KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN Jurnal Exacta, Vol. VI No. 2 Desember 2008

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

KEANEKARAGAMAN ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN BERDASARKAN SEX RASIO ODONATA DEWASA DAN PANJANG TUBUH (INSTAR) NIMFA ODONATA

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT. Oleh Irwandi Ansori

ABSTRAK KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies)

KEPADATAN NIMFA CAPUNG (ODONATA) PADA PERTANAMAN PADI SAWAH DI KANAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT

Inventarisasi Jenis Capung (Odonata) Pada Areal Persawahan Di Desa Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak

Oleh Nuri Gustia, Jasmi, dan Putri Pratiwi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

SURVEI ODONATA DI KAWASAN BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. 1. Bapak Dr. Anthony Agustien selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Andalas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS CAPUNG (ORDO : ODONATA) DI KEBUN RAYA BOGOR SITI NURUL INDAH HIDAYAH

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

DAUR HIDUP HEWAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD. Disusun oleh: Taufik Ariyanto /

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

MATERI DAN METODE. Alat yang digunakan adalah jaring serangga ( insect net), jaring serangga

Fokus Lahan Basah Eksploitasi Satwa Liar di Perairan Hulu Mahakam 3. Konservasi Lahan Basah Potensi Ekowisata Mangrove Pesisir Sawah Luhur 4

INVENTARISASI CAPUNG (INSECTA: ODONATA) DAN VARIASI HABITATNYA DI RESORT TEGAL BUNDER DAN TELUK TERIMA TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

STUDI KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS BATU-MALANG DAN SUMBER BELAJAR BIOLOGI

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut.

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

SKRIPSI KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) DI KAMPUS UIN SUSKARIAU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Inventarisasi Keanekaan Anggota Ordo Odonata di Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Sekitarnya Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

STUDI KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS BATU-MALANG DAN SUMBER BELAJAR BIOLOGI SKRIPSI

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

JENIS DAN KEPADATAN POPULASI SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI SAWAH FASE VEGETATIF DI DESA TALAWAAN KECAMATAN TALAWAAN KABUPATEN MINAHASA UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

Struktur Komunitas Capung di Kawasan Wisata Curug Lawe Benowo Ungaran Barat

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Keanekaragaman Jenis imago capung di Telaga Madirda (TM) lebih

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Keragaman Iklim

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT Irwandi Ansori Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRACT The research of Nymph Odonata diversity (dragonflies) was conducted in four paddy field location in Bandung, that s Antapani, Cigadung, Dago Pakar and Dago Pojok. The Objective of study were to indentify nymphs Odonata species. Nymph were caught by sieve of the size of Ø 30 cm. The sample were done taken Paddy growth. The nymph Odonata which has been successfully identified consist of 3 species, that is: Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Libellulidae), and Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae). The result of this research showed that nynmphs Crocothemis servilia (Libellulidae) and Orthetrum sabina (Libellulidae) were dominant species in four reseach location. The Dago Pojok paddy field has the highest diversity index of an nimph. Highest similarity index of nymph odonata showed in Antapani paddy field. Key words : Odonata diversity, bandung PENDAHULUAN Capung (Odonata) banyak dijumpai di ekosistem persawahan (Shepard et al, 1992), sehingga memiliki peranan penting pada ekosistem tersebut. Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi, seperti: penggerek batang padi (Chilo sp), wereng coklat ( Nilaparvata lugens), dan walang sangit (Laptocorisa acuta) (Borror et al., 1992; Shepard et al, 1992). Selain itu, capung dapat dijadikan sebagai indikator kualitas ekosistem (Jhon, 2001). Hal ini dikarenakan capung memiliki 2 habitat : air dan udara. Odonata dewasa betina dalam melakukan oviposisi memilih habitat perairan yang jernih dan bersih, serta nimfa rentan terhadap kualitas air terpolusi (Borror et al., 1992; Jhon, 2001). Odonata adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai besar dan seringkali berwarna menarik. Serangga ini menggunakan sebagian besar hidupnya untuk terbang. Capung juga memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap, dan memiliki pembuluh darah jala. Selain itu capung juga memiliki antenna pendek yang berbentuk rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata majemuk yang besar, abdomen panjang dan langsing (Boror et al., 1992). Habitat capung menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga

ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenis capung, umumnya merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit (Wikipedia Indonesia, 2006). Capung (Odonata) juga memiliki karakter yang istimewa yaitu dapat melakukan perkawinan di udara dalam berbagai cara. Sebelum kawin, serangga jantan akan membengkokkan perutnya ke arah depan dan menyalurkan spermatozoa ke dalam organ seperti kantung kemih pada sternite kedua dari perut. Dalam perkawinan, serangga jantan menggunakan terminal classper yang dimillikinya untuk memegang serangga betina pada daerah sekitar leher, serangga betina kemudian akan membengkokkan perutnya ke arah depan menuju ke sternite kedua dari perut serangga jantan, yang merupakan tempat terjadinya transfer spermatozoa ke tubuh betina yang sebenarnya. Mekanisme ini tidak ditemukan pada serangga ordo lain (Borror et al., 2002). Betina akan meletakkan telurnya pada pada tumbuhan yang berada di air. Beberapa jenis Odonata menyukai air yang menggenang untuk menaruh telurnya, beberapa jenis yang lainnya menyukai air yang agak deras. Telur tersebut akan menetas menjadi nimfa melalui prose metamorfosis tidak sempurna. Nimfa merupakan makhluk kecil yang diperkirakan terdiri dari 10-13 instar (Paulson, 2004). Nimfa memiliki bentuk tubuh yang berbeda dengan bentuk dewasanya, yaitu mempunyai sepasang mata yang besar, kaki yang berkembang dengan baik dan bagian mulut yang dipergunakan untuk menangkap dan mengigit mangsanya. Nimfa tersebut akan matang dalam waktu satu tahun. Pada spesies yang lebih besar, perkembangan dapat mencapai waktu dua sampai empat tahun. Ketika telah mencapai titik tumbuh maksimal, nimfa akan merayap menuju kepermukaan air dan menempel pada sebuah tongkat, batang, atau objek lainnya untuk melakukan pergantian kulit yang terakhir. Serangga dewasa yang baru terbentuk ini akan mengalami pengerasan dan pewarnaan kulit dalam waktu yang relatif lambat, beberapa spesies memerlukan waktu satu sampai dua hari untuk melakukan proses ini (Borror et al., 1992). Nimfa Odonata semuannya adalah akuatik (Corbet, 1995), terutama hidup pada kolam, danau atau hulu sungai dan makan berbagai macam organisme akuatik yang kecil. Biasanya mereka tinggal menunggu korban-korban mereka, yang lainnya tinggal pada tumbuhan atau ada di dalam lumpur. Nimfa memiliki mulut tipe pengunyah, dengan pemanjangan dan sebuah engsel untuk membentuk suatu organ penangkap yang kuat untuk membunuh mangsanya. Selain itu nimfa juga mempunyai kaki yang kuat, dan insang yang bergerigi di dalam rektum. Nimfa-nimfa ini berenang karena goyangan tubuhnya, dan insang yang berfungsi seperti ekor

ikan. Nimfa capung bernapas dengan cara menarik air ke dalam rektum melalui dubur dan kemudian membuangnya (Borror et al., 1992). Beberapa penelitian mengenai Odonata telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian mengenai keanekaragaman Odonata dan hubungannya dengan ekosistem dan penggunaan lahan di Semenanjung Utara Malaysia (Siregar et al., 2004), juga penelitian kehadiran nimfa Odonata di berbagai habitat persawahan Ahmad (1982). Penelitian tersebut lebih menekankan pada faktor lingkungan yang mempengaruhi populasi Odonata. Beberapa aspek lain, seperti hubungan populasi Odonata dengan fenologi padi (perkembangan tanaman) belum banyak dikaji. Populasi Odonata juga dipengaruhi oleh faktor abiotik dalam perkembangan hidupannya, seperti penggunaan insektisida. Insektisida yang digunakan secara tidak langsung dapat berdampak pada populasi Odonata. Hal ini telah dilaporkan Kobayashi (1961), dalam Asahina et al., 1970; dalam Ahmad 1982, yang menyatakan bahwa Odonata merupakan salah satu predator insekta yang mengalami kerugian hebat akibat penggunaan insektisida terhadap penggerek batang padi. Asahina et al., 1970 dalam Ahmad 1982 juga melaporkan bahwa akibat penggunaan insektisida terhadap penggerek batang padi yang dilakukan tahun 1955-1959 di Jepang, mengakibatkan populasi Odonata mengalami penurunan yang drastis. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian mengenai dinamika populasi Odonata dan hubungannya dengan fenologi padi, dengan penekanan pada inventarisasi spesies Odonata. Kajian dilakukan di areal persawahan sekitar Bandung. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan observasi pendahuluan yang menunjukkan bahwa banyak petani yang menggunakan insektisida untuk mengendalikan hama padi. Deltamethrin (Decis) adalah insektisida yang banyak digunakan, dan merupakan insektisida yang sangat beracun terhadap ikan-ikan kecil yang berada di ekosistem persawahan. penelitian ini diharapkan dapat mengetahui keanekaragaman spesies nimfa oodonata di persawahan sekitar Bandung. Kajian ini juga diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang dinamika populadi nimfa Odonata METODOLOGI PENELITIAN 1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal persawahan sekitar Bandung, yang meliputi wilayah Dago Pakar, Dago Pojok, Cigadung dan Antapani (Gambar III.1). Daerah Antapani merupakan daerah yang paling rendah dibanding daerah penelitan lainnya (Antapani 690 m dpl, Cigadung 710 m dpl, Dago pojok 890 m dpl dan Dago Pakar 910 m dpl). Selain itu

persawahan yang dipilih adalah persawahan yang memiliki pengairan yang baik. serta luas area sekitar 1000 m². Pengamatan kelimpahan populasi Odonata dihubungkan dengan fenologi padi, mulai dari fase vegetatif (F.Vg), fase primordia (F.Pr), f ase buting (F.Bt), Perkembangan malai dan bunga (P.M.B), fase masak susu (F.Ms), fase masak penuh (F.Mp), masak panen (M.P). 2. Fluktuasi Kelimpahan Nimfa Odonata (didaerah akuatis) Penangkapan nimfa dilakukan dengan suatu alat berupa saringan santan dengan Ø 30 cm (Gambar 1). Alat tersebut dimasukkan kedalam air sawah, digerakan sedemikian rupa sehingga dapat menangkap nimfa Odonata. Bentuk maupun fungsi alat tersebut mirip dengan alat yang dipergunakan oleh Mundie (1956, dalam Soutwood, 1971; dalam Ahmad, 1982) untuk pengambilan contoh organisme bentos. Gambar 1. Saringan santan alat yang digunakan untuk menangkap nimfa capung Dari setiap Lokasi penelitian dilakukan 30 kali cidukan secara acak. Nimfa Odonata yang tertangkap dimasukkan kedalam botol-botol plastik dengan alkohol 70% sebagai zat pengawet, kemudian di identifikasi di laboratorium Entomologi SITH ITB. Identifikasi dilakukan sampai dengan tingkat spesies. Nimfa Odonata yang tertangkap diukur panjang tubuhnya dengan menggunakan jangka sorong (tingkat ketelitian 0,02 mm), penghitungan jumlah populasinya, serta penentuan spesies dominan. Untuk mengetahui keanekaragaman dan kemerataan spesies Odonata di masing-masing kawasan persawahan, maka digunakan rumus indeks keanekaragaman dan kemerataan yang sesuai dengan perhitungan pada fluktuasi kelimpahan Odonata dewasa. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi nimfa Odonata

Nimfa Odonata yang berhasil diidentifikasi dari empat lokasi penelitian, yaitu Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Libellulidae) dan Anaciaeshnaa jaspidea (Aeshnidae) (Gambar 2). Ciri utama dari masing-masing spesies nimfa capung, yaitu : nympha Orthetrum sabina memiliki dorsal spinal pada abdomennya dan memiliki sersi lebih pendek setengah dari panjang paraprocts. Nimfa Crocothemis servilia tidak memiliki dorsal spinal pada abdomennya, sedangkan nympha Anaciaeshna jaspidea mempunyai ukuran tubuh yang besar, memiliki lateral spinal pada abdomennya dan sersi memiliki panjang dua pertiga dari panjang paraproct. Nimfa Crocothemis servilia Nimfa Orthethrum sabina Nimfa Anaciaeshna jaspidea Gambar 2. Jenis-jenis nimfa Odonata pada empat areal persawahan 2. Dinamika populasi nimfa capung di empat kawasan persawahan Total hasil tangkapan nimfa capung yang diperoleh dari empat lokasi penelitian adalah 585 individu yang terdiri dari 2 famili (Libellulidae dan Aeshnidae), yang terdiri dari 3 spesies (Crocothemis servilia, Orthetrum sabina dan Anaciaeshna jaspidea). Famili Libellulidae

merupakan famili nimfa Odonata yang terbanyak ditemukan di empat lokasi penelitian dengan jumlah total individu 567 (tabel 1). Tabel 1. Populasi nimfa Odonata pada empat lokasi penelitian Lokasi penelitian Orthethrum sabina (Libellulidae) Jumlah individu Crocothemis servilia (Libellulidae) Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae) Antapani 55 43 Cigadung 36 104 Dago Pakar 59 161 Dago Pojok 48 61 18 Jumlah 198 369 18 Hasil kajian diatas sesuai dengan hasil penelitian Bambaradeniya et al., (2004) pada beberapa agroekosistem persawahan di beberapa negara Asia. diidentifikasi dua famili nimfa Odonata Pada penelitiannya berhasil yang dominan, yaitu Libellulidae (subordo Anisoptera) dan Coenagrionidae (Zigoptera) di daerah persawahan Muda Malaysia. Jumlah individu nimfa Odonata pada masing-masing lokasi penelitian menunjukkan bahwa Crocothemis servilia dan Orthetrum sabina memiliki jumlah individu yang terbanyak di persawahan Dago Pakar, yaitu 161 individu dan 59 individu. Tingginya jumlah individu nimfa Odonata pada persawahan Dago Pakar mengindikasikan bahwa faktor lingkungan yang ada disekitar persawahan tersebut mendukung untuk kehidupan nimfa Odonata. Hal ini terlihat dari kandungan materi organik tanah yang tinggi (9,35%) dibandingkan dengan persawahan lain. Selain itu pada persawahan Dago Pakar banyak terdapat tumbuhan air seperti Salvinia sp dan Azzola sp. Diduga kondisi tersebut dapat mempengaruhi kelimpahan nimfa Odonata karena nimfa Odonata lebih suka hidup diantara tanaman air atau menempel pada akar-akar tanaman tumbuhan tersebut (Macan, 1962 dalam Ahmad, 1982). Nimfa Odonata Anaciaeshna jaspidea hanya ditemukan di persawahan Dago Pojok dengan jumlah individu 18. Berdasarkan observasi di lapangan, persawahan Dago Pojok memiliki lingkungan perairan yang cukup bersih, airnya jernih dan limbah yang masuk keperairan sawah tidak terlalu banyak. Selain itu, dari data faktor lingkungan persawahan Dago Pojok memiliki temperatur, kelembaban udara dan materi organik tanah yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan persawahan yang lainnya, sehingga kemungkinan faktor lingkungan tersebut dapat mendukung kehidupan nimfa A. jaspidea. Pada empat lokasi penelitian tidak ditemukan nimfa Neurothemis terminata. Hal ini diduga karena capung dewasa Neurothemis terminata tidak meletakkan telurnya di lingkungan perairan persawahan tetapi pada perairan di sekitarnya. Hal ini karena di sekitar persawahan Cigadung terdapat aliran sungai deras dan diduga tempat perkembangbiakan nympha

Neurothemis terminata.. Hal ini diperkuat dengan adanya kebiasaan beberapa jenis capung yang meletakkan telurnya pada air yang agak deras atau air yang menggenang (W ikipedia Indonesia, 2006). Berdasarkan analisis kelimpahan relatif dari 3 spesies nimfa Odonata yang ditemukan di empat lokasi penelitian, menunjukkan bahwa nimfa O. Sabina dan C. servilia mendominasi masing-masing lokasi penelitian dengan kelimpahan individu relatif lebih dari 5% (Tabel 2). Tabel 2. Kelimpahan relatif individu spesies nimfa Odonata dominan di empat lokasi penelitian No Spesies Lokasi Penelitian Antapani Cigadung D. Pakar D. Pojok 1 O. sabina 9,4% 6,1% 9,7% 10% 2 C. servilia 7,3% 17,8% 27,5% 3,1% 3 A. jaspidea 6,5% Hasil indeks keanekaragaman spesies nimfa Odonata di masing-masing kawasan persawahan hampir sama dengan indeks keanekaragaman Odonata dewasa (Tabel IV.4). Walaupun menunjukkan nilai yang hampir sama namun secara umum indeks keanekaragaman nimfa yang tertinggi selalu diperoleh pada persawahan Dago Pojok (0,432). Hal ini diduga karena Persawahan Dago Pojok memiliki temperatur air dan udara yang cenderung relatif lebih rendah, ph yang cenderung netral (7), lingkungan berupa hutan yang masih terjaga, dan juga terdapatnya aliran sungai yang jernih, sehingga kemungkinan hal ini dapat mempengaruhi keanekaragaman nimfa-nimfa Odonata pada persawahan tersebut. Ini sesuai dengan penelitian Curds dan Hawkes (1978), yang menyatakan bahwa faktor lingkungan sangat menentukan perkembangan moluska dan insekta akuatis, termasuk Odonata. Hasil analisis indeks kemerataan nimfa capung di masing-masing kawasan persawahan menunjukkan nilai yang bervariasi (Tabel 3). Walaupun menunjukkan nilai yang bervariasi namun secara umum indeks kemerataan nimfa yang tertinggi selalu diperoleh di persawahan Antapani (0,944), sedangkan indeks kemerataan terendah diperoleh di persawahan Cigadung (0,824). Tingginya nilai indeks kemerataan nimfa Odonata pada persawahan Antapani mengindikasikan bahwa distribusi jumlah individu masing-masing spesies nimfa Odonata relatif terdistribusi secara merata. Tabel 3. Analisis indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan nimfa capung pada masingmasing kawasan persawahan Lokasi Indeks keanekaragaman Indeks kemerataan Antapani 0,284 0,944 Cigadung 0,248 0,824 Dago Pakar 0,252 0,837 DagoPojok 0,432 0,906

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. 3 spesies nympha Odonata, yaitu : Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Lebellulidae), dan Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae). 2. Nimfa Crocothemis servilia (Libellulidae) merupakan spesies yang dominan di empat likasi penelitian 3. Indeks Keanekaragaman tertinggi terdapat dilokasi persawahan Dago Pojok dan Saran Indek Kemerataan tertinggi diperoleh di persawahan Antapani. 1. Perlu dilakukan penelitian yang relative lebih lama untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika populasi nympha Odonata 2. Perlu dilakukan Penelitian lebih lanjut mengenai faktor lingkungan yang berpengaruh pada kelimpahan populasi nimfa Odonata. 3. Penelitian lebih lanjut mengenai dinamika populasi, strategi reproduksi, perilaku yang berpotensi sebagai spesies indikator kualitas lingkungan dan kontrol hama sangat perlu dilakukan khususnya untuk mengetahui peran masing-masing spesies tersebut secara fungsional sebagai indikator kualitas lingkungan dan kontrol hama DAFTAR PUSTAKA Ahmad, I. (1982), Kehadiran Nimfa Odonata di Beberapa Habitat Persawahan, Skripsi Program Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Asahina, S. (1970), Indian Paddy Field Odonat, Taken by Miss I Hattori, Mushi, Pp 115-125. Anonim, Asia-dragonfly data base, http://www. Asia-dragonfly.net/forum/forum list.php, Diakses 28 juni 2006. Bambaradeniya, N.C., and Amerasinghe, P.F. (2004), Biodiversity Associated With the Rice Field Agroecosystem in Asian Countries: A Brief Review, International Water Management Institute. Berryman, A.A. (2 003), On principles, laws and theory in population ecology, Oikos 103: 695-701. Berryman, A.A. (2002a, Population: a central concept for ecology, Oikos 93: 439-442. Berryman, A.A. (2002b), Population regulation, emergent properties, and a requiem for density dependence, Oikos 99: 600-606. Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. (1992), An Introduction to Study of Insect, 6 ed, Saunders College Pub., A Division of Holt Rinehaest Winston, Inc. Brooks, S., and Lewington, R. (1997), Dragonfly and Damselflies Of Grent Britain and Ireland, Wild Life Publishing. Chiang, H.C. (1995), Insects and their environments. In R.E. Pfadt (ed ), Fundamentals of Applied Entomology. Fourth edition MacMillan Publ. Co. pp: 128-161. Corbet, P. S. (1995), Biology Of Odonata, Department Of Zoology, Universitas Of Canterbury, Christtchuch, New Zealand.Curds, C. R., and Hawkes., H. A. (1978), Ecological Aspect Of Used Water Treatment, Academic Press, New york.