BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BABV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Simpulan-simpulan yang dapat ditarik dari hasil pengujian hipotesis adalah sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Strategi pembelajaran quantum teaching dan strategi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses

BAB I PENDAHULUAN. belajar dari teori kognitif (Efi, 2007). Pendidikan Biologi diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

BABV. Pertama, rata-rata basil belajar Maternatika siswa yang menggunakan musik pop

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. IPS terhadap siswa kelas IV SD Negeri Pantiwinaya

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Karena tanpa adanya minat belajar dari siswa proses

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

Prinsip dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pembiasaan kegiatan belajar diselenggarakan secara berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada uraian BAB V penulis akan mengemukakan kesimpulan dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber daya manusia karena merupakan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pertama, terdapat kecenderungan semakin tinggi motivasi belajar, aktivitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN JURNAL BELAJAR DENGAN MACROMEDIA

Lampiran 15 HASIL OBSERVASI GURU. Mata Pelajaran : Materi :

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar Sejarah siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pengorgnisasian pembelajaran horizontal. 2. Hasil belajar Sejarah siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir Logis rendah. 3. Ada interaksi antara strategi pengorganisasian pembelajaran dan kemampuan berpikir logis terhadap hasil belajar Sejarah. Berdasarkan uji lanjut diperoleh hasil bahwa hasil belajar Sejarah siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi yang dibelajarkan dengan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal lebih tinggi daripada hasil belajar Sejarah siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis rendah dengan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal. Demikian juga bila dibandingkan dengan hasil belajar Sejarah yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi dan rendah yang dibelajarkan dengan strategi pengorganisasian pembelajaran horizontal, masih lebih unggul hasil 96

97 belajar Sejarah dengan kemampuan berpikir logis tinggi dengan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal. B. Implikasi Pertama, berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian bahwa hasil belajar Sejarah siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran horizontal. Konsekuensi logis dari pengaruh penerapan strategi pembelajaran terhadap hasil belajar Sejarah berimplikasi kepada guru Sejarah untuk melaksanakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal. Dengan menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal diharapkan guru dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan partisipasi aktif siswa terhadap pembelajaran Sejarah dan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Implikasi dari penerapan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal bagi para guru adalah guru berkewajiban untuk selalu berupaya memunculkan contoh pembelajaran dengan mengaitkan materi pembelajaran yang akan dipelajari dengan materi pelajaran yang telah dipelajari ditingkatan sebelumnya. Sehingga guru mengulang kembali materi pembelajaran yang telah dipelajarinya, oleh karena itu guru diharapkan dapat memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuannya. Dengan demikian guru mata pelajaran Sejarah perlu mempertimbangkan penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran dalam proses pembelajaran, karena strategi pengorganisasian pembelajaran memerhatikan bagaimana materi

98 pembelajaran disusun, sehingga siswa mudah dalam memahami materi. Dengan demikian strategi pengorganisasian pembelajaran memiliki potensi untuk menarik perhatian siswa dan mampu menimbulkan rasa senang, dan dengan sendirinya akan menambah motivasi siswa selama proses pembelajaranyang menyebabkan penyerapan pada materi menjadi lebih optimal. Dengan strategi pengorganisasian pembelajaran ini pula guru menjadi lebih mudah menyusun materi pembelajaran, dimulai dari membuat rangkuman sampai kepada hal-hal terperinci, guru menjadi lebih mudah dalam menerangkan materi karena tersusun dengan baik. Dalam proses pembelajaran menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal, siswa diharuskan mengingat kembali materi-materi pelajaran yang telah dipelajarinya, karena penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal guru mengaitkan pembelajaran dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari baik itu pelajaran Sejarah ataupun pelajaran lainnya yang memiliki kaitan. Sesuai dengan namanya, strategi pengorganisasian pembelajaran horizontal siswa dituntut untuk memahami materi dengan mengaitkannya pada materi pelajaran yang berbeda di tingkat yang sama. Maka selain memahami materi sejarah dengan baik, siswa juga harus memahami materi pelajaran yang lain dengan baik juga. Dalam mempersiapkan pembelajaran menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal dan horizontal, guru haruslah telah menguasai pemanfaatan strategi pengorganisasian pembelajaran yang akan digunakan. Di samping itu guru harus memperhatikan jalannya kegiatan pembelajaran serta faktor-faktor antara lain: 1) menjelaskan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran, 2) menjelaskan kegunaan dan cara

99 pemanfaatan strategi, terutama hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal dan horizontal, 3) menjelaskan kegiatan pembelajaran dengan mempedomani tujuan pembelajaran dan lembar aktivitas siswa yang dibagikan, sehingga siswa mengetahui dengan jelas apa yang harus mereka lakukan, 3) memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang sedang dipelajari dengan meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi ataupun meminta siswa memberi tanggapan terhadap presentasi teman mereka, 4) memfasilitasi kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan kesalahan yang diperbuat siswa, mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa, dan 5) memberikan petunjuk yang benar kepada siswa cara menutup program aplikasi serta mengingatkan tugas yang diberikan guru. Berdasarkan petunjuk dan prosedur yang diberikan guru maka siswa akan lebih mudah memahami strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal. Dengan demikian siswa akan terbimbing selama proses pembelajaran sesuai dengan tujuan dan materi yang sedang dipelajari. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal dapat meningkatkan hasil belajar Sejarah yang lebih baik dibandingkan dengan strategi pengorganisasian pembelajaran horizontal. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru untuk memilih strategi pengorganisasian pembelajaran yang efektif dalam membelajarkan siswa guna mencapai tujuan pembelajaran. Kedua, hasil belajar Sejarah siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi dan kemampuan berpikir logis rendah menunjukkan perbedaan dengan menggunakan pembelajaran yang berbeda. Penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran yang berbeda dengan karakteristik siswa yang

100 berbeda dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik siswa turut mempengaruhi hasil belajar Sejarah siswa. Dengan memperhatikan karakteristik siswa yang berbeda tentunya dapat dijadikan informasi masukan bagi guru maupun pengelola sekolah dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna tercapainya tujuan pembelajaran. Di samping itu guru juga perlu dibekali kemampuan untuk mengetahui karakterisitik siswa, serta kompetensi dalam pemanfaatan berbagai strategi pengorganisasian pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi mempunyai hasil belajar Sejarah siswa yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis rendah. Lebih khusus lagi, hasil belajar Sejarah siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan strategi pengorganisasian pembelajaran horizontal. Demikian juga hasil belajar Sejarah siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis rendah yang dibelajarkan dengan strategi pengorganisasian pembelajaran horizontal lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal. Konsekuensi logis dari pengaruh kemampuan berpikir logis siswa terhadap hasil belajar Sejarah siswa berimplikasi pada guru Sejarah untuk melakukan identifikasi dan prediksi didalam menentukan kemampuan berpikir logis yang dimiliki siswa. Apabila kemampuan berpikir logis siswa dapat dikelompokkan maka guru dapat menerapkan rencana-rencana pembelajaran dan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa, disamping

101 itu juga guru dapat melakukan tindakan-tindakan lain misalnya untuk siswa dengan kemampuan berpikir logis tinggi diberikan materi pengayaan dan soal-soal dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi dan untuk siswa dengan kemampuan berpikir logis rendah diberikan materi-materi remedial yang bertujuan memberikan pemahaman dan penguasaan kepada siswa terhadapa materi pelajaran Sejarah. Dengan demikian siswa diharapkan mampu membangun dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari segi kemampuan berpikir logis mengisyaratkan kepada guru untuk memilih strategi pembelajaran harus mempertimbangkan tingkat kemampuan berpikir logis siswa. Adanya perbedaan kemampuan berpikir logis siswa ini berimplikasi guru didalam memberikan motivasi, minat dan keaktifan siswa dalam belajar Sejarah. Bagi siswa dengan kemampuan berpikir logis tinggi tidak menjadi sebuah kesulitan bagi guru dalam memotivasi, membangkitkan minat dan mengaktifkan siswa selama pembelajaran, tetapi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis rendah maka guru memberikan perhatian yang lebih kontinu didalam memberikan motivasi, membangkitkan minat dan keaktifan siswa dalam belajar. Oleh sebab itu perlu adanya kesesuaian pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran dengan karakteristik yang dimiliki siswa. Dengan pemilihan media pembelajaran yang tepat, akan membuat proses pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Walaupun setiap media pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing, namun hasil penelitian ini diharapkan

102 dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam membelajarkan siswa. Guru juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dalam merancang pembelajaran, khususnya dengan menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal. Dalam merancang pembelajaran guru harus memiliki kemampuan dalam memilih strategi pengorganisasian pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, skenario pembelajaran, metode, tempat, sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk pengembangan strategi pengorganisasian pembelajaran, guru juga harus menambah pengetahuan dan wawasannya dalam pelajaran yang lain, sehingga guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi pengorganisasian pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat merangsang dan memotivasi guru, khususnya guru Sejarah untuk lebih meningkatkan kompetensinya dalam membelajarkan siswa. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal, yaitu: 1. Karena hasil data hasil belajar Sejarah siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal dan strategi pengorganisasian pembelajaran horizontal tidaklah terlalu jauh berbeda. Maka disebaiknya peneliti selanjutnya lebih dalam mendesain dan mengembangkan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal dan horizontal, dengan memberikan keterkaitan materi yang berbeda.

103 2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan pembelajaran dengan menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran vertikal dan horizontal mengharuskan guru menyesuaikan isi materi dan penggunaan waktu jam pelajaran, sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada hasil belajar Sejarah. 3. Hendaknya pada penelitian selanjutnya memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar Sejarah siswa misalnya motivasi, kemandirian belajar, sarana dan prasarana penunjang pembelajaran, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran, keterampilan guru mengajar dan mengelola kelas dan lain sebagainya. sehingga perlu kiranya dilakukan penelitian lanjutan sehingga penelitian ini tidak berhenti sampai di sini saja. 4. Hendaknya pada pembelajaran Sejarah pemahaman konsep dapat memacu pola pikir siswa ke jenjang yang lebih tinggi tidak hanya di laboratorium tetapi juga di lingkungan sekitar tempat tinggal dan sekolah. 5. Guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan konsep pemikiran untuk mencari dan menemukan jawaban atas persoalan yang ada pada materi Sejarah. 6. Guru juga diharapkan untuk menggunakan strategi pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam belajar terutama dalam memecahkan masalah belajar dan guru diharapkan lebih menyesuaikan strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menentukan langkah yang tepat dalam belajar, nantinya dapat

104 dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik. 7. Bahan/materi yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada beberapa materi. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar kiranya diadakan penelitian lebih lanjut, yaitu pada materi lain atau dapat melanjutkan penelitian ini, hal ini sangat penting agar hasil penelitian ini bermanfaat sebagai penyeimbang teori maupun reformasi dunia pendidikan khususnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. 8. Hasil penelitian ini hanya berlaku pada siswa SMA Negeri 7 Medan, oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian kembali di beberapa sekolah yang mempunyai kondisi serupa serupa agar kesimpulan yang diperoleh lebih dipercaya. 9. Dikarenakan tes hasil belajar yang disusun hanya mengukur ranah kognitif, disarankan penelitian lanjutan juga mengukur ranah psikomotorik dan afektif. 10. Mengingat populasi dan sampel penelitian tergolong kecil, untuk itu disarankan kepada peneliti yang lain untuk menggunakan populasi dan sampel yang lebih besar lagi.