ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

dokumen-dokumen yang mirip
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA

PENGEMBANGAN INSTRUMENT AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MATAKULIAH TEACHING AND LEARNING MATHEMATICS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Melatih Literasi Matematis Siswa dengan Metode Naive Geometry

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunkan dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA TAHUN DI BANDA ACEH. Intan Kemala Sari 1. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Analisis terhadap proses belajar mengajar dalam penelitian ini didasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

LAMPIRAN A. A3. Surat Permohonan Izin Validasi Perangkat Pembelajaran. A4. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

ASSESSMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP. Universitas Darussalam Ambon. Diterima ; Terbit

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ISSN: 2407-2095 PENGGUNAAN AUTHENTIC ASESMENT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN MATH- EMATICS PROBLEM SOLVING PERFORMANCE MODELLING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember nurcholifdsl@yahoo.com Abstrak Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar jarang menjadi fokus perhatian guru karena sulitnya mengajarkan sekaligus menilai kemampuan pemecahan masalah. Penilaian kemampuan pemecahan masalah merupakan kewajiban guru ketika melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah. Penilaian ini harus bersifat menyeluruh mulai dari proses hingga akhir sehingga guru dapat memonitor perkembangan belajar siswa. Penilaian pemecahan masalah dapat dilakukan melalui penilaian terhadap performa siswa dalam memecahkan masalah dengan authentic asesment. Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling menawarkan solusi untuk penilaian sebagai media pembelajaran. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah diases dengan instrumen authentic asesment dalam format pembelajaran yang model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Instrument authentic asesment yang digunakan meliputi exemplar rubrik siswa dan exemplar rubric guru 37

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar Kata kunci: problem solving, exemplar rubric, Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Pendahuluan Masalah merupakan hal yang pasti dijumpai oleh manusia. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, maka kemampuannya pemecahan masalah menjadi hal penting dalam pengambilan keputusan untuk memperoleh solusi terbaik. Oleh karena itu, dalam kurikulum pendidikan di Indonesia dan pada setiap level pendidikan formal termasuk juga di sekolah dasar, kemampuan pemecahan menjadi learning outcome yang diharapkan dapat dicapai siswa. misal melalui pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah. Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah seringkali dilaksanakan melalui pendekatan pemecahan masalah. Namun sayangnya, pembelajaran pemecahan masalah jarang diterapkan di sekolah dasar karena sulitnya mengajarkan sekaligus menilai kemampuan pemecahan masalah. Hal ini mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa juga kurang berkembang. Padahal siswa sekolah dasar mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya. Para siswa pada usia ini begitu haus dengan pengetahuan tentang bagaimana sesuatu bekerja (Kallick and Brewer, 1997). Sugiarti dan Lestari (2014) memperkenalkan model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling sebagai alternatif solusi bagi permasalahan tersebut. Model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling merupakan model pembelajaran pemecahan masalah yang memfokuskan pada pemodelan terhadap kinerja dalam memecahkan masalah baik dalam kelompok belajar maupun secara individu. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa Sekolah Dasar (Sugiarti 38

Nurcholif Diah Sri Lestari dan Lestari, 2015). Dalam model pembelajaran ini, terdapat tiga instrumen penting dalam pelaksanaan pembelajarannya yaitu: 1. Masalah yang disajikan dalam bentuk exemplar problem untuk memfasilitasi pemodelan performance secara individu, 2. Lembar Kerja Siswa yang memfasilitasi pemodelan performance secara kelompok, dan 3. Instrumen authentic assessmen untuk menilai kemampuan pemecahan masalah. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah diases dengan instrumen authentic asesment dalam format pembelajaran yang model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Instrument authentic asesment yang digunakan meliputi exemplar rubrik siswa dan exemplar rubric guru MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROBLEM SOLV- ING PERFORMANCE MODELLING Sintaksis dalam model pembelajaran problem solving performance modelling meliputi fase pra pembelajaran, 8 fase pembelajaran, dan fase pasca pembelajaran (Sugiarti dan Lestari, 2014). Berikut ini adalah penjabarannya: Pra pembelajaran Pada kegiatan pra pembelajaran, guru memberikan soal tes awal berupa pemecahan masalah kepada siswa, membagikan exemplar rubric siswa dan mensosialisasikan penggunaannya, meminta siswa untuk mencoba melakukan penilaian sendiri terhadap jawaban tes awal mereka dengan exemplar rubric berdasarkan persepsi atas kemampuan masing-masing. Hasil tes awal siswa dinilai dan dianalisis berdasarkan exemplar 39

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar rubric guru untuk dapat mengkategorikan siswa dalam level kemampuan pemecahan masalah dan sebagai bahan pertimbangan untuk membentuk kelompok heterogen. Fase 1. Orientasi Fase orientasi bertujuan untuk menyiapkan siswa dalam belajar. Pada fase ini, guru diharuskan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa. Tujuan pembelajaran terkait dengan konten kurikulum dan tujuan model pembelajaran. Kegiatan motivasi dapat dilakukan dengan memberikan siswa pengalaman pengalaman tentang (1) bagaimanakah hasil pemecahan masalah mereka diases dan atau (2) memperkaya strategi pemecahan masalah siswa serta materi prasyarat yang diperlukan. Kegiatan ini dilakukan dengan mencontohkan bagaimana pekerjaan salah satu siswa (beserta exemplar rubric yang telah diisi) diases. Fase 2. Pemecahan Masalah Secara Individu Pada fase ini pembelajaran telah bergeser dari teacher centered menjadi student centered. Setelah guru membagikan exemplar problem (uncued problem) dan pedoman pemecahan masalah serta menjelaskan bagaimana pedoman pemecahan masalah dapat digunakan untuk membantu mereka dalam memecahkan masalah, maka siswa mulai mengerjakan exemplar problem secara individu. Masalah yangn digunakan adalah masalah yang sifatnya uncued, yaitu masalah yang memungkinkan adanya banyak cara atau banyak jawaban benar Fase 3. Pengorganisasian Kelompok Pada fase tiga, siswa ditempatkan dalam setting belajar kooperatif. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen berdasarkan level kemampuan pemecahan masalah awal (hasil pretes pada pra pembelajaran atau hasil evaluasi dari pembelajaran sebelumnya). Setiap kelompok terdiri atas 4-5 40

Nurcholif Diah Sri Lestari siswa dengan level kemampuan pemecahan masalah yang beragam mulai dari level pemula sampai level ahli (jika ada). Fase 4. Diskusi Kelompok Fase ini betujuan untuk memperkuat ketajaman penalaran dalam pemecahan masalah melalui tukar pendapat dalam suatu diskusi kelompok. Kelompok ini diberi tugas untuk mendiskusikan kembali exemplar problem yang telah dikerjakan secara individu pada fase sebelumnya yang dikemas dalam suatu lembar kerja siswa (LKS). Pada kegiatan ini siswa dalam kelompok-kelompok bertukar pendapat, saling menyempurnakan gagasan pemecahan masalah dan terakhir memilih strategi dan pemecahan masalah yang paling mudah atau paling efektif sesuai petunjuk yang ada dalam LKS. Fase 5. Diskusi Kelas Pada fase diskusi kelas, guru meminta perwakilan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Ketika perwakilan suatu kelompok menyampaikan materi di depan kelas, siswa pada kelompok yang lain berkewajiban untuk memberikan saran, masukan ataupun argumen terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi. Pada waktu siswa anggota kelompok tidak mewakili kelompoknya menyajikan hasil di depan kelas, mereka bertugas membantu teman yang presentasi jika memerlukan bantuan. Dalam kegiatan diskusi kelas, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator yang menghubungkan kelompok penyaji dengan audience, dan mendukung terciptanya suasana diskusi kelas yang kondusif. Fase 6. Pemberian contoh Penilaian Setelah perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusinya dan siswa lain menanggapi, selanjutnya guru memberi contoh bagaimana hasil pemecahan masalah kelompok tersebut diases dengan exemplar rubric. Berdasarkan contoh 41

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar penilaian yang dilakukan guru, setiap kelompok akan diminta untuk melakukan penilaian sendiri terhadap hasil kerja pemecahan masalah kelompok atau individu. Fase 7. Evaluasi Fase evaluasi ditujukan untuk menguji kemampuan siswa dalam pemecahan masalah setelah pembelajaran dilaksanakan. Pada fase ini, guru membagikan exemplar problem dan pedoman pemecahan masalah kepada siswa. Siswa diminta untuk menyelesaikan soal dalam exemplar problem dengan berdasar pada pedoman pemecahan masalah serta melakukan penilaian terhadap pekerjaannya dengan exemplar rubric. Fase 8. Penutup Fase penutup ditujukan untuk mereview dan menyatukan pengetahuan yang baru diperoleh siswa pada pembelajaran hari ini. Review dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa untuk memperoleh poin-poin penting pada pembelajaran yang diharapkan. Pasca Pembelajaran Pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berbasis authentic asesment melalui exemplar problem ini dapat dilakukan berulang-ulang (siklus) dengan exemplar problem yang berbeda-beda (terutama berkaitan dengan strategi pemecahan masalah yang bisa digunakan) maksimal 1 kali seminggu. Kemampuan Pemecahan Masalah Pelevelan kemampuan pemecahan masalah yang disampaikan oleh Kallick and Brewer [1] adalah sebagai berikut. a. Pemula (Novice) 42

Nurcholif Diah Sri Lestari Siswa pada level ini benar-benar tidak bisa memulai, siswa ini tidak memiliki penyelesaian yang sesuai dengan masalah karena mereka tidak memahami masalah, tidak dapat mengembangkan strategi, dan atau tidak dapat prosedur matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Seorang pemula tidak mempunyai penjelasan yang bisa dipahami atau yang berkaitan dengan masalah, bahkan mereka tidak secara tepat gambar-gambar atau istilah matematika. b. Pemagang (Apprentice) Siswa pada level ini sudah mampu memulai, tetapi tidak bisa menemukan penyelesaian yang lengkap. Siswa memahami masalah, dan mampu sebagian strategi pemecahan masalah, tetapi tidak memiliki cukup pemahaman untuk mendapatkan penyelesaian yang lengkap. Pemagang sudah beberapa istilah dan notasi matematika atau gambar representasi masalah. c. Pelaksana (Practitioner) Siswa pada level pelaksana mampu memahami masalah dengan baik dan memilih strategi yang tepat dalam menyelesaikan masalah dengan benar. Pelaksana penalaran dan prosedur matematika dengan efektif, penjelasan yang diberikan jelas, dan gambar, notasi dan istilah matematika yang sesuai. d. Ahli (Expert) Siswa dalam level ahli memberikan penyelesaian yang melebihi siswa pada level pelaksana. Ahli strategi yang lebih efisien dan penalaran yang lebih kompleks, prosedur dengan akurat dan benar, penjelasannya jelas, representasi gambar, istilah dan 43

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar notasi dengan tepat, bahkan siswa dapat memverifikasi penyelesaiannya dengan mengecek langkah demi langkah Instrumen authentic asesment. Penilaian adalah salah satu bagian pembelajaran yang sangat penting. Melalui penilaian (assessment) maka seorang akan bisa mengetahui seberapa efektif pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Department of Education Republic of South Africa (2003:45) sebelum seorang guru menilai kinerja siswanya, hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah bahwa tujuan dari pelaksanaan asesmen harus jelas dan tidak ambigu. Hal ini penting untuk membantu guru dalam mengambil keputusan tentang jenis asesmen yang akan digunakan. Menurut Johnson & Johnson (2002:2-6) asesmen adalah suatu kegiatan yang melibatkan pengumpulan informasi tentang kualitas atau kuantitas dari perubahan dalam siswa, kelompok, kelas, sekolah, guru atau administrator. Sehingga dalam pelaksanaannya terdapat banyak hal yang akan dilihat tingkat keberhasilannya (diases) misal hasil belajar akademik, penalaran, ketrampilan dan kompetensi, perilaku, dan kebiasaan dalam bekerja. Asesmen yang efektif bergantung pada: pencapaian tujuan bahwa asesmen yang dibuat adalah asesmen yang valid dan reliabel, hubungan kerjasama yang baik antara pengases (guru), yang diases (siswa) dan stakeholder-stakeholder yang relevan, serta peningkatan motivasi semua pihak yang terlibat untuk berpartisipasi lagi. Menurut Nurhadi & Senduk, (2003:52), authentic asesment memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) mengukur semua aspek pembelajaran, yang terdiri dari proses, kinerja, dan produk; b) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; 44

Nurcholif Diah Sri Lestari c) berbagai cara dan berbagai sumber dalam proses penilaiannya; d) tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian; e) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa sehari-hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari; f) penilaian harus menekankan pada kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (kuantitatif). Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa ada banyak alasan mengapa penilaian performa/kinerja siswa dalam memecahkan masalah harus diases. Model pembelajaran problem solving performance modelling adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk mengajarkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan cara memodelkan atau memberikan contoh bagaimana suatu kemampuan pemecahan masalah matematika dinilai dengan instrument authentic asesment yaitu exemplar rubric siswa dan exemplar rubric guru [2]. Instrumen ini harus dikomunikasikan dan dicontohkan bagaimana penggunaannya kepada siswa sehingga dapat membangun kebiasaan berpikir secara disiplin, mengetahui apa yang diperlukan, mengecek keakuratan, ketepatan dan kualitas pekerjaan mereka dalam pemecahan masalah bahkan siswa dapat menilai sendiri pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada guru. Kallick & Brewer (1997), memperkenalkan exemplar rubric yang disusun berdasarkan level-level kemampuan siswa dengan indikator penilaian kemampuan penyelesaian masalah meliputi: (1) pemahaman, (2) strategi, penalaran dan prosedur, dan (3) 45

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar komunikasi. Terdapat dua macam exemplar rubric yaitu, exemplar rubric untuk guru dan exemplar rubric untuk siswa. Isi kedua exemplar rubric tersebut disusun sedemikian hingga memuat maksud yang sama dan atau saling melengkapi sebagai suatu bentuk triangulasi. Namun khusus untuk siswa exemplar rubric disajikan dengan bahasa yang lebih sederhana dan lebih mencerminkan pada apa yang seharusnya dilakukan. Rubrik ini selain digunakan sebagai alat penilaian juga digunakan sebagai bagian dari pembelajaran. Dengan exemplar rubric diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk membangun kebiasaan berpikir secara disiplin dalam menghadapi masalah, mengetahui apa yang mereka perlukan untuk mengecek keakuratan, ketepatan dan kualitas pekerjaan mereka bahkan siswa dapat menilai sendiri pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada guru Exemplar Rubric Guru Petunjuk 1) Isilah nama siswa pada tempat yang telah disediakan 2) Lingkarilah simbol ( ) untuk setiap kategori yang sesuai dengan performance yang siswa. 3) Level kemampuan pada setiap aspek adalah level dengan performance terbanyak yang dilingkari. 4) Level kemampuan pemecahan masalah siswa adalah level dengan aspek kemampuan yang dominan. 5) Exemplar rubric juga dapat digunakan untuk menilai aspek kognitif dan aspek keterampilan siswa 6) Indikator untuk aspek kognitif ditandai dengan huruf yang tercetak miring sedangkan indikator untuk aspek keterampilan adalah huruf standart Nama Siswa: Level Pemahaman Strategi, Pen- Komunikasi 46

Nurcholif Diah Sri Lestari Pemula Tidak ada penyelesaian, Ada penyelesaian tetapi penyelesaiannya sama sekali tidak sesuai dengan masalah alaran dan Prosedur Tidak menunjukkan strategi atau prosedur pemecahan masalah, atau Menggunakan strategi yang tidak membantu menyelesaikan masalah. Tidak menunjukkan adanya penalaran matematika yang logis Ada banyak kesalahan dalam prosedur matematika sehingga masalah tidak dapat diselesaikan. Tidak ada penjelasan tentang penyelesaian, atau Ada penjelasan tetapi tidak dapat dipahami atau tidak berkaitan dengan masalah Tidak menggunaka n representasi matematika yang sesuai (misal: gambar, diagram, grafik atau tabel, dll). Tidak menggunaka n istilah dan notasi matematika yang sesuai atau 47

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar menggunaka n istilah dan notasi matematika tetapi tidak sesuai Pemagang Ada sebagian dari penyelesaian yang mengarah pada penyelesaian masalah meskipun penyelesaiannya belum sempurna/ belum lengkap Menggunakan strategi yang bermanfaat meskipun hanya sebagian yang mengarah pada penyelesaian Menunjukkan sedikit penalaran matematika logis Tidak dapat prosedur matematika secara lengkap Penjelasan tidak lengkap, tidak disajikan dengan jelas. Menggunaka n sedikit representasi matematika yang sesuai Menggunaka n sedikit istilah dan notasi matematika yang sesuai dengan masalah. Pelaksana Mendapatkan satu penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan serta menunjukkan kemampuan memahami permasalahan, men- Menggunakan strategi yang mengarah pada penyelesaian matematika yang benar Menggunakan penalaran ma- Ada penjelasan yang jelas Menggunaka n representasi matematika dengan benar Menggunaka 48

Nurcholif Diah Sri Lestari gidentifikasi konsep matematika dan informasi yang sesuai untuk menyelesaikan masalah. tematika yang benar Menggunakan prosedur matematika dengan benar n istilah dan notasi matematika dengan benar Ahli Mendapatkan lebih dari satu penyelesaian atau cara penyelesaian yang sesuai permasalahan atau Mendapatkan satu penyelesaian yang benar dan efektif Menggunakan strategi yang sangat efektif yang mengarah langsung pada penyelesaian. Menggunakan penalaran yang kompleks dan halus Menerapkan prosedur dengan akurat untuk menyelesaikan masalah dengan benar dan memverifikasi hasil. Menjelaskan secara jelas, efektif dan detail tentang bagaimana masalah tersebut diselesaikan. Termasuk setiap langkah penyelesaian sehingga pembaca tidak perlu menduga bagaimana dan mengapa sebuah keputusan dibuat Memilih menggunaka n representasi matemat- 49

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar ika sebagai alat untuk mengkomunikasikan ide dan menyelesaikan masalah dengan tepat Menggunaka n istilah dan notasi matematika secara tepat dan efektif Exemplar Rubric Siswa Lingkarilah simbol ( ) untuk setiap kategori yang sesuai dengan performance siswa Level kemampuan siswa adalah level dengan performance terbanyak yang dilingkari Nama Siswa: Level Pemahaman Strategi, Penalaran dan Prosedur Komunikasi Pemula tidak tahu apa yang diketahui dan yang ditanya tidak mengerjakan mengerjakan tidak punya ide sama sekali bagaimana mengerjakann ya hanya mencoba-coba tidak menuliskan penjelasan tentang penyelesaian menuliskan langkahlangkah 50

Pemagang meskipun asalasalan sehingga jawabannya salah Sebagian pekerjaan/jawaban saya benar Nurcholif Diah Sri Lestari melakukan banyak kesalahan pada langkahlangkah pekerjaan Sebagian cara yang saya gunakan benar tahu bagaimana mencari sebagian data yang saya perlukan Jawaban saya belum lengkap penyelesaian tetapi sulit dipahami tidak gambar, diagram, grafik atau tabel. salah istilah (kata) atau notasi (simbol) matematika menjelaskan langkahlangkah penyelesaian meskipun tidak lengkap gambar, grafik atau tabel tetapi tidak lengkap Sebagian istilah (kata) atau notasi (simbol) yang saya gunakan benar Pelaksa- Jawaban saya hanya menulis- 51

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar na benar meskipun awalnya saya bingung bagaimana mengerjakannya mengetahui satu cara seperti yang saya lakukan untuk mendapat jawaban yang benar data yang diperlukan mengecek kembali langkah pekerjaan saya kan penjelasan pada setiap langkah salah satu dari grafik atau gambar atau tabel yang sesuai istilah (kata) dan notasi (simbol) matematika yang benar Ahli dapat menemukan cara atau jawaban yang lain cara yang paling mudah untuk mendapatkan jawaban yang benar. langkahlangkah penyelesain yang tepat menuliskan secara jelas, detail setiap langkah pekerjaan beberapa gambar/tabel/simb ol untuk memperjelas pemikiran saya 52

Nurcholif Diah Sri Lestari mencoba menemukan cara atau jawaban yang berbeda istilah dan notasi matematika yang tepat dan benar 53

Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar Tabel 1. Konversi Level Kemampuan Pemecahan Masalah ke Skor Pemecahan Masalah No Level Pemecahan Masalah Skor 1 Pemula (Novice) 1 2 Pemagang (Apprentice) 2 3 Pelaksana (Practitioner) 3 4 Ahli (Expert) 4 Penutup Penilaian yang dilakukan dalam model pembelajaran mathematics problem solving performance modelling dilaksanakan secara holistik yang meliputi penilaian kognitif, keterampilan, dan sikap. Penilaian kognitif dan keterampilan dilaksanakan dengan exemplar problem dan exemplar rubric. Pemetaan antara aspek kognitif dan aspek keterampilan tampak pada exemplar rubric untuk guru. Penilaian sikap diperoleh melalui penilaian aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Penilaian individu diperoleh dari hasil evaluasi pada akhir pembelajaran yang didasarkan pada exemplar rubric guru. Penilaian kelompok (dalam proses pembelajaran di kelas) diperoleh melalui penyelesaian masalah dalam LKM. Nilai pemecahan masalah ini dikonversi dari level pemecahan masalah siswa. Skor ini kemudian digabungkan menjadi skor kognitif dan keterampilan kelompok. Skor akhir setiap kelompok diperoleh baik skor kognitif dan keterampilan maupun skor afektif. Kelompok terbaik akan ditentukan berdasarkan skor akhir tertinggi dan akan diumumkan pada pertemuan berikutnya. 54

Nurcholif Diah Sri Lestari DAFTAR PUSTAKA Johnson & Johnson. 2002. Meaningfull Assessment A Manageable and Cooperative Process. Bosto: Allyn & Bacon Kallick & Brewer. 1997. How to Assess Problem-Solving Skills in Math. Scholastic: New York. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Malang: Universitas Negeri Malang. Polya, G. 1973. How to Solve It. Second Edition. Princeton University Press. Princeton, New Jersey. Sugiarti, Titik dan Lestari, NDS. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Authentic asesment dengan Exemplars Problem untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar. Laporan penelitian tidak dipublikasikan. 2015. Profil Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar Dalam Menyelesaikan Masalah Melalui Model Pembelajaran Problem Solving Performance Modelling. Makalah dalam prosiding seminar nasional SEMNASTIKA di Unesa Surabaya. 55