PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASA KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASE KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN INTERMETALIK AlFeNi SEBAGAI BAHAN KELONGSONG BAHAN BAKAR

PENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

SINTESIS PADUAN AIFeNi DEN CAN METODA PELEBURAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR

SINTESIS PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL SEBAGAI BAHAN STRUKTUR CLADDING ELEMEN BAKAR NUKLIR

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

PENCIRIAN PADUAN ALUMINIUM-BESI-NIKEL SEBAGAI KELONGSONG ELEMEN BAICAR BERDENSITAS TINGGI ASEP ARY RAMMELYADI

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKRO- STRUKTUR U-Mo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL PADUAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%) DAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%)Mg(1%) UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

KARAKTERISASI INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PADUAN UMo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE DISPERSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

Perilaku Mekanik Tembaga Fosfor C1220T-OL Pada Proses Annealing dan Normalizing

ANALISIS MIKROSTRUKTUR DAN KIMIA TERHADAP HASIL KOROSI PADA INGOT AlFeNiMg

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

PEMBENTUKAN SINGLE PHASE PADUAN U7Mo.xTi DENGAN TEKNIK PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

KARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN FASA PADUAN Zr- 0,3%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENGEROLAN DINGIN

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI FASE PADUAN U-7%Mo-x%Zr (x = 1, 2, 3% berat) HASIL PROSES PELEBURAN

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan. faktor penting dalam pencapain produktivitas.

Analisis Kualitas Produk Alumunium yang Dicetak Dalam Fase Semi Solid Liquid ditinjau dari Sifat Fisis dan Mekanis

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

PENUMBUHAN LAPIS LINDUNG NITRIDA PADA PERMUKAAN BAHAN STRUKTUR REAKTOR PADUAN FeCrNi

BAB IV HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH UNSUR SILIKON PADA ALUMINIUM ALLOY (Al Si) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

HEAT TREATMENT PADA ALUMINIUM PADUAN

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

KAJIAN SINTESA PADUAN U-Mo DENCAN tara PELEBURAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Transkripsi:

ISSN 0852-4777 Peningkatan Sifat Mekanik Bahan Struktur Paduan Aluminium Fero Nikel dengan Penguatan Fasa Kedua dan Struktur Butir (M. Husna Al Hasa) PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASA KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR M.Husna Al Hasa Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong Tangerang ABSTRAK PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASA KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR. Pengembangan paduan logam aluminium AlFeNi sebagai bahan struktur cladding bahan bakar dilakukan sebagai antisipasi pengembangan bahan bakar reaktor riset berdensitas tinggi guna mengimbangi sifat kekerasan bahan bakar. Paduan AlFeNi diperoleh melalui proses sintesis dengan metode kompaksi dan peleburan. Proses sintesis ini diharapkan menghasilkan peningkatan sifat mekanik paduan logam AlFeNi. Karakterisasi sifat mekanik, mikrostruktur dan identifikasi fasa dilakukan terhadap spesimen hasil sintesis. Pengujian sifat mekanik dilakukan dengan pengukuran kekerasan paduan menggunakan metode Vicker. Analisis mikrostruktur dilakukan dengan menggunakan metalografi-optikal. Analisis fasa dilakukan berdasarkan pola difraksi sinar x dan diagram kesetimbangan fasa. Hasil pengukuran kekerasan paduan AlFeNi dengan kadar 1,5%Fe, 2%Fe dan 3%Fe masing-masing berkisar 45 HV, 50 HV dan 59HV. Hasil analisis mikrostruktur memperlihatkan struktur butir berbentuk dendrit dan cenderung mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya kadar Fe dalam paduan. Mikrostruktur butir dengan kadar 1,5%Fe, 2%Fe dan 3%Fe memperlihatkan struktur butir berbentuk dendrit yang cenderung mengecil dengan semakin tinggi kadar Fe dalam paduan. Hasil analis pola difraksi sinar x memperlihatkan kecenderungan pembentukan fasa (FeAl 3 ) pada paduan AlFeNi dengan kadar 2%Fe dan fasa (FeNiAl 9 ) dengan kadar 3%Fe. Sifat kekerasan paduan AlFeNi relatif semakin meningkat seiring dngan meningkatnya unsur pemadu Fe dalam paduan. Kata kunci: Paduan AlFeNi, kelongsong, kekerasan ABSTRACT MECHANICAL PROPERTIES ENHANCED OF THE NICKEL FERRO ALUMINUM ALLOY WITH SECOND PHASE REINFORCEMENT AND GRAIN STRUCTURE. Development of AlFeNi alloy for fuel cladding structure material was done as anticipation of the high density fuel development for research reactor to balance the fuel hardness. The AlFeNi alloy was got to pass synthesis process with method of compact and fusion.this synthesis was supposed will increase mechanical properties of the AlFeNi alloy. The characterization of mechanical properties, microstructure and phase identification was done towards spesimen synthesis result. Mechanical properties testing was conducted with measurement of alloy hardness by using Vicker tester. The microstructure analysis was performed by using optical metallography. The phase analysis was done based on x-ray diffraction pattern and phase equilibrium diagram. The hardness measurement result of the AlFeNi alloy with 1,5%Fe, 2%Fe and 3%Fe was about 45 HV, 50 HV and 59 HV. The microstructure analysis result showed grain structure was dendrite formed and tend to change along with the 1

Urania Vol. 14 No. 1, Januari 2008: 1-48 ISSN 0852-4777 increasing of Fe content in alloy. The grain microstructure with 1,5%Fe, 2%Fe and 3%Fe showed grain structure was dendrite formed inclined smaller with degree excelsior Fe content in the aalloy. The result of x-ray diffraction pattern analyst shows formation inclination the θ phasa (FeAl 3 ) in AlFeNi alloy with 2%Fe and phase (FeNAl 9 ) with 3%Fe. The hardness of AlFeNi alloy was relatively more increase along with the increasing of Fe content in blend. Keywords: AlFeNi alloy, cladding, hardness. PENDAHULUAN Paduan logam aluminium sudah digunakan secara luas dalam berbabagai bidang sebagai komponen struktur pendukung dan utama pada kegiatan kontruksi dan industri, baik industri transportasi maupun instalasi nuklir. Pada instalasi nuklir paduan aluminium digunakan sebagai bahan struktur komponen reaktor dan bahan bakar terutama untuk cladding bahan bakar. Cladding bahan bakar berbasis aluminium telah dikembangkan oleh berbagai negara di dunia seiring dengan pengembangan bahan bakar maju berdensitas tinggi. Pengembangan bahan struktur aluminium sebagai cladding dilakukan karena paduan aluminium memenuhi persyaratan yang diinginkan. Pengembangan bahan struktur cladding ini diharapkan akan mendapatkan paduan logam yang memiliki kekuatan yang relatif lebih baik guna mengimbangi sifat kekerasan bahan bakar densitas tinggi. Paduan aluminium yang berpotensi untuk digunakan sebagai cladding bahan bakar berdensitas tinggi dimasa mendatang, antara lain, AlMgNi dan AlFeNi [1]. Pengembangan bahan bakar maju berdensitas tinggi berorientasi kepada penggunaan uranium pengkayaan rendah sesuai dengan program RERTR (Reduced Enrichment for research and test Reactors) [2,3]. Program ini bertujuan untuk mengkonversi pemakaian uranium dari pengayaan tinggi ke pengayaan rendah dan semua negara yang terikat dengan perjanjian NPT (Non Proliferation Treaty) telah menindaklanjuti program ini. Perancis telah mengembangkan bahan bakar berdensitas tingi dengan menggunakan bahan struktur kelongsong paduan AlFeNi dan beberapa negara Eropa lainnya telah pula melakukan pengkajian penggunaan AlFeNi sebagai cladding bahan bakar [4]. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa negara, seperti Perancis menginformasikan bahwa paduan logam AlFeNi memiliki sifat mekanik dan ketahanan korosi yang relatif baik [4,5]. Penelitian ini akan melakukan karakterisasi sifat paduan logam AlFeNi hasil eksperimen proses sintesis dengan metode metalurgi serbuk dan peleberun. Proses sintesis ini akan memberikan dampak peningkatan terhadap sifat logam terutama sifat mekanik. Proses sintesis dengan melakukan pemaduan tiga unsur logam Al, Fe dan Ni diharapkan akan meningkatkan sifat logam, seperti sifat kekuatan dan kekerasan. Menurut Dieter [6] menyatakan bahwa penguatan sifat logam dapat ditingkatkan melalui beberapa mekanisme, antara lain dengan mekanisme pengerasan regangan (strain hardening), larut padat (solid solution), dan pembentukan fasa kedua (second phase). Pada penelitian ini dengan memadukan unsur logam Al dengan Fe dan Ni diharapakan sifat mekanik paduan logam akan mengalami peningkatan. Peningkatan sifat mekanik terutama sifat kekerasan paduan logam dimungkinkan terjadi melalui mekanisme larut padat dan pembentukan fasa kedua serta mikrostruktur butir. Pembentukan fasa dalam paduan sangat dipengaruhi oleh komposisi paduan dan suhu titik cair logam [7]. Pembentukan fasa akan berpengaruh pula terhadap sifat kekerasan bahan. Sifat kekerasan bahan cenderung akan semakin meningkat dengan semakin bertambah kadar unsur paduan atau komposisi. Komposisi paduan juga akan memberikan kontribusi 2

ISSN 0852-4777 Peningkatan Sifat Mekanik Bahan Struktur Paduan Aluminium Fero Nikel dengan Penguatan Fasa Kedua dan Struktur Butir (M. Husna Al Hasa) terhadap perubahan mikrostruktur butir logam. Bentuk dan besaran mikrostruktur butir akan sangat berkaitan dengan perubahan sifat mekanik terutama kekuatan dan kekerasan bahan. TEORI Menurut Mondolfo [7] dan Raynor [8] bahwa reaksi fasa eutectik paduan aluminium dan besi mulai terjadi pada suhu 652 o C dengan kadar 1,8 % Fe dan membentuk fasa padat + yaitu Al+FeAl 3. Fasa memiliki batas kemampuan larut padat (solid solubility) Fe dalam fasa α (Al) sampai maksimum 0,04%Fe pada suhu 652 o C. Fasa + mulai terbentuk pada daerah komposisi 0,04-37 % berat Fe di bawah suhu 652 o C. Fasa + ini merupakan hasil transformasi dari pemaduan Al dan Fe yang mengikuti reaksi fasa eutectic, yaitu L +. Besarnya fasa dan sangat dipengaruhi oleh kadar Fe sebagai unsur pemadu. Kadar Fe semakin tinggi mengakibatkan semakin memperbesar jumlah fasa dalam paduan. Sementara itu, reaksi fasa eutektik aluminium dengan nikel mulai terjadi pada suhu 640 o C dengan kadar nikel sekitar 6% berat dan batas larut padat Ni dalam fasa (Al) maksimum 0,04 %. Suhu di bawah 1147 o C pada daerah komposisi 37-40 % Fe terbentuk fasa seluruhnya, yaitu FeAl 3. Suhu di atas 652 o C hingga 1147 o C dengan komposisi Fe di atas 1,8 % dan di bawah 37% terbentuk fasa L+. Apabila kadar Ni dalam paduan melebihi batas larut padat di atas 0,04 % memungkinkan terbentuknya fasa (NiAl 3 ). Fasa mulai terberntuk pada daerah komposisi 0,04-42 % berat Ni di bawah suhu 640 o C. Fasa ini merupakan hasil transformasi dari pemaduan Al dan Ni yang mengikuti reaksi fasa eutectic, yaitu L +. Besarnya fasa sangat dipengaruhi oleh tingkat prosentase kadar Ni dalam paduan. Kadar Ni semakin tinggi mengakibatkan semakin memperbesar jumlah fasa dalam paduan. Mondolfo melalui diagram kesetimbangan fasa sistem ternary Al-Fe-Ni menjelaskan bahwa mulai pada suhu 640 o C secara bersamaan dapat terjadi reaksi fasa yang membentuk fasa (FeNiAl 9 ). Hal ini dimungkinkan bila kadar Ni dan Fe memiliki jumlah yang besar dalam paduan. Menurut Dieter [6], kekuatan logam dapat ditingkatkan melalui pemaduan dengan satu atau beberapa unsur pemadu. Penambahan unsur paduan dapat menghasilkan kondisi atom yang larut padat ataupun menghasilkan senyawa fasa yang membentuk fasa kedua. Penguatan dengan fasa kedua dapat ditingkatkan lagi dengan mengupayakan agar fasa kedua yang terjadi berbentuk halus dan tersebar merata. Penguatan melalui mekanisme larut padat (solid solution) terjadi akibat adanya atom-atom asing yang larut padat baik secara substitusi maupun interstisi. Atom asing yang larut padat tersebut dapat berupa unsur pemadu dalam bentuk paduan maupun inklusi berupa atom pengotor. Kelarutan atom-atom asing dalam bentuk larut padat mengakibatkan timbulnya medan tegangan disekitar atom yang larut dan kondisi ini akan berdampak terhadap pergerakan dislokasi. Dislokasi yang memiliki medan tegangan disekitarnya akan terhambat gerakannya bila melewati atom-atom yang larut padat tersebut. Pergerakan dislokasi semakin sukar dengan timbulnya medan tegangan sehingga mengakibatkan logam menjadi lebih kuat atau keras. Penguatan atau pengerasan dapat terjadi pula melalui mekanisme fasa kedua karena timbulnya senyawa fasa paduan. Pembentukan senyawa fasa kedua dalam paduan terjadi karena penambahan unsur paduan yang melampaui batas larut padat. Senyawa fasa yang terbentuk bersifat relatif keras dan pergerakan dislokasi cenderung akan terhambat oleh pembentukan fasa kedua tersebut. Pergerakan dislokasi yang terhambat oleh senyawa fasa kedua akan mengakibatkan memperkuat dan memperkeras logam. Penguatan dengan fasa kedua dapat ditingkatkan lagi dengan metode presipitasi yang mampu menghasilkan fasa kedua yang halus. Pengerasan presipitasi merupakan pengerasan melalui partikel endapan fasa 3

Urania Vol. 14 No. 1, Januari 2008: 1-48 ISSN 0852-4777 kedua yang halus dan menyebar. Distribusi presipitat dalam bentuk partikel endapan fasa kedua ini menimbulkan tegangan dalam (internal stress). Tegangan yang ditimbulkan semakin besar akan mengakibatkan semakin meningkat kekuatan atau kekerasan. Pengerasan presipitasi ini terjadi melalui proses perlakuan panas, quenching dan aging. Paduan logam dalam bentuk dua fasa atau lebih dipanaskan pada suhu tertentu sehingga senyawa fasa tersebut akan larut-padat dalam satu fasa yang relatif homogen. Fasa yang relatif homogen tersebut kemudian didinginkan secara cepat sehingga membentuk fasa larut padat super jenuh. Fasa larut padat super jenuh tersebut kemudian di aging sehingga terbentuk presipitat berupa partikel endapan fasa kedua yang halus dan tersebar merata yang mengakibatkan bahan menjadi keras. Menurut dieter [6], penguatan logam dapat ditingkatkan pula melalui struktur butir. Penguatan dengan cara penghalusan butir (grain refining), yaitu terjadi melalui bentuk dan ukuran butir. Struktur butir memiliki batas-batas butir dan batas butir merupakan rintangan bagi pergerakan dislokasi. Butir semakin halus cenderung akan semakin memperbanyak batas butir. Batas butir yang banyak akan mengakibatkan gerakan dislokasi semakin sukar karena semakin banyak rintangan. Penghalusan butir dapat dilakukan melalui proses pembekuan dan proses rekristalisasi. Butir logam merupakan kumpulan sel-satuan yang berorientasi sama. Polikristal memiliki butir-butir yang orientasinya berbeda satu dengan yang lain. Pada saat deformasi, dislokasi akan bergerak pada bidang slip dan berusaha mencapai permukaan luar. Oleh karena orientasi setiap butir berbeda dengan yang lain sehingga orientasi bidang slip pada butir-butir juga akan berbeda-beda. Sebagai akibatnya pergerakan dislokasi akan terhambat dan terintangi. Gerakan dislokasi yang akan menyeberangi batas butir memerlukan tegangan yang lebih besar sehingga dengan demikian batas butir akan menjadi penghalang dan penghambat gerakan dislokasi. TATA KERJA Penelitian ini menggunakan bahan berupa logam aluminium, ferro dan nikel berbentuk serbuk. Bahan dasar aluminium dipadukan dengan unsur pemadu utama Fe dan Ni. Pemaduan AlFeNi dilakukan berdasarkan persentase kadar berat unsur pemadu, yaitu (1,5%Fe, 1%Ni), (2%Fe, 1%Ni), dan (3 %Fe, 1%Ni) dengan metode metalurgi serbuk dan peleburan menggunakan alat kompaksi dan tungku busur listrik. Proses kompaksi serbuk Al, Fe dan Ni dilakukan secara mekanik dengan tekanan sekitar 350-400 KN. Penekanan ditingkatkan seiring dengan meningkatnya kadar komposisi paduan. Proses kompaksi menghasilkan lempengan berukuran tebal 0,5 mm dan berdiameter sekitar 15 mm. Peleburan lempengan paduan AlFeNi dilakukan secara berulang hingga 4 kali pelelehan dan setiap kali peleburan ditahan sekitar 5 menit. Peleburan lempengan paduan AlFeNi menghasilkan ingot berbentuk setengah lingkaran berdiameter sekitar 10 mm. Ingot paduan AlFeNi hasil sintesis sebagai spesimen uji terlebih dahulu permukaannya dibersihkan dan dihaluskan. Permukaan spesimen AlFeNi diratakan dengan penggerindaan dan dipoles secara bertahap menggunakan mesin poles. Spesimen AlFeNi hasil poles kemudian permukaannya dietsa menggunakan larutan etsa tertentu untuk memunculkan mikrostruktur fasa. Pengetsaan dilakukan dengan mencelupkan spesimen ke dalam larutan etsa dengan memperhatikan ketepatan waktu etsa. Pengamatan sifat mekanik dilakukan dengan uji kekerasan menggunakan metoda Vicker dan mikrostruktur paduan AlFeNi diamati menggunakan mikroskop optik.besaran struktur butir dianalisis menggunakan metode DAS. Struktur fasa paduan AlFeNi di analisis melalui pola difraksi sinar x dan diagram kesetimbangan fasa. 4

ISSN 0852-4777 Peningkatan Sifat Mekanik Bahan Struktur Paduan Aluminium Fero Nikel dengan Penguatan Fasa Kedua dan Struktur Butir (M. Husna Al Hasa) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan sifat mekanik terhadap paduan AlFeNi pada berbagai konsentrasi paduan dengan metoda Vicker diperlihatkan pada Gambar 1. Pengamatan mikrostruktur paduan AlFeNi secara mtalografi-optik ditunjuk-kan pada Gambar 2. Pengukuran besaran struktur butir dendrit paduan Al-Fe-Ni dengan metode Dendrite Arm Spacing Secondary(DASS) ditunjukkan pada Gambar 3. Analisis struktur fasa paduan AlFeNi berdasarkan pola difraksi sinar x ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 1 memperlihatkan variasi sifat kekerasan paduan AlFeNi hasil pemaduan dengan berbagai konsentrasi Fe. Sifat kekerasan paduan AlFeNi cenderung meningkat dengan semakin tinggi kadar Fe dalam paduan. Sifat kekerasan paduan AlFeNi mencapai 59 HV dengan konsentrasi (3%Fe, 1%Ni). Hal ini terjadi karena paduan AlFeNi mengalami penguatan larut-padat hingga mencapai sekitar 0,05% kadar Fe dan Ni [7,8] ke dalam struktur fasa -Al. Penguatan larutpadat pada struktur fasa -Al terjadi secara substitusi dengan menempati kisi sel-satuan FCC (Face Centered Cubic). Proses larutpadat atom Fe dan Ni ke dalam kisi struktur fasa -Al cenderung mengakibatkan terjadinya distorsi parameter kisi yang berakibat menimbulkan medan tegangan disekitar atom yang larut. Kondisi seperti ini semakin berpotensi menghambat gerakan dislokasi yang mengarah kepada penguatan bahan. Kekerasan paduan AlFeNi dengan kadar (3%Fe,1%Ni) relatif tinggi karena pada konsentrasi ini dimungkinkan terbentuk-nya beberapa fasa hasil reaksi antara Al dengan Fe dan Ni membentuk senyawa fasa (FeAl 3 ), (NiAl 3 ) dan (FeNiAl 9 ) [8,9]. Senyawa fasa yang terbentuk dalam paduan ini berkontribusi pula merintangi gerakan dislokasi, yang berdampak terhadap peningkatan kekerasan bahan. Gambar 1 memperlihatkan pula bahwa pada konsentrasi di atas 1,5% Fe tampak terjadi kenaikan kekerasan dengan semakin meningkatnya kandungan Fe, yaitu dari 45 HV pada 1,5%Fe menjadi 50 HV pada 2% Fe dan 59 HV pada 3% Fe. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya pertumbuhan fasa kedua yang semakin tinggi seiring dengan meningkatnya prosentase kadar Fe. Peningkatan fasa kedua yang semakin tinggi akan berdampak terhadap peningkatan kekerasan karena kehadiran fasa kedua tersebut berpotensi merintangi pergerakan dislokasi. Pembentukan fasa kedua ini ditandai dengan perubahan struktur butir yang sebagian besar telah mengarah menjadi bentuk struktur butir dendrit pipih memanjang, seperti ditunjukkan pada Gambar 2 b dan 2 c. Struktur butir fasa mengalami perubahan dari bentuk dendrit yang relatif kecil pada Gambar 2a menjadi bentuk butir dendrit yang relatif besar yang memanjang seperti ditunjukkan pada Gambar 2b dan 2c. Hal ini dimungkinkan karena sebagian fasa -Al bertransformasi menjadi fasa, dan. Fasa berupa senyawa FeAl 3, dan (FeNiAl 9 ) yang berselsatuan monoclinic dan fasa (NiAl 3 ) bersellsatuan orthorhombic yang bersifat relatif lebih keras dari fasa -Al. Mikrostruktur paduan AlFeNi hasil sintesis dengan kadar (1,5%Fe, 1 %Ni), (2%Fe,1%Ni) dan (3 %Fe, 1%Ni) diperlihatkan pada Gambar 2. Gambar 2a memperlihatkan struktur butir paduan AlFeNi cenderung berbentuk dendrit dan diduga telah terbentuk senyawa fasa FeAl 3 ( ). Pembentukan fasa tersebut diawali pada batas butir karena energi pada daerah batas butir relatif tinggi daripada di daerah butir sehingga menyebabkan daerah batas butir menjadi lebih reaktif daripada di butir. Energi pada batas butir relatif tinggi karena batas butir adalah daerah yang sangat tidak stabil dan batas butir merupakan daerah pertemuan kristal-kristal atom dengan orientasi yang berbeda atau acak. Fasa yang terbentuk pada paduan AlFeNi merupakan rejeksi dari larutan padat aluminium bila kadar Fe atau Ni 5

Kekerasan (VHN), N/mm2 Urania Vol. 14 No. 1, Januari 2008: 1-48 90 75 60 ISSN 0852-4777 yang terkandung dalam paduan tersebut melebihi kemampuan larut-padat fasa -Al. Mikrostruktur paduan AlFeNi dengan kadar 2%Fe,1%Ni yang ditunjukkan pada Gambar 2b memperlihatkan pertumbuhan struktur butir fasa yang cenderung semakin meningkat. Gambar 2b memperlihatkan kecenderungan perubahan struktur butir membentuk dendrit yang memanjang. Perubahan fasa dalam bentuk struktur butir dendrit ini diperkirakan terjadi seluruhnya, seperti diperlihatkan pada Gambar 2b. Peningkatan pembentukan struktur butir denrit ini terjadi karena jumlah kadar unsur Fe dalam paduan semakin meningkat. Sebagai akibatnya unsur Fe yang bereaksi dengan Al membentuk senyawa FeAl 3 yang cenderung semakin bertambah. Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan struktur butir dendrit fasa yang semakin besar, seperti diperlihatkan pada Gambar 2 b dan pola difraksi sinar x Gambar 4. 45 30 15 0 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Kadar Fe dalam paduan AlFeNi, % Gambar 1. Kurva variasi kekerasan paduan AlFeNi terhadap peningkatan kadar Fe Mikrostruktur paduan AlFeNi dengan kadar 3%Fe,1%Ni yang ditunjukkan pada Gambar 2c memperlihatkan bahwa struktur butir dendrit relatif membesar dan bertransformasi membentuk struktur butir pipih memanjang. Struktur butir fasa dan semakin meningkat seperti tampak secara jelas dalam bentuk struktur butir dendrit pipih memanjang pada Gambar 2 c dan seperti ditunjukkan pada pola difraksi sinar x Gambar 4b. Struktur butir dendrit pada Gambar 2c relatif lebih besar daripada struktur butir dendrit yang ditunjukkan pada Gambar 2b. Pembesaran butir tersebut dimungkinkan karena dipacu oleh kadar Fe yang semakin tinggi dan suhu pemanasan yang berdampak terhadap peningkatan energi dalam paduan. Energi dalam paduan yang tinggi memacu percepatan pertumbuhan butir sehingga butir dendrit yang terbentuk semakin memanjang dan relatif membesar. Struktur butir fasa dalam bentuk dendrit yang memanjang tersebut relatif lebih dominan pada mikrostruktur 3%Fe,1%Ni seperti tampak pada Gambar 2c. 6

ISSN 0852-4777 Peningkatan Sifat Mekanik Bahan Struktur Paduan Aluminium Fero Nikel dengan Penguatan Fasa Kedua dan Struktur Butir (M. Husna Al Hasa) a Gambar 2. Mikrostruktur paduan AlFeNi a) 1,5Fe1Ni dengan l 1 =30,39 mm, l 2 =31,05 mm, l 3 =26,12mm b)2fe1ni dengan l 1 =35,94mm, l 2 =28,77mm, l 3 =31,08mm c) 3Fe1Ni dengan l 1 =23,26mm, l 2 =18,04mm, l 3 =22,85 mm Besaran struktur butir dendrit paduan Al-Fe-Ni hasil pengukuran mengunakan metode Dendrite Arm Spacing Secondary(DASS) [10] menunjukkan bahwa struktur butir dendrit cenderung semakin mengecil dengan semakin meningkat kadar Fe dalam paduan. Hal ini dimungkinkan karena dari proses pencairan ke pembekuan, paduan AlFeNi mengalami difusi antar atom yang memacu terjadinya reaksi senyawa antarlogam dan pengintian butir. Pengintian butir ini sangat dipengaruhi oleh energi dan kecepatan reaksi fasa. Energi yang tinggi dan reaksi fasa yang meningkat yang dipengaruhi oleh kadar Fe yang semakin tinggi mengakibatkan pengintian butir relatif banyak. Pengintian butir yang relatif banyak mengakibatkan pembentukan butir menjadi semakin meningkat. Pengintian butir yang meningkat akan memacu pembentukan butir yang semakin mengecil dan relatif banyak. Gambar 3 memperlihatkan bahwa ukuran struktur butir dendrit paduan AlFeNi semakin menurun seiring dengan meningkatnya kadar unsur Fe dalam paduan. Peningkatan kadar Fe dari 1,5%Fe menjadi 2%Fe dan 3%Fe dalam paduan pada proses sintesis mengakibatkan pengaruh yang besar pula terhadap perubahan bentuk struktur butir dendrit yang cenderung semakin mengecil. Perubahan ukuran dan bentuk dendrit ini dimungkinkan terjadi karena adanya peningkatan kadar Fe dalam paduan. Atom Fe yang terkandung dalam paduan tersebut semakin meningkat yang melebihi kemampuan larut padat pada fasa (Al). Kelebihan unsur Fe tersebut cenderung akan berdifusi dan bereaksi dengan unsur lain dalam paduan seperti Al dan Ni yang membentuk senyawa dan cenderung tumbuh melalui batas butir dendrit. Gambar 4 memperlihatkan pola difraksi paduan Al-Fe-Ni yang menghasilkan puncak fasa, seperti terlihat puncak fasa Al, FeAl 3, FeNiAl 9 dan NiAl 3. Puncak fasa Al untuk masing-masing bidang hkl berada pada 7

Ukuran dendrit, um Urania Vol. 14 No. 1, Januari 2008: 1-48 ISSN 0852-4777 sudut difraksi 22 o -98 o, sedangkan untuk fasa FeNiAl 9 berada pada sudut difraksi 5 o -30 o dan fasa NiAl 3 berada pada sudut difraksi 20 o -47 o. JCPDS (Joint Commitee on Powder Difraction Standards) [11] menunjukkan bahwa puncak fasa Al berada pada sudut 2 sebesar 21,94 o, 38,50 o, 44,76 o, 65,16 o, 78,18 o, 82,52 o, dan 99,02 o pada masing-masing bidang hkl yaitu 100, 111, 200, 220, 311, 222 dan 400. Puncak fasa FeNiAl 9 berada pada sudut 5,72 o, 10,28 o, 28,71 o pada masing-masing bidang hkl yaitu 002 dan 301 dan puncak fasa NiAl 3 berada pada sudut 37,48 o dan 45,34 o. Peningkatan kadar Fe berpotensi memacu perubahan dan pembentukan fasa serta intensitas fasa, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4.a menunjukkan bahwa pada pola difraksi terdapat puncak fasa α (Al) dengan bidang hkl 211, 200, 220, 311, 222 dan bidang hkl 400. Sementara itu, puncak fasa (FeAl 3 ) tampak pada bidang hkl 100, 301, 302 dan 320, sedangkan fasa (FeNiAl 9 ) terdapat dua puncak dengan bidang hkl 312 dan 041 dan fasa (NiAl 3 ) satu puncak dengan bidang hkl 211. Pola difraksi ini menunjukkan bahwa paduan AlFeNi dengan kadar 2%Fe1%Ni relatif lebih banyak didominasi oleh fasa α dan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada paduan AlFeNi dengan kadar 2%Fe1%Ni ini mengindentifikasikan terdapat 2 buah fasa, yaitu fasa α dan. Gambar 4b memperlihatkan bahwa pada pola difraksi terdapat puncak-puncak fasa α, fasa, dan fasa pada masing-masing sudut 2 dengan bidang hkl tertentu. Fasa α (Al) memiliki enam puncak yang terdapat pada sudut 2 dengan bidag hkl 111, 200, 220, 311, 222 dan 400. Sementara itu, pada sudut 2 yang lain terdapat tiga puncak fasa (FeNiAl 9 ) dengan bidang hkl 200, 111, 312 dan tiga puncak fasa (NiAl 3 ) dengan bidang hkl 210, 211 dan 101. Fasa (FeAl 3 ) terdapat satu puncak dengan bidang hkl 320. Pola difraksi ini menunjukkan bahwa paduan AlFeNi dengan kadar 3%Fe1%Ni cenderung didominasi oleh fasa α,, dan. Kondidi ini mengindentifikasikan bahwa pada paduan AlFeNi berkadar 3%Fe1%Ni memiliki 3 buah fasa, yaitu α,, dan. Hal ini menunnjukkan pula bahwa dengan kadar Fe yang semakin tinggi dalam paduan mengakibatkan semakin memacu dan memperbesar terjadinya pembentukan fasa yang berselsatuan monoclinic. 25 20 15 10 5 0 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Kadar Fe dalam paduan AlFeNi, % Gambar 3. Variasi ukuran butir denrit dengan peningkatan kadar Fe dalam paduan 8

ISSN 0852-4777 Peningkatan Sifat Mekanik Bahan Struktur Paduan Aluminium Fero Nikel dengan Penguatan Fasa Kedua dan Struktur Butir (M. Husna Al Hasa) Al Al Al Al 111 200 220 311 FeNiAl9 312 Al FeNiAl9 400 041 Al 222 FeAl3 100 FeAl3 NiAl3 301 302 320 211 a Al Al Al Al Al 111 200 220 311 222 NiAl3 211 FeNiAl9 FeNiAl9 002 NiAl3 200 111 FeAl3 101,221 320 NiAl3 FeNiAl9 Al 210 312 400 b Gambar 4. Pola difraksi sinar-x paduan AlFeNi a) 2Fe 1Ni. b)al 3Fe 1Ni SIMPULAN Peningkatan kadar Fe dalam paduan sangat berpengaruh terhadap perubahan sifat kekerasan. Sifat kekerasan paduan logam AlFeNi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kadar Fe dalam paduan. Sifat kekerasan paduan AlFeNi hasil sintesis dengan kadar 3 %Fe mencapai sekitar 59 HV relatif tinggi daripada kadar 1,5%Fe dan 2%Fe, yaitu 45 HV dan 50 HV. Perubahan sifat kekerasan paduan AlFeNi memperlihatkan hubungan keterkaitan dengan perubahan mikrostruktur yang mengalami peningkatan kadar Fe. Mikrostruktur paduan logam AlFeNi hasil sintesis berbentuk struktur dendrit dan besaran struktur butir dendrit semakin mengecil dengan semakin tinggi kadar Fe. Kadar Fe yang semakin tinggi dalam paduan mengakibatkan semakin memacu dan memperbesar terjadinya pembentukan fasa yang berselsatuan monoclinic. Kadar Fe yang relatif rendah cenderung membentuk fasa yang lebih besar dan kadar Fe yang semakin tinggi cenderung semakin meningkatkan pembentukan fasa. 9

Urania Vol. 14 No. 1, Januari 2008: 1-48 ISSN 0852-4777 Fasa (FeAl 3 ) dan (FeNiAl 9 ) dengan kadar 2%Fe serta fasa (NiAl 3 ) dan (FeNiAl 9 ) dengan kadar 3%Fe berkontribusi terhadap peningkatan sifat kekerasan paduan. UCAPAN TERIMA KASIH Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada segenap pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini baik dalam bentuk bantuan pendanaan, fasilitas maupun dukungan moril sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan. Terutama kami menyampaikan terimakasih kepada Bapak Ir.Sudarmadi, M.Sc., sebagai Kepala PTBN yang senantiasa memberikan dorongan semangat, motivasi dan pendanaan beserta fasilitas. Termakasih pula kami sampaikan kepada Bapak Drs. Bambang Purwadi sebagai Direktur PT.Batan Teknologi yang mengizinkan kami menggunakan bahan untuk eksperimen. Kami tidak lupa pula menyampaikan terimakasih untuk pihak institusi PTBIN yang menyediakan jasa pengukuran difraksi sina-x. DAFTAR PUSTAKA 1. FANJAS, Y., (1991), Status of LEU Fuels At CERCA, http/www.anl.gov. 2. TRAVELLI, A., (1996), Status and Progress of The RERTR Program, Proceedings, The 19 th International Meeting on Reduced Enrichment for Reseach and Test Reactors, Seoul, Korea, hal. 4-8. 3. DAVID, G.H., United States Policy Intiatives in Promoting The RERTR Program, Proceedings, The 19 th International Meeting on Reduced Enrichment for Research and Test reactors, Seoul, Korea, hal. 14, 1996. 4. BALLAGNY, A., Situation of technological Irradiation Reactors A Progress Report On The Jules Horowitz Reactor Project,. http/www.anl.gov. 5. BALLAGNY, A., Main Technical of The Jules Horowitz Reactor Project to Achieve High Flux Performances and High Safety Level. http/www.anl.gov. 6. DIETER,G.E., Mechanical Metallurgy, Second edition, McGraw-Hill, Newyork, 1981. 7. MONDOLFO, L.F, (1976), Aluminium Alloys, Structure and Properties, London, hal. 532-532 8. RAYNOR, GV., RIVLIN, GV., Phase Equilibria in iron Ternary Alloy, New york, The institute of Metals, 1988, 110 9. PETZOW, G., EFFENBERG, G., (1992), Ternary Alloy AlFeNi, Vol.15, Germany: ASM, International, 10. HAKKA, Manual Dendrite Arm Spacing, DASMeasure.http/www.tech.nite.go.jp/ anzen2 11. Anonim, JCPDS (Joint Commitee on Powder Difraction Standards) 10