan hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-6. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Badung hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-7. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Gianyar hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-8. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Klungkung hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-9. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Bangli hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-10. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Karangasem verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-11. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Buleleng hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Tabel-12. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kota Denpasar hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) Peta-1. Jumlah ODHA per Kab/Kota di Provinsi Bali Peta-2. Prevalensi ODHA per 10.000 penduduk umur 15-49 tahun per Kab/Kota di Provinsi Bali ============= 11

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rata-rata Rendah Tinggi Rata-rata Rendah Tinggi Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Penasun 3,300 4,320 3,810 28.98 61.67 43.14 2,035 1,252 1,644 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 1,400 1,840 1,620 9.67 20.57 14.38 288 178 233 WPS Langsung 4,150 6,630 5,390 2.67 8.55 4.94 355 177 266 WPS Tidak Langsung 2,190 2,720 2,455 2.21 2.97 2.55 65 60 63 WPS Semua 6,340 9,350 7,845 2.53 6.62 4.19 420 237 329 Pelanggan WPS Langsung 94,400 151,490 122,945 0.53 1.71 0.99 1,615 809 1,212 Pelanggan WPS Tidak Langsung 7,750 9,670 8,710 0.42 0.58 0.49 45 41 43 Pelanggan WPS 102,150 161,160 131,655 0.53 1.63 0.95 1,660 850 1,255 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 74,540 119,590 97,065 0.21 0.57 0.23 424 13 219 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsung 6,110 7,630 6,870 0.14 0.18 1.67 218 11 115 Pasangan Pelanggan WPS 80,650 127,220 103,935 0.02 0.80 0.32 642 24 333 Waria 320 420 370 7.62 24.69 15.00 79 32 56 Pelanggan Waria 750 950 850 1.47 5.07 3.06 38 14 26 Gay 6,220 18,710 12,465 0.76 2.49 1.19 155 142 149 Napi 890 1,580 1,235 2.47 5.84 3.68 52 39 46 Resiko Tinggi 202,020 325,550 263,785 0.85 2.66 1.54 5,369 2,768 4,069 Pria Resiko Tinggi 113,630 187,140 150,385 1.24 3.54 2.11 4,019 2,329 3,174 Wanita Resiko Tinggi 88,390 138,410 113,400 0.32 1.53 0.79 1,350 439 895 Resiko Rendah 1,553,809 1,677,339 - - - - - - - Pria Resiko Rendah 760,575 834,085 - - - - - - - Wanita Resiko Rendah 793,234 843,254 - - - - - - - Pria - - 1,734,359 - - - - - - Pria 15-49 tahun - - 947,715 0.25 0.42-4,019 2,329 3,174 Wanita - - 1,697,009 - - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 931,644 0.05 0.14-1,350 439 895 Penduduk - - 3,431,368 - - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 1,879,359 0.15 0.29-5,369 2,768 4,069 Tabel-2. Estimasi populasi rawan dan ODHA hasil estimasi pusat (9-10 November 2006) 12

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 2,480 3,210 2,845 40.72 55.97 47.36 1,307 1,388 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 1,060 1,370 1,215 13.65 18.58 15.80 187 197 WPS Langsung 2,290 3,610 2,950 7.87 13.32 9.98 284 305 WPS Tidak Langsung 4,550 7,200 5,875 1.44 2.53 1.86 104 115 WPS Semua 6,840 10,810 8,825 3.59 6.14 4.58 388 420 Pelanggan WPS Langsung 52,260 82,840 67,550 1.56 2.69 2.00 1,295 1,404 Pelanggan WPS Tidak Langsung 16,220 25,740 20,980 0.29 0.51 0.37 74 82 Pelanggan WPS 68,480 108,580 88,530 1.26 2.17 1.61 1,369 1,486 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 41,270 65,410 53,340 2.48 0.82 0.62 340 318 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 12,820 20,330 16,575 0.10 0.04 0.13 24 20 Pasangan Pelanggan WPS 54,090 85,740 69,915 0.39 0.67 0.50 364 338 Waria 370 490 430 17.14 28.38 21.98 84 105 Pelanggan Waria 820 1,110 965 3.33 5.73 4.35 37 47 Laki-laki Seks dengan Laki-laki 5,850 17,610 11,730 0.76 2.50 1.19 146 134 Warga Binaan Pemasyarakatan 790 1,330 1,060 2.93 5.82 4.01 46 39 Resiko Tinggi 140,780 230,250 185,515 1.71 2.95 2.18 3,928 4,154 Pria Resiko Tinggi 78,790 132,330 105,560 2.26 4.06 2.93 2,989 3,199 Wanita Resiko Tinggi 61,990 97,920 79,955 0.96 1.54 1.18 939 955 Resiko Rendah 1,649,109 1,738,579 - - - - - - Pria Resiko Rendah 815,385 868,925 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 833,724 869,654 - - - - - - Pria - - 1,734,359 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 947,715 0.32 0.34-2,989 3,199 Wanita - - 1,697,009 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 931,644 0.10 0.10-939 955 Penduduk - - 3,431,368 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 1,879,359 0.21 0.22-3,928 4,154 Tabel-3. Estimasi populasi rawan dan ODHA Prov. Bali hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 13

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 40 50 45 43.24 52.68 47.78 21 22 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 20 20 20 14.41 17.56 17.50 4 3 WPS Langsung 150 250 200 8.48 12.40 10.00 19 21 WPS Tidak Langsung 140 230 185 1.59 2.29 1.89 3 4 WPS Semua 290 480 385 4.58 8.62 6.10 22 25 Pelanggan WPS Langsung 3,430 5,740 4,585 1.70 2.48 1.98 85 97 Pelanggan WPS Tidak Langsung 510 810 660 0.32 0.46 0.38 2 3 Pelanggan WPS 3,940 6,550 5,245 1.33 2.54 1.78 87 100 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 2,710 4,530 3,620 0.48 0.83 0.61 22 22 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 400 640 520 0.11 0.18 0.19 1 1 Pasangan Pelanggan WPS 3,110 5,170 4,140 0.44 0.74 0.56 23 23 Waria 40 40 40 21.57 22.83 22.50 9 9 Pelanggan Waria 80 80 80 4.31 4.57 4.38 4 3 Laki-laki Seks dengan Laki-laki 300 900 600 0.76 2.50 1.25 8 7 Warga Binaan Pemasyarakatan 30 70 50-5.80 2.00 2 - Resiko Tinggi 7,850 13,360 10,605 1.35 2.45 1.75 180 192 Pria Resiko Tinggi 4,430 7,690 6,060 1.70 3.18 2.24 131 141 Wanita Resiko Tinggi 3,420 5,670 4,545 0.86 1.49 1.10 49 51 Resiko Rendah 125,870 131,380 - - - - - - Pria Resiko Rendah 63,355 66,615 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 62,515 64,765 - - - - - - Pria - - 124,117 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 71,045 0.18 0.20-131 141 Wanita - - 129,286 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 68,185 0.07 0.07-49 51 Penduduk - - 253,403 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 139,230 0.13 0.14-180 192 Tabel-4. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Jembrana hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 14

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 30 30 30 43.24 52.68 48.33 16 13 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 10 10 10 14.41 17.56 15.00 2 1 WPS Langsung 180 240 210 8.48 12.40 10.00 22 20 WPS Tidak Langsung 70 110 90 1.59 2.29 2.22 2 2 WPS Semua 250 350 300 6.29 9.60 7.67 24 22 Pelanggan WPS Langsung 4,110 5,500 4,805 1.70 2.48 2.03 102 93 Pelanggan WPS Tidak Langsung 250 400 325 0.32 0.46 0.31 1 1 Pelanggan WPS 4,360 5,900 5,130 1.59 2.36 1.92 103 94 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 3,250 4,340 3,795 0.48 0.83 0.63 27 21 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 200 320 260 0.11 0.18 - - - Pasangan Pelanggan WPS 3,450 4,660 4,055 0.45 0.78 0.59 27 21 Waria 10 20 15 21.57 22.83 20.00 2 4 Pelanggan Waria 10 40 25 4.31 4.57 4.00-2 Laki-laki Seks dengan Laki-laki 450 1,360 905 0.76 2.50 1.16 11 10 Warga Binaan Pemasyarakatan 30 50 40 2.78 5.80 3.75 2 1 Resiko Tinggi 8,600 12,420 10,510 1.35 2.17 1.69 187 168 Pria Resiko Tinggi 4,890 7,400 6,145 1.68 2.74 2.10 134 124 Wanita Resiko Tinggi 3,710 5,020 4,365 0.88 1.43 1.11 53 44 Resiko Rendah 199,300 203,120 - - - - - - Pria Resiko Rendah 99,344 101,854 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 99,955 101,265 - - - - - - Pria - - 204,648 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 106,744 0.12 0.13-134 124 Wanita - - 202,577 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 104,975 0.04 0.05-53 44 Penduduk - - 407,225 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 211,720 0.08 0.09-187 168 Tabel-5. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Tabanan hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 15

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 810 1,050 930 43.24 52.68 47.37 427 454 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 350 450 400 14.41 17.56 15.75 61 65 WPS Langsung 470 680 575 8.48 12.40 10.10 58 58 WPS Tidak Langsung 500 790 645 1.59 2.29 1.86 11 13 WPS Semua 970 1,470 1,220 4.69 7.32 5.74 69 71 Pelanggan WPS Langsung 10,740 15,570 13,155 1.70 2.48 2.01 266 264 Pelanggan WPS Tidak Langsung 1,790 2,830 2,310 0.32 0.46 0.37 8 9 Pelanggan WPS 12,530 18,400 15,465 1.48 2.19 1.77 274 273 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 8,480 12,300 10,390 0.48 0.83 0.63 70 60 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 1,410 2,240 1,825 0.11 0.18 0.14 3 2 Pasangan Pelanggan WPS 9,890 14,540 12,215 0.43 0.74 0.55 73 62 Waria 210 210 210 21.57 22.83 22.14 48 45 Pelanggan Waria 480 480 480 4.31 4.57 4.48 22 21 Laki-laki Seks dengan Laki-laki 1,050 3,160 2,105 0.76 2.50 1.19 26 24 Warga Binaan Pemasyarakatan 500 840 670 4.50 6.27 5.15 31 38 Resiko Tinggi 26,790 40,600 33,695 2.54 3.93 3.09 1,031 1,053 Pria Resiko Tinggi 15,580 24,140 19,860 3.43 5.49 4.24 828 855 Wanita Resiko Tinggi 11,210 16,460 13,835 1.20 1.81 1.45 203 198 Resiko Rendah 204,853 218,663 - - - - - - Pria Resiko Rendah 100,429 108,989 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 104,425 109,675 - - - - - - Pria - - 214,293 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 124,569 0.66 0.69-828 855 Wanita - - 208,602 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 120,885 0.16 0.17-203 198 Penduduk - - 422,895 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 245,453 0.42 0.43-1,031 1,053 Tabel-6. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Badung hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 16

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 200 260 230 43.24 52.68 47.17 105 112 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 90 110 100 14.41 17.56 16.00 16 16 WPS Langsung 10 10 10 8.48 12.40 10.00 1 1 WPS Tidak Langsung 430 680 555 1.59 2.29 1.89 10 11 WPS Semua 440 690 565 1.59 2.73 2.04 11 12 Pelanggan WPS Langsung 230 280 255 1.70 2.48 2.16 6 5 Pelanggan WPS Tidak Langsung 1,540 2,450 1,995 0.32 0.46 0.38 7 8 Pelanggan WPS 1,770 2,730 2,250 0.48 0.73 0.58 13 13 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 180 220 200 0.48 0.83 0.50 1 1 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 1,220 1,930 1,575 0.11 0.18 0.13 2 2 Pasangan Pelanggan WPS 1,400 2,150 1,775 0.14 0.21 0.17 3 3 Waria - - - - - - - - Pelanggan Waria - - - - - - - - Laki-laki Seks dengan Laki-laki 250 760 505 0.76 2.50 1.19 6 6 Warga Binaan Pemasyarakatan 20 60 40-5.80 1.25 1 - Resiko Tinggi 4,170 6,760 5,465 2.29 3.88 2.90 155 162 Pria Resiko Tinggi 2,240 3,810 3,025 3.28 5.85 4.23 125 131 Wanita Resiko Tinggi 1,930 2,950 2,440 1.02 1.61 1.25 30 31 Resiko Rendah 223,843 226,433 - - - - - - Pria Resiko Rendah 115,232 116,802 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 108,611 109,631 - - - - - - Pria - - 218,065 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 119,042 0.11 0.11-125 131 Wanita - - 211,330 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 111,561 0.03 0.03-30 31 Penduduk - - 429,395 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 230,603 0.07 0.07-155 162 Tabel-7. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Gianyar hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 17

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 20 30 25 43.24 52.68 48.00 11 13 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 10 10 10 14.41 17.56 15.00 2 1 WPS Langsung 30 40 35 8.48 12.40 10.00 4 3 WPS Tidak Langsung - - - - - - - - WPS Semua 30 40 35 7.50 13.33 10.00 4 3 Pelanggan WPS Langsung 660 960 810 1.70 2.48 1.98 16 16 Pelanggan WPS Tidak Langsung - 10 5 0.32 0.46 - - - Pelanggan WPS 660 970 815 1.65 2.42 1.96 16 16 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 520 760 640 0.48 0.83 0.63 4 4 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun - - - - - - - - Pasangan Pelanggan WPS 520 760 640 0.53 0.77 0.63 4 4 Waria - - - - - - - - Pelanggan Waria - 10 5 4.31 4.57 - - - Laki-laki Seks dengan Laki-laki 90 280 185 0.76 2.50 1.08 2 2 Warga Binaan Pemasyarakatan 50 70 60-4.00 1.67 2 - Resiko Tinggi 1,380 2,170 1,775 1.80 2.97 2.25 41 39 Pria Resiko Tinggi 820 1,360 1,090 2.28 3.78 2.84 31 31 Wanita Resiko Tinggi 560 810 685 0.99 1.79 1.31 10 8 Resiko Rendah 83,976 84,766 - - - - - - Pria Resiko Rendah 42,732 43,272 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 41,244 41,494 - - - - - - Pria - - 83,666 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 44,092 0.07 0.07-31 31 Wanita - - 81,139 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 42,054 0.02 0.02-10 8 Penduduk - - 164,805 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 86,146 0.05 0.05-41 39 Tabel-8. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Klungkung hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 18

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 30 40 35 43.24 52.68 47.14 16 17 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 10 20 15 14.41 17.56 16.67 2 3 WPS Langsung 30 30 30 8.48 12.40 11.70 4 3 WPS Tidak Langsung 10 10 10 1.59 2.29 - - - WPS Semua 40 40 40 7.50 10.00 8.75 4 3 Pelanggan WPS Langsung 580 730 655 1.70 2.48 1.98 14 12 Pelanggan WPS Tidak Langsung 20 30 25 0.32 0.46 - - - Pelanggan WPS 600 760 680 1.58 2.33 1.91 14 12 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 460 580 520 0.48 0.83 0.67 4 3 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 20 30 25 0.11 0.18 - - - Pasangan Pelanggan WPS 480 610 545 0.49 0.83 0.64 4 3 Waria - - - - - - - - Pelanggan Waria - - - - - - - - Laki-laki Seks dengan Laki-laki 120 370 245 0.76 2.50 1.22 3 3 Warga Binaan Pemasyarakatan 40 50 45-8.11 3.33 3 - Resiko Tinggi 1,320 1,890 1,605 2.17 3.48 2.71 46 41 Pria Resiko Tinggi 790 1,220 1,005 2.62 4.56 3.38 36 32 Wanita Resiko Tinggi 530 670 600 1.34 1.89 1.58 10 9 Resiko Rendah 113,698 114,268 - - - - - - Pria Resiko Rendah 56,834 57,264 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 56,864 57,004 - - - - - - Pria - - 109,392 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 58,054 0.06 0.06-36 32 Wanita - - 102,684 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 57,534 0.02 0.02-10 9 Penduduk - - 212,076 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 115,588 0.04 0.04-46 41 Tabel-9. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Bangli hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 19

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 10 10 10 43.24 52.68 45.00 5 4 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai - - - - - - - - WPS Langsung 40 50 45 8.48 12.40 10.00 5 4 WPS Tidak Langsung 100 150 125 1.59 2.29 1.60 2 2 WPS Semua 140 200 170 3.00 5.00 3.82 7 6 Pelanggan WPS Langsung 980 1,240 1,110 1.70 2.48 2.03 24 21 Pelanggan WPS Tidak Langsung 340 540 440 0.32 0.46 0.45 2 2 Pelanggan WPS 1,320 1,780 1,550 1.29 1.97 1.58 26 23 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 770 980 875 0.48 0.83 0.63 6 5 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 270 430 350 0.11 0.18 - - - Pasangan Pelanggan WPS 1,040 1,410 1,225 0.35 0.58 0.45 6 5 Waria - - - - - - - - Pelanggan Waria - 10 5 4.31 4.57 - - - Laki-laki Seks dengan Laki-laki 830 2,500 1,665 0.76 2.50 1.20 21 19 Warga Binaan Pemasyarakatan 60 80 70-5.80 2.14 3 - Resiko Tinggi 3,400 5,990 4,695 0.95 2.00 1.33 68 57 Pria Resiko Tinggi 2,220 4,380 3,300 1.05 2.48 1.53 55 46 Wanita Resiko Tinggi 1,180 1,610 1,395 0.68 1.10 0.86 13 11 Resiko Rendah 189,710 192,300 - - - - - - Pria Resiko Rendah 93,881 96,041 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 95,829 96,259 - - - - - - Pria - - 201,519 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 98,261 0.05 0.06-55 46 Wanita - - 196,966 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 97,439 0.01 0.01-13 11 Penduduk - - 398,485 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 195,700 0.03 0.03-68 57 Tabel-10. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Karang-asem verifikasi (5-6 Januari 2007) 20

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 210 270 240 43.24 52.68 47.50 111 117 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 90 120 105 14.41 17.56 15.71 16 17 WPS Langsung 180 300 240 8.48 12.40 9.80 22 25 WPS Tidak Langsung 300 470 385 1.59 2.29 1.82 7 7 WPS Semua 480 770 625 3.77 6.67 4.88 29 32 Pelanggan WPS Langsung 4,110 6,890 5,500 1.70 2.48 1.99 102 117 Pelanggan WPS Tidak Langsung 1,050 1,670 1,360 0.32 0.46 0.37 5 5 Pelanggan WPS 5,160 8,560 6,860 1.25 2.36 1.67 107 122 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 3,250 5,440 4,345 0.48 0.83 0.61 27 26 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 830 1,320 1,075 0.11 0.18 0.14 2 1 Pasangan Pelanggan WPS 4,080 6,760 5,420 0.40 0.71 0.52 29 27 Waria 70 80 75 21.57 22.83 22.00 16 17 Pelanggan Waria 160 180 170 4.31 4.57 4.41 7 8 Laki-laki Seks dengan Laki-laki 1,390 4,170 2,780 0.76 2.50 1.21 35 32 Warga Binaan Pemasyarakatan 60 110 85-4.00 1.18 2 - Resiko Tinggi 11,700 21,020 16,360 1.67 3.18 2.21 352 372 Pria Resiko Tinggi 7,050 13,370 10,210 2.08 4.20 2.81 278 296 Wanita Resiko Tinggi 4,650 7,650 6,150 0.97 1.63 1.22 74 76 Resiko Rendah 302,316 311,636 - - - - - - Pria Resiko Rendah 150,631 156,951 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 151,686 154,686 - - - - - - Pria - - 312,799 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 164,001 0.17 0.18-278 296 Wanita - - 297,935 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 159,336 0.05 0.05-74 76 Penduduk - - 610,734 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 323,336 0.11 0.12-352 372 Tabel-11. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kab. Buleleng hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 21

Kelompok Populasi Jumlah Populasi Prevalensi Jumlah ODHA Rendah Tinggi Rerata Rendah Tinggi Rerata Pop Rendah Pop Tinggi Prev Tinggi Prev Rendah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penasun 1,130 1,470 1,300 43.24 52.68 47.35 595 636 Pasangan Penasun yang Bukan Pemakai 480 630 555 14.41 17.56 15.77 84 91 WPS Langsung 1,200 2,010 1,605 8.48 12.40 9.90 149 170 WPS Tidak Langsung 3,000 4,760 3,880 1.59 2.29 1.87 69 76 WPS Semua 4,200 6,770 5,485 3.22 5.86 4.23 218 246 Pelanggan WPS Langsung 27,420 45,930 36,675 1.70 2.48 1.99 680 779 Pelanggan WPS Tidak Langsung 10,720 17,000 13,860 0.32 0.46 0.37 49 54 Pelanggan WPS 38,140 62,930 50,535 1.16 2.18 1.55 729 833 Pasangan Pelanggan WPS Langsung 21,650 36,260 28,955 0.48 0.83 0.61 179 176 Pasangan Pelanggan WPS Tidak Langsun 8,470 13,420 10,945 0.11 0.18 0.14 16 14 Pasangan Pelanggan WPS 30,120 49,680 39,900 0.38 0.65 0.48 195 190 Waria 40 140 90 21.57 22.83 21.67 9 30 Pelanggan Waria 90 310 200 4.31 4.57 4.25 4 13 Laki-laki Seks dengan Laki-laki 1,370 4,110 2,740 0.76 2.50 1.19 34 31 Warga Binaan Pemasyarakatan - - - - - - - - Resiko Tinggi 75,570 126,040 100,805 1.48 2.74 1.95 1,868 2,070 Pria Resiko Tinggi 40,770 68,960 54,865 1.99 3.78 2.66 1,371 1,543 Wanita Resiko Tinggi 34,800 57,080 45,940 0.87 1.51 1.11 497 527 Resiko Rendah 205,543 256,013 - - - - - - Pria Resiko Rendah 92,949 121,139 - - - - - - Wanita Resiko Rendah 112,594 134,874 - - - - - - Pria - - 265,860 - - - - - Pria 15-49 tahun - - 161,909 0.85 0.95-1,371 1,543 Wanita - - 266,490 - - - - - Wanita 15-49 tahun - - 169,674 0.29 0.31-497 527 Penduduk - - 532,350 - - - - - Penduduk 15-49 tahun - - 331,583 0.56 0.62-1,868 2,070 Tabel-12. Estimasi populasi rawan dan ODHA Kota Denpasar hasil verifikasi (5-6 Januari 2007) 22

Peta-1. Jumlah ODHA per Kab/Kota di Provinsi Bali 23

Peta-2. Prevalensi ODHA per 10.000 penduduk umur 15-49 tahun per Kab/Kota di Provinsi Bali 24