BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya disatukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kriteria, Prinsip Dasar dan Mekanisme Perizinan Dalam Pelaksanaan Reklamasi Wilayah Perairan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Sofiatun Nisa, 2016 Respon Masyarakat Terhadap Abrasi di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. sangatpotensialbagikesejahteraanmasyarakatbaikdarisegiekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI UTARA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berada diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

LAPORAN TIM PENANGANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Daerah dengan potensi sumberdaya alam yang kaya memiliki potensi untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gambar 6. Peta Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANFAATAN SURVAI DAN PEMETAAN LAUT DALAM RANGKA MENGOPTIMALISASIKAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT INDONESIA

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya disatukan oleh lautan dengan luas seluruh wilayah teritorial adalah 8 juta km 2. Menurut Puslitbang Geologi Kelautan, Indonesia mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 km 2. Luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km 2 atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia, terdiri dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2,7 juta km 2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta km 2. Kekayaan sumber daya laut Indonesia sangat banyak, dari mulai biota laut seperti ikan dan terumbu karang sampai sumber daya barang tambang yang ada di dasar lautpun sangat melimpah. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki potensi marine yang besar adalah wilayah Jawa Barat. Sebagian besar wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat berbatasan dengan laut, wilayah ini memiliki garis pantai yang cukup panjang, yaitu 755,83 km 2. Terdapat dua bagian pantai yakni Pantai Utara Jawa yang berbatasan dengan Laut Jawa serta Pantai Selatan Jawa yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Salah satu daerah di Jawa Barat yang berbatasan dengan laut adalah Kabupaten Indramayu, daerah ini berbatasan langsung dengan pantai utara Jawa Barat.

2 Secara geografi Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS. Menurut PEMDA Kabupaten Indramayu daerah ini memiliki panjang pantai 114 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang dimana sepanjang 12 mil dari pantai marupakan kewenangan Kabupaten Indramayu. Masalah pelik yang saat ini sedang terjadi di Kabupaten Indramayu adalah abrasi. Berikut ini zonasi daerah-daerah yang terkena abrasi di Kabupaten Indramayu. Tabel 1.1 Zonasi Daerah Abrasi Kabupaten Indramayu Zona Daerah Abrasi Panjang Garis Pantai Zona 1 (daerah pantai utara) Zona 2 (daerah pantai timur) Zona 3 (daerah pantai timur) Kec. Patrol, Kandanghaur, dan Eretan Wetan Balongan, Karangampel, dan Juntinyuat Kec. Krangkeng 18,96 Kilometer 20,25 Kilometer 10,33 kilometer Sumber: Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kab. Indramayu Di Kabupaten Indramayu terdapat 11 kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut utara Jawa Barat salah satunya Kecamatan Balongan. Kecamatan Balongan memiliki garis pantai sepanjang 6 km 2, banyak sekali potensi yang terdapat di Pantai Balongan, sumber daya biota laut sampai pada sumber daya dasar laut menjadi unggulan tersendiri bagi pantai di Kecamatan Balongan. Salah satu desa yang berbatasan dengan laut utara Jawa Barat di

3 Kecamatan Balongan adalah Desa Balongan. Memiliki panjang garis pantai mencapai 5,7 km 2. Dengan potensi sumber daya yang sangat besar, di desa ini pun terdapat pertambangan minyak bumi Pertamina UP VI Balongan. Dengan dominasi mata pencaharian penduduk sebagai nelayan dan petambak, aktivitas penduduk banyak dilakukan di sepanjang pantai Balongan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, wilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Sementara perairan pesisir didefinisikan sebagai laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna. Abrasi yang terjadi di pantai Balongan dipicu oleh beberapa faktor, seperti jenis vegetasi di daerah tersebut tidak bisa menahan air atau gelombang, jenis ombak yang cukup besar, kelandaian pantai, dan lainnya. Selain itu, keberadaan Industri Pengolahan Minyak UP VI Balongan juga menjadi faktor penyebab abrasi di Desa Balongan. Faktor paling dominan yang menyebabkan laju abrasi semakin besar adalah penebangan mangrove yang dialih fungsikan menjadi tambak-tambak bandeng dan udang, hal ini sangat berkaitan dengan desakan ekonomi masyarakat. Berikut ini tingkat abrasi di Desa Balongan.

4 Tabel 1.2 Panjang Pantai yang Terkena Abrasi Desa Balongan Tahun Panjang Pantai Abrasi Penanganan Abrasi 2005 5,7 km 1,2 km 250 meter 2007 5,7 km 1,6 km 450 meter 2009 5, 7 km 2,2 km 730 meter Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu Data di atas menunjukan abrasi yang terjadi tiap tahunnya semakin meningkat, pada tahun 2005 abrasi mencapai 1,2 km, pada tahun 2007 abrasi terjadi sampai 1,6 km, dan pada tahun 2009 abrasi terjadi sampai 2,2 km. Sementara menurut Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu pada tahun 2005 hingga 2009 Desa Balongan mengalami abrasi dengan luas sebagai berikut. Tabel 1.3 Tingkat Abrasi Desa Balongan No Tahun Luas Abrasi 1 2005 201,81 Ha 2 2007 202,95 Ha 3 2009 204,22 Ha Sumber: Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu Berdasarkan Data Akhir ATLAS Pesisir Utara Jawa Barat telah banyak kerusakan seperti beberapa rumah penduduk yang terhantam ombak, kerusakan sarana umum dan fasilitas strategis seperti jaringan pipa Pertamina, beberapa areal persawahan dan tambak bandeng masyarakat Balongan yang hilang akibat abrasi.

5 Melihat kondisi seperti ini tentunya partisipasi masyarakat dan pemerintah pada khususnya yang dibutuhkan untuk menanggulangi abrasi pantai tersebut. Semakin banyak bentuk partisipasi yang direalisasikan maka abrasipun akan semakin cepat teratasi sehingga dapat meminimalisir dampakdampak negatif karena abrasi pantai yang terjadi di pantai Balongan. Pada kenyataannya masyarakat tidak banyak berpartisipasi, abrasi yang bisa mengancam kehidupan merekapun dibiarkan begitu saja. Masyarakat hanya menunggu uluran tangan pemerintah dan instansi lainnya dalam menanggulangi abrasi di Pantai Balongan. Dari fakta-fakta yang terjadi muncul pertanyaan mengapa masyarakat tidak banyak berupaya mengurangi laju abrasi, padahal dampak yang diakibatkan sangat besar bagi keselamatan kehidupan mereka, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Penanggulangan Abrasi Pantai di Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. B. Rumusan Masalah Abrasi di Pantai Balongan masih terus terjadi bahkan setiap tahunnya semakin meningkat, abrasi di Pantai Balongan sangat merugikan banyak pihak khususnya masyarakat setempat, mulai dari bahaya yang mengintai bagi masyarakat, kehilangan lahan pekerjaan yang mayoritas adalah nelayan dan petambak, dan lain sebagainya. Sekalipun banyak dampak negatif yang

6 dirasakan oleh masyarakat. Namun, tidak banyak yang dilakukan masyarakat di Desa Balongan untuk berpartisipasi dalam menggulangi abrasi. Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan yakni, mengapa partisipasi masyarakat dalam mengurangi laju abrasi di Pantai Balongan Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu relatif rendah. Dengan permasalahan ini tentunya ada berbagai faktor yang dapat menjadi indikator untuk mengetahui penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi di Pantai Balongan. Melihat fakta yang ada maka rumusan masalah dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Apakah partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi Pantai Balongan terkait dengan pendidikan masyarakat Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu? 2. Apakah partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi Pantai Balongan terkait dengan pendapatan masyarakat Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu? 3. Apakah partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi Pantai Balongan terkait dengan pengetahuan lingkungan masyarakat Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu? 4. Apakah partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi Pantai Balongan terkait dengan sikap mental masyarakat Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang hendak dicapai dalam penelitian (Arikunto, 1996). Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut; 1. Mengetahui keterkaitan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi Pantai Balongan dengan pendidikan masyarakat Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. 2. Mengetahui keterkaitan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi Pantai Balongan dengan pendapatan masyarakat Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. 3. Mengetahui keterkaitan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi Pantai Balongan dengan pengetahuan lingkungan masyarakat Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. 4. Mengetahui keterkaitan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi Pantai Balongan dengan sikap mental masyarakat Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khusunya bagi penulis sendiri, pembaca secara umum baik masyarakat maupun instansiinstansi terkait di tempat penelitian dilakukan, adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Sebagai referensi/sumber bagi penelitian selanjutnya.

8 2. Penelitian ini akan menghasilkan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam penanggulangan abrasi, yakni dilihat dari segi pendidikan, pendapatan, pengetahuan lingkungan dan sikap mental masyarakatnya. 3. Rekomendasi kepada pemerintah sebagai acuan dalam menentukan kebijakan khususnya dalam bidang perindustrian dan pembangunan di tepi pantai guna mencegah meluasnya abrasi di Pantai Balongan Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. E. Definisi Oprasional Definisi operasional ditujukan untuk menjelaskan pengertian kata yang terdapat dalam judul agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penggunaannya. 1. Partisipasi Masyarakat Patisipasi masyarakat menurut Mubyarto (1984) adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program pembangunan sesuai dengan kemampuan setiap orang atau anggota masyarakat tanpa disertai pengorbanan kepentingannya sendiri maupun masyarakatnya. 2. Abrasi Abrasi merupakan perusakan atau pengikisan pantai oleh pukulan gelombang laut yang terus menerus terhadap dinding pantai. (Donahue :1983)

9 3. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara (Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003). 4. Pendapatan Pendapatan adalah nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorasng dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula (Rustam: 2002). 5. Pengetahuan Lingkungan Pengetahuan: Hal tahu atau pemahaman akan sesuatu yang bersifat spontan tanpa mengetahui seluk beluknya secara mendalam. Lingkungan: Aspek interaksi antara makhluk hidup, terutama manusia dengan lingkungannya, yang merupakan kajian ekologi, termasuk di dalamnya kajian ekologi manusia (Ridwan Effendi: 2007). 6. Sikap Mental Sikap: sikap merupakan kesediaan mental yang relative menetap untuk merespon atau bereaksi terhadap suatu objek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral, atau negatif, menyangkut aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecenderungan untuk bertindak (Yusuf dan Nurihsan: 2006).

10 Mental: Segala sesuatu yang berkenaan dengan jiwa, batin dan rohani (Kartini Kartono : 1987). Sikap Mental yang dimaksud dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada kepedulian masyarakat yang di tunjukan melalui perilaku masyarakat dalam menanggapi kerusakan lingkungan. Sikap Mental: Kemandirian penduduk adalah sikap mental penduduk dalam mendayagunakan kemampuan dan potensi diri yang sebesarbesarnya bagi dirinya dan pembangunan (UU RI No. 10 Tahun 1992 Bab 1 Pasal 1).