MAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL

MAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

MAKALAH URGENSI SISTEM PENDIDIKAN KEPOLISIAN YANG HUMANIS, DEMOKRATIS DAN MENJAWAB TANTANGAN MASA DEPAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

2016, No Strata Tiga kedinasan, dilakukan penyetaraan dengan lulusan Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah dan Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA UPACARA PEMBUKAAN PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BRIGADIR POLRI T.A 2015 TANGGAL 4 AGUSTUS 2015

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 22/P/SK/HT/2006

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

HAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN. Oleh: Johan Avie, S.H.

Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI 3 TEGAL

Pembatasan HAM. Oleh: Johan Avie, S.H.

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. baru bagi masyarakat. Polri saat ini memasuki usia ke-70, masih berjuang dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI ASN untuk meningkatkan daya saing bangsa

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

I. PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Tugas dan tanggung. proses pendidikan, salah satu tugas guru adalah melakukan proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

Pendidikan Kewarganegaraan (IPB 105) TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengembangan Kinerja Mengajar Guru merupakan masalah yang sangat krusial

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar )

ANALISIS KURIKULUM DAN MODEL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PERTEMUAN PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Guru Sebagai Pemimpin Konstruktivis Tuesday, 27 December :59

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

Sambutan Presiden RI pd Pelantikan Perwira Remaja TNI-Polri, di Akpol Semarang, tgl 30 Juli 2015 Jumat, 07 Agustus 2015

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan salah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PENDIDIKAN PANCASILA. A. Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila C. Capaian Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I KETENTUAN UMUM

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

SAMBUTAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA WORKSHOP SERTIFIKASI ARSIPARIS JAKARTA, 26 OKTOBER 2015

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

3. Mewujudkan kesejahteraan, penghargaan, pengayoman dan perlindungan hukum untuk meningkatkan harkat dan martabat anggota 4.

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN K T S P. Oleh: Marojahan Hutabarat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

Transkripsi:

WORKSHOP DAN SEMINAR TENAGA PENGASUH AKPOL Democratic Policing: Penerapan Nilai-Nilai Hak Asasi Manusia Dalam Pengasuhan Taruna Hotel Santika Premiere Semarang, 16-18 Oktober 2013 MAKALAH Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning Oleh: Dr. Mohammad Kemal Dermawan (Kepala Departemen Kriminologi FISIP UI)

Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning Mohammad Kemal Dermawan Workshop dan seminar Tenaga Pengasuh Akpol. PUSHAM, UII. Semarang, Rabu, 16 Oktober 2013.

Democratic Policing Masalah tidak dapat dipisahkan dengan Reformasi Kepolisian dengan tujuan Democratic Policing (selanjutnya DP). DP menjadi kerangka dasar setiap kegiatan Kepolisian, termasuk pendidikan polisi [juga Akpol] sejak Reformasi Kepolisian RI digulirkan. Empat norma utama DP, sesuai dengan konsensus yang ada secara luas, yakni : melayani warga dan kelompok, pertanggungjawaban hukum; transparansi dalam kegiatan, dan perlindungan hak asasi manusia (Bayley, 2001). DP tidak dapat efektif kecuali struktur, kebijakan, budaya, nilainilai dan karakter kepemimpinan organisasi, mendukung dan memperkuat kegiatan tersebut.

Democratic Policing Pelaksanaan DP membutuhkan kritik dan informasi eksternal, refleksi diri, analisis dan evaluasi praktek, dan kapasitas untuk beradaptasi dengan perubahan keadaan. DP bukan model yang dapat ditransfer secara mekanis. DP menuntut perubahan mendasar di seluruh bidang (strukturalinstrumental-kultural) Perubahan pemolisian melalui pendidikan dan pelatihan sebagai metode transformasi nilai-nilai (kultural) dan perilaku anggota polisi yang didukung secara struktural dan instrmental. Pendidikan (tingkat awal maupun bagian dari pendidikan berkelanjutan) dipandang sebagai aspek penting dari sosialisasi profesionalisme yang memadai di beberapa pekerjaan. Dalam pendidikan Kepolisian, telah ada upaya untuk membangun kurikulum pelatihan berbasis Democratic Policing

Democratic Policing dan Democratic Learning Pendidikan bertujuan untuk mempengaruhi sikap siswa sebagai cara untuk mempengaruhi keterampilan dan perilaku mereka. Asumsi jalur kasual perubahan pengetahuan dan sikap merupakan langkah menuju perubahan perilaku atau lebih umum dalam perubahan perilaku profesional. Diperlukan sebuah tinjauan kritis sistematis dalam mempromosikan pendidikan sebagai cara terbaik untuk menstranfer nilai-nilai dan prinsip-prinsip Democratic Policing sebagai nilai baru yang efektif untuk nilai-nilai demokrasi (DP). Mendidik dan melatih polisi dengan menerapkan nilai, prinsip DP berarti menggantikan [sebagian] teori-teori pelatihan sebelumnya, dalam lingkungan belajar interaktif dimana instruktur [pengajar] dan siswa[taruna] saling membangun fenomena seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari Pendekatan andragogy lawan pedagogi tradisional, jika dikaitkan dengan konteks demokrasi, disebut Democratic Learning.

Democratic Learning Penyelenggaraan in-service training, seminar regional, lokakarya, dan saluran komunikasi yang selalu terbuka Simulasi peristiwa kehidupan nyata di kelas serta program lapangan untuk menunjukkan kepada mereka apa yang sedang terjadi dalam pemolisian secara nyata. Fokus materi seharusnya tidak perlu banyak (pola-pola khas), dan bukan pula tentang bagaimana mengajar atau melatih, tetapi pada bagaimana dan mengapa siswa perlu belajar nilai-nilai demokrasi. Dalam DL, semua pihak, pendidik profesional, mahasiswa, dan anggota lain dari masyarakat, juga memiliki hak untuk terlibat dalam perencanaan kolaboratif, keputusan yang berdasar aspirasi, perhatian dan kepentingan semua pemangku kepentingan. Wujud penghormatan hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Instruktur dalam Democratic Learning Memfasilitasi/mempromosikan dinamika kelompok, lingkungan belajar yang aman, bebas dari tekanan, pembagian otoritas, kondisi saling ketergantungan, memaksimalkan potensi untuk kreativitas, mendorong eksplorasi dari berbagai perspektif, menghargai pengalaman, dan membantu siswa mengembangkan sistem pendukung dalam kelompok mereka. Memperhatikan apa yang diharapkan dari siswa, menganggap serius kegiatan belajar yang diidentifikasi oleh lembaga pendidikan yang direkomendasikan oleh siswa, dan hal ini juga diperkuat dalam literatur sebagai dukungan teoritis. Memberikan pengalaman belajar mereka kepada para siswa secara transformasional namun tidak bertujuan mengubah perspektif mereka bahkan mendorong pemberdayaan pribadi. Menggunakan karakteristik untuk mengembangkan komunitas belajar sebagai kerangka kerja, bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan komunitas belajar dan pemodelan pembelajaran masyarakat.

Bagaimana di Akpol? Akpol adalah lembaga pendidikan Kepolisian untuk menghasilkan perwira polri yang bermoral, profesional, cerdas, dan modern, yang diharapkan dapat membawa perubahan mendasar dalam konteks regenerasi kepolisian. Proses regenerasi kepolisian harus dikawal sejak dari proses pendidikan pembentukan sehingga karakter perwira kepolisian yang ideal dapat terbentuk sesuai profil perwira kepolisian yang memiliki kemampuan dalam aspek afektif, kognitif dan psiko motorik (sikap perilaku). Akpol membangun sistem pendidikan melalui aspek kegiatan pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan. Kegiatan pengasuhan diarahkan pada pembentukan sikap dan perilaku yang meliputi usaha pemberian bimbingan dan pembinaan dalam rangka menanamkan dan memantapkan perangkat nilai-nilai dasar yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945 serta Etika Profesi Kepolisian. Pengasuhan diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik dengan Gadikan pada satu lingkungan belajar untuk membentuk sikap, mental, moral, dan perilaku terpuji.

Sasaran Pengasuhan 1. Tercapainya perubahan mental dari kehidupan sipil, pembentukan, penanaman nilai-nilai dasar dalam melaksanakan tugas, pembulatan, pematangan, dan pendewasaan sikap dan perilaku sebagai insan Bhayangkara yang profesional. 2. Tercapainya kemampuan akademis yang dapat menerapkan dan mengembangkan Ilmu Kepolisian serta kemampuan memecahkan permasalahan. 3. Tercapainya keterampilan taktik dan teknis Kepolisian dalam rangka menghadapi setiap bentuk gangguan kamtibmas yang berkembang ditengah-tengah masyarakat. 4. Tercapainya kesemaptaan fisik dan keterampilan olahraga yang memadai dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas, baik selama menjadi Taruna maupun Perwira Polri.

Peran Pengasuhan Dalam Akpol Peran pengasuhan sangatlah penting dan menentukan. Materi pelajaran yang diperoleh siswa [taruna] melalui kegiatan pengajaran harus dapat dicerna dan dituangkan ke dalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai DP yang dibimbing dalam pengasuhan. Sementara itu, pelatihan menjadi wadah try-out yang juga dibawah bimbingan dan pemantauan pengasuhan. Masalah yang kemudian perlu dibahas adalah siapakah aktor pengasuhan tersebut?, akankah Instruktur bersedia dan mampu untuk memfasilitasi/ mempromosikan dinamika kelompok, lingkungan aman, bebas tekanan, pembagian otoritas, kondisi saling ketergantungan, memaksimalkan potensi untuk kreativitas, mendorong eksplorasi dari berbagai perspektif?

Peran Pengasuhan Dalam Akpol Apakah Instruktur dari DL ini juga sudah menghayati prinsipprinsip dan nilai-nilai Democratic Policing yang merupakan payung dari berlangsungnya pendidikan polisi di Akademi Kepolisian ini? Mengacu pada sasaran dan tujuan pengasuhan maka kegiatan pengasuhan berpotensi (atau sudah dilakukan?) untuk menjadi kegiatan DL Mengingat para pengasuh adalah perwira senior Polri aktif serta sebagian adalah purna-tugas, diasumsikan karier kepolisian pengasuh sudah cukup panjang dan mengalami dua periode pemolisian pra-dl dan era DL. Pengasuh dapat memberi contoh dan pengalaman dalam era dan gaya yang berbeda kepada para siswa [taruna] nya.

Penerapan DL di Akpol Di lembaga pendidikan DL, prinsip-prinsip demokrasi yang diterapkan, antara lain : 1) Pengembangan personal atau pribadi; 2) Pemecahan masalah; 3) Pengambilan keputusan, dan 4) Keterlibatan masyarakat atau komunitas. Keterlibatan masyarakat atau komunitas (butir 4), tidak hanya sebagai obyek pendidikan (sebagai ajang praktek DL) tetapi juga sebagai subyek pendidikan yang mempunyai akses bagi aspirasi mereka tentang pendidikan polisi (sebagai stakeholder). Lalu bagaimana Akpol merespon? Akpol memiliki otoritas hirarkis sendiri, pengembangan program pendidikan yang tidak terlepas dari inti (core) pendidikan polisi, dan seterusnya. Sementara di sisi lain, akses pada aspirasi masyarakat tersebut dalam perkembangannya dapat menjadi wujud pengakuan masyarakat tentang peran Akpol dalam mempromosikan pendidikan polisi untuk prinsip-prinsip demokrasi, tujuan kewarganegaraan, termasuk desentralisasi kebijakan pendidikan, transparansi dalam pengambilan keputusan, dan akuntabilitas semua aktor pendidikan

Skema Pemikiran Pendidikan Akpol Melalui DL

Penutup Lembaga pendidikan polisi seperti Akpol tentunya memiliki kurikulum inti [core curicullum] yang tidak dapat dirubah terkait dengan pendidikan calon polisi yang harus memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan Tupoksi Kepolisian Negara Republik Indonesia, yakni sebagai memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai wadah pendidikan polisi, terkait pula dengan metode Democratic Learning, Akpol dimungkinkan untuk tempat berlatih para siswa [taruna] untuk menerapkan materi pengajarannya (mungkin dalam kegiatan pelatihan) dalam konteks Democratic Policing. Dalam kondisi seperti ini, Akpol dapat berwujud sebagai Democratic Micro Communities.

Penutup Muatan Democratic Learning yang harus diterapkan dalam pendidikan Akpol (khususnya dalam kegiatan Pengasuhan) antara lain adalah : (1) memperkuat kapasitas individu dan kolektif untuk menerima perubahan; (2) pendistribusan hak dan tanggung jawab secara horizontal; (3) menawarkan beberapa kesempatan untuk belajar dan pertumbhan pribadi; (4) mengembangkan kerjasama dan kemitraan dengan sektor yang terkait; melakukan magang di tengah-tengah masyarakat; (5) mempromosikan inklusi dan kohesi sosial dengan (6) memastikan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung seluruh jalannya pendidikan. Para Pengasuh diharapkan dapat memberikan bimbingan, pembinaan dan pendampingan kepada siswa [taruna] sehingga menjamin hal-hal yang tertulis di butir 3 dapat terealisasi.

Penutup Semua butir di atas dapat terlaksana jika kebijakan-kebijakan lembaga pendidikan itu sendiri (Akpol) dari aspek Struktural, Instrumental dan Kultural mendukung terselenggaranya Democratic Learning beserta konsekuensinya. Sementara itu, ditingkat yang lebih tinggi, Kebijakan Pimpinan Polri, secara Struktural, Instrumental dan Kultural mendukung terselenggaranya Democratic Learning beserta konsekuensinya di lembaga pendidikan tersebut (Akpol).

Penutup TERIMAKASIH SEMOGA BERMANFAAT