TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemak bebas (N 2 ) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004). Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian yang terpenting dari poros janin ialah : hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros hipokotil akar. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo pertama dari batang utama tergantung pada reaksi genotipe terhadap panjangnya hari dan dari tipe tumbuh, determinan atau indeterminan(hidayat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk). Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga (Adisarwanto, 2005). Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas
masa perkecambahan. Umumnya, bentuk dan daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedelai bentuk tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (Adisarwanto, 2005). Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas) dan iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan semakin tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Polong kedelai muda berwarna hijau warna polong matang beragam antara kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Jumlah polong tiap tanaman dan ukuran biji ditentukan secara genetik, namun jumlah nyata polong dan ukuran nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian biji (Hidayat dalam Somaatmadja, dkk, 1985). Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1-4 biji. Rata-rata berisi 2 biji. Polong kedelai mempunyai bulu, berwarna kuning kecokelatan atau abu-abu. Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau berubah menjadi kehitaman, keputihan atau kecokelatan. Bila polong telah kuning mudah pecah dan biji-bijinya melenting keluar (Suprapto, 1999). Biji kedelai terbagi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna cokelat, hitam atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau cokelat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut (Adisarwanto, 2005).
Syarat Tumbuh Iklim Melihat kondisi iklim di negara kita maka kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau, yakni setelah panen padi musim hujan. Banyaknya musim hujan sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen namun ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30-40 hari suhu di dalam dan di permukaan pada musim panas sekitar 35 0-39 0 C, dengan kelembaban sekitar 60-70 % (Andrianto dan Indarto, 2004). Tanaman kedelai yang ditanam pada suhu dibawah 21 0 C dan diatas 32 0 C dapat mengurangi munculnya bunga dan terbentuknya polong. Suhu ekstrem diatas 40 0 C akan merusak produksi biji. Jika air tersedia, kedelai dapat ditanam sepanjang tahun didaerah tropik dan subtropik (Maesen dan Somaatmadja, 1993). Penyerapan air oleh kedelai mencapai 7,6 mm/hari, untuk panen yang baik diperlukan curah hujan 500 mm/tahun. Gangguan kekeringan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong, tetapi pengurangan produksi lebih terasa pada tahap pengisian polong daripada tahap pembungaan (Maesen dan Somaatmadja, 1993). Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya, terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100-200 mm / bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh baik didaerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm / bulan (Deptan, 1996).
Tanaman dapat tumbuh dengan curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 23 0 C 30 0 C, kelembaban 60% - 70%, ph tanah 5,8-7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl (Prabowo, 2007). Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Setiap varietas mempunyai penjang hari kritis. Apabila lama penyinaran kurang dari batas kritis, maka kedelai akan berbunga. Dengan lama penyinaran 12 jam, hampir semua varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietasnya, umumnya berbunga beragam dari 20 hingga 60 hari setelah tanam. Apabila lama penyinaran melebihi periode kritis, tanaman tersebut akan meneruskan pertumbuhan vegetatifnya tanpa berbunga (Baharsjah, dan Las dalam Somaatmadja dkk, 1985). Tanah Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah. Namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktvitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis yang bertekstur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain (Adisarwanto, 2005). Tanaman kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak asam akan tetapi pada ph yang terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai ph tanah yang cocok berkisar antara 5,8-7,0. Pada ph dibawah 5,0 pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Suprapto, 1999).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm), menyemak, berbulu halus, dengan sistem perakaran luas. Tanaman ini umumnya dapat beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdraenasi baik. Tanah ini peka terhadap kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran (www.wikipedia.com, 2009). Tanah Salin Tanah salin adalah tanah garam (salty soils) biasanya bertekstur halus, berdrainase jelek karena dipengaruhi pasang surutnya air laut, serta bahan liat marin termasuk di dalamnya. Tanah salin berkembang baik di sepanjang pantai dan Teluk Bintuni (www.suara-merdeka.com, 2004). Pada tanah salin, tanaman tidak bisa mengambil air yang banyak dari tanah. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi garam yang menyebabkan aliran alami air dari tanah masuk ke perakaran tanaman, air menjadi berkurang dan berkurang pula air yang masuk ke akar. Kenyataannya ketika tingkat salinitas cukup tinggi air dalam akar akan tertarik ke luar tanah. (Provin dan Pitt, 1980).
Kadar garam pada jumlah tertentu akan mempunyai dampak bagi pertumbuhan tanaman. Kadar garam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam 3 cara, yaitu : garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah tanaman dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan keracunan pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air irigasi dapat menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air ke daun, dan efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman oleh karena degradasi struktur tanah atau peningkatan yang terdiri dari tiga proses yang menyebabkan pertumbuhan awal tanaman tergantung pada keadaan itu (Slinger and Tenison, 2005). Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah. Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam Na 2 SO 4, MgSO 4, NaHCO 3,Na 2 CO 3, CaSO 4, CaCO 3 juga menentukan salinitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Tanah dengan DHL >4 ds/m tergolong tanah salin (www.suara-merdeka.com, 2004).