LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN POTONG PADA PROSES BUBUT DAN PERLAKUAN PANAS NORMALIZING TERHADAP PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAJA KARBON MENENGAH (HQ 760)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

PEMBUATAN MATERIAL DUAL PHASE DARI KOMPOSISI KIMIA HASIL PELEBURAN ANTARA SCALING BAJA DAN BESI LATERIT KADAR NI RENDAH YANG DIPADU DENGAN UNSUR SIC

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

Pengaruh Perlakuan Panas Pada Anoda Korban Aluminium Galvalum Iii terhadap Laju Korosi Pelat Baja Karbon Astm A380 Grade C

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

PENGARUH PERLAKUAN MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KOROSI BAJA COR ACI CF-8M DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT. Intisari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PROSES SELF TEMPERING DAN VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA AISI 4140

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

LAJU KOROSI DAN KEKERASAN PIPA BAJA API 5L X65 SETELAH NORMALIZING

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PEMILIHAN PARAMETER PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAJA PEGAS 55 Si 7 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENAMBAT REL KERETA API

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

Jurnal Sains & Teknologi KOROSI PADA LASAN BAJA ANTIKARAT AISI 316 L. Sumaryono

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

PENGARUH MEDIA PENDINGIN MINYAK PELUMAS SAE 40 PADA PROSES QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP KETANGGUHAN BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

EFFECT OF AGING AND HARDENING NITROKARBURISASI STAINLESS STEEL TYPE PRESPITASI ASSAB CORRAX. Eko Hadi Prasetio, Drs. Syahbuddin, MSc. Ph.

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

Gambar 1. Standar Friction wedge

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: ANALISA KETAHANAN KEKERASAN ANTARA TABUNG GAS ELPIJI BESAR DAN TABUNG GAS ELPIJI KECIL

ANALISA PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA AISI 1050 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

BAB III METODE PENELITIAN

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

Pengaruh Penambahan Barium Karbonat Pada Media Karburasi Terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah

Transkripsi:

Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 44-49 LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N R. KOHAR *) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tridinanti Palembang Jalan Kapten Marzuki No. 2446 Kamboja Palembang, 30129 Abstrak Baja yang mengalami perlakuan panas pada suhu Austenit, maka ketahanan korosinya akan menurun. Korosi merupakan gejala alamiah yang tidak dapat dihindari, namun dapat dikendalikan. Dalam penelitian ini, benda uji adalah baja karbon menengah yang mendapat perlakuan panas pada suhu 750 o C, 800 o C dan 850 o C yang ditahan selama 15 menit dan dilanjutkan dengan pendinginan cepat di dalam air. Pengujian korosi dilakukan dengan cara merendam benda uji di dalam larutan NaCl 3N, selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. Diperoleh bahwa dengan memberikan perlakuan panas austenit pada benda uji, maka laju korosi akan meningkat. Semakin tinggi suhu austenit yang diberikan, laju korosi akan membesar dan bentuk korosi yang diperoleh adalah korosi merata. Kata Kunci : Suhu Austenit Abstract Steel by heat treatment at an austenite temperature, the corrosion resistancy decreases. Corrosion is a natural phenomenon that can not be avoided, but it can be controlled. In this research, speciments are medium carbon steel that have been treated at temperature of 750 o C, 800 o C and 850 o C hold for 15 minutes and tast colded under water. Corrosion testing has been done by immersing the speciments in NaCl 3N solution, for 1, 2, 3, 4 and 5 days. So it can be conclude that heat treatment with austenite temperature, can amplity the corrosion rate. The higher the austenite temperature is the higher the corrosion rate and then the uniform corrosion is obtained. Keywords: Austenit temperature *). Dosen Program Studi Teknik Mesin UTP 44

I. PENDAHULUAN Pemakaian baja pada komponen mekanik salah satunya adalah Baja Karbon Menengah. Indikasi utama dalam pemakaian baja jenis ini umumnya hanya meninjau kekuatan dan kekerasannya saja. Kekuatan dan kekerasan pada baja jenis ini dapat ditingkatkan dengan proses perlakuan austenisasi, yaitu perlakuan panas baja pada suhu austenit pada rentang waktu tertentu dan dilanjutkan dengan pendinginan cepat di dalam media pendingin. Perlakuan inilah yang diterapkan oleh industri logam untuk memproduksi komponen mekanik seperti roda gigi, dengan kekerasan dan kekuatan yang tinggi. Akan tetapi jika pemakaian logam tersebut berada di lingkungan korosif akan rawan terhadap serangan korosi. Bertitik tolak dari perlakuan tersebut, penulis meneliti korosi pada baja karbon menengah yang mendapat perlakuan pada suhu austenit, yang dilanjutkan dengan pendinginan cepat dalam air. Dengan perlakuan ini diharapkan dapat merubah laju korosi yang terjadi. Untuk menunjang penelitian tersebut akan diamati struktur mikro. II. LANDASAN TEORI - Perlakuan Panas Austenisasi Austenisasi adalah suatu proses yang dilakukan dengan cara memanaskan baja hingga mencapai temperatur austenit, kemudian pada temperatur tersebut ditahan untuk beberapa saat, lalu di dinginkan cepat, sehingga akan diperoleh struktur martensit yang bersifat keras. Kekerasan maksimum yang akan dicapai setelah austenisasi tergantung pada kandungan kadar karbon, karena makin tinggi kandungan kadar karbon, maka makin tinggi pula kekerasan maksimum yang akan dicapai. Tetapi kandungan karbon sampai batas tertentu sekitar 0,4 %, kenaikan kekerasan akan menurun. Hal ini dapat terjadi karena dengan kadar karbon dalam austenit yang makin tinggi akan menyebabkan austenit sisa akan makin banyak, sehingga akan dapat mengurangi kenaikan kekerasan. Pada suatu kondisi pemanasan belum tentu semua unsur karbon dalam baja akan larut semua dalam austenit. Hal tersebut tergantung pada tingginya temperatur pemanasan, lama waktu tahan dan laju pendinginannya. - Pendinginan Cepat (Quenching) Proses pendinginan cepat dapat dilakukan dengan cara memanaskan baja pada suhu austenit, kemudian dilakukan pencelupan cepat ke dalam media pendingin. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan sifat yang keras. Jika pendinginan dilakukan berjalan sangat cepat maka atom-atom C dalam austenit tidak sempat berdifusi, sehingga terbentuk fasa metastabil yang disebut sebagai martensit yang keras, namun ketahanan korosinya akan menurun. - Proses Korosi pada Logam Besi. Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu material terutama logam karena berinteraksi dengan lingkungan. Korosi logam dalam larutan aqueous didapatkan dengan melibatkan reaksi perpindahan muatan. Suatu perubahan dalam potensial elektrokimia atau aktivitas elektron sangat mempengaruhi laju korosi logam dalam lingkungannya. Oleh karenanya logam dalam larutan aqueous dikatakan berlangsung secara elektrokimia. Korosi besi (Fe) dalam lingkungan asam akan membentuk ion Fe 2+ yang masuk lingkungan, ini terjadi pada permukaan yang bersifat lebih anodik. Elektron yang dilepas saat pembentukan ion Fe 2+ mengalir melalui logam menuju permukaan yang bersifat katodik dan terjadi reaksi (reaksi pengikatan elektron) berlangsung. 3) Reaksi ini dapat dituliskan sebagai berikut : - Pada permukaan yang bersifat anodik (anoda): Fe Fe 2+ + 2e - - Pada permukaan yang bersifat katodik (katoda) : 2 H + + 2e - H 2 Reaksi sel : Fe + 2 H + Fe 2+ + H 2 45

e - Anodik e - Katodik Katodik H + Fe 2+ Fe 2+ Fe 2+ H + H 2 Elektrolit H 2 PENGAMATAN STRUKTUR MIKRO (1 buah) TANPA PERLAKUAN (5 buah) BAJA KARBON MENENGAH (24 buah dgn ukuran yang sama) PERLAKUAN pada suhu AUSTENIT T = 800 O c (6 buah) T = 850 O c (6 buah) T = 900 O c (6 buah) Yang ditahan selama 15 menit, kemudian didinginkan cepat dalam air Gambar 1 : Proses Korosi Elektrokimia - Pengukuran Laju Korosi berdasarkan Kehilangan Berat Pengukuran laju korosi merupakan hal yang sangat penting dalam rekayasa korosi. Bila serangan korosi terjadi secara merata, laju korosi dapat diukur dengan metoda kehilangan berat. Besarnya laju korosi merata dapat dinyatakan sebagai besarnya kehilangan berat benda uji persatuan luas permukaan persatuan waktu pengujian, misalnya miligram per desimeter persegi per hari (mdd), dapat dihitung dengan rumus : III W mdd A x t mgram dm 2 hari dimana : W = kehilangan berat (miligram) A = luas permukaan logam (dm 2 ) t = waktu pengujian (hari) METODE PENELITIAN Bahan benda uji adalah Baja Karbon Menengah dengan ukuran 34 x 15 x 13 mm sebanyak 24 buah, dengan komposisi (% berat) sebagai berikut : C = 0.45 ; Mn = 0.67 ; Cr = 0,87 ; Mo = 0,24 dan Si = 0,21 Garis besar tahapan pelaksanaan penelitian ini digambarkan seperti pada diagram alir berikut ini : Gambar 2 : Diagram Alir Penelitian IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA PENGAMPLASAN BENDA UJI Mulai dari grade 120 s/d 2000 ANALISA DATA KESIMPULAN PENGAMATAN STRUKTUR MIKRO PEMBERSIHAN DAN PENIMBANGAN AWAL PENGAMATAN MAKROSKOPIS PENGUJIAN KOROSI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N selama 5 hari PEMBERSIHAN DAN PENIMBANGAN AKHIR - Pengukuran Laju Korosi Dari serangkaian percobaan korosi yang dilakukan terhadap baja karbon menengah diperoleh data Kehilangan Berat (W loss ) dan besarnya Laju Korosi (R) dalam mdd, yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut, 46

Laju Korosi (mdd) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Benda Uji Tanpa Perlakuan panas Benda Uji dengan Perlakuan Panas Pada suhu 800C Benda Uji dengan Perlakuan Panas Pada suhu 850C Benda Uji dengan Perlakuan Panas Pada suhu 900C 1 2 3 4 5 Lama Pengujian (hari) Gambar 3 : Grafik Laju Korosi Vs Lama Pengujian. - Pengamatan Visual Benda Uji Pengamatan visual pada masing-masing benda uji setelah direndam di dalam larutan NaCl 3 N selama 1 hari sampai 5 hari, menghasilkan produk korosi yang berwarna merah bata dan jenis korosi yang terjadi di indikasikan sebagai korosi merata, seperti yang terlihat pada gambar 4. Gambar 5 : Benda uji asal (Etsa 5 % nital, Pembesaran 400 X) b.benda uji dengan perlakuan pada suhu 800 0 C yang ditahan selama 15 menit, selanjutnya di quenching dengan media air. Struktur mikro yang halus antara Ferrit dan Pearlit, seperti yang terlihat pada gambar 6. Gambar 6 : Benda uji pada suhu 800 0 C ditahan selama 15 menit, kemudian di quenching dengan air (Etsa 5 % Nital, Pembesaran 400 X) Gambar 4 : Makroskopis benda uji setelah di uji korosi di dalam larutan NaCl 3N selama 5 hari (Tanpa Etsa, Pembesaran 400 X) - Pengamatan Struktur Mikro. a.struktur mikro benda uji tanpa perlakuan, berupa Ferrit (putih) dan Pearlit (hitam) yang halus dan seragam, yang terlihat pada gambar 5. c.benda Uji dengan perlakuan pada suhu 850 0 C yang ditahan selama 15 menit, lalu di quenching dengan media air. Struktur mikro mulai terbentuk karbida kasar yang banyak, tetapi struktur ini sudah mendekati martensit yang halus, seperti yang terlihat pada gambar 7. 47

membesar. Demikian juga dengan meningkatkan suhu austenit maka laju korosi akan meningkat. Pemicu dari peningkatan ini di sebabkan oleh banyaknya ion Fe 2+ dan elektron yang lepas di dalam lingkungan (NaCl), yang bersifat lebih anodik, sehingga berat benda uji akan semakin berkurang yang mengakibatkan laju korosinya semakin tinggi. Gambar 7 : Struktur mikro benda uji dengan proses austenisasi pada suhu 850 0 C kemudian di quenching dengan air (Etsa 5 % Nital, Pembesaran 400 X) d. Benda uji dengan perlakuan pada suhu 900 0 C yang ditahan selama 15 menit, kemudian di dinginkan di dalam air. Struktur mulai tampak perubahan pada karbida karbida yang kasar menjadi martensit, yang volumenya tidak terlalu dominan. Dengan butiran yang lebih besar di bandingkan dengan benda uji suhu 800 0 C, dan 850 0 C, maka laju korosinya akan lebih besar, seperti yang terlihat pada gambar 8. Gambar 8 : Struktur mikro benda uji dengan proses austenisasi pada suhu 900 0 C kemudian di quenching dengan air (Etsa 5 % Nital, Pembesaran 400 X) - Analisa Laju Korosi. Dari gambar 3 dapat di lihat bahwa, benda uji tanpa perlakuan maupun pada benda yang mendapat perlakuan panas, maka laju korosi yang terjadi cenderung akan meningkat seiring dengan penambahan waktu pengujian. Dengan memberikan perlakuan panas pada suhu austenit maka laju korosi akan - Hubungan Struktur Mikro Dengan Laju Korosi Efek perlakuan panas pada benda uji dapat menimbulkan konsentrasi tegangan yang tidak homogen. Dengan demikian akan menghasilkan struktur mikro yang tidak homogen, seperti besar dan bentuk butir kristalnya. Perbedaan energi tegangan akibat perlakuan tersebut pada reaksi korosi akan bersifat anodik dan katodik. Pada benda asal (tanpa perlakuan) dengan butir yang halus dan seragam, dengan struktur mikro yang berwarna terang adalah Ferrit dan yang berwaran gelap adalah Pearlit. Kedua struktur tersebut mempunyai energi yang berbeda dan dapat menimbulkan reaksi galvanis. Besar butir atau pertemuan antara fasa, mempunyai sifat lebih anodik, karena memiliki energi yang lebih tinggi. Sedangkan korosi akan menyerang pada pertemuan batas butir, karena bagian tersebut lebih anodik. Karena Ferrit dan Pearlit merata di seluruh permukaan, maka yang mempunyai energi lebih tinggi, akan terkorosi lebih dahulu. Pada benda uji yang mendapat perlakuan pada suhu auntenit, maka struktur mikro akan merubah (besar butir). Perubahan butir akan meningkat jika temperatur austenit di naikkan. Sedangkan struktur mikro dengan besar butir yang kasar, akan rentan terhadap korosi. Dari pengujian tersebut diperoleh bahwa laju korosi terbesar adalah benda uji yang mengalami perlakuan pada suhu 900 0 C. V. KESIMPULAN Dari hasil pengujian korosi selama 1 hari sampai 5 hari yang telah di lakukan pada masing masing benda uji, dengan perlakuan panas yang berbeda maupun tanpa perlakuan panas, maka dapat di simpulkan bahwa : 48

- Semakin tinggi suhu austenit yang diberikan pada benda uji dan semakin lama waktu pengujian, maka laju korosi akan semakin meningkat, yang di sebabkan oleh banyaknya ion Fe 2+ dan elektron yang lepas di dalam lingkungan (NaCl), yang bersifat lebih anodik, sehingga berat benda uji akan semakin berkurang yang mengakibatkan laju korosinya semakin tinggi. - Dengan perlakuan pada suhu 800 0 C, 850 0 C, dan 900 0 C, maka akan merubah struktur mikro maupun ketahanan korosinya. - Bentuk korosi yang terjadi pada semua benda uji setelah pengujian korosi adalah korosi merata. VI. DAFTAR PUSTAKA M. Pourbaix, A Pourbaix. : Recent Progress in Atmospheric Corrosion Testing. Journal Corrosion, January 1989. Avner. " Introduction to Physical Metallurgy ", Mc Graw-Hill., 1987 Carter GF. " Principles of Physical and Chemical Metallurgy ", American Society for Metal, Ohio, 1979. Thelning, "Steel and it s Heat Treatment ", Mc. Graw Hill, 1986. Metal Handbook. Atlas of Microstructures of Industrial Alloys, Vol. 7, American Society for Metal, Metal Park, Ohio, 1972. B.R. de Meybaum, E.S. Ayllon. Atmospheric Marine Corrosion of Structural Steels, Corrosion, Nace, 1990. Vol. 29 Halaman 423 Fontana, M.G. " Corrosion Engineering ", Graw-Hill Int. New York, 1987 Mc Jones, Denny. A. " Principles and Prevention of Corrosion ", Micmillan Publishing Company, New York, 1991 Kenneth R. Trethewey & John Chamberlain, " Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan ", Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991 L. L. Shreir, " Corrosion ", Volume 1, Second edition Published 1976 Scully, J.C, " The Fundamental of Corrosion Engineering ", Pergamon Press, New York, 1978 West,J.M, Basic Corrosion and Oxidation, Ellis Harwood Limited. Dieter. E. George. Mechanical Metallurgy, 2rd. Edition, Mc Graw Hill, 1976. 49