BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

B A B I PENDAHULUAN. bank menurut konsep Freire, pihak pendidik secara searah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusiaa, pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan tidak hanya akan melahirkan sumber daya manusia berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi, Undang-undang No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Senada UUD 1945 pasal 31 ayat 5 menyatakan bahwa Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problematika krusial seperti pengangguran dan kriminalitas. Masalah pengangguran di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang sangat memprihatinkan, ini ditandai dengan jumlah pengangguran yang sangat besar, menurut Badan Pusat Statistik Nasional, tingkat pengangguran terbuka pada pada Agustus 2011 mencapai angka 6,56% dari jumlah angkatan kerja sebesar 117,4juta jiwa. Walaupun angka ini menurun dari Februari 2011 jumlah penggangguran sebesar 6,80% dari jumlah angkatan kerja sebanyak 119,4juta jiwa (www.bps.go.id. Diakses 22 November 2011), namun persoalan ini jika tidak memperoleh perhatian serius akan berdampak buruk karena penggangguran merupakan sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal serta dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang Besarnya penggangguran salah satu disebakan oleh ketimpangan jumlah penawaran kerja dan permintaan kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk tidak diimbangi dengan tumbuhnya lapangan kerja. Salah satu alternatif pemecahan masalah ini adalah dengan penciptaan lapangan kerja baru maupun dengan menumbuhkan para wirausaha baru

Minimnya jumlah wirausaha di Indonesia disebabkan mayoritas angkatan kerja lebih memilih mencari pekerjaan dibandingkan dengan berwirausaha. Sepanjang tahun 2006, Kasmir (2007) telah melakukan wawancara terhadap sekitar 500 mahasiswa di enam perguruan tinggi (PT) di Jakarta, masing-masing mewakili PT kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas mengenai motivasi berwirausaha menunjukkan hasil yang cukup merisaukan, sekitar 76% mahasiswa menjawab akan melamar kerja, 4% menjawab ingin berwirausaha selebihnya ingin menjadi karyawan sambil berwirausaha. Penelitian ini menunjukkan orientasi mahasiswa setelah lulus adalah mencari kerja dan bukan menciptakan lapangan kerja. Pola pikir seperti ini harus segera dirubah sebelum terjadi penumpukan angkatan kerja. Pola pikir yang harus dikembangkan adalah menjadikan kewirausahaan sebagai cita-cita para generasi muda. Proporsi wirausaha Indonesia diperkirakan baru sekitar 0,24% dari total populasi, angka ini cukup tertinggal dibanding Negara-negara lain, Singapura memiliki 7,2%, Malaysia 2,1 %, Thailand 4,8%, Korea Selatan 4,0% dan Amerika Serikat 11,5% dari seluruh populasi penduduknya (www.depkop.go.id. Diakses 22 Juni2011), Padahal Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Instruksi ini mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan, karena budaya wirausaha merupakan kunci untuk menurunkan angka pengangguran, menumbuhkan ekonomi kerakyatan, dan mendukung pengentasan kemiskinan

Kewirausahaan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi suatu Negara, karena wirausaha merupakan golongan yang akan terus menerus melakukan inovasi pada setiap bidang usahanya. Inovasi akan meningkatkan produktivitas usaha yang akan meningkatkan perekonomian. Menurut data BPS Nasional per Agustus 2011 angkatan kerja lulusan sarjana yang menganggur sebanyak 8,02 %, Lulusan Diploma berada pada 7,16 %, SMK 10,43%, SMA 10,66 %, SMP 8,37%, dan SD sebesar 3,56% (www.bps.go.id. Diakses 22 November 2011). Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa lembaga pendidikan formal belum mampu menghantarkan peserta didik kepada kesejahteraan. Lembaga pendidikan formal sebagai sarana pembentuk sumber daya manusia dirasa kurang dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan para generasi muda Indonesia. Lembaga pendidikan, guru, sekolah terbatas hanya memberi pengetahuan kewirausahaan hanya bersifat kognitif. Pendidikan kewirausahaan di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilainilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari padahal kewirausahaan merupakan ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya oleh karena itu kewirausahaan tidak cukup diberikan dalam pembelajaran kelas namun juga memerlukan pelatihan. Untuk dapat meningkatkan proporsi wirausaha di Indonesia maka dibutuhkan alternatif baru pembelajaran kewirausahaan yang berorientasi pada pembentukan karakter dan perilaku wirausaha.

Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan memiliki potensi yang strategis dalam kehidupan masyarakat. Dewasa ini pesantren tidak hanya memposisikan dirinya sebagai lembaga pendidikan keagamaan namun juga sebagai lembaga pencetak sumberdaya handal dan sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Salah satunya adalah Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf (Perwira AbA) tidak hanya berkutat pada masalah keagamaan namun juga melakukan pemberdayaan ekonomi, Pesantren yang didirikan pada tahun 2000 ini selain memberikan bimbingan bidang keagamaan juga memberikan bimbingan kewirausahaan, dengan visi Menjadi lembaga pendidikan dengan kemampuan mewujudkan jaringan bisnis yang kuat dengan ditopang para pengusaha yang professional mandiri dan berkepribadian islam. Lulusan Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurahman bin Auf diharapkan bisa menjadi wirausahawan yang profesional, mandiri dan berkepribadian Islam, serta mampu menjalin jaringan bisnis yang kokoh Pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf tidak hanya berada didalam kelas namun juga adanya pemberian keterampilan khusus sebagai pendukung terbentuknya mental dan perilaku wirausaha. Adanya alternatif model pembelajaran kewirausahaan ini diharapkan mampu mengurangi jumlah pengangguran yang ada dan menjadi inspirasi berbagai lembaga pendidikan dalam menumbuhkan jiwa wirausaha

Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf sejak didirikan pada tahun 2000 telah menghasilkan 60% lulusan yang telah menjadi wirausaha. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pembelajaran kewirausahaan yang digunakan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf terbukti dapat meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia. Pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Perwira AbA memadukan unsur kepribadian islam, kemandirian dan juga profesionalisme. Berdasar penelitian awal yang dilakukan terhadap santri angkatan tahun 2011 dapat diketahui bahwa 94% santri ketika masuk ke Perwira AbA telah memiliki keinginan berwirausaha. Penelitian awal juga menunjukkan bahwa pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Perwira AbA sangat baik hal ini juga didukung oleh layanan pengajar kewirausahaan yang baik didalam maupun diluar jam pelajaran, penguasaan guru terhadap materi pembelajaran sangat baik dengan cara mengajar yang baik. Pemberian bekal keterampilan di Perwira AbA dirasa sangat baik dan meningkatkan keinginan menjadi wirausaha. Dari penelitian awal diketahui 50% santri puas dengan pelayanan pembelajaran di Perwira AbA dan daya tarik utama Perwira AbA 75% santri menjawab karena pendidikan kewirausahaan dan menurut mereka hambatan terbesar menjadi wirausaha adalah kendala modal. Untuk mengatasi hambatan ini Perwira AbA memberikan bantuan berupa modal untuk usaha-usaha potensial santri agar terus dapat berkembang Pembelajaran di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf dapat meningkatkan minat berwirausaha santrinya, pembelajaran ini apabila

diterapkan di tempat yang lain diharapkan dapat meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf Klaten B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi perbedaan persepsi dalam memahami judul tesis, maka diperlukan penegasan istilah yang digunakan dalam penelitian. 1. Pembelajaran Kewirausahaan Pembelajaran kewirausahaan adalah proses interaksi peserta didik, pendidik dan sumber belajar yang bertujuan untuk mencapai kemampuan menciptakan kegiatan usaha secara kreatif dan inovatif 2. Komponen dari pembelajaran kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar pada pelajaran kewirausahaan seperti kurikulum, pengajar, santri, model pembelajaran, media pembelajaran, serta penilaian pembelajaran 3. Pesantren Wirausaha Agrobisnis Pesantren wirausaha agrobisnis terdiri dari tiga kata, pesantren, wirausaha dan agrobisnis. Pesantren mempunyai arti tempat belajar ilmu agama islam secara sistematis dengan menerapkan ketinggian akhlak sebagai pondasinya. Wirausaha adalah orang yang memiliki kemampuan merancang dan menciptakan usaha. Sedangkan agrobisnis atau secara ilmiah lebih dikenal dengan agribisnis merupakan bisnis yang berbasis usaha pertanian

Pesantren wirausaha agrobisnis dalam penelitian ini berarti tempat untuk menuntut ilmu agama islam yang mempunyai unit usaha bisnis berbasis pertanian. Pesantren yang selain memberikan pengetahuan agama juga memberi keterampilan terutama dalam bidang pertanian. C. Fokus Penelitian Berdasar latar belakang masalah penelitian difokuskan pada pembelajaran kewirausahaan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf, penelitian akan dilakukan terhadap kurikulum, pengajar, santri, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian pembelajaran yang dilakukan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf. D. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang yang ada rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf. Beberapa pertanyaan yang akan di jawab adalah: 1. Bagaimanakah kurikulum yang diterapkan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf? 2. Bagaimanakah profil pengajar di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf? 3. Bagaimanakah profil santri di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf?

4. Bagaimanakah model pembelajaran yang digunakan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf? 5. Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf? 6. Bagaimanakah penilaian pembelajaran yang dilakukan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf? E. Tujuan Penelitian Suatu penelitian akan terarah apabila dirumuskan tujuan dari penelitian tersebut, karena dapat memberi gambaran yang jelas mengenai arah penelitian yang dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan kurikulum yang diterapkan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf 2. Mendeskripsikan profil pengajar di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf 3. Mendeskripsikan profil santri di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf 4. Mendeskripsikan kegiatan pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf 5. Mendeskripsikan media pembelajaran di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf 6. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran yang dilakukan di Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman Bin Auf

F. Manfaat Penelitian Penelitian ini penting karena akan menghasilkan informasi yang akan memberikan manfaat dan menjawab permasalahan penelitian baik secara teoretis maupun praktis 1. Manfaat Teoretis a. Memberi sumbangan berharga bagi pengembangan teori pembelajaran kewirausahaan b. Menjadi bahan kajian atau diskusi dalam upaya mencari model pembelajaran kewirausahaan yang efektif dan efisien 2. Manfaat Praktis a. Memberikan gambaran dan masukan bagi pesantren untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan pembelajaran kewirausahaan b. Memberikan gambaran dan masukan yang bersifat konstruktif bagi guru dalam rangka mengoptimalkan pembelajaran kewirausahaan c. Memberikan gambaran dan masukan bagi santri agar dapat memanfatkan sebaik mungkin pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di pesantren d. Sebagai bahan rujukan dan referensi bagi peneliti yang akan datang