KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN DUAL FUEL SYSTEM (LPG-SOLAR) PADA MESIN DIESEL KAPAL NELAYAN TRADISIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

ANALISA TEKNIS PENGGANTIAN MESIN INDUK KAPAL PATROLI KP. PARIKESIT 513

INVESTIGASI GEOMETRI DAN PERFORMA HIDRODINAMIS PROPELER PRODUKSI UKM PADA KONDISI OPEN WATER

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = Kw = Hp

PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. displacement dari kapal tersebut. Adapun hasil perhitungan adalah : 2. Coefisien Blok (Cb) = 0,688

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

KINERJA KAPAL KM. MANTIS UNTUK PUKAT UDANG GANDA KEMBAR

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

USULAN BIDANG MARINE MANUFACTURE AND DESIGN (MMD) Oleh: Hanifuddien Yusuf NRP

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF GAS ALAM TERKOMPRESI SEBAGAI BAHAN BAKAR MESIN PENGGERAK KAPAL NELAYAN TRADISIONAL

KAJIAN TEKNIS KINERJA SISTEM PENGGERAK KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIODIESEL PADA KAPAL KM. LABOAR

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

Selenoid valve 12 volt, suhu, torsi maksimum, daya maksimum, dan emisi gas buang

RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II

BAB III METODE PELAKSANAAN

TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

4 KERAGAAN TEKNIS MOTOR BAKAR 6,5 HP DENGAN BAHAN BAKAR BENSIN PREMIUM DAN LPG. Hasil dan Pembahasan

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

KOMPARASI HULL PERFORMANCE PADA KONSEP DESIGN KAPAL IKAN MULTI FUNGSI DENGAN LAMBUNG KATAMARAN

ENGINE MATCHING PROPELLER PADA KAPAL MT. NUSANTARA SHIPPING LINE IV AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI. Untung Budiarto, M Abdurrohman Raup, ABSTRACT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK KINERJA SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI JENIS BAHAN BAKAR BENSIN

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

STUDI ALTERNATIF PENGGUNAAN BBG GAS ELPIJI UNTUK BAHAN BAKAR MESIN BENSIN KONVENSIONAL

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

2 TINJAUAN PUSTAKA. Kapal Perikanan

RANCANG BANGUN KONVERTER KIT DUAL FUEL (LPG SOLAR) UNTUK MESIN DIESEL KAPAL NELAYAN TRADISIONAL

PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT RAKE PROPELLER B-SERIES TERHADAP DISTRIBUSI ALIRAN FLUIDA DENGAN METODE CFD

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

UJI PERFORMANSI MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN DAN MENGGUNAKAN KONVERTER KIT SEDERHANA

Optimasi Kinerja Propulsi pada Kapal Ikan Studi Kasus : Kapal Ikan di Perairan Brondong, Lamongan

Desain Kapal Ikan Multi Fungsi dan Ramah Lingkungan : Sebuah Konsep Wahana Baru Untuk Kapal Ikan Di Kawasan Indonesia Bagian Timur.

RANCANGAN PROPELLER OPTIMUM KAPAL IKAN TRADISIONAL

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka

HAMBATAN, PROPULSI & MOTOR INDUK KAPAL

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan

PENAMBAHAN ADITIF PRESTONE, REDEX DAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PRESTASI MESIN DIESEL, TORSI, DAYA, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR CAIR SPESIFIK.

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

P3 SKRIPSI (ME ) ERICK FEBRIYANTO

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s =

: ENDIKA PRANNANTA L2E

TUGAS AKHIR (LS 1336)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram

MODIFIKASI MESIN DIESEL SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR SOLAR MENJADI LPG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GAS MIXER

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR DAN BIODIESEL B20 TERHADAP PERFORMANSI ENGINE VOLVO D9B 380

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF ABD 01 SOLAR KE DALAM MINYAK SOLAR TERHADAP KINERJA MESIN DIESEL

KARAKTERISASI PERFORMA MESIN DIESEL DUAL FUEL SOLAR-CNG TIPE LPIG DENGAN PENGATURAN START OF INJECTION DAN DURASI INJEKSI

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN


BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

Pengaruh Penggunaan Limbah Plastiksebagai Campuran Bahan Bakar Premium terhadap Prestasi Mesin Sepeda Motor Merk-X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

Transkripsi:

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN DUAL FUEL SYSTEM (LPG-SOLAR) PADA MESIN DIESEL KAPAL NELAYAN TRADISIONAL Imam Pujo Mulyatno 1,Sarjito Joko Sisworo 2, Dhimas Satriyan Panuntun 3 1,2,3 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang, Semarang dhimas.satriyan@gmail.com Abstrak Pengembangan bahan bakar alternatif dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM), telah menjadi agenda penting pemerintah. Penggunaan LPG (Liquefied Petrolium Gas) pada mesin diesel kapal nelayan tradisional didasarkan pada keberhasilan penggunaan LPG pada kendaraan-kendaraan darat. Penggunaan LPG pada mesin diesel dilakukan secara dual fuel. Penelitian dual fuel system pada mesin diesel kapal nelayan tradisional bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar dual fuel terhadap kinerja mesin dan sistem penggeraknya, meliputi konsumsi bahan bakar, daya, kecepatan kapal, serta efisiensi pada sistem penggerak kapal. Penelitian dilakukan dengan menggunakan DongFeng ZS-1100 dengan tiga putaran mesin yang berbeda yaitu 1000rpm, 1250 rpm dan 1500 rpm. Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan LPG secara dual fuel mampu menggantikan konsumsi solar hingga 71% dari konsumsi solar seluruhnya selama satu jam. Komposisi LPG yang dihasilkan mencapai lebih dari 60% dari total pemakaian bahan bakar saat dual fuel. Kecepatan dan jarak tempuh saat menggunakan solar seluruhnya mencapai 5% lebih tinggi dibandingkan dual fuel. Daya dan torsi saat menggunakan dual fuel mencapai 9,8 % lebih tinggi dibandingkan solar seluruhnya. Penggunaan dual fuel mampu mengurangi biaya operasional penangkapan ikan hingga 24,6%, namun dengan waktu tempuh 1,3% lebih lama dari solar seluruhnya. Efisiensi propulsi solar seluruhnya 6% lebih besar dibandingkan efisiensi propulsi dual fuel. Kata Kunci :Dual Fuel, Mesin Diesel, Solar, LPG, Sistem Penggerak 1. PENDAHULUAN Pengembangan sumber-sumber alternatif dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM), telah menjadi agenda penting pemerintah yang dituangkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006, tentang Kebijakan Energi Nasional. Kebijakan tersebut diterjemahkan dalam bentuk upaya pemberdayaan sumber-sumber energi yang ada. Penggunaan bahan bakar gas (BBG) sebagai sumber energi merupakan salah satu upaya yang banyak dilakukan untuk menggantikan bahan bakar minyak. Bahan bakar gas adalah semua jenis bahan bakar yang berbentuk gas, seperti gas alam dan gas dari minyak bumi. Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan salah satu bahan bakar fosil atau bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. LPG berasal dari minyak bumi yang dicairkan. LPG merupakan salah satu BBG yang berpotensi untuk menggantikan atau mengurangi penggunaan BBM sebagai bahan bakar motor penggerak kapal perikanan. Hal ini didasarkan pada penggunaan LPG pada kendaraan darat seperti mobil, motor dan kendaraan lain, yang pada dasarnya menggunakan motor bensin atau motor diesel. Perlu dilakukan pengujian dan penelitian lebih lanjut mengenai peng-gunaan LPG dengan dual fuel system atau berbahan bakar ganda sebelum digunakan nelayan secara luas. Berdasarkan latar belakang yang ada maka tujuan peneliian ini yaitu : KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 98

1. Mengetahui perbandingan konsumsi bahan bakar dual fuel (LPG-Solar) terhadap konsumsi solar seluruhnya (LPG- Solar). 2. Mengetahui kecepatan yang dihasilkan mesin diesel kapal ikan nelayan tradisional saat menggunakan solar maupun saat menggunakan dual fuel. 3. Mengetahui perbandingan daya mesin saat menggunakan solar seluruhnya maupun saat menggunakan dual fuel. 4. Mengetahui perbandingan biaya dan waktu operasional penangkapan ikan saat menggunakan solar seluruhnya maupun saat menggunakan dual fuel. 5. Mengetahui perbandingan efisiensi sistem penggerak kapal saat menggunakan solar seluruhnya maupun saat menggunakan dual fuel. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan menurut Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 45 Tahun 2009, tentang perikanan meyatakan bahwa kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian / eksplorasi perikanan. [UU No.45,2009] 2.2 Mesin Diesel Motor diesel biasanya disebut juga motor penyalaan - kompresi ( Compression - Ignition Engine ) oleh karena cara penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara bertekanan dan bertemperatur tinggi, sebagai akibat dari proses kompresi. [Arismunandar, 1993] 2.3. Solar (Diesel Fuel) Bahan bakar diesel (solar) adalah fraksi minyak bumi yang mendidih pada suhu sekitar 175 sampai 370 o C dan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Salah satu sifat bahan bakar diesel yang terpenting adalah kualitas penyalaan. Kualitas penyalaan bahan bakar diesel berhubungan dengan kelambatan penyalaan. Kualitas penyalaan bahan bakar diesel dinyatakan dalam angka cetan. Angka cetan bahan bakar diesel untuk mesin diesel dengan kecepatan tinggi mempunyai harga antara 40 60. [Hardjono,2000] 2.4 Liquefied Petroleum Gas (LPG) LPG atau lebih dikenal dengan elpiji adalah gas minyak bumi yang dicairkan pada suhu biasa dan tekanan sedang, sehingga elpiji dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cair dalam bejana dengan suatu tekanan. Komponen utama elpiji adalah propan dan butan. Dalam elpiji juga terdapat sejumlah kecil belerang dalam bentuk senyawa merkaptan yang mempunyai bau yang tidak sedap yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya kebocoran gas. [Hardjono,2000] 2.5 Dual Fuel System (LPG-Solar) Dual Fuel System Solar-LPG adalah sistem bahan bakar yang menggunakan dua jenis bahan bakar sekaligus di dalam bekerjanya motor penggerak yaitu LPG-Solar melalui sedikit modifikasi mixer mesin pada intake manifold dan menggunakan peralatan konversi LPG. LPG bercampur udara di mixer masuk ke dalam silinder motor penggerak, kemudian dikompresi di ruang bakar motor penggerak untuk selanjutnya terbakar bersama solar. [Oktavian, 2011] 2.6. Peralatan Konversi LPG (LPG Conversion Kit) Peralatan konversi LPG adalah peralatan yang digunakan untuk menyalurkan gas dari tabung LPG ke dalam saluran udara mesin diesel. Peralatan konversi ini terdiri dari: - Katup utama (Main Valve). - LPG Regulator - Alat ukur tekanan LPG - Selang LPG tekanan rendah - Selang LPG tekanan tinggi - Katup pengatur aliran (Power Valve). - Pencampur LPG dan udara (Gas-Air Mixer). [Oktavian, 2011] KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 99

2.7. Engine Propeller Matching 2.7.1 Daya Sistem Propulsi Daya Efektif (P E ) adalah besarnya daya yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya hambat dari badan kapal (hull), agar kapal dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan kecepatan servis sebesar V S. a) t standar = 0,5 x Cp 0,12 (kapal dengan balingbaling tunggal) b) t standar = 0,5 x Cp 0,19 (kapal dengan balingbaling kembar) P E = R T x V S... (1) P E = Daya Efektif, (kw) R T = Gaya Hambat Total, (kn) V S = Kecepatan Servis kapal (m/s) Daya Dorong (P T ) adalah besarnya daya yang dihasilkan oleh kerja dari alat gerak kapal (propulsor) untuk mendorong badan kapal. Wake fraction menyatakan perbedaan antara kecepatan kapal dengan kecepatan aliran air yang menuju ke baling-baling. w standar = 0,70 x Cp (Single screw ship normal stern) w standar = 0,50 x Cp (Single screw ship normal stern-bulb) w = wake fraction (fraksi arus ikut) Daya Yang Disalurkan ( P D ) adalah daya yang diserap oleh baling-baling kapal guna menghasilkan daya dorong sebesar P T. P D = 2 Q D n p P D = Daya yang disalurkan (kw) Q D = Torsi baling-baling kondisi dibelakang badan kapal (knm) n P = Putaran baling-baling, (rps) Daya Poros (P S ) adalah daya yang terukur hingga daerah di depan bantalan tabung poros (stern tube) dari sistem perporosan penggerak kapal.[adji Suryo,2005] T R t = Gaya dorong kapal (kn) = Tahanan kapal (kn) = thrust deduction factor 2.7.3 Efisiensi Sistem Penggerak Kapal Efisiensi lambung, η HULL, adalah rasio antara daya efektif (P E ) dan daya dorong (P T ). Efisiensi lambung ini merupakan suatu bentuk ukuran kesesuaian rancangan lambung (stern) terhadap propulsor arrangement-nya. = P E = Daya efektif (kw) P T = Daya dorong (kw) Efisiensi Baling-baling (Propeller Efficiency), η B, adalah rasio daya dorong (P T ) dengan daya yang disalurkan (P D ). η = P P = 2Q T = Gaya dorong, (kn) Va = Kecepatan advanced aliran fluida di buritan kapal (m/s) Q D = Torsi baling-baling kondisi dibelakang badan kapal (knm) n = Putaran baling-baling (rps) = P D = Daya yang disalurkan (kw) = Daya dorong (kw) P T 2.7.2 Gaya Dorong Kapal Gaya dorong (thrust) kapal merupakan komponen yang sangat penting, yang mana digunakan untuk mengatasi tahanan (resistance) atau gaya hambat kapal. = (1 ) Efisiensi Keseluruhan (Overall Efficiency), η P, yang dikenal juga dengan sebutan Propulsive Efficiency merupakan hasil dari keseluruhan efisiensi di masing-masing phrase daya yang terjadi pada sistem propulsi kapal (sistem penggerak kapal).! = "#$$ & [Adji Suryo,2005] KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 100

2.8 Break Even Point (BEP) Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dalam pendekatan Contribution Margin (CM) dapat dipakai rumus sebagai berikut : Contribustion Margin (CM) = Harga Penjualan (P) Biaya Variable (V) ')* +, '( = -+.)/0 )+ 1.2) 34. 0) [Soepeno,2012] 3. METODOLOGI PENELITIAN 1. Menggunakan metode Experimental Research 2. Studi literatur dilakukan untuk mempelajari teori-teori dan data penunjang dalam analisa data. 3. Studi lapangan dilakukan dengan beberapa metode pengukuran langsung dan wawancara. Pengukuran langsung dilakukan terhadap kapal untuk mengetahui ukuran utama. Metode wawancara dilakukan untuk mendapatkan data penunjang perhitungan. 4. Pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui putaran mesin diesel, waktu konsumsi BBM, jumlah pemakaian LPG, dan torsi mesin. 5. Pengujian lapang dilakukan untuk mengetahui putaran mesin diesel, waktu konsumsi BBM, jumlah pemakaian LPG, dan kecepatan kapal. 6. Data hasil pengujian dilakukan pengolahan data perhitungan dan penggunaan perangkat lunak komputer. Data hasil pengolahan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik 7. Analisa data dilakukan pada hasil pengolahan data dengan membandingkan penggunaan solar dan dual fuel. 8. Pengujian bekerja sama dengan BBPPI Semarang. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran kapal yang didapatkan dari hasil pengukuran kapal sebagai berikut: Panjang Keseluruhan (LOA) : 7,8 meter Lebar (B) : 2,6 meter Tinggi (H) : 0,93 meter Sarat (T) : 0,5 meter Jumlah Gading : 8 buah Jarak Gading : 0,7 meter Spesifikasi Mesin Uji Merek/Tipe Mesin :Dong Feng / ZS-1100 Tenaga Maksimum : 16 HP 11,93 kw Putaran Maksimum : 2200 rpm Jenis Mesin :4langkah, pendinginan air Ukuran ( p x l x t ) : 0,82 x 0,41 x 0,67 m Berat Bersih : 150 kg 4.1 Uji Laboratorium Hasil uji laboratorium menggunakan bahan bakar solar seluruhnya dan dual fuel berupa putaran mesin, waktu konsumsi bahan bakar gas dan waktu konsumsi bahan bakar tiap 50cc. Waktu konsumsi setiap 50cc bahan bakar kemudian dikonversi kedalam satuan liter/jam. Berat tabung dikonversikan ke dalam satuan kg/jam. Tabel 1. Solar 100% Uji Laboratorium RPM RPM Konsumsi BBM (liter/jam) Torsi (N.m) Daya (kw) 1000 0.29 30,0 3,15 1250 0.35 39,0 5,12 1500 0.40 47,2 7,43 Tabel 2. Dual Fuel Uji Laboratorium Konsumsi Konsumsi Torsi Daya BBM LPG (N.m) (kw) (liter/jam) (kg/jam) 1000 0.17 0.15 32,8 3,46 1250 0.20 0.28 41,6 5,47 1500 0.27 0.39 51,4 8,09 4.2 Uji Lapang KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 101

Hasil uji lapang menggunakan bahan bakar solar seluruhnya dan dual fuel berupa putaran mesin, waktu konsumsi bahan bakar tiap 50cc, konsumsi bahan bakar gas, dan kecepatan kapal. Waktu konsumsi setiap 50cc bahan bakar kemudian dikonversi kedalam satuan liter/jam. Berat tabung dikonversikan ke dalam satuan kg/jam. Tabel 3. Solar 100% Uji Lapang Konsumsi Kecepatan RPM BBM (knot) (liter/jam) 1000 0.59 3,36 1250 0.96 4,34 1500 1.46 5,26 Tabel 4. Dual Fuel Uji Lapang Konsumsi Konsumsi Kecepatan RPM BBM LPG (knot) (liter/jam) (kg/jam) 1000 0.22 0.35 3,43 1250 0.39 0.46 4,21 1500 0.42 0.55 5,00 5. Analisa Data 5.1 Konsumsi Bahan Bakar Berdasarkan hasil uji lapang didapatkan nilai variabel konsumsi bahan bakar rata-rata selama satu jam dan kecepatan kapal rata-rata kapal. Apabila massa jenis LPG 0,54 gr/ml (Project Statement BBPPI, 2012) maka dapat dihitung jarak rata-rata yang dapat ditempuh untuk setiap liter penggunaan bahan bakar solar maupun dual fuel. Tabel 5. Jarak tempuh tiap satu satuan bahan bakar Putaran (rpm) Solar 100% Jarak 1 liter solar (mil laut) Jarak 1 liter solar (mil laut) Dual Fuel Jarak 1 liter LPG (mil laut) 1000 5,69 15,59 5,30 1250 4,52 10,79 4,95 1500 3,60 11,90 4,91 Berdasarkan hasil uji laboratorium (tanpa beban) dan uji lapang (dengan beban) didapatkan nilai variabel konsumsi bahan bakar rata-rata selama satu jam. Selanjutnya dibuat diagram perbandingan tiap pengujian dan putaran mesin yang berbeda. Konsumsi LPG dikonversikan ke dalam satuan liter/jam. Konsumsi Bahan Bakar (liter) Konsumsi Bahan Bakar (liter) 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 Diagram Konsumsi Bahan Bakar (Tanpa Beban) 1000 1250 1500 Putaran Mesin (rpm) Diagram Konsumsi Bahan Bakar (Dengan Beban) 1000 1250 1500 Putaran Mesin (rpm) Konsumsi Solar Seluruhnya (liter) Konsumsi Solar Dual Fuel (liter) Konsumsi LPG (liter) Gambar 1. Diagram Konsumsi Bahan Bakar Uji Laboratorium Saat dilakukukan pengujian laboratorium apabila dibandingkan dengan solar seluruhnya LPG mampu menggantikan konsumsi solar saat putaran 1000 rpm, 1250 rpm, dan 1500 rpm berturut-turut sebanyak 40,28%, 44,00%, dan 33,75%. Jika dirata-rata sejumlah LPG mampu menggantikan konsumsi solar seluruhnya sebanyak 39,35 %. Konsumsi Solar Seluruhnya (liter) Konsumsi Solar Dual Fuel (liter) Konsumsi LPG (liter) Gambar 2. Diagram konsumsi bahan bakar uji lapang KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 102

Saat pengujian lapang apabila dibandingkan dengan solar seluruhnya, didapatkan rata-rata sejumlah LPG mampu menggantikan konsumsi solar seluruhnya sebanyak 64,44 %. Dengan rincian LPG mampu menggantikan solar saat putaran 1000 rpm, 1250 rpm, dan 1500 rpm berturut-turut sebanyak 62,71%, 59,38%, dan 71,23%. Rincian prosentase LPG dapat menggantikan solar saat uji laboratorium dan uji lapang disajikan dalam Gambar 5. Prosentase 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% Gambar 3. Diagram prosentase solar seluruhnya yang tergantikan LPG Berdasarkan data pengujian laboratorium dan uji lapang, dapat dihitung prosentase komposisi bahan bakar saat menggunakan dual fuel (LPG dan solar) dalam waktu satu jam. Tabel 6. Prosentase komposisi dual fuel No Uji Putaran BBM (%) LPG (%) 1 Prosentase Solar Seluruhnya Yang Tergantikan LPG Lab 2 Lapang 62.71% 59.38% 71.23% 40.28% 44.00% 33.75% 900 1000110012001300140015001600 Putaran Mesin (rpm) Saat Pengujian Laboratori um Saat Pengujian Lapang 1000 37,78% 62,22% 1250 28,17% 71,83% 1500 27,00% 73,48% 1000 25,29% 74,71% 1250 31,45% 68,55% 1500 29,17% 70,83% 5.2 Perhitungan Ekonomis Penggunaan Bahan Bakar Bagi Nelayan Perhitungan diasumsikan : 1. Jarak yang ditempuh satu kali operasi penangkapan ikan diasumsikan dengan jarak yang sama kurang lebih 42 mil. Dengan rincian : - Berangkat menuju tempat penangkapan ikan (fishing ground) sejauh 12 mil. - Berputar mencari dan menangkap ikan sejauh 18 mil. - Perjalanan pulang menuju pelelangan ikan sejauh 12 mil. 2. Penggunaan putaran mesin bervariasi tergantung kegiatan saat operasi. Dengan rincian : - Menuju fishing ground menggunakan putaran 1500 rpm. - Berputar mencari ikan menggunakan putaran 1000 rpm - Perjalanan pulang menuju pelelangan ikan menggunakan putaran 1500 rpm. 3. Nilai kecepatan dan konsumsi bahan bakar mengacu pada kecepatan dan konsumsi rata-rata pada hasil uji lapang. 4. Harga Solar bersubsidi berdasarkan harga resmi Pertamina sebesar Rp. 4.500,00 per liter 5. Harga LPG bersubsidi untuk ukuran 3kg berdasarkan harga resmi Pertamina sebesar Rp. 4.250,00 per kilogram atau Rp. 2.300,00 per liter. Tabel 7. Jumlah Bahan Bakar Setiap Operasi Penangkapan Ikan Solar Dual Fuel Seluruhnya Operasi Jarak Tempuh (mil) Konsumsi Solar (liter) Konsumsi Solar (liter) Konsumsi LPG (liter) Berangkat 12 3,33 1,01 2,44 Penangkapan 18 3,16 1,15 3,41 Pulang 12 3,33 1,01 2,44 Total 42 9,82 3,17 8,29 Satu kali melaut menggunakan seluruhnya, nelayan menghabiskan solar 9,82 liter, sedangkan saat menggunakan dual fuel nelayan KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 103

menghabiskan solar 3,17 liter ditambah LPG sebanyak 8,29 liter atau setara 4,48 kg LPG. Tabel 8. Jumlah BiayaBahan Bakar Setiap Operasi Penangkapan Ikan Operasi Jarak Tempuh (mil) Biaya Solar 100% Biaya Dual Fuel Berangkat 12 Rp.14.985 Rp.10.148 Penangkapan 18 Rp.14.220 Rp.13.038 Pulang 12 Rp.14.985 Rp.10.148 Total 42 Rp.44.190 Rp.33.334 Selisih biaya bahan bakar saat menggunakan dual fuel dibandingkan solar seluruhnya yaitu Rp. 10.856,00. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan dual fuel dapat menghemat biaya operasi bahan bakar sebesar 24,6 % dari biaya penggunaan solar seluruhnya. Tabel 9. Perbandingan Waktu Tempuh Setiap Operasi Penangkapan Ikan Waktu Waktu Jarak Tempuh Tempuh Operasi Tempuh Solar 100% Dual Fuel (mil) (jam) (jam) Berangkat 12 2,28 2,4 Penangkapan 18 5,36 5,25 Pulang 12 2,28 2,4 Total 9,92 10,05 Waktu tempuh yang dihasilkan saat menggunakan solar seluruhnya yaitu selama 9,92 jam atau 9 jam 55 menit 12 detik. Waktu tempuh yang dihasilkan saat menggunakan dual fuel selama 10,05 jam atau 10 jam 3 menit. Selisih waktu saat menggunakan solar seluruhnya dibandingkan dual fuel yaitu 0,13 jam atau 7 menit 48 detik. Dapat disimpulkan bahwa waktu tempuh saat menggunakan solar seluruhnya lebih cepat 7 menit 48 detik atau 1,3 % dibandingkan waktu tempuh saat menggunakan dual fuel. 5.3 Perhitungan BEP (Break Even Point) Penggunaan Dual Fuel System Penerapan dual fuel pada dasarnya adalah hanya menambahkan komponen konversi gas ke saluran udara mesin diesel yang ada. Jadi perhitungan nilai investasi awal hanya pada peralatan konversinya. a) Biaya investasi awal penggunaan dual fuel : 1. Low Pressure Regulator = Rp. 1.181.000,00 2. Gas Air Mixer (Modifikasi) = Rp. 300.000,00 3. Tabung LPG 3 kg 2 buah = Rp. 284.500,00 4. High Pressure Regulator 5. = Rp. 65.000,00 6. Selang tekanan tinggi 1 m = Rp. 50.000,00 7. Control Valve = Rp. 30.000,00 8. Selang tekanan rendah 1,8 m =Rp. 27.000,00 Total Biaya Investasi Awal =Rp. 1.937.500,00 b) Keuntungan pasif saat menggunakan dual fuel dibandingkan solar seluruhnya setiap operasi penangkapan ikan di laut sebesar Rp. 10.856,00. c) Biaya setiap operasi penangkapan ikan saat menggunakan solar seluruhnya sebesar Rp. 44.190,00 d) Biaya setiap operasi penangkapan ikan saat menggunakan dual fuel sebesar Rp. 33.334,00 Maka nilai BEP yaitu : Nilai BEP yang didapatkan yaitu 179. Nilai ini berarti penggunaan dual fuel apabila dibandingkan solar seluruhnya akan mencapai nilai impas saat operasi penangkapan ikan sebanyak 179 kali. 5.4 Daya Mesin Berdasarkan Uji Laboratorium didapatkan nilai daya mesin. Selanjutnya dibuat grafik perbandingan antara penggunaan solar seluruhnya dan penggunaan dual fuel. KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 104

Daya Mesin (kw) 10 8 6 4 2 0 Perbandingan Daya Mesin 3.46 3.15 5.47 8.09 5.12 750 1000 1250 1500 Putaran Mesin (rpm) 7.43 Daya Solar 100% Daya Dual Fuel (LPG- Solar) Gambar 4. Perbandingan Daya Mesin Perbedaan daya yang dihasilkan dual fuel saat putaran mesin 1000 rpm sebesar 0,31 kw, saat putaran mesin 1250 rpm sebesar 0,35 kw, dan saat putaran 1500 rpm sebesar 0,66 kw. Rata-rata perbedaan daya saat menggunakan LPG dibanding solar seluruhnya sebesar 0,44 kw. Jika diprosentasekan perbedaan daya yang dihasilkan dual fuel saat putaran 1000 rpm, 1250 rpm, dan 1500 rpm berturut-turut sebanyak 9,8%, 6,8%, dan 8,9% lebih tinggi dibandingkan solar seluruhnya. 6. Hambatan dan Karakteristik Kapal Hambatan kapal didapat dari hasil analisa hullform model kapal menggunakan Hullspeed versi 13.01. Dari pemodelan didapatkan nilai hambatan kapal saat kecepatan tertinggi yaitu 5,9 knot sebesar 0,67 kn. Karakteristik kapal ditentukan menggunakan Delftship. Koefisien Blok (Cb) : 0,48 Koefisien Prismatik (Cp) : 0,67 Koefisien Prismatik Tegak (Cp v ) : 0,69 Koefisien Midship (Cm) : 0,72 Koefisien Waterline (Cw) : 0,70 Panjang garis air (Lwl) : 6,98 m 7. Pengukuran dan Analisa Baling-Baling Data ukuran baling-baling dari hasil pengukuran yaitu : Diameter (D) : 28 cm Jumlah daun (Z) : 3 buah Diameter Boss : 1,8 cm P/D : 0,7 7.1 Penentuan nilai Blade Area Ratio (Ae/Ao) Penentuan Nilai Ae/Ao digunakan Tabel Dimension of Wagenigen B and BB Series Propeller [John Carlton,2007] Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan nilai Cr pada lebar daun terbesar adalah 100 mm, diameter baling-baling 0,28m. Setelah disubstitusikan ke dalam persamaan 5 6 7 89/8;, didapatkan nilai Ae/Ao pada 0,6 R yaitu 0,5. Baling-baling yang digunakan bertipe B.3.50. 7.2 Menentukan Wake Fraction Kapal Penentuan nilai wake fraction kapal dengan baling-baling tunggal menggunakan persamaan sebagai berikut : < =0.7 Cp < =0,47 7.3 Menentukan Gaya Dorong (Thrust) Kapal Untuk kapal berbaling-baling tunggal nilai deduksi gaya dorongnya adalah : =(0,5 Cp) 0,12 =0,22 Kehilangan gaya dorong (T- R T ) dinyatakan dalam fraksi gaya dorong (T) dan di sebut fraksi deduksi gaya dorong (t). Gaya dorong kapal tersebut yaitu : = (1 ) =0,86 kn 7.4 Nilai Karakteristik Baling-Baling Untuk mengetahui dan menganalisa kinerja baling-baling kapal, digunakan perangkat lunak Propeller Optimization Program (POP). Input software untuk dianalisa : Tipe baling-baling : Fixed Pitch Propeller Jumlah daun : 3 buah Ae/Ao : 0,5 P/D : 0,7 Diameter : 0,28 m Required thrust : 0,86 kn KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 105

Kecepatan Dinas : 5,9 knot Wake fraction : 0,47 Jarak poros dari dari WL : 0,40 m Massa jenis air laut (ρ) : 1,025 kg/m 3 Hasil dari analisa yaitu : Thrust Coefficient (K T ) Torque Coefficient (K Q ) Advance Coefficient (J) Propeller Efficiency (η B ) Propeller Revolution (rpm) 8 Perhitungan Daya Perhitungan daya pada sistem penggerak kapal meliputi: a) Perhitungan Torsi Poros Baling-Baling I JKLJMMK N O %P% T %U V I JKLJMMK 0,029 kn.m b) Perhitungan Daya Delivery 2%I % J 4,74 kw c) Perhitungan Daya Dorong % & 1,52 kw d) Perhitungan Daya Poros 1) Solar seluruhnya & 7,43 kw 2) Dual Fuel & 8,09 kw e) Perhitungan Daya Efektif (P E ) 1) Solar seluruhnya % 3,52 kw : 0,212 : 0,024 : 0,227 : 0,32 :1521,88 rpm 2) Dual Fuel % 3,35 kw 9 Analisa Efisiensi Sistem Penggerak Perhitungan eisiensi sistem penggerak kapal meliputi : a) Efisiensi Poros (ηη s ) 1) Solar seluruhnya 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0,64 2) Dual Fuel 0,59 b) Efisiensi Hull (η hull ) 1) Solar seluruhnya 2) Dual Fuel c) Efisiensi Total (η P ) 1) Solar seluruhnya! % %! 0,48 2) Dual Fuel! % %! 0,42 Perbandingan Propulsive Efficiency 48% 42% 2,32 2,21 Solar Seluruhnya Dual Fuel Gambar 5. Perbandingan Efisiensi Total Solar 100% dengan Dual Fuel KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 106

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Saat uji lapang selama satu jam menggunakan solar seluruhnya didapatkan konsumsi solar mencapai 1,46 liter. Saat menggunakan dual fuel system didapatkan konsumsi solar sebanyak 0,42 liter ditambah LPG 1,02 liter. Penggunaan LPG secara dual fuel mampu menggantikan konsumsi solar rata-rata 64,44%. Perbandingan komposisi antara solar dengan LPG saat menggunakan dual fuel system yaitu 29,17% : 70,83%. 2. Kecepatan rata-rata saat menggunakan solar seluruhnya mencapai 5,26 knot atau 5% lebih tinggi dibandingkan dual fuel yang hanya menghasilkan kecepatan 5,00 knot. 3. Daya dan torsi rata-rata yang dapat dihasilkan saat menggunakan dual fuel mencapai 9,8 % lebih tinggi dibandingkan ketika menggunakan solar seluruhnya. 4. Biaya operasional satu kali operasi penangkapan ikan menggunakan dual fuel saat ini lebih murah Rp. 10.856,00 atau 24,6% dibanding solar seluruhnya, namun membutuhkan waktu tempuh 7 menit 48 detik atau 1,3% lebih lama dari solar seluruhnya. 5. Efisiensi propulsi saat menggunakan solar seluruhnya sebesar 48%, sedangkan efisiensi propulsi saat menggunakan dual fuel sebesar 42%. Efisiensi propulsi saat menggunakan solar seluruhnya 6% lebih besar dibandingkan efisiensi propulsi dual fuel. Arismunandar, W, & Tsuda K.1993. Motor Diesel Putaran Tinggi. Pradaya Paramita. Jakarta Carlton,John.2007. Marine Propellers And Propulsion Second Edition. Butterworth- Heinemann:Oxford Hardjono,A.2000. Teknologi Minyak Bumi.GadjahMada University Press.Yogyakarta Operation and Service Instruction Manual.. Tanaka s Hydraulic Dynamometer Portable Type.Tokyo Plant Co., Ltd:Tokyo Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2006, Kebijakan Energi Nasional. Project Statement, 2012. Ujicoba Converter Kits Bahan Bakar Gas Untuk Kapal Penangkap Ikan Tahap I.Kementrian Kelautan dan Perikanan, BBPPI:Semarang. Rahardjo, Oktavian,dkk.2011. Bahan Bakar Gas (CNG) Alternatif Pengganti BBM Kapal Perikanan.Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan : Semarang Rahardjo,Oktavian,dkk.2011. Petunjuk Teknis : Penggunaan Bahan Bakar Gas Pada Motor Penggerak Kapal Perikanan.Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan : Semarang. Daftar Pustaka Adji, Suryo.2005. Engine Propeller Matching. Kumpulan Jurnal Ilmiah FTK ITS, Surabaya. KAPAL- Vol. 10, No.2 Juni 2013 107