Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.1 Mei 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 5, Nomor 1, April 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

Oleh: Niken Larasati, Karlimah, Yusuf Suryana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

Taufiq, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Dosen Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 1, Desember 2015

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN SCAFOLDING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP INTEGRAL MAHASISWA. Satrio Wicaksono Sudarman 1), Nego Linuhung 2)

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

Eva Nuraisah 1, Riana Irawati 2, Nurdinah Hanifah 3. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No.

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang objek tertentu tetapi juga menuntut cara berpikir untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI STRATEGI THINK-TALK-WRITE Uba Umbara STKIP Muhammadiyah Kuningan uba1985bara@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang terdiri dari dua kelompok subjek penelitian yang diambil secara acak. Pertama adalah kelompok eksperimen yang melakukan pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write dan kelompok yang kedua adalah kelompok kontrol yang melakukan pembelajaran biasa. Kedua kelompok ini diberikan pretest dan posttest dengan menggunakan instrumen yang sama. Analisis yang dilakukan uji perbedaan dua rata-rata gain dengan menggunakan uji-t, menggunakan Compare Mean Independent Samples Test, Berdasarkan hasil analisis data dan temuan selama penelitian, mengenai kemampuan pemahaman matematis siswa pada pembelajaran menggunakan strategi Think-Talk- Write dan dengan pembelajaran konvensional maka peneliti memperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan strategi Think-Talk-Write lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa (konvensional). Kata Kunci : Strategi Think-Talk-Write, Pemahaman Matematis A. PENDAHULUAN Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu diajarkan pada jenjang pendidikan disetiap tingkatan kelas dengan proporsi waktu yang lebih banyak daripada mata pelajaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran matematika adalah penting untuk siswa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan matematis siswa melalui perbaikan teknik atau strategi pembelajaran sehingga matematika tidak lagi dianggap sebagai mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh siswa. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika karena kebanyakan dari mereka hanya sekedar menghafal konsepnya bukan memahaminya. Mettes (1979) mengatakan bahwa siswa hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara menyelesaikan soal yang telah dikerjakan oleh gurunya. Lemahnya siswa dalam hal kemampuan pemahaman matematis akan mempengaruhi kemampuannya dalam matematika itu sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Wahyudin (1999) bahwa salah satu penyebab siswa lemah dalam matematika adalah kurangnya siswa tersebut memiliki kemampuan pemahaman untuk mengenali konsep-konsep dasar matematika 25

(aksioma, defenisi, kaidah, dan teorema) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari. Secara garis besar Sumarmo (2006) menyebutkan kemampuan dasar matematika dapat diklasifikasikan dalam lima standar kemampuan : (1) mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematis, (2) menyelesaikan masalah matematik (mathematical problem solving), (3) bernalar matematik (mathematical reasoning), (4) melakukan koneksi matematika (mathematical connection), dan (5) komunikasi matematik (mathematical communication). Karakteristik matematika mengarahkan visi matematika pada dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa datang (Sumarmo, 2010a). Pada visi pertama mengarahkan pembelajaran matematika untuk memahami konsep dan ide matematis yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematis dan masalah dalam mata pelajaran lainnya. Berbagai upaya harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa. Salah satu upaya yang dimaksud adalah guru harus bisa berinovasi dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Guru harus mengurangi menggunakan pola pembelajaran ceramah karena Hendriana (2009) mengatakan bahwa pola pembelajaran ceramah dan ekspositori kurang menanamkan pemahaman konsep, karena siswa kurang aktif sehingga jika diberikan soal yang berbeda dengan yang diselesaikan guru, maka siswa kesulitan dalam menyelesaikannya. Ini dikarenakan siswa tidak memahami konsep. Kramarski dan Slettenhaar (Ansari, 2003) menyatakan bahwa pada model pembelajaran konvensional, umumnya aktivitas siswa hanya mendengar dan menonton guru, kemudian guru menyelesaikan soal dengan satu cara dan memberikan soal latihan untuk diselesaikan siswanya. Oleh karena itu, guru sebaiknya menggunakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang bervariasi. Suatu aktivitas pembelajaran yang diduga dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa saat ini adalah penerapan strategi Think-Talk-Write. Kemampuan akademik siswa di kelas pada umumnya tidak sama atau bersifat heterogen, ada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Kondisi yang seperti ini perlu diperhatikan oleh guru dalam mendesain pembelajaran matematika sehingga dapat mengakomodasi setiap kemampuan matematis siswa. Diharapkan setiap siswa dapat terlayani dengan baik dalam belajarnya baik oleh guru maupun temannya sehingga potensi para siswa dapat tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Melalui strategi pembelajaran Think-Talk-Write diharapkan semua hal itu bisa tercapai. Strategi pembelajaran Think-Talk-Write terdiri dari tiga fase yaitu fase Think, fase Talk, dan fase Write. Fase pertama Think siswa bekerja secara individu, sehingga diharapkan siswa tertantang oleh permasalahan yang ada pada Lembar Aktivitas Siswa. Selanjutnya fase Talk, pada fase ini siswa mendiskusikan dan merepresentasi apa-apa yang didapat pada fase Think, siswa 26

bekerja secara berkelompok. Fase yang ketiga adalah fase Write, pada fase ini siswa bekerja secara individu lagi, dan diharapkan siswa dapat mengkonstruksi sendiri ide-ide yang didapat dari hasil diskusinya. Strategi pembelajaran Think- Talk-Write memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mengkomunikasikan pemikirannya dan merepresentasi dalam bentuk tulisan hasil diskusinya sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Berikutnya diharapkan kemampuan pemahaman matematis siswa meningkat. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write, sedangkan aspek yang diukur adalah aspek kemampuan pemahaman matematis siswa, dengan alasan strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mengkomunikasikan pemikirannya dan menuliskan hasil diskusinya sesuai representasi mereka masing-masing. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Strategi Think-Talk-Write. B. KAJIAN TEORITIS 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berbeda menurut siapa yang memahami sesuatu, apa yang dipahami, dan cara atau bagaimana ia memahami hal tersebut (Ansari, 2003). Misalnya seorang mahasiswa yang belajar matematika memahami tentang suatu konsep matematika berbeda dengan seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Artinya mahasiswa tersebut mengetahui banyak hal tentang konsep itu. Mengetahui tentang konsep itu, maka mengetahui hubungannya dengan konsep lain. Mahasiswa itu mengetahui suatu konsep lebih mendalam, jika dibandingkan dengan keadaan seorang siswa SMA yang juga memahami konsep itu. Skemp (Sumarmo, 2010b) juga menggolongkan pemahaman dalam dua tahap yaitu : (a) pemahaman instrumental : hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik (b) pemahaman relasional : mengkaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya. Menurut NCTM (1989) pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa : (1) mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh ; (3) menggunakan model, diagram, dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep; (4) mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) membandingkan dan membedakan konsep-konsep. Sesuai dengan pandangan beberapa ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman relasional yaitu kemampuan mengaitkan gambar, rumus dan operasi hitung dengan hal lainnya secara benar. Pada akhirnya siswa mampu menggunakan konsep dan prinsip matematika dan 27

menggunakan algoritma dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematis. Contoh soal pemahaman matematis siswa adalah Berikut ini pernyataan tentang kubus ABCD EFGH, manakah yang termasuk pernyataan benar atau salah? Jelaskan! dengan pilihan jawaban (1) CE tegak lurus AH, (2) Bidang AFH tegak lurus bidang CFH, (3) FC dan BG bersilangan, dan (4) Bidang AFG dan EBG berpotongan. Berdasarkan pandangan beberapa ahli tersebut sebelumnya, maka cukup rasional bila kemampuan pemahaman matematis mempunyai hubungan dengan kemampuan representasi matematis. Membantu siswa meningkatkan pemahaman dalam matematika berarti meminta mereka membangun jaringan representasi mental, dan kebiasaan menulis merupakan alat untuk membangun jaringan mental tersebut (Hiebert & Carpenter dalam Ansari, 2003). 2. Strategi Think-Talk-Write Think-Talk-Write adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi Think-Talk- Write didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Strategi Think-Talk-Write mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Strategi Think-Talk-Write digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Strategi Think-Talk-Write memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Strategi Think-Talk-Write juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. Strategi pembelajaran Think-Talk-Write yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin (Ansari, 2003) dengan alasan bahwa strategi pembelajaran Think-Talk-Write ini membangun secara tepat untuk berfikir dan merefleksikan dan untuk mengorganisasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis. Teori belajar yang mendasari pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write antara lain adalah teori belajar penemuan dan konstruktivisme. Teori belajar penemuan Bruner, dengan dalil utamanya sebagai berikut (Ruseffendi, 2006): a. Cara terbaik mempelajari matematika adalah dengan menyusun representasi. b. Penggunaan notasi yang sesuai perkembangan mental siswa akan memudahkan memahami konsep yang dipelajari (dalil notasi). c. Agar konsep lebih bermakna bagi siswa, maka konsep itu harus dikontraskan dengan konsep lain dan disajikan dengan aneka ragam contoh. d. Agar siswa lebih berhasil belajar, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan antara satu konsep dengan konsep lain, antara satu teori dengan teori lain, dan antara matematika dengan bidang lain. 28

Menurut Dahar (dalam Ruseffendi, 2006) teori lain yang mendasari pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write adalah konstruktivisme dari Piaget, dengan ide utamanya sebagai berikut: a. Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru kedalam pikiran. Akomodasi adalah penyusunan kembali (modifikasi) struktur kognitif karena adanya informasi baru, sehingga informasi itu mempunyai tempat. b. Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Andaikan dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya, terjadilah ketidaksetimbang-an (disequilibrium). Akibatnya terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada mengalami perubahan atau struktur baru timbul. c. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibriumequilibrium). Tetapi, bila terjadi kembali kesetimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Dalam kegiatan pembelajaran matematika di sekolah sering ditemui bahwa ketika siswa diberikan tugas tertulis, siswa selalu mencoba untuk langsung memulai menulis jawaban. Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, namun akan lebih bermakna jika dia terlebih dahulu melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide, serta menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya. Strategi Think-Talk-Write yang dipilih pada penelitian ini dibangun dengan memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan kegiatan tersebut (berpikir, merefleksikan dan untuk menyusun ide-ide, dan menguji ide-ide itu sebelum menulisnya). Menurut Nurhadi (dalam Pujiastuti, 2008) bahwa dalam konstruktivisme, pengertahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Guru tidak akan mampu memberikan pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu siswa harus bisa mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalamannya masing-masing. Tahap pertama kegiatan siswa yang belajar dengan strategi Think-Talk- Write adalah Think, yaitu tahap berfikir pada saat siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari siswa atau kontekstual). Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Kemampuan representasi eksternal siswa dimulai pada tahap ini. Tahap kedua adalah Talk (berbicara atau diskusi) memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada 29

tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, rnenyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Kemampuan pemahaman matematis sudah mulai terlihat pada tahap ini pada saat siswa berdiskusi. Diskusi yang terjadi pada tahap ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa. Baroody (Ansari, 2003) menguraikan beberapa kelebihan dari diskusi kelas, yaitu: a. Dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi. b. Membantu siswa mengkonstruksi matematika. c. Menginformasikan bahwa para ahli matematika biasanya tidak memecahkan masalah sendiri-sendiri, tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam satu tim. d. Membantu siswa menganalisis dan memecahkan masalah secara bijaksana. Tahap ketiga adalah Write, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dan kegiatan tahap pertama dan kedua pada lembar kerja yang disediakan. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Shield dan Swison menyatakan, bahwa menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari (Ansari, 2003). Jawaban siswa juga merupakan representasi eksternal mereka dan bukti representasi internal yang dilakukan pada tahap Think. Aktivitas siswa pada tahap adalah: a. Menulis solusi terhadap masalah yang diberikan termasuk perhitunganperhitungan yang ada. b. Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah. c. Mengoreksi kembali semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada yang tertinggal. d. Meyakini bahwa pekerjaan lengkap dan mudah dibaca. Huinker dan Laughlin (Helmaheri, 2004) mengatakan bahwa strategi ini terlihat secara khusus efektif ketika siswa ditugaskan merencanakan, meringkas, atau merefleksikan dan mereka bekerja dalam grup heterogen. Grup heterogen dimaksudkan agar dalam grup tersebut terdapat siswa yang membantu anggota lain dalam menyelesaikan masalah. Adapun peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi Think-Talk-Write menurut Silver dan Smith (Ansari, 2003) adalah: a. Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa berpikir. b. Mendengarkan secara hati-hati ide siswa. c. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan. d. Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi. 30

e. Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalanpersoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi. f. Memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi. Penerapan strategi Think-Talk-Write dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan diatas, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang dimulai dengan soal-soal yang berhubungan dengan lingkungan seharihari siswa (kontekstual) dan jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk. b. Siswa membaca teks dan membuat catatan kecil secara individu (Think). Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan kedalam bahasa sendiri. c. Siswa berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya (Talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematik dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. d. Dari hasil diskusi, siswa secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, strategi dan solusi) dalam bentuk tulisan (Write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu siswa menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi. e. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa (atau satu) orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. Selama kegiatan pembelajaran guru bertindak sebagai mediator, fasilitator, dan jika diperlukan dapat memberikan arahan, petunjuk, serta dorongan. C. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang terdiri dari dua kelompok subjek penelitian yang diambil secara acak. Pertama adalah kelompok eksperimen yang melakukan pembelajaran dengan strategi Think-Talk- Write dan kelompok yang kedua adalah kelompok kontrol yang melakukan pembelajaran biasa. Kedua kelompok ini diberikan pretest dan posttest dengan menggunakan instrumen yang sama. Desain ini dipilih karena peneliti beranggapan bahwa subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Secara singkat, desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 31

Kelas eksperimen O X O Kelas Kontrol O O Keterangan: O : Pretest dan Posttest (tes kemampuan pemahaman matematis) X : Perlakuan pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write Pembelajaran yang dilakukan baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar tindakan pembelajaran yang telah direncanakan oleh peneliti dapat terlaksana dengan maksimal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 2 Kabupaten Kuningan. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X yang dipilih 2 lokal sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai kelas eksperimen yang menggunakan strategi Think-Talk-Write dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran biasa (konvensional). Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan pertimbangan kepala sekolah, wali kelas, dan guru bidang studi matematika yang mengajar serta pertimbangan bahwa penyebaran siswa tiap kelas merata ditinjau dari segi kemampuan akademiknya. Kelas yang terpilih adalah kelas X.7 dan X.8. Kelas X.7 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan strategi Think-Talk- Write dan kelas X.8 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran biasa (konvensional). Perolehan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes. Instrumen tes yaitu tes kemampuan pemahaman matematis dalam bentuk soal uraian yang diberikan kepada kelas eksperimen dan control yang disusun berdasarkan indicator kemampuan pemahaman matematis. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian dan Analisa Data Perolehan data dalam penelitian ini menggunakan dua macam instrumen yang terdiri dari tes dan non tes. Instrumen yang berbentuk tes yaitu tes kemampuan pemahaman matematis dalam bentuk soal uraian yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kontrol. Berikut ini disajikan statistik deskriptif skor pretest dan posttestdalam bentuk tabel. Tes Skor deal Tabel 1 Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Pemahaman Matematis Pretes Postes N X min X maks X S N X min X maks X S Eks 16 32 1 6 3,72 1,48 32 6 15 9,81 2,48 KTL 12 32 2 7 4,47 1,64 32 6 13 7,75 1,54 32

Dari tabel 1 diketahui bahwa rata-rata skor pretest siswa dalam hal kemampuan pemahaman matematis untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda. Skor rata-rata kemampuan pemahaman matematis pada kelas eksperimen adalah 3,72 dengan deviasi standarnya 1,48 sedangkan skor rata-rata kelas kontrol adalah 4,47 dan deviasi standarnya 1,64. Dari hasil posttest, rata-rata hasil posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat berbeda. Skor rata-rata kemampuan pemahaman matematis pada kelas eksperimen adalah 9,81 lebih tinggi dari pada kelas kontrol, dengan standar deviasi 2,48 sedangkan pada kelas kontrol skor rata-ratanya adalah 7,75 dengan standar deviasi 1,54. Untuk membuktikan skor pretest pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda atau tidak secara signifikan, maka data diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney U, menggunakan 2 Independent Samples. Sebelum dilakukan analisis uji perbedaan dua rata-rata, sebagai salah satu persyaratan dalam analisis kuantitatif adalah terpenuhnya asumsi kenormalan distribusi data yang akan dianalisis maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap data pretest. Sebelum dilakukan analisis uji perbedaan dua rata-rata, sebagai salah satu persyaratan dalam analisis kuantitatif adalah terpenuhnya asumsi kenormalandistribusidata yang akan dianalisis maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap data pretest.uji normalitas dihitung dengan menggunakan SPSS 21.0 pada uji statistik Shapiro Wilk. Hasil uji normalitas disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2 Uji Normalitas Skor Pretest Shapiro Wilk Kelompok Statisti df c Sig. Pretes_Pemahaman TTW,930 32,039 Konv,921 32,022 Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa skor pretest kemampuan pemahaman matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai signifikan yang lebih kecil dari α = 0,05, sehingga H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretest kemampuan pemahaman matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas varians skor data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji Homogeneity of Variances (Levene Statistic).Hasil perhitungan selengkapnya dapat pada tabel berikut: 33

Tabel 3 Uji Homogenitas Skor Pretest Levene df1 df2 Sig. Statistic Pretes_Pemahama Based on Mean,701 1 62,406 n Dari tabel 3 diketahui nilai signifikan skor pretest untuk kemampuan pemahaman matematis yang lebih dari α = 0,05, H 0 terima artinya varians kedua distribusi populasi sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kemampuan pemahaman matematis berasal dari populasi yang homogeny. Setelah diketahui distribusi data pretes kemampuan pemahaman matematis tidak normal dan homogen kemudian dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata pretest dengan menggunakan Uji Mann-Whitney U, menggunakan 2 Independent Samples. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Uji Kesamaan Rata-rata Skor Pretest pretes_pemahaman Mann-Whitney U 383,000 Asymp. Sig. (2- tailed),078 Dari tabel di atas dapat dilihat pretest kemampuan pemahaman matematis mempunyai nilai signifikan sebesar 0,078 yang berarti lebih dari α = 0,05. Sehingga H 0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kemampuan pemahaman matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya, informasi tentang kemampuan siswa setelah proses belajar matematika setelah pembelajaran menggunakan strategi Think-Talk-Write pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari skor gain ternormalisasi. Berikut ini informasi data yang diperoleh dari hasil pengolahan data skor gain ternormalisasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol : Tabel 5 Statistik Deskriptif Gain Ternormalisasi Siswa TTW Konvensional Rata-rata Gain Kategori Rata-rata Gain Kategori 0,46 Sedang 0,26 Rendah Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa rata-rata gain ternormalisasi kemampuan pemahaman matematis siswa yaitu 0,46 pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata gain ternormalisasi kelas kontrol yaitu 0,26. Dengan demikian, skor gain ternormalisasi yang diperoleh dari kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol menggambarkan bahwa perlakuan berupa 34

pemberian pembelajaran matematika yang berbeda menghasilkan rata-rata kemampuan pemahaman yang berbeda pula. Untuk mengetahui apakah perbedaan skor rata-rata gain ternormalisasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup signifikan atau tidak, maka data diuji dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan analisis uji perbedaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data skor gain ternormalisasi. Hasil perhitungan uji normalitas selengkapnya pada tabel berikut: Tabel 6 Uji Normalitas Skor Gain Shapiro Wilk Kelompok Statisti df c Sig. Pretes_Pemahaman TTW,964 32,354 Konv,966 32,390 Dari Tabel 6 diketahui bahwa nilai gain ternormalisasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai signifikan yang lebih dari α = 0,05 artinya H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa skor gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas varians untuk masing-masing kelompok, Untuk menguji homogenitas varians gain ternormalisai digunakan uji Levene melalui SPSS 21 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengujiannya adalah terima H 0 apabila Sig. Based on Mean > taraf signifikansi. Rangkuman perhitungan uji homogenitas disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 7 Uji Homogenitas Varians Gain Ternormalisasi Pemahaman Matematis Pretes_Pemahama n Levene Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean 2,986 1 62,089 Dari tabel 7 diketahui gain ternormalisasi untuk kemampuan pemahaman matematis memiliki nilai signifikan yang lebih dari α = 0,05, terima yang artinya varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata gain dengan menggunakan uji-t, menggunakan Compare Mean Independent Samples Test, pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil uji perbedaan dua rata-rata gain ternormalisasi disajikan dalam tabel berikut : 35

Tabel 8 Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis t-test for Equality of Means t df Sig. Skor_gain_Pemahama n Equal variances assumed 3,62 5 62 0,001 Dari tabel 8 nilai signifikan gain ternormalisai kemampuan pemahaman matematis sebesar 0,001 untuk sig (2-tailed). Sesuai dengan rumus, sig (1-tailed) memiliki nilai signifikan 0,0005 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga H 0 ditolak dan H a diterima. Artinya peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar menggunakan strategi Think-Talk-Write lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional. 2. Pembahasan Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas semua data normal dan homogen. Hasil uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor pretest, menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki atau berangkat dari kemampuan yang sama dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.penulis secara langsung melakukan pembelajaran di kelas sebanyak 8 kali pertemuan pada kedua kelas dengan menggunakan strategi yang berbeda. Pada kelas eksperimen disebarkan skala sikap untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write yang telah dialami oleh siswa dan untuk mengetahui pendapat siswa tentang soal-soal kemampuan pemahaman matematis yang diberikan. Setelah proses pembelajaran selesai, selanjutnya diberikan posttest pada kedua kelas. Pemberian posttest bertujuan untuk mengetahui peningkatan atau gain kemampuan pemahaman matematis siswa. Dari analisis terhadap data gain pada kelas eksperimen, diketahui ratarata gain ternormalisasi siswa yang belajar dengan menggunakan strategi Think- Talk-Write, untuk kemampuan pemahaman matematis adalah 0,46 (kategori sedang). Sedangkan rata-rata gain ternormalisasi siswa yang belajar menggunakan pembelajaran biasa (kovensional), untuk kemampuan pemahaman matematis memiliki rata-rata 0,26 (kategori rendah). Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor gain ternormalisasi kedua kelompok, diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata gain ternormalisasi siswa yang belajar menggunakan strategi Think-Talk-Write lebih baik dibandingkan rata-rata gain ternormalisasi siswa yang belajar menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan pembelajaran matematika menggunakan strategi Think-Talk-Write memiliki peningkatan pemahaman matematis yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika menggunakan strategi Think-Talk-Write telah merubah paradigma pembelajaran matematika yang biasanya berpusat pada guru kepada pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. 36

Temuan ini sesuai dengan pendapat Huinker dan Laughlin (1996) yang mengatakan bahwa strategi Think-Talk-Write ini akan efektif dalam pembelajaran matematika ketika siswa ditugaskan untuk merencanakan, meringkas, atau merefleksikan dan mereka bekerja dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 2-6 orang siswa. Dalam pembelajaran ini pada awal pembelajaran (Think) siswa didorong untuk mengetahui serta merencanakan terlebih dulu apa yang diperlukan dan apa yang akan dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga mereka menjadi lebih termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok (Talk). Kegiatan diskusi kelompok pada pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk saling berinteraksi untuk menyampaikan, menanggapi, serta menjawab pendapat maupun pertanyaan yang diajukan temannya dalam kelompok. Pembelajaran menggunakan strategi Think-Talk-Write mewajibkan siswa saling membantu, karena keberhasilan kelompok tergantung pada keberhasilan setiap individu dalam kelompok tersebut. Dengan demikian terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok sehingga siswa yang pandai akan dapat meningkatkan kemampuannya sedangkan siswa yang kurang pandai dapat terbantu oleh siswa yang pandai tersebut. Oleh karena itu keberhasilan belajar siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan melalui Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dalam penelitian ini dipengaruhi oleh kerjasama dalam kelompok. Melalui kegiatan kerjasama dengan teman-teman dalam kelompok, siswa akan merasa lebih leluasa dan dapat mengajukan berbagai pertanyaan tanpa merasa malu dan sungkan. Mereka juga akan merasa lebih siap menjelaskan pemahaman mereka mengenai konsep pada teman-temannya. Hal ini sesuai dengan yang direkomendasikan oleh American for the Advancement of Science (Crawfort, 2001) bahwa belajar seringkali dapat berlangsung dengan baik apabila para siswa memiliki kesempatan untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dan mendapat respon dari teman-temannya. Hasil temuan lain selama proses pembelajaran matematika menggunakan strategi Think-Talk-Write adalah siswa semangat mengikuti pembelajaran berkelompok. Hal ini terlihat dari keaktifan dan semangat siswa setiap menyelesaikan soal-soal yang diberikan karena adanya saling membantu tiap anggota dalam kelompok. Kesimpulannya ialah kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan strategi Think- Talk-Write secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan biasa. Ada temuan lain yang menurut penulis cukup penting, yaitu walaupun peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran menggunakan strategi Think-Talk-Write lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran biasa, akan tetapi nilai posttest kelas eksperimen belum memuaskan. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan strategi Think-Talk-Write. E. SIMPULAN 37

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan selama penelitian, mengenai kemampuan pemahaman matematis siswa pada pembelajaran menggunakan strategi Think-Talk-Write dan dengan pembelajaran konvensional maka peneliti memperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan strategi Think-Talk-Write lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa (konvensional). Pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk- Write ini juga membuat siswa merasa senang, tertarik dan terbantu serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dalam belajar oleh kegiatan kelompok. Selain itu selama proses pembelajaran siswa juga terlihat tidak bosan, tidak mengantuk dan tidak melakukan hal-hal yang tidak penting. Hal ini terlihat dari antusias dan semangat belajarnya meningkat, tumbuhkan sikap saling menghargai dan keberanian dalam menyampaikan suatu pertanyaan atau tanggapan. F. DAFTAR PUSTAKA Ansari, B. I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi TTW. Disertasi SPs UPI: idak diterbitkan. Helmaheri (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Siswa dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SLTP melalui Strategi Think-Talk- Write dalam Kelompok Kecil. Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan. Hendriana, H dan Rohaeti, E. E. (2007). Penelitian Pendidikan. Bahan Ajar STKIP Siliwangi. Bandung: Tidak diterbitkan. Mettes, C. T. W. (1979). Teaching and Learning Problem Solving in Science A General Strategy. International Journal of Science Education, 57(3), 882-885. NCTM (1989). Curriculum and Evaluastion Standard for School Mathematics Education. Reston. VA: NCTM. Pujiastuti, H. (2008). Pembelajaran Kontekstual untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi Matematik Siswa SMP. Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan. Ruseffendi, H. E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Edisi Revisi. Bandung: Tarsito. Sumarmo, U. (2006). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. FPMIPA UPI: Tersedia. Sumarmo, U. (2010a). Hand Out Matakuliah Evaluasi Pengajaran Matematika. SPs UPI: Tersedia. Sumarmo, U. (2010b). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. FPMIPA UPI: Tersedia Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi SPs UPI: Tidak diterbitkan. 38