BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di laksanakan di MTs Negeri Model Limboto.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap sesuatu yang diharapkan. Dalam jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2006:2). Metode penelitian yang digunakan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGEMBANGAN. A. Deskripsi Data Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif jenis quasi eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo Utara, pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Film Pembelajaran

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Peternakan Negeri Lembang Cikole

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen dengan hanya mengambil satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KUALITAS INSTRUMEN PENGUKURUAN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matlaul Anwar Padangcermin.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel bebas : dukungan sosial keluarga. 2. Variabel tegantung : sikap ibu terhadap anak penyandang autisme

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Validitas dan Reliabilitas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dua pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek atau variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN...30 A. Lokasi dan Subyek Penelitian...30

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 31 Bandar Lampung. Populasi

UJI INSTRUMEN SOAL KOGNITIF

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang berlangsung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VIIIA - VIIIG. Pengambilan sampel dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data,

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1994:132), dengan desain static group pretes-postes design (Fraenkel & Wallen,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1. Gedongtataan semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

Transkripsi:

162 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Rangkaian proses pengembangan perangkat evaluasi pembelajaran matematika dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor mulai dilakukan tanggal 07 Mei 2011 s/d 25 Juli 2011. Proses pengembangan perangkat evaluasi ini diawali dengan pengembangan spesifikasi tes. Pengembangan spesifikasi tes merupakan langkah paling awal yang paling menentukan dalam pengembangan suatu perangkat tes, karena apa yang dilakukan pada langkahlangkah berikutnya sudah dirancangkan dalam spesifikasi tes tersebut. Tabel spesifikasi tes merupakan tabel yang memuat sekaligus uraian isi tes dan tingkat kompetensi yang akan diungkap pada setiap bagian isi. Tabel semacam ini seringkali disebut sebagai test blue print. Disamping uraian mengenai materi dan batasan perilaku, dalam spesifikasi tes memuat juga informasi mengenai tipe soal, taraf kesukaran soal, banyaknya item soal, lamanya penyajian tes dan cara pemberian skor. Oleh karena itu spesifikasi tes akan menjadi pegangan yang sangat membantu peneliti sewaktu penulisan item berlangsung sebagai pedoman yang akan menjaga agar item soal yang ditulis tetap terarah pada tujuan pengukuran tes dan tidak keluar dari batasan isi.

163 Berdasarkan atas spesifikasi tes yang telah disusun, peneliti kemudian menulis butir soal. Pada langkah ini, peneliti dituntut memiliki pengetahuan teoritis mengenai teknik penulisan soal agar dihasilkan soal-soal yang baik. Soalsoal yang telah ditulis dengan hati-hati berdasarkan pada pertimbangan tidak begitu saja dianggap soal-soal yang sudah baik. Soal-soal yang ditulis perlu ditelaah oleh suatu panel ahli. Penilaian para ahli meliputi penilaian tentang kevalidan dan kepraktisan perangkat evaluasi oleh para validator. Penilaian kevalidan perangkat didasarkan pada tiga aspek yaitu a) Segi materi yang diuji; b) Segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal; c) Segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa. Sedangkan penilaian kepraktisan perangkat didasarkan pada tingkat kemudahan dan kepraktisan penggunaan dan pelaksanaan suatu tes dalam hubungannya dengan biaya dan waktu untuk melaksanakan tes, serta pengolahan dan penafsiran hasilnya. Proses validasi dilaksanakan selama 7 hari oleh para validator yang dipilih, yakni sebagai berikut: tabel 5.1 Daftar Nama Validator Perangkat Evaluasi No Nama Validator Keterangan 1 Drs.Abdullah Sani, M. Pd Dosen Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya 2 Agus Prasetyo K., M.Pd Dosen Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya 3 Musriani, S. Pd Guru matematika MTs Tribakti Kunjang Kediri

164 Peneliti memilih 2 dosen matematika dari IAIN Sunan Ampel dan 1 guru matematika yang mengajar di MTs Tribakti Kunjang Kediri sebagai validator. Hal ini dilakukan karena seorang guru matematika tentunya mengetahui sedikit banyak kondisi dan permasalahan dalam proses pembelajaran matematika khususnya dalam hal evaluasi pembelajaran matematika. Karena alasan ini peneliti memilih seorang guru matematika yang mengajar di MTs Tribakti, yang peneliti anggap berkompeten dalam bidang matematika untuk menjadi validator dalam penelitian ini. Setelah proses validasi selesai dilakukan, perangkat pembelajaran direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari dosen pembimbing dan para validator. Soal-soal yang telah lulus dari pengujian melalui penelaahan soal secara teori sudah baik. Langkah selanjutnya perlu dilakukan uji-coba instrumen secara empiris. Uji-coba instrumen ini dilakukan di MTs Tribhakti Kunjang Kediri selama 5 hari, mulai tanggal 18 s/d 22 Juli 2011. Satu hari sebelum pelaksanaan uji-coba instrumen peneliti melakukan kegiatan review materi yang diteskan pada penilaian kognitif. Kerena ada beberapa materi yang diteskan merupakan materi di semester ganjil, anggapan peneliti banyak siswa yang sudah lupa mengenai materi tersebut. Dalam proses uji-coba penilaian afektif dan psikomotor, peneliti bertindak sebagai pengamat dan dibantu oleh teman peneliti yaitu Liana Nur Fadlilah sebagai pengajar di kelas. Ada beberapa kendala dalam proses uji-coba

165 diantaranya 1) Materi yang diujikan pada penilaian kognitif sangat banyak, sehingga testee banyak yang mengalami kesulitan dan kebingungan dalam menjawab soal; 2) waktu uji-coba tes kurang efektif, karena jarak antara penerimaan materi dengan uji-coba tes terlampau jauh sehingga testee banyak yang sudah lupa mengenai materi tersebut; 3) kurang ada persiapan secara matang dari testee, sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal. Dari Hasil uji-coba ini akan diperoleh data empirik, yaitu skor sekelompok subyek yang dikenai tes tersebut. Data empirik tersebut akan digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas eksternal instrumen yang dikembangkan. Untuk mengetahui validitas instrumen digunakan teknik analisis korelasi antara skor item dengan skor total. Dalam teknik korelasi ini digunakan formula korelasi produk moment dengan angka kasar yang dikemukan oleh Pearson. Karena instrumen yang disusun memiliki jumlah item yang sedikit (kurang dari 30 item), maka harus dilakukan koreksi terhadap angka korelasi yang diperoleh karena sedikitnya jumlah item yang ada dalam tes akan mengakibatkan terjadi overestimasi terhadap korelasi yang sebenarnya. Overestimasi ini disebabkan terlalu besarnya kontribusi masing-masing item dalam ikut menentukan skor tes. Oleh karena itu, skor setiap item menjadi bagian atau porsi dari skor tes. Dalam pengambilan keputusan untuk menentukan item yang valid digunakan r hitung dibandingkan r tabel dengan dk jumlah sampel dikurangi variabel.

166 Jika r hitung r tabel maka maka item dikatakan valid, akan tetapi jika r hitung r tabel maka item tersebut disimpulkan tidak valid. Karena instrumen yang dibuat dalam penelitian ini berbentuk soal uraian (penilaian kognitif) dan instrumen yang skornya berbentuk rentangan nilai (penilaian afektif dan psikomotor) untuk mencari reliabilitas instrumen digunakan rumus Alfa Cronbach. Dalam pengambilan keputusan untuk menentukan reliabilitas tes digunakan r hitung dibandingkan r tabel dengan dk jumlah sampel dikurangi variabel. Jika r hitung r tabel maka item dikatakan reliabel, akan tetapi jika r hitung r tabel maka item tersebut disimpulkan tidak reliabel. B. Pembahasan Tentang Kevalidan Hasil Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Berdasarkan perhitungan uji validitas yang delah dilakukan pada Bab IV, diperoleh koefisien validitas dari uji-coba penilaian kognitif pada 32 siswa sebagai berikut: Tabel 5.2 Koefisien Validitas Penilaian Kognitif Nomor Soal Keterangan 1 0,362 0,361 VALID 2-0,66 0,361 INVALID 3 0,26 0,361 INVALID 4 0,42 0,361 VALID 5 0,4 0,361 VALID 6-0,504 0,361 INVALID 7-0,92 0,361 INVALID 8-0,14 0,361 INVALID

167 9 0,19 0,361 INVALID 10 0,04 0,361 INVALID Dari tabel diatas, semakin tinggi korelasi positif antara skor item dengan skor total berarti semakin tinggi konsistensi antara item tersebut dengan item tes keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik. Bila koefisien korelasi berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada item yang bersangkutan. Berdasarkan r tabel untuk dk 30 dan taraf nyata (α): 0,05, didapatkan skornya r tabel 0,05;30 = 0,361. Dengan mencocokkan harga koefisien korelasi diatas pada tabel r produk moment, dari 10 item soal uraian yang diuji validitasnya, 3 item dintaranya telah dinyatakan valid yaitu nomor 1, 4, dan 5. Sedangkan 7 item lainnya yaitu nomor 2, 3, 6, 7, 8, 9, dan 10 dinyatakan tidak valid. Banyaknya item soal pada penilaian kognitif yang dinyatakan tidak valid, menurut penulis disebabkan oleh beberapa hal diantaranya 1) Materi yang diujikan sangat banyak, sehingga testee banyak yang mengalami kesulitan dalam menjawab soal; 2) waktu uji-coba tes kurang efektif, karena jarak antara penerimaan materi dengan uji-coba tes terlampau jauh sehingga banyak materi yang telah terlupakan ; 3) kurang ada persiapan secara matang dari testee, sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal.

168 Berdasarkan hasil perhitungan koefisien validitas pada Bab IV, diperoleh koefisien validitas dari uji-coba instrumen penilaian afektif pada 30 siswa sebagai berikut : Tabel 5.3 Koefisien Validitas Penilaian Afektif Nomor Soal Keterangan 1-0,34 0,374 INVALID 2-0,56 0,374 INVALID 3-0,33 0,374 INVALID 4 0,758 0,374 VALID 5-0,64 0,374 INVALID 6 0,219 0,374 INVALID 7-1,672 0,374 INVALID Dari tabel diatas, semakin tinggi korelasi positif antara skor item dengan skor total berarti semakin tinggi konsistensi antara item tersebut dengan item tes keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik. Bila koefisien korelasi berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada item yang bersangkutan. Berdasarkan r tabel untuk dk 28 dan taraf nyata (α): 0,05, didapatkan skornya r tabel 0,05;28 = 0,374. Dengan mencocokkan harga koefisien korelasi diatas pada tabel r produk moment, dari tujuh aspek yang diukur pada penilaian afektif hanya ada satu aspek yaitu aspek nomor 4 yang dinyatakan valid. Sedangkan enam aspek lainnya yaitu aspek nomor 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 dinyatakan tidak valid. Karena instrumen yang digunakan untuk mengukur penilaian afektif

169 menggunakan lembar pengamatan dengan teknik observasi sehingga banyak kendala yang dialami oleh pengamat dalam pengumpulan data, kendala tersebut antara lain 1) Data yang diperoleh dari hasil observasi tidak dapat memberikan gambaran (insight) yang sama tentang struktur kepribadian individu. Untuk itu seharusnya perlu dilakukan data yang diperoleh dengan teknik lain seperti wawancara atau penyebaran angket; 2) unsur subjektivitas dari pengamat sulit untuk dipisahkan. Sehingga mengurangi objektivitas analisis hasil atau data observasi; 3) untuk mengamati struktur kepribadian individu tidak cukup dilakukan hanya beberapa kali pertemuan, perlu pengamatan secara berkala sehingga objektivitas hasil observasi lebih terjamin. Dari beberapa kendala dalam pengamatan tersebut sedikit banyak mempengaruhi hasil pengamatan. Sehingga enam aspek dari tujuh aspek yang dinilai dalam penilaian afektif dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien validitas pada Bab IV, diperoleh koefisien validitas dari uji-coba instrumen penilaian psikomotor pada 30 siswa sebagai berikut: Tabel 5.4 Koefisien Validitas Penilaian Psikomotor Nomor Keterangan Soal 1 0,45 0,374 VALID 2-0,157 0,374 INVALID 3 0,76 0,374 VALID 4-0,21 0,374 INVALID 5 0,649 0,374 VALID

170 Dari tabel diatas, semakin tinggi korelasi positif antara skor item dengan skor total berarti semakin tinggi konsistensi antara item tersebut dengan item tes keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik. Bila koefisien korelasi berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada item yang bersangkutan. Berdasarkan r tabel untuk dk 28 dan taraf nyata (α): 0,05, didapatkan skornya r tabel 0,05;28 = 0,374. Dengan mencocokkan harga koefisien korelasi diatas pada tabel r produk moment. Dari lima aspek yang diukur pada penilaian psikomotor ada tiga aspek yaitu aspek nomor 1, 3, dan 5 dinyatakan valid. Sedangkan dua aspek lainnya yaitu aspek nomor 2 dan 4 dinyatakan tidak valid. C. Pembahasan Tentang Kereliabilitasan Hasil Pengembangan Perangkat Evaluasi Pembelajaran Matematika dengan Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Berdasarkan hasil perhitungan estimasi reliabilitas melalui pendekatan konsistensi internal dengan menggunakan teknik formula Alfa Cronbach, angka koefisien reliabilitas yang diperoleh untuk penilaian kognitif masuk pada kategori sedang, karena koefisien reliabilitas 0,6. Dan koefisien reliabilitas penilaian psikomotor masuk pada kategori tinggi, karena koefisien reliabilitas 0,875. Dan

171 koefisien reliabilitas penilaian afektif masuk pada kategori tidak reliabel, karena koefisien reliabilitas -0, 875. Suatu tes yang menghasilkan koefisien reliabilitas 0,6, berarti perbedaan (variasi) yang tampak pada skor tersebut mampu mencerminkan 60 % dari variasi yang terjadi pada skor murni subjek yang bersangkutan. Dapat pula dikatakan 40 % dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi eror pengukuran tersebut. Sedangkan suatu tes yang menghasilkan koefisien reliabilitas 0,875, berarti perbedaan (variasi) yang tampak pada skor tersebut mampu mencerminkan 87,5% dari variasi yang terjadi pada skor murni subjek yang bersangkutan. Dapat pula dikatakan 12,5 % dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi eror pengukuran tersebut. Dan bila suatu tes menghasilkan koefisien reliabilitas 0, berarti pengukuran yang dilakukan oleh tes yang bersangkutan terkandung sejumlah eror. Besar kecilnya eror dicerminkan oleh seberapa jauh jarak angka koefisien reliabilitas yang dihasilkan tes tersebut dari angka 1. Sehingga tes yang menghasilkan koefisien reliabilitas -0,875 berarti eror yang dihasilkan oleh tes tersebut sebesar 1,875. Dari interpretasi tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya varians eror akan mempengaruhi tinggi rendahnya reliabilitas. Bila varians eror sangat kecil maka tes akan menghasilkan reliabilitas yang tinggi. Dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya koefisien reliabilitas tes diantaranya: 1) jumlah item soal yang kecil pada penilaian kognitif, afektif dan psikomotor dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya

172 validitas tes dan tinggi rendahnya validitas dapat mempengaruhi reliabilitas tes; 2) instrumen yang dibuat untuk mengukur gejala non fisik seperti kemampuan, kecakapan, sikap dan lain sebagainya sering berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dan dalam pengukuran gejala sosial boleh dikatakan tidak pernah terjadi hasil pengukuran ulang yang persis sama dengan hasil pengukuran sebelumnya sehingga hasil pengukuran koefisien reliabilitas penilaian afektif pada penelitian ini menghasilkan koefisien reabilitas 0 D. Pembahasan Tentang Kepraktisan Pengembangan Perangkat Evaluasi Pembelajaran Matematika dengan Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Penilaian kepraktisan perangkat yang dikembangkan pada penelitian ini diperoleh dari hasil penilaian validator yang didasarkan pada tingkat kemudahan dan kepraktisan penggunaan dan pelaksanaan suatu tes, dalam hubungannya dengan biaya dan waktu untuk melaksanakan tes tersebut, serta pengolahan dan penafsiran hasilnya. Ada tiga macam perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu perangkat penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan penilaian validator terhadap perangkat penilaian kognitif yang dikembangkan, perangkat penilaian kognitif juga memenuhi kriteria praktis yang ditetapkan pada Bab III. Dua dari ketiga validator memberikan nilai B, yang berarti perangkat penilaian kognitif yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Sedangkan satu Validator memberikan nilai C, yang berarti

173 perangkat yang dikembangkan dapat digunakan dengan banyak revisi. Hal ini terjadi karena peneliti membuat item soal yang jumlahnya sangat banyak. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaan, penskroran dan penafsiran hasil tes. Selain itu ada beberapa item soal dalam penilaian kognitif yang merupakan jenis penilaian proses. Hal itu menyebabkan perlu banyak revisi terhadap perangkat penilaian kognitif yang dikembangkan. Akan tetapi karena perangkat telah direvisi sesuai dengan saran Validator maka dapat dikatakan bahwa perangkat penilaian kognitif yang dikembangkan telah dapat digunakan, sehingga telah masuk pada kategori praktis. Walaupun demikian masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut atau penyesuaianpenyesuaian jika perangkat penilaian kognitif akan diterapkan pada kondisi lain. Perangkat penilaian afektif yang dikembangkan pada penelitian ini, memenuhi kriteria praktis yang ditetapkan pada Bab III. Ketiga validator memberikan nilai B, yang berarti perangkat yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Walaupun demikian masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut atau penyesuaian-penyesuaian jika perangkat penilaian afektif akan diterapkan pada kondisi lain. Berdasarkan penilaian validator terhadap perangkat penilaian psikomotor yang dikembangkan, perangkat penilaian psikomotor juga memenuhi kriteria praktis yang ditetapkan pada Bab III. Dua dari ketiga validator memberikan nilai B, yang berarti perangkat penilaian psikomotor yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Sedangkan satu Validator memberikan nilai C

174, yang berarti perangkat yang dikembangkan dapat digunakan dengan banyak revisi. Hal ini terjadi karena peneliti membuat item soal yang jumlahnya sangat banyak. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaan, penskoran dan penafsiran hasil tes. Hal itu menyebabkan perlu banyak revisi terhadap perangkat penilaian psikomotor yang dikembangkan. Akan tetapi karena perangkat telah direvisi sesuai dengan saran Validator maka dapat dapat dikatakan bahwa perangkat penilaian psikomotor yang dikembangkan telah dapat digunakan, sehingga telah masuk pada kategori praktis. Walaupun demikian masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut atau penyesuaianpenyesuaian jika perangkat penilaian psikomotor akan diterapkan pada kondisi lain. E. Kelemahan Penelitian Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak kendala dan kelemahan, diantaranya sebagai berikut: 1) uji-coba instrumen hanya dilakukan selama satu kali uji-coba. Kegiatan uji-coba instrumen dan kegiatan yang mengikutinya ini perlu dilakukan lebih dari satu siklus. Mungkin perlu dilakukan uji-coba kedua guna menyempurnakan hasil uji-coba yang pertama, uji-coba ketiga guna menyempurnakan hasil uji-coba yang kedua, dan selanjutnya, sampai semua persyaratan yang dirancangkan dalam tujuan indikator soal dipenuhi; 2) waktu uji-coba instrumen yang kurang efektif. Karena uji-coba terbatas dilaksanakan di awal tahun ajaran baru sehingga banyak siswa

175 yang sudah lupa mengenai materi yang diteskan; 3) interpretasi koefisien reliabilitas pada hasil penelitian ini adalah spesifik bagi situasi dan dan kelompok subyek dalam penelitian ini saja; 4) pijakan teori yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan evaluasi pada penelitian ini masih belum relevan. Sehingga perlu teori pengembangan evaluasi yang lebih spesifik.