Persutujuan Pembimbing. Jurnal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA USIA DEWASA DI RS HAJI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

Kata Kunci : Kolesterol, Merokok, Penyakit Jantung Koroner.

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Pada Pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo) Tahun 2016

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tersendiri bagi kesehatan jantung (Suharjo, 2009). Salah satunya adalah IMA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PENYAKIT JANTUNG CORONER

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (HB) atau

Transkripsi:

Persutujuan Pembimbing Jurnal HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI KLINIK JANTUNG DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Oleh STELLI MAKALEW (NIM. 841410058, Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo) Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI KLINIK JANTUNG DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Stelli Makalew, Zuhriana K. Yusuf, Nasrun Pakaya Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email : stellimakalew@rocketmail.com ABSTRAK Stelli Makalew. 2014. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUD. Prof. DR. H. Aloei Saboe. Skripsi, Program Studi Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ibu dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II Bapak Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns, M.Kep. Daftar Pustaka : 22 (2002-2012). Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung. Metode penelitian menggunakan survey analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Populasi pada penelitian adalah seluruh pasien penyakit jantung koroner yang berobat di Poli Klinik Jantung RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 responden dengan menggunakan tehnik pengambilan sampel Purposive sampling. Untuk analisa penelitian menggunakan Uji Fisher s exact test. Berdasarkan hasil penelitian perilaku merokok yang dialami responden penderita PJK terbagi menjadi 2 kategori yaitu: Perokok berat 29 orang (72,5%), dan perokok ringan 11 orang (27,5%). Sedangkan kejadian penyakit jantung koroner didapatkan 30 responden (75,0%) yang memiliki kejadian penyakit jantung koroner. Maka hasil penelitian adalah terdapat hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner di poliklinik jantung RSUD. Prof. DR. H. Aloei Saboe dengan nilai p value = 0,002 (P < 0,05 ; α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUD. Prof. DR. H. Aloei Saboe. Disarankan agar dapat meningkatkan edukasi masalah kesehatan jantung pada pasien khususnya penderita penyakit jantung koroner. Kata Kunci : Perilaku, Merokok, Penyakit Jantung Koroner 1 1 Stelli Makalew, 841410058, Jurusan Ilmu Keperawatan UNG, dr. Zuhriana K. Yusuf M.Kes, Ns.Nasrun Pakaya S.Kep M.Kep

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner yaitu pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 2008). Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding srteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner (Citrakesumasari, 2008) Salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya penyakit jantung koroner adalah merokok. Orang yang merokok > 20 batang per hari dapat menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat inhalasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi Hb. Di Amerika, penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20.000 40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita penyakit jantung koroner (Citrakesumasari, 2008). Berdasarkan Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (WHF) bahwa jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. WHO memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal di seluruh dunia pada tahun 2002 akibat penyakit jantung koroner. Angka ini di perkirakan meningkat hingga 11 juta di tahun 2020 (Nurhaedar Jafar, 2010). Di negara berkembang sendiri dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137% pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu didunia (Martini K, 2006: 22). Di wilayah Gorontalo, berdasarkan data dari Poli Klinik Jantung RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tahun 2013 penderita jantung koroner rawat jalan 3 bulan terakhir berjumlah 92 penderita. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Maret 2014 di Poli Klinik Jantung RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe, 2 penderita pria PJK yang di wawancara dan di observasi keduanya sering merokok sebanyak 6 7 batang per hari. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani Umar di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 2009 terdapat pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner. Pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner yang hasilnya adalah (42,5%). Rumah sakit adalah merupakan salah satu sarana kesehatan yang sangat penting dalam menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Secara khusus, gambaran tentang tempat lokasi penelitian yang dilakukan yaitu di

ruangan poliklinik khususnya di poli klinik jantung. Pada tahun 2012 data menunjukkan bahwa dari jumlah jenis pasien rawat jalan yang masuk di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo terdapat 28.295 pasien (57,30%) dari Kota Gorontalo, dan 19,759 pasien (40,01%) dari wilayah Kota Gorontalo yang tersebar di beberapa Kabupaten yang ada di Provinsi Gorontalo. Sedangkan 1.330 pasien (2,69%) dari luar provinsi gorontalo. Dari hal hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Apakah Ada Hubungan Antara Perilaku Merokok Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Metode Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dan waktu penelitian yaitu mulai tanggal 17 Maret sampai 17 April 2014. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian survey analitik dengan menggunakan metode Cross Sectional Study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari tentang hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Variabel Penelitian Variabel independent dalam penelitian ini adalah perilaku merokok dan Variabel dependent dalam penelitian ini adalah angka kejadian penyakit jantung koroner. Populasi dan Sampel Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien penyakit jantung koroner yang berobat di Poli Klinik Jantung RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dan sampel pada penelitian ini berjumlah 40 responden dengan tehnik pengambilan sampel porposive sampling yaitu yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Analisa Data Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variable independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variable independen dan variable dependen dengan menggunakan analisis uji Fisher s Exact Test.

Hasil 1. Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan kelompok umur Kelompok Umur Jumlah N % 30-40 tahun 4 10 41-50 tahun 9 22,5 51-60 tahun 13 32,5 61-70 tahun 7 17,5 71-80 tahun 7 17,5 Total 40 100% Sumber : Data Primer April 2014 Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan data bahwa responden dengan umur 30-40 tahun berjumlah 4 responden (10%), 41-50 tahun berjumlah 9 responden (22,5%), 51-60 tahun berjumlah 13 responden (32,5%), umur 61-70 tahun berjumlah 7 responden (17,5%), dan umur 71-80 tahun berjumlah 7 responden (17,5%). 2. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan Jumlah Pekerjaan N % Pensiunan 1 2,5 Petani 2 5 PNS 9 22,5 Tidak Bekerja 6 15 Wiraswasta 22 55 Total 40 100% Sumber : Data Primer April 2014 Dari tabel 4.2 didapatkan bahwa jumlah responden untuk pekerjaan pensiunan berjumlah 1 orang (2,5%), petani berjumlah 2 orang (5%), PNS berjumlah 9 orang (22,5%), tidak bekerja berjumlah 6 orang (15%), dan Wiraswasta berjumlah 22 orang (55%).

3. Karakteristik responden berdasrakan perilaku Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan perilaku Perilaku Jumlah N % Perokok Ringan 11 27,5 Perokok Berat 29 72,5 Total 40 100% Sumber : Data Primer April 2014 Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis maka didapatkan bahwa hasil responden terdapat 11 responden (27,5%) memiliki riwayat perokok ringan dan terdapat 29 responden (72,5%) yang memiliki riwayat perokok berat. 4. Karakteristik responden berdasarakan Kejadian PJK di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo kejadian acne vulgaris Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarakan Kejadian PJK di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Kejadian PJK Jumlah N % Jantung 30 75 Koroner Tidak Jantung Koroner 10 25 Total 40 100% Sumber : Data Primer April 2014 Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa terdapat 30 responden (75%) yang memiliki kejadian penyakit jantung koroner dan terdapat 10 responden (25%) yang tidak memiliki kejadian penyakit jantung koroner. Responden yang tidak jantung koroner memiliki penyakit hipertensi.

5. Hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung korner Tabel 4.5 Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Perilaku Merokok Kejadian PJK Total P Value Ya Tidak Jumlah n % n % N % 0,002 Perokok Ringan 4 10% 7 17,5% 11 27,5% Perokok Berat 26 65% 3 7,5% 29 72,5% Total 30 75% 10 25% 40 100% Sumber : Data Primer April 2014 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa responden dengan kategori perokok ringan yang memiliki penyakit jantung koroner sebanyak 4 orang (10%), dan responden dengan kategori perokok berat yang memiliki penyakit jantung koroner sebanyak 26 orang (65%). Sedangkan responden yang tidak memiliki penyakit jantung koroner untuk kategori perokok ringan sebayak 7 orang (17,5%), dan responden yang tidak memiliki penyakit jantung koroner untuk kategori perokok berat sebanyak 3 orang (7,5%). Dari hasil uji Fisher s Exact Test diperoleh nilai p = 0,002 (<0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bemakna antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. Pembahasan Perilaku merokok di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar dari jumlah 40 responden terdapat 29 responden (72,5%) yang perokok berat dan terdapat 11 responden (27,5%) yang perokok ringan. Menurut asumsi peneliti tingginya responden yang perokok berat di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo disebabkan karena sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan memiliki riwayat perokok terdahulu sehingga perilaku merokok tersebut masih terbawa sampai sekarang. Rokok memiliki nilai tinggi dalam kegiatan sosial dan membuat laki-laki memiliki dimensi perasaan ketergantungan yang tinggi kepada rokok. Hal inilah yang menyebabkan perokok tidak mudah untuk menghilangkan kebiasaan merokok. Bagian terpenting dari rokok sendiri adalah jumlah batang yang dihisap bukan lamanya seseorang merokok. Insiden infark miocard dan kematian akibat PJK meningkat sesuai dengan jumlah rokok yang dihisap. Seorang pria yang merokok 6-9 batang sehari dapat beresiko 2x terhadap serangan jantung. Dalam hal ini responden pemnderita PJK merupakan perokok berat (>6-12 btg/hari). Hal ini didukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani Umar 2009 mengenai pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner yang hasilnya adalah 42,5%.

Kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa responden dengan umur yang paling banyak yaitu 51-60 tahun berjumlah 13 responden (32,5%), dan dari hasil kejadian penyakit jantung koroner didapatkan 30 responden (75,0%) yang memiliki kejadian penyakit jantung koroner dan 10 responden (25,0%) yang tidak memiliki kejadian penyakit jantung koroner. Menurut asumsi peneliti tingginya kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo karena tingginya responden yang perokok berat sehingga kejadian penyakit jantung koroner juga ikut meninggi, ini dikarenakan di asap rokok mengandung sekotar 0,5% - 3% nikotin dan apabila dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50mg/ml darah. Akibatnya nikotin dapat mengganggu kinerja jantung karena membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, dan juga dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah sehingga mengakibatkan penyakit jantung koroner. Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki perokok 10x lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4.5x lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 0 2 akibat in`halasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas, makin banyak jumlah rokok yang di hirup, kadar HDL kolesterol makin menurun (Hawari, 2007). Hal ini didasarkan oleh adanya rasa tidak nyaman atau rasa sesak didada, gejala seperti ini dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar ke leher, dagu dan tangan. Rasa nyeri timbul karena jantung kekurangan darah dan supply oksigen. Faktor resiko juga dapat menjadi alasan terjadinya penyakit jantung koroner. salah satu faktor penyakit jantung koroner adalah merokok (1 pak atau lebih dalam sehari). Hal ini didukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani Umar 2009 mengenai pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner yang hasilnya adalah 42,5%. Hubungan perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner Berdasarkan hasil penelitian analisis data bivariat pada tabel 4.5 menunjukkan hasil dari total 40 responden, terdapat 4 responden (10%) yang memiliki penyakit jantung koroner dengan kategori perokok ringan dan yang memiliki penyakit jantung koroner dengan kategori perokok berat sebanyak 26 orang (65%). Sedangkan responden yang tidak memiliki penyakit jantung koroner untuk kategori perokok ringan sebanyak 7 orang (17,5%) dan responden yang tidak memiliki penyakit jantung koroner untuk kategori perokok berat sebanyak 3 orang (7,5%).

Dari hasil uji statistic Fisher s Exact Test diperoleh nilai 0,002 (p<0,05) untuk taraf signifikan α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. Menurut asumsi peneliti, pada tabel 4.5 sebagian responden yang memiliki penyakit jantung koroner dengan kategori perokok ringan 4 responden (10,0%) menunjukkan bahwa perokok ringan tetap ada kejadian penyakit jantung koroner karena responden memiliki riwayat penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan tinggi di dalam arteri (pembuluh nadi) akan merusak dindingya dan merangsang timbulnya aterosklerosis atau ateroma. Jantung juga akan bekerja lebih keras untuk memompa darah yang bertekanan tinggi tanpa suplai O 2 yang mencukupi, hal tersebut mengakibatkan kemungkinan seseorang terkena angina atau serangan jantung. Adanya hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner dikarenakan asap rokok mengandung sekitar 0,5% sampai 3% nikotin dan apabila dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50mg/ml darah. Akibatnya, nikotin dapat mengganggu kinerja jantung karena membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari pembuluh darah dan menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah. Nikotin dalam rokok juga dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung (Sani, 2006). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko PJK secara signifikan 3 kali lebih besar pada orang yang merokok. Sebagaimana diketahui bahwa rokok mengandung tar yang cukup tinggi, semakin lama seseorang merokok semakin besar kemungkinan menderita PJK, dan semakin lama pula orang terpapar oleh asap rokok yang akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang terpapar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani Umar (2009) yang berjudul pengaruh perilaku merokok dengan pasien rawat jalan penyakit jantung koroner yang lebih banyak berjenis kelamin laki-laki di Universitas Hasanuddin Makassar. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disumpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perilaku merokok yang dialami responden penderita PJK terbagi menjadi 2 kategori yaitu: Perokok berat 29 orang (72,5%), dan Perokok Ringan 11 orang (27,5%). 2. Kejadian penyakit jantung koroner didapatkan 30 responden (75,0%) yang memiliki kejadian penyakit jantung koroner dan 10 responden (25,0%) yang tidak memiliki kejadian penyakit jantung koroner.. 3. Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,002) antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Saran 1. Bagi institusi rumah sakit, hendaknya memberikan edukasi masalah kesehatan jantung pada pasien khususnya penderita penyakit jantung koroner. 2. Bagi pihak rumah sakit, dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pembinaan terhadap kesehatan khususnya dalam pembinaan pasien terhadap perilaku merokok. 3. Untuk peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner agar memperhatikan faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ridwan, M. 2012. Mengenal Jantung Koroner. Jawa Tengah: Widyamara Pustaka. Umar, Fitriani 2009. Perilaku Merokok Dan Lingkungan Pemukiman Pasien Rawar Jalan Penyakit Jantung Koroner Di Makassar. Skripsi, Program Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Makassar. Subanada, M 2004. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok. Skripsi, Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Pekanbaru. Citrakesumasari. 2008. Faktor Resiko Lingkungan Dan Perilaku Sebagai Indikator PJK Pada Masyarakat. Universitas Hassanudin, Makassar. Anwar, T 2004. Jenis-jenis Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Martini, I 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta. Gramedia. Kasron. 2012. Kelainan Penyakit Jantung Koroner. Yogyakarta: Nuha Medika. Purwohudoyo. 2009. Penyebab Jantung Koroner. Skripsi, Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta. Hidayat, A. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Purwanityas dan Niniek. 2008. Merokok dan Pencegahannya. Bandung: Andi Offset. Mu tadin, S 2002. Penggunaan Rokok Bagi Kesehatan. KTI, Fakultas Kedokteran Universitas Yogyakarta. Nasution. 2007. Merokok Tidak Baik Untuk Kesehatan. Jakarta: AgroMedia. Edwin, G 2006. Perilaku Sikap dan Kebiasaan Merokok. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jawa Timur. Rilantono, 2008. Bahaya dan Akibat Merokok Bagi Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Purwatidiastuti, 2009. Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Jantung Koroner. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Kedokteran, Malang. Aula, S 2010. Apa itu Rokok dan Cara Penanganannya. Malang: Bayu Offset. http://www.google.com/rokok_dan_cara_penanganannya : Pengertian Rokok Menurut Para Ahli. Indri Kemala Nasution, 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. (http://library.usu.ac.id:8080) diakses pada 20 juli 2008). Kusmana, D 2007. Rokok & Kesehatan Jantung. (http://www.google.com/kardiovaskuler.com.php?id312). Suryono, 2008. Kesehatan Jantung. Yogyakarta: Fitramaya. Pujiastuti, Sarah. 2011. Cara Mudah Mencegah dan Mengatasi Jantung. Bogor: Bee Media Pustaka.