UNIVERSITAS MERCUBUANA

dokumen-dokumen yang mirip
Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator


BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1

IDENTIFIKASI DAN SERVICE SISTEM PENDINGIN TOYOTA KIJANG INNOVA 1 TR-FE

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN MITSUBISHI GALANT 2500 CC

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

SISTEM PENDINGIN MESIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III. PERAWATAN SISTEM PENDINGIN (Radiator) MESIN BUS DI PT SAFARI DHARMA SAKTI

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2)

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu

BAB II DASAR TEORI Sistem Pendingin. Sistem pendingin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya overheating

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA MOBIL

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE. Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

BAB III ANALISIS PERAWATAN SISTEM PENDINGIN ENGINE 7K PADA TOYOTA KIJANG LSX KF80 TAHUN A. Spesifikasi Komponen Utama dan Sistem Pendingin

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV MENGOPRASIKANKAN GENERATOR SET

ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN SISTEM PENDINGIN MESIN OPEL BLAZER DOHC LT PERBAIKAN KEBOCORAN PADA RADIATOR

LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA RADIATOR DENGAN FLUIDA CAMPURAN 80% AIR DAN 20% RADIATOR COOLANT PADA PUTARAN KONSTAN

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

PENGARUH PEMAKAIAN COOLING FAN PADA PROSES PENDINGINAN MESIN SEPEDA MOTOR MATIC HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT EFISIENSI BAHAN BAKAR DAN TEMPERATUR MESIN

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

BAB II LANDASAN TEORI

1. EMISI GAS BUANG EURO2

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

ANALISA TROUBLE SHOOTING SISTEM PENDINGIN LIQUID DENGAN POMPA PADA KENDARAAN DAIHATSU CHARADE 1981 TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN


Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Air conditioner memelihara udara di dalam ruangan agar temperatur dan kelembabannya menyenangkan dengan cara :

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

PEMINAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Oleh: Ir. Harman, M.T.

ANALISIS SISTEM PENDINGINAN PADA MESIN ISUZU PANTHER

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISIS EFEKTIVITAS RADIATOR PADA MESIN TOYOTA KIJANG TIPE 5 K

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM AIR CONDITIONER (AC)

TUGAS AKHIR ANALISA KETEPATAN TEKANAN PADA TUTUP RADIATOR BUS HINO R260

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

ANALISA PELEPASAN PANAS AIR PENDINGIN RADIATOR PADA ALAT UJI MESIN TOYOTA KIJANG 5K TUGAS AKHIR Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Mercu Buana Oleh: Paulus Joko Winarno 0130312060 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA 2008

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Paulus Joko Winarno Nim : 0130312-060 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi industri Judul Skripsi : ANALISA PELEPASAN PANAS AIR PENDINGIN RADIATOR PADA ALAT UJI MESIN TOYOTA KIJANG 5K Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi saya yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana. Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan. Penulis Paulus Joko W i

LEMBAR PENGESAHAN ANALYSA PELEPASAN PANAS AIR PENDINGIN RADIATOR PADA ALAT UJI MESIN TOYOTA KIJANG 5K DISUSUN OLEH : NAMA : PAULUS JOKO WINARNO NIM : 0130312-060 JURUSAN : TEKNIK MESIN Mengetahui Pembimbing Koordinator Tugas Akhir ( Ir. Yuriadi Kusuma, Msc ) ( Nanang Ruhyat,ST.MT ) ii

ANALYSA PELEPASAN PANAS AIR PENDINGIN RADIATOR PADA ALAT UJI MESIN TOYOTA KIJANG 5K Abstrak Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui besarnya panas mesin yang dapat dilepas oleh air pendingin pada radiator, pada saat mesin stasioner ( idling ) dan pada rpm mesin yang bervariatif dengan me-non aktifkan ac. Disini penulis juga menjelaskan komponen komponen system pendinginan dari segi fungsi dan cara kerjanya. Dan menjelaskan secara garis besar mengenai trouble shooting dan cara mengatasinya. iii

KATA PENGANTAR Salam Sejahtera Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus Dengan Memanjatkan Puji Syukur atas segala kebaikan Dan berkat kesehatan yang telah diberikannya, Puji Tuhan penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALYSA PELEPASAN PANAS AIR PENDINGIN RADIATOR PADA ALAT UJI MESIN TOYOTA KIJANG 5K Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari pihak yang nanti akan disebutkan dalam lembar ucapan terima kasih. Selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Teknologi industri, jurusan Teknik Mesin, sejak semester ke tujuh penulis telah memikirkan ide untuk memikirkan sebuah topik yang akan dituangkan didalam skripsi. Tentu tidak memudah memikirkannya, dengan berbekal minat di bidang otomotif yang sesuai dengan profesi penulis sebagai teknisi otomotif disalah satu ATPM terbesar di Indonesia, penulis terus menggali beberapa ide yang kemudian dikembangkan yang disusun menjadi skripsi. Demikian kata pengantar ini dibuat, dan tentunya penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, untuk itu penulis meminta maaf yang sedalam-dalamnya.tetapi walau masih banyak terdapat kekurangan, penulis berharap skripsi ini bisa dijadikan acuan untuk melakukan analysa yang lebih komplek dengan pemikiran-pemikiran yang baru. Sekian dan Syaloom. Penulis Paulus Joko W iv

DAFTAR ISI Halaman Pernyataan...i Halaman Pengesahan...ii ABSTRAK...iii KATA PENGANTAR...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK...ix...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Tujuan Penulisan...2 1.3 Pembatasan Masalah...2 1.4 Metode Penulisan...2 1.5 Jadwal Pelaksanaan...3 1.6 Sistematika Penulisan...4 BAB II TEORI DASAR...8 2.1 Prinsip-prinsip Perpindahan Panas...8 2.2 Sistem Pendinginan...11 2.3 Sistem Pendingin Air...13 2.3.1 Type Thermostat pada Water In-let...14 2.4 Komponen-komponen Sitem Pendinginan Air...15 viii

2.4.1 Water Jacket...15 2.4.2 Water Pump (pompa air)...16 2.4.3 Radiator...17 2.4.4 Tutup Radiator (cap radiator)...21 2.4.4.1 Cara Kerja Relief Valve...22 2.4.4.2 Cara Kerja Vacuum Valve...22 2.4.5 Thermostat...23 2.4.6 Kipas Pendingin...24 2.4.6.1 Kipas Pendingin dengan Penggerak Belt...25 2.4.6.2 Kipas Pendingin dengan Motor Listrik...25 BAB III PENELITIAN DAN PERHITUNGAN...28 3.1 Persiapan Penelitian...28 3.2 Pengambilan data...29 3.2.1 Lamanya Temperatur Kerja Dicapai...31 3.2.2 Konsumsi Bahan Bakar...32 3.2.3 Massa Laju Aliran Air pada Sistem Pendinginan...33 3.3 Rangkuman Data...34 3.4 Hasil Pelepasan Panas Radiator...35 BAB IVANALYSA DAN TROUBLE SHOOTING...38 4.1 Permasalahan Yang sering terjadi pada Sistem Pendinginan dan Cara Mengatasinya...38 4.2 Trouble Shooting...40 LAMPIRAN...45 ix

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Beberapa Perangkat Sistem Pendinginan Mesin. Jadwal Penelitian Pabrikasi cut-way. Metode Penelitian yang diterapkan Perpindahan panas Konduksi Diagram Keseimbangan Panas Sirkulasi Air ketika masih Dingin Sirkulasi Air ketika Air menjadi Panas Water Jacket Water Pump Down Flow Type Radiator Cross Flow Type Radiator Komponen-komponen Radiator Fin Tube pada Radiator Plate Fin Type Corrugated Fin Type Corrugated Fin Type Cap Radiator Relief Valve Bekerja Vacum Valve Bekerja Thermostat Tanpa By-pass Valve x

Gambar 2.18 Gambar 2.19 Gambar 2.20 Gambar 2.21 Gambar 2.22 Thermostat Dengan By-pass Valve Sistem Kipas Pendingin dengan Penggerak V-belt Kipas pendingin dengan Penggerak Motor Listrik Aliran Listrik saat Mesin temperature Rendah Aliran Listrik saat Mesin temperature Tinggi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Hasil Pengambilan Data DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1 Waktu yang diperlukan untuk mencapai Temperatur Kerja Mesin Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Konsumsi BBM pada tiap-tiap rpm mesin Massa Laju Aliran Air Pendingin Pelepasan Panas yang dapat dilepas radiator xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendinginan sangat diperlukan pada setiap mesin kendaraan, yang fungsinya untuk menjaga temperature mesin selalu pada temperature kerja yang ideal. Untuk menjaga temperature itu pada system pendinginan diperlukan beberapa komponen pendukung seperti radiator, thermostat, water pump, tutup radiator, kipas pendingin, water jacket. Bila salah satu dari komponen diatas tidak bekerja secara normal, maka mesin akan mengalami over heating ( panas yang berlebih ). Panas yang berlebih akan menimbulkan kerja mesin yang tidak normal. Pengaruh yang paling fatal menyebabkan kendaraan mogok dan mesin akan mengalami kerusakan pada silinder head yang melengkung, sehingga terjadi loss kompresi (kehilangan tekanan pada tiap silinder di mesin). Disini penulis hanya akan membahas salah satu komponen system pendinginan yaitu radiator. Tentang berapa waktu yang dibutuhkan oleh mesin untuk mencapai temperature kerja ideal dan berapa besar pelepasan panas yang dilakukan oleh radiator, sehingga temperature ideal dapat dijaga, serta konsumsi bahan bakar yang digunakan untuk mencapai temperature kerja pada tiap-tiap putaran mesin yang diberikan pada mesin tersebut. 1

Gbr 1.1 Beberapa perangkat sistem pendinginan mesin 1.2 Tujuan Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini penulis akan menjelaskan komponenkomponen system pendinginan pada mesin bensin serta fungsi dan cara kerjanya pada masing-masing komponen. 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penulisan ini, penulis membatasi pembahasan masalah pada waktu yang diperlukan oleh mesin untuk memperoleh temperature kerja ideal yaitu 80 s/d 90 0 C, untuk mengetahui besarnya pelepasan panas yang telah dilepas oleh radiator, waktu yang dibuthkan untuk mencapai temperature kerja ideal, serta konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan pada tiap putaran mesin yang diberikan. 1.4 Metode Penulisan Metode penulisan yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya : a. Metode referensi, dilakukan oleh penulis guna memperoleh referensi data yang bersifat teoritis. 2

b. Metode observasi, dilakukan dengan praktek dan pengamatan langsung pada mesin bensin dan mengumpulkan data. c. Shearing dengan beberapa dosen termasuk dosen pembimbing, instruktur dan juga teman-teman di bengkel untuk tambahan referensi penulisan tugas akhir ini. 1.5 Jadwal Pelaksanaan Berdasarkan metode penelitian dan pengambilan data, analysa yang penulis lakukan secara garis besar terdiri dari beberapa tahap dibawah ini: 1. Persiapan penelitian dalam study kasus, yang mencakup aktivitas penentuan tujuan dalam penelitian,mencari landasan teori, indentifikasi variable-variabel penelitian serta indentifikasi elemenelemen dari setiap variable penelitian study kasus sistim pendinginan mesin tersebut. 2. Study pengamatan terhadap komponen-komponen system pendinginan mesin serta karakteristik dari material yang digunakan oleh komponen-komponen tersebut. 3. Pengambilan data terhadap temperature yang terjadi pada system pendinginan, terutama pada saat mesin belum bekerja sampai mesin bekerja pada beban maksimal. Pengambilan data dilakukan pada air pendingin yang terdapat diradiator, waktu, serta jumlah konsumsi bahan bakar. 4. Pabrikasi pembuatan cut-way yang dilakukan oleh vendor yang ahli dalam bidang ini, kendali dan perintah ada pada penulis agar hasil sesuai dengan laporan yang dibuat. 3

5. Penyusunan laporan akhir yang mencakup analysa dan penarikan kesimpulan dan saran. Pada tahap ini akan disusun hasil yang didapat dari penelitian sehingga bisa menghasilkan laporan study kasus dari system pendinginan. Tabel dari Metodologi penelitian dapat dilihat pada halaman 7 dan jadwal penelitian dan pabrikasi pembuatan cut-way dapat dilihat pada halaman 6 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan dari analisa yang dilakukan, penulis membuat sistematika penulisan berdasarkan data yang didapat sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menuliskan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan, jadwal penulisan serta sistematika penulisan. BAB II TEORI DASAR Berisi tentang teori dasar system pendinginan mesin konvensional serta fungsi dan cara kerja dari komponen-komponen dari system pendinginan mesin tersebut. BAB III PENELITIAN DAN PERHITUNGAN Menguraikan tahap penelitian yang dilakukan, data yang diperoleh dan hasil dari perhitungan mengenai pelepasan panas pada radiator. 4

BAB IV ANALISA DAN TROUBLE SHOOTING Berisikan permasalahan dan penanggulangan masalah dari sistem pendinginan mesin. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan dan saran, dari analisis dan pengujian pelepasan panas radiator, waktu dan konsumsi bahan bakar yang digunakan. 5

Tujuan penelitian:studi khasus sistim pendinginan Landasan teori Indentifikasi Variabelvariabel penelitian : - Identifikasi Penentuan kendaraan yang digunakan Studi Dokumentasi,obyek penelitian :pustaka,website/intern et,seminar Observasi obyek penelitian Survey Lokasi Pabrikasi & penempatan lokasi Pabrikasi cutway Indentifikasi material komponen Pemilihan material komponen Penentuan waktu penelitian Verifikasi hasil penelitian Saran Dan Perbaikan Hasil Pengujian dan Kendala- Kendala Perakitan komponen system pendinginan (radiator) Gambar 1.3 Metodologi Penelitian yang di terapkan 7

BAB II TEORI DASAR 2.1 PRINSIP- PRINSIP PERPINDAHAN PANAS Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai perpindahan energi dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah daerah tersebut. Ada tiga jenis perpindahan panas yang dikenal, yaitu: a. Perpindahan Panas Konduksi Adalah prosese dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat,cair atau gas) atau antara medium- medium yang berbeda dan bersinggungan secara langsung. Ilustrasi perpindahan panas konduksi dapat dilihat pada gambar 2.1. T panas L T dingin x Gbr 2.1 Perpindahan Panas Konduksi Rumus perpindahan panas konduksi adalah: q=a. K ( T panas T dingin ) L q= T L / K.A 8

R = _L A.K Dimana: q A K L T panas T dingin R :Laju aliran panas dengan cara ikonduksi :Luas perpindahan panas dengan konduksi :Koefisien perpindahan panas konduksi :Panjang lintasaqn panas :Temperatur dari bagian yang panas/lebih tinggi (K) :Temperatur dari bagian yang dingin/lebih rendah(k) :Tahanan termal b. Perpindahan Panas Konveksi. Proses perpindahan panas dengan kerja gabungan dari knduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat, cair dan gas. Rumus perpindahan panas koveksi: q = h. A. T Dan Dimana: R = 1 H. A q A :Laju aliran panas konveksi (W) :Luas perpindahan panas konveksi 9

T :Beda temperature dari bagian permukaan dengan temperature lokasi (K) h :Konduktifitas thermal konveksi rata-rata (W/m 2 K) R :Tahanan thermal untuk konveksi (K/W) c. Perpindahan Panas Radiasi Proses perpindahan panas yang mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda itu terpisah di dalam ruangan, bahkan bila terhadap ruang hampa diantara benda-benda tersebut. Panas radiasi dipancarkan oleh suatu benda dalam bentuk kumpulan (batch) energi yang terbatas atau quanta. Rumus perpindahan panas radiasi: q = i.. A. (T 1 - T 2 ) Dimana: I :Emisitas :5,67. 10-8 (Watt/m 2 C 4 ), besar dinamakan konstanta Stefan Boltzman A T Q :Luas perpindahan panas radiasi (m2) :Suhu permukaan (K) :Laju aliran panas radiasi (W) d. Perpindahan Panas Pada Radiator Panas yang dilepas oleh cairan pendingin pada radiator dapat dihitung dengan persamaan: q = m. c p. T 10

q = m. c p.(t 2 T 1 ) Dimana: q m :Laju perpindahan panas oleh cairan pendingin (W) :Massa cari cairan pendingin tiap detik (kg/s) c p :Kapasitas panas yang masuk(j/kg 0 C) T 1 :Temperatur cairan panas yang masuk ( 0 C) T 2 :Temperatur cairan panas yang keluar ( 0 C) 2.2 SISTEM PENDINGINAN Pada mesin bahan bakar dibakar di dalam silinder untuk mengubah dari energi panas ke dalam tenaga gerak. Tetapi energi panas yang dihasilkan tidak semuanya dirubah kedalam tenaga. Hanya kira-kira 25% tenaga yang dimanfaatkan secara efektif. Kira-kira sebesar 45% lainnya hilang saat gas buang atau gesekan dan 30% diserap oleh mesin itu sendiri Panas yang diserap oleh mesin harus dibuang ke udara dengan segera, sebab bila tidak mesin akan terlalu panas dan dapat mempercepat keausan. Maka system pendingin dilengkapi di dalam mesin untuk pendinginan dan mencegah panas yang berlebihan. Umumnya mesin didinginkan oleh system pendingin udara atau system pendingin air. Mesin mobil banyak menggunakan system pendingin dengan air. Referensi: Pada mesin bensin hanya 23% sampai 28% energi panas dari hasil pembakaran bahan baker didalam silinder yang dimanfaatkan secara 11

efektif sebagai tenaga. Sedangkan sisanya terbuang dalam beberapa bentuk seperti diperlihatkan dibawah ini. Gbr 2.2 Diagram keseimbangan panas Keterangan diagram: *Energi mekanis yang dihasilkan dari energi panas sebesar 23 28% *Kehilangan panas karena pendinginan sebesar 32% *Kehilangan panas melalui gas buang sebesar 34% *Kehilangan panas untuk menggerakkan mekanisme mesin sebesar 6% *Kehilangan panas karena pemompoaan torak sebesar 3% Pada keseimbangan panas ini jika factor kehilangan panas jumlahnya sangat besar misalnya kehilangan panas akibat pendinginan dimana temperature air pendingin tidak pernah mencapai temperature idealnya yaitu 80 s/d 90 0 C, maka daya efektif yang dihasilkan akan kecil. Sebaliknya jika kehilangan panas jumlahnya sangat kecil, maka secara teoritis daya efektif yang dihasilkan akan besar. Dalam kenyataannya bila kehilangan panas sangat kecil, maka akan mengakibatkan mesin terlalu panas dan akan merusak komponen-komponen mesin terutama yang berhubungan dengan panas pembakaran sehingga operasi dari mesin tidak normal. 12

Dalam hal merubah energi panas menjadi energi mekanis tidak semua panas dapat dirubah menjadi energi mekanis melainkan hanya sebagian saja, selebihnya energi panas tadi hilang melalui beberapa proses misalnya melalui proses pendinginan dan sebagainya. Apabila energi panas yang diberikan yaitu pada saat terjadi pembakaran dikurangi energi panas yang hilang dan selanjutnya dibandingkan dengan energi panas yang diberikan, maka perbandingan ini selanjutnya akan daya guna dari energi panas tersebut yang biasanya disebut efesiensi panas. Misalkan, energi panas yang diberikan adalah Q 1 dan energi panas yang hilang adalah Q 2, maka ensrgi panas yang berubah menjadi energi mekanis adalah Q 1 Q 2, selanjutnya efesiensi panas akan; th = Q 1 Q 2 x 100% Q 1 Pada motor bensin biasanya efesiensi panas berkisar antara 23% sampai dengan 28% dan untuk motor diesel berkisar antara 29% sampai dengan 38%. Semakin besar efesiensi panas dari suatu motor, maka semakin besar pula kemampuan dari motor tersebut. 2.3 SISTEM PENDINGINAN AIR Sistem pendingin air lebih rumit dan selain itu biayanya lebih mahal dibanding dengan pendingin udara. Tapi mempunyai banyak keuntungan. Mesin dengan pendingin air lebih aman, sebab ruang bakar dikelilingi oleh pendingin (terutama air dengan additive dan anti beku), juga bertindak sebagai peredam 13

bunyi. Air pendingin yang panas dapat juga digunakan sebagai sumber panas untuk memanaskan udara didalam kendaraan. Berdasarkan letak thermostat, ada dua sitem pendinginan, pertama yaitu yang letak termostatnya pada saluran air masuk (water inlet) dan type lainnya dipasang pada saluran keluar (water outlet) 2.3.1 Tipe Termostat Pada Water Inlet Air pendingin mengalir melalui sirkuit by pass dikomtrol oleh bypass valve sesuai temperature air pendingin. 1. Ketika air pendingin masih dingin Bila temperature air masih rendah, thermostat menutup dan bypass valve membuka. Air pendingin dipompa ke blok silinder dan kepala silinder oleh pompa air (water pump), selanjutnya melalui sirkuit bypass dan kembali ke pompa air. Gbr 2.3 Sirkulasi Air Ketika Mesin Masih Dingin 2. Ketika air pendingin menjadi panas Bila temperature air pendingin menjadi tinggi, maka thermostat membuka dan by pass valve menutup. Air yang telah menjadi panas 14

mengalir ke radiator untuk didinginkan. Selanjutnya melalui thermostat dan kembali ke pompa. Gbr 2.4 Sirkulasi Air Ketika Air Menjadi Panas 2.4 KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM PENDINGINAN AIR 2.4.1 WATER JACKET Water jacket adalah ruangan yang berada pada block mesin yang mengelilingi silinder-silinder didalam mesin. Air pendingin menyerap panas yang dialami mesin dan membawanya ke dalam radiator agar temperatur pada air pendingin tadi dapat berkurang untuk menjaga temperature kerja mesin dalam suhu ideal. 15

Gbr 2.5 Water jacket 2.4.2 Water pump ( pompa air ) Berfungsi untuk memompakan cairan pendingin melalui system pendingin dan system heater dengan tekanan. Poros pompa (pump shaft) menggunakan mechanical seal untuk keluarnya air pendingin dari mesin. Bila cairan bocor dari mechanical seal, maka air akan melalui lubang-lubang pump body yang terdapat diantara bantalan dan mechanical seal. Uap keluar melalui mekanikal seal dan juga melalui lubang pump body. Ini untuk mencegah dari kerusakan pada bantalan dari cairan pendingin atau uap. Ada beberapa jenis pompa air yang dapat dibongkar, tetapi ada beberapa model yang tidak dapat dibongkar. 16

Gbr 2.6 Water Pump (pompa air) 2.4.3 Radiator Radiator adalah suatu alat penukar panas (kalor) dari suatu media ke media lain yang digunakan untuk menjaga temperature mesin dengan cara sirkulasi untuk mempertahankan temperature mesin ideal (80-90 0 C). Radiator berfungsi untuk mendinginkan cairan pendingin yang telah menjadi panas setelah melalui water jacket. Berdasarkan arah aliran airnya, radiator dibagi menjadi 2 jenis: 1. Down Flow Type Pada jenis ini posisi tangki berada pada bagian atas dan bawah sehingga air mengalir secara vertical yaitu dari atas ke bawah 17

Gbr 2.7 Down Flow Type Radiator 2 Cross Flow Type Pada type ini, tangki berada pada sisi kiri dan kanan. Sehingga air mengalir secara horizontal. Gbr 2.8 Cross Flow Type Radiator Radiator terdiri dari tangki air bagian atas (upper water tank), tangki air bagian bawah (lower water tank) dan radiator core pada bagian tengahnya. Cairan pendingin masuk ke upper tank dari selang atas (upper hose). Upper tank dilengkapi dengan tutup radiator untuk menambah air pendingin. Selain itu juga dihubungkan dengan selang ke reservoir tank sehingga air pendingin atau uap 18

yang berlebihan dapat ditampung. Lower tank dilengkapi dengan outlet dan kran penguras. Inti radiator core (radiator core) terdiri dari pipa-pipa yang dapat dialiri air pendingin dari upper tank ke lower tank. Selain itu juga dilengkapi sirip-sirip pendingin yang fungsinya untuk menyerap panas dari cairan pendingin. Radiator letaknya didepan kendaraan, sehingga air dalam radiator dapat didinginkan oleh gerakan dari kendaraan itu sendiri selain dari kipas (fan) pendingin. Gbr 2.9 Komponen-komponen Radiator Inti radiator (radiator core) terdiri dari pipa-pipa dimana cairan pendingin melaluinya dari upper ke lower tank. Juga dilengkapi sirip-sirip pendingin (fin). Panas cairan pendingin pertama-tama diserap ke sirip-dirip, yang didinginkan oleh kipas dan udara akibat gerakan dari kendaraan, yang mengalir melalui siripsirip pada saat kendaraan sedang bergerak. 19

Gbr 2.10 Fin dan Tube pada radiator Ada 2 type inti radiator (radiator core), yang perbedaannya tergantung dari model pada sirip-sirip pendinginnya. Type plate (flat fin type) (Gbr 2.8) dan tipe lekukan (currogated fin type) (Gbr 2.9). Beberapa kendaraan modern menggunakan model terbaru, yaitu tipe lekukan dari radiator tipe SR (Gbr 2.10). Inti radiator tipe radiator SR ini hanya mempunyai susunan pipa tunggal (single row) sehingga bentuk keseluruhannya menjadi tipis dan ringan dibandingkan dengan radiator biasa. Gbr 2.11 Plate Fin Type Gbr 2.12 Corrugated Fin Type 20

Gbr 2.13 Corrugated Fin Type 2.4.4 Tutup Radiator (Cap Radiator) Pada umumnya radiator dilengkapi dengan tutup radiator yang bertekanan dan menutup rapat pada radiator. Ini memungkinkan naiknya temperature pendingin 100 0 C tanpa terjadi mendidih. Penggunaan tutup radiator yang bertekanan (pressure cap) diutamakan sebab efek pendinginan radiator bertambah dan membuat perbedaan suhu antara udara luar dan cairan pendingin. Ini berarti ukuran radiator akan berkurang (menjadai tipis) tanpa mengurangi pendinginan yang diperlukan. Gbr 2.14 Cap Radiator 21

2.4.4.1 Cara Kerja Relief Valve Bila volume pendingin bertambah saat temperature mulai naik, maka tekanan juga akan bertambah. Bila tekanan naik hingga mencapai 0,3-1,0kg/cm 2 pada 110 120 0 C relief valve akan membuka dan membebaskan kelebihan tekanan melalui overflow pipe. Gbr 2.15 Relief Valve Bekerja 2.4.4.2 Cara Kerja Vacuum Valve Temperatur cairan pendingin berkurang setelah mesin berhenti dan membentuk ruangan vacuum didalam radiator. Vacuum valve akan membuka secara otomatis untuk menghisap udara segar mengganti kevakuman dalam radiator, kemudian cairan pendingin dalam radiator pada tekanan atmosfir bila mesin sudah benar-benar menjadi dingin. Gbr 2.16 Vacuum Valve Bekerja 22

2.4.5 Thermostat Temperatur cairan pendingin tergantung dengan mesin. Pada umumnya efesiensi operasi mesin yang tertinggi, adalah bila temperaturnya kira-kira pada 80 0-90 0 C (176-194 0 F). Sangat penting sekali bahwa temperature yang cepat mencapai batas optimal (yang paling baik) secepat mungkin setelah mesin hidup. Panasnya (suhunya) tidak boleh menurun, terutama pada musim dingin. Thermostat dirancang untuk mempertahankan temperature cairan pendingin pada batas yang diizinkan. Thermostat adalah semacam katup yang membuka dan menutup secara otomatis sesuai temperature cairan pendingin. Thermostat dipasang antara radiator dan sirkuit pendingin mesin. Bila temperature pendingin rendah, katup menutup untuk mencegah agar air tidak masuk ke radiator. Bila temperature meningkat katup akan membuka dan dengan demikian cairan pendingin mengalir ke radiator. Ada dua macam thermostat, type yang menggunakan bypass valve dan yang tanpa bypass valve. Gbr 2.17 Thermostat Tanpa Bypass Valve 23

Gbr 2.18 Thermostat Dengan Bypass Valve Thermostat dioperasikan oleh wax sealed yang ada didalam silinder, volume wax ini berubah-ubah disebabkan oleh temperature. Perubahan wax menyebabkan silinder didalam thermostat bergerak naik turun menyebabkan katup membuka atau menutup. Pada thermostat juga dilengkapi dengan jiggle valve yang berfungsi untuk mengalirkan air saat melakukan penambahan Jumlah air pendingin. Catatan: Pada mesin yang letak thermostatnya horizontal, jiggle valve diposisikan menghadap keatas. Pada waktu mengganti air pendingin, setelah radiator terisi air harus dilakukan air bleed (membuang angin) dari system pendingin. 2.4.6 Kipas Pendingin Radiator didinginkan oleh udara luar. Tetapi pendinginannya belum cukup saat kendaraan tidak bergerak. Kipas pendingin bertujuan untuk menambah pendinginan. Kipas pendingin diletakkan dibelakang radiator. 24

Kipas pendingin bergerak oleh poros engkol (crank shaft) melalui tali kipas (belt) atau menggunakan motor listrik. 2.4.6.1 Kipas Pendingin yang digerakkan oleh Belt. Kipas pendingin jenis ini digerakkan terus menerus oleh crank shaft melalui tali kipas. Kecepatan kipas berubah-ubah sesuai putaran mesin, dan hal tersebut belum mencukupi saat mesin berputar lambat. Ketika mesin berputar pada kecepatan tinggi, kipas juga berputar dengan cepat. Hal ini menambah tahanan pada saat yang sama, menyebabkan kehilangan tenaga dan bunyi pada tali kipas. Gbr 2.19 Sistem Kipas Pendingin dengan Penggerak Belt 2.4.6.2 Kipas Pendingin yang digerakkan oleh Motor Listrik. Kipas pendingin listrik (electric cooling fan) menghasilkan efesiensi pendinginan yang lebih baik (terutama pada kecepatan rendah dan beban berat), dan membantu pemanasan awal air pendingin yang lebih cepat, penggunaan bahan baker lebih hemat dan mengurangi bunyi. 25

Gbr 2.20 Kipas Pendingin dengan Motor Listrik Cara Kerja 1.Temperatur air pendingin rendah (Dibawah 83 0 C atau 181 0 F) Temperatur switch ON dan relay berhubungan dengan massa. Fan relay coil terbuka, motor tidak bekerja. Gbr 2.21 Aliran Listrik saat Mesin Temperatur Rendah 2. Temperatur air pendingin tinggi (Diatas 93 0 C atau 199 0 F) Switch temperature pendingin OFF atau sirkuit relay ke massa terputus. Fan relay coil tidak bekerja, maka kontak point merapat dan motor kipas mulai berputar. 26

Gbr 2.22 Aliran Listrik saat Mesin Temperatur Tinggi 27

BAB III PENELITIAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Persiapan Penelitian Ada beberapa persiapan yang dilakukan penulis untuk melakukan penelitian pada system pendinginan mesin Toyota Kijang 7k tahun 1997, dengan kapasitas mesin 1800cc. Persiapan yang dilakukan antara lain: 1. Mempersiapkan kendaraan yang akan digunakan untuk penelitian dan pengumpulan data. 2. Mengisi radiator dengan air pendingin sampai batas maksimal sesuai kebutuhan mesin. 3. Menyediakan alat tulis dan tabel yang berisikan daftar data yang akan diambil. 4. Menyediakan bahan bakar (premium) dan gelas ukur untuk mengetahui jumlah konsumsi bahan bakar yang digunakan dalam satu kali proses untuk mencapai temperature kerja ideal mesin. 5. Menyediakan stop watch untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh mesin untuk mencapai temperature kerja ideal. 6. Mempersiapkan alat Laser Radiation untuk mengetahui temperature pada engine block ketika mencapai temperature kerja, dan temperature pada slang radiator serta temperature pada saluran gas buang (knalpot). 7. Mempersiapkan thermometer untuk mengetahui temperature ruang saat pengambilan data berlangsung. 8. Kapasitas pompa air (water pump) 140 l per menit pada 2500rpm. 28

3.2 Pengambilan Data Waktu pengambilan data oleh penulis dilakukan secara teliti, untuk memperoleh hasil data yang seakurat mungkin. Cara pengambilan data tersebut diantaranya: 1. Kondisi mesin kendaraan tanpa beban (kondisi a/c off dan kendaraan dalam keadaan diam). Tetapi penulis melakukan pengambilan data pada rpm (putaran mesin) yang variatif ; 800; 900; 1000; 1100; 1200rpm. Untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk mencapai temperature kerja ideal mesin tersebut. Putaran mesin diketahui dari pembacaan tachometer pada kendaraan yang digunakan. 2. Data waktu yang didapat, diperoleh mulai engine dihidupkan tanpa beban dan diakhiri ketika thermostat pada system pendinginan membuka dengan menggunakan stop watch. Kondisi ini dapat diketahui ketika temperature pada slang masuk dari radiator (terdapat pada bagian atas radiator) temperature panasnya bertambah dengan tiba-tiba. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui T1, T2, Waktu kerja ideal tercapai. Dan T diperoleh dengan mengurangi T2 T1. 3. Tmax (t) diperoleh dari lamanya temperature kerja dicapai pada tiap-tiap rpm mesin yang ditentukan. Waktu ini diambil dengan menggunakan stopwatch. 29

4. Banyaknya konsumsi bahan bakar yang digunakan pada tiap-tiap rpm untuk mencapai temperatur kerja ideal, diperoleh dengan menggunakan gelas ukur. 5. Temperatur ruang (sekitar) diambil dengan menggunakan thermometer ruang. 6. Temperatur dari sisa pembakaran diambil dengan menggunakan Laser Radiation dengan mengarahkan sinar laser pada alat ke pipa knalpot gas buang. 7. m(massa cairan pendingin diperoleh dengan menggunakan rumus: V2 = S2 V1 S1 V2 = V1 x S2 S1 Dimana: V : Volume air yang dapat dialirkan( l/min) S : Kecepatan putaran mesin (rpm) Dibawah ini adalah data yang diperoleh penulis: 1 2 3 4 5 Rpm/n 800 900 1000 1100 1200 T1 ( 0 C) 47,6 47,6 47,6 47,6 47,6 T2 ( 0 C) 70 70 70 70 70 T( 0 C) 22,4 22,4 22,4 22,4 22,4 Tmax (t) 08:02,23 07:56,02 07:40,21 07:38,34 07:25,08 Konsumsi BB 157ml 182ml 204ml 232ml 246ml Truang( 0 C) 34 32 32,5 34 33 Texhaust( 0 C) 137,2 137,2 137,2 137,2 137,2 m(massa cairan pendingin)l/mnt 44,8 50,4 56 61,6 67,2 Tabel 3.1 Hasil Pengambilan Data. 30

3.2.1 Lamanya temperatur kerja dicapai. 08:03.8 07:55.2 07:46.6 waktu (t) 07:37.9 07:29.3 07:20.6 07:12.0 07:03.4 800 900 1000 1100 1200 Rpm mesin Tmax (t) Rpm/n 800 900 1000 1100 1200 Tmax (t) 8:02,23 07:56,02 07:40,21 07:38,34 07:25,08 Grafik 3.1 Data waktu yang diperlukan untuk mencapai temperature kerja mesin Pengambilan data diatas diambil secara akurat dengan menggunakan stopwatch. Waktu dimulai pada saat kendaraan mulai distart hingga kondisi thermostat membuka. Kondisi thermostat membuka ini menunjukkan bahwa temperature kerja sudah dicapai. Kondisi kendaraan awal pada temperature ruang (temperature sekitar), dan kendaraan belum dihidupkan (kondisi mesin dingin). 31

3.2.2 Konsumsi bahan bakar Konsumsi BB(ml) 250 200 BB (ml) 150 100 50 0 800 900 1000 1100 1200 Rpm mesin Rpm/n 800 900 1000 1100 1200 Konsumsi BB 157ml 182ml 204ml 232ml 246ml Grafik 3.2 Data konsumsi BB Pada Tiap-tiap Rpm. Pengambilan data diatas berdasarkan jumlah bahan bakar yang digunakan pada tiap-tiap rpm mesin yang telah ditentukan oleh penulis. Bahan bakar ditampung pada sebuah botol yang sebelumnya diukur dengan menggunakan gelas ukur. Botol yang berisi bahan bakar digunakan untuk menghidupkan mesin dengan cara diinfus. Setelah mesin mencapai temperature kerja ideal, mesin dimatikan dan bahan bakar yang tersisa diukur kembali untuk mengetahui jumlah bahan bakar yang digunakan. Semakin tinggi rpm mesin yang diberikan, konsumsi bahan bakarnya juga semakin banyak untuk mencapai temperature kerja ideal. 32

3.2.3 Massa Laju Aliran Air Pada Sistem Pendinginan m(massa cairan pendingin) 70 60 50 L/minut 40 30 20 10 m(massa cairan pendingin) 0 800 900 1000 1100 1200 Rpm mesin Rpm/n 800 900 1000 1100 1200 m(massa cairan 44,8 50,4 56 61,6 67,2 pendingin)l/mnt Grafik 3.3 Data Masa Laju Aliran Air Pendingin Data diatas diperoleh dengan menggunakan rumus yang ada dan disesuaikan dengan putaran mesin pada temperature air 70 0 C. Kapasitas aliran air pada pompa air (water pump) adalah 140l setiap menit pada 2500rpm. 33

3.3 Rangkuman Data Laju aliran massa air ( m ) pada temperature 70 0 C dengan kapasitas pompa 140l/m pada 2500rpm, maka hasil pada table dapat diperoleh dengan rumus: V2 = S2 V1 S1 Dimana: V2 = V1 x S2 S1 V S : Volume air yang dapat dialirkan( l/min) : Kecepatan putaran mesin (rpm) Pada 800rpm =140 x 800 2500 =140 x 0,32 = 44,8l/min Pada 900rpm = 140 x 900 2500 = 140 x 0,36 = 50,4l/min Pada 1000rpm = 140 x 1000 2500 = 140 x 0,4 = 56l/min Pada 1100rpm = 140 x 1100 2500 = 140 x 0,44 = 61,6l/min 34

Pada 1200rpm = 140 x 1200 2500 = 140 x 0,48 = 67,2l/min 1 2 3 4 5 Rpm (n) 800 900 1000 1100 1200 Massa laju aliran air (l/min) 44,8 50,4 56 61,6 67,2 3.4 Hasil Pelepasan Panas Pada Radiator Dari hasil pengambilan data yang dilakukan penulis, pelepasan panas yang terjadi di radiator dapat diketahui dengan menggunakan rumus: Q = m.cp. T Q = m.cp (T 2 T 1 ) Dimana: Q m :Laju perpindahan panas oleh cairan pendingin (W) :Massa cari cairan pendingin tiap detik (kg/s) c p :Kapasitas panas yang masuk(j/kg 0 C) T 1 :Temperatur cairan panas yang masuk ( 0 C) T 2 :Temperatur cairan panas yang keluar ( 0 C) Sehingga dapat diketahui besarnya pelepasan panas yang terjadi di radiator pada beberapa rpm yang dijelaskan dibawah ini: Pada 800Rpm Pelepasan panas pada radiator adalah : Q = m.cp. T 35

Q = m.cp (T 2 T 1 ) Q = 44,8.70 0 C ( 70 0 C 47,6 0 C ) Q = 44,8. 70 0 C.22,4 0 C Q = 70246,4W Pada 900Rpm Pelepasan panas pada radiator adalah : Q = m.cp. T Q = m.cp (T 2 T 1 ) Q = 50,4.70 0 C ( 70 0 C 47,6 0 C ) Q = 50,4. 70 0 C.22,4 0 C Q = 79027,2W Pada 1000Rpm Pelepasan panas pada radiator adalah : Q = m.cp. T Q = m.cp (T 2 T 1 ) Q = 56.70 0 C ( 70 0 C 47,6 0 C ) Q = 56.70 0 C.22,4 0 C Q = 87808W Pada 1100Rpm Pelepasan panas pada radiator adalah : Q = m.cp. T Q = m.cp (T 2 T 1 ) 36

Q =61,6.70 0 C ( 70 0 C 47,6 0 C ) Q = 61,6.70 0 C.22,4 0 C Q =96588,8W Pada 1200Rpm Pelepasan panas pada radiator adalah : Q = m.cp. T Q = m.cp (T 2 T 1 ) Q =67,2.70 0 C ( 70 0 C 47,6 0 C ) Q = 67,2.70 0 C.22,4 0 C Q =105369,6W 120000 100000 80000 Pelepasan panas (Q) Watt 60000 40000 20000 0 800 900 1000 1100 1200 Rpm mesin Dibawah ini table dan grafik hasil pelepasan panas pada beberapa rpm yang digunakan untuk analysa data: 1 2 3 4 5 Rpm 800 900 1000 1100 1200 Pelepasan panas (Q) 70246,4 79027,2 87808 96588,8 105369,6 Grafik 3.4 Pelepasan Panas yang dapat dilepas radiator 37

BAB IV ANALYSA DAN TROUBLE SHOOTING 4.1 Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Pendinginan dan Cara mengatasinya. Masalah yang sering terjadi biasanya adalah: Over Heating ( mesin terlalu panas ) Gejala-gejala dan kemungkinan sebab: 8. Kekurangan pendinginan 9. Tali kipas kendor 10. Tali kipas basah karena minyak atau rusak 11. Thermostat rusak 12. Pompa air tidak bekerja 13. Saluran pendinginan tersumbat 14. Waktu pengapian tidak tepat 15. Rem mengunci Cara mengatasi: 1 Tambah air pendingin dan periksalah dari kebocoran 2 Stel tali kipas 3 Ganti tali kipas 4 Ganti Thermostat 5 Perbaiki pompa ( bila perlu ganti ) 6 Bersihkan radiator dan water jacket 7 Stel waktu pengapian 8 Bersihkan dan stel rem 38

Over Cooling ( mesin terlalu dingin ) Gejala-gejala dan kemungkinan sebab: 1 Thermostat rusak 2 Udara terlalu dingin Cara mengatasi: 1 Ganti Thermostat 2 Tutuplah radiator Air pendingin habis Gejala-gejala dan kemungkinan sebab: 1 Radiator bocor 2 Hubungan slang longgar atau rusak 3 Pompa air bocor 4 Gasket kepala silinder bocor 5 Kepala silinder atau blok silinder retak 6 Mesin bekerja pada suhu yang terlampau tinggi Cara mengatasi: 1 Radiator diperbaiki 2 Hubungan slang dipererat ( bila perlu ganti ) 3 Pompa air diperbaiki ( bila perlu ganti ) 4 Kencangkan baut kepala silinder ( bila perlu ganti gasket kepala silinder ) 5 Kepala silinder atau blok silinder diganti 6 Selidiki sebab-sebab terjadinya over heating 39

Terdapat bunyi pada sistem pendinginan Gejala-gejala dan kemungkinan sebab: 1 Bearing pompa air rusak 2 Daun kipas pompa longgar atau bengkok 3 Tali kipas rusak Cara mengatasinya: 1 Ganti bearing assy 2 Daun kipas dipererat, diperbaiki atau diganti 3 Ganti tali kipas 4.2 Trouble Shooting Berdasarkan isi yang dibuat oleh penulis, trouble yang timbul pada sistem pendinginan adalah mesin mengalami OVER COOLING Over cooling ini menyebabkan waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur kerja ideal cukup lama. Mengakibatkan konsumsi bahan bakar menjadi boros karena bahan bakar cukup sulit terbakar yang menyebabkan kandungan HC ( Hidro Carbon ) dan CO ( Carbon Monoksida) pada gas buang tinggi. Yang dimaksud sulit terbakar disini dikarenakan butiran-butiran bahan bakar yang masuk dari karburator keruang bakar masih sangat besar, karena temperature pada dinding blok silinder belum mencapai temperature kerja ideal. Panas yang ada pada dinding blok silinder belum mampu mempengaruhi bentuk butiran bahan bakar menjadi molekulmolekul yang kecil agar mudah terbakar oleh percikan bunga api busi. 40

Penyebab dari over cooling itu sendiri adalah kerja dari thermostat tidak sempurna, pada kondisi ini thermostat dalam kondisi membuka. Untuk mengatasinya, thermostat harus diganti untuk mencapai temperatur kerja yang ideal dalam waktu yang tidak terlalu lama. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan pengujian dan pengamatan yang dilakukan pada mesin kijang 5k, pada putaran mesin 800rpm, 900rpm, 1000rpm, 1100rpm dan 1200rpm dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Semakin besar rpm pada mesin, semakin besar pula pelepasan panas yang dilakukan oleh radiator. Dan semakin besar rpm mesin, temperatur kerja ideal mesin dapat dengan cepat dicapai. 2 Semakin besar rpm mesin juga mengakibatkan konsumsi bahan bakar semakin besar untuk mencapai suhu kerja, tetapi ketika temperatur kerja tercapai konsumsi bahan bakar akan cenderung lebih efisien dan tenaga yang dihasilkan oleh kendaraan besar. Hal ini disebabkan panas pada blok mesin yang mengakibatkan bahan bakar teratomisasi menjadi molekul-molekul yang kecil, sehingga bahan bakar mudah terbakar seluruhnya. Proses ini juga mengurangi kadar HC pada gas buang kendaraan. 3 Pelepasan panas oleh air yang terdapat pada radiator harus dijaga konstant agar mesin tidak mengalami over heating. 42

5.2 SARAN Perawatan berkala pada kendaraan sangat penting untuk menjaga agar kendaraan selalu dalam keadaan puncak, atau selalu siap bila sewaktu waktu akan digunakan. Baik itu dari bagian mesin, electrical, chasis dan pemindah daya (transmisi dan roda-roda). Perawatan berkala biasanya dilakukan setiap 5 bulan sekali atau 10.000km. 43

DAFTAR PUSTAKA 1. Thermal Manual of Submerged Combustion, Thermal Research & Engineering Corp., Conshohocken, PA 1961 2. ECLIPSE COMBUSTION ENGINEERING GUIDE, Edition efe825 7/98.Rockford,Illionis 61103. 3. Training Manual, Vol 1 Gasoline Engine Step 2. seri MEI 1994. PT.TOYOTA ASTRA MOTOR 4. NEW STEP 1 TRAINING MANUAL, Vol 2 1995 PT TOYOTA-ASTRA MOTOR. 44

1. Thermometer Ruang LAMPIRAN Untuk mengetahui temperature sekitar atau suatu ruang dengan skala 0 C 45

2. Gelas Ukur Berfungsi ukur mengukur Jumlah bahan bakar yang digunakan 46

3. Tachometer Untuk mengetahui putaran mesin yang digunakan pada tiap-tiap pengambilan data. 47

4. Laser Radiation Berfungsi untuk mengetahui temperature suatu media atau benda dengan cara mengarahkan sinar x ray pada media atau benda yang diinginkan. 48

1. Effect of Blower Speed on Flow, Pressure and Power Consumption a. Flow vs. Speed: The flow rate (V) changes in direct ratio to the speed (S) V2 S2 V1 S1 Example:Ablower operating at 1750 rpm (S1) delivers 1000 cfm (V1). How many cfm (V2) will it deliver if speed is increased to 3500 rpm (S2)? V2 V1 x S2 1000 x 3500 2000 cfm S1 1750