Oleh : Ayu Cholisna 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

DIMAS WILANTORO NIM: C.

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB II KARAKTERISTIK ASAS INDEMNITAS DALAM PERJANJIAN ASURANSI. yang dilakukan oleh tertanggung. Asas asas dalam asuransi adalah: ganti kerugian.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

KAJIAN HUKUM TERHADAP AKTUALISASI ASAS INDEMNITAS DALAM POLIS STANDAR ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA PT. ASURANSI RAMAYANA Tbk.

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

FAKULTAS HUKUM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

BAB I PENDAHULUAN. saat ini mempermudah masyarakat untuk mengalihkan risiko yang kemungkinan. kemudian hari kepada lembaga pengasuransian.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. didirikan dengan berbagai layanan, mulai dari pengiriman barang secara

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Surety Bond memiliki konsep sebagai penyedia jaminan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Kepolisian RI 2011, kecelakaan lalu lintas jalan sepanjang

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

VICKRY REZA SALLAMANDA NIM

MOTOR VEHICLE INSURANCE No. Pencatatan Produk OJK : S-932/NB.11/2013

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri dan ada kalanya berasal dari luar diri manusia. 1 Dikarenakan

GANTI RUGI DALAM ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA KOMERSIAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

III. METODE PENELITIAN. kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dokumen Perjanjian Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

Ringkasan Informasi Produk AVA ipro Kreditku

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui

panduan praktis Pelayanan Ambulan

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

II. TINJAUAN PUSTAKA. KUH Perdata di mana PT KAI sebagai pengangkut menyediakan jasa untuk mengangkut

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

Premi Asuransi BAB V PREMI ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

PELAKSANAAN ASURANSI TERHADAP DEBITUR SECARA TANGGUNG RENTENG DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 1278 KUH PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

Cahya Primarta * Mahasiswa Program Magister (S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum UNISSULA Semarang,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

Transkripsi:

KAJIAN TENTANG KEDUDUKKAN HUKUM TERTANGGUNG DALAM ASURANSI RANGKAP (Studi Kasus Tentang Tertanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Dalam Kecelakaan Lalu-Lintas) Oleh : Ayu Cholisna 1 ABSTRAK Sejak berlakunya Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), seseorang yang menderita sakit akibat kecelakaan lalu-lintas sebagai peserta BPJS akan berstatus sebagai tertanggung asuransi rangkap yaitu tertanggung dalam BPJSKesehatan (BPJS Kesehatan) dan tertanggung dalam Asuransi Jasa Raharja. Namun, pertanggungan tidak dapat diberikan jika tertanggung telah menerima ganti rugi dari salah satu penanggung secara utuh, hal ini sesuai dengan asas keseimbangan dalam hukum asuransi. Dalam penyelenggaraannya, asuransi rangkap antara BPJS dan Asuransi Jasa Raharja dapat berjalan optimal jika adanya kerjasama yang baik dengan pelayanan fasilitas kesehatan serta koordinasi manfaat ini selayaknya terus dievaluasi agar kekurangan yang ada pada koordinasi ini bisa diminimalisir, sehingga manfaat yang ada dapat dinikmati masyarakat. Kata Kunci: BPJS Kesehatan, Asuransi Jasa Raharja, Asuransi Rangkap, Klaim Asuransi A. LATAR BELAKANG Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau yang selanjutnya disebut BPJS menyelenggarakan program jaminan kesehatan yang mana tujuannya adalah memberikan manfaat pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Masyarakat yang sakit dapat menikmati fasilitas kesehatan yang ada oleh penyedia fasilitas kesehatan, namun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 1 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta 1

Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan masyarakat harus mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan agar dapat menikmati layanan jaminan sosial ini. Dengan mendaftar sebagai peserta masyarakat dapat menikmati manfaat berupa pengobatan pada sakit ringan, sakit berat, bahkan operasi, dan sakit akibat kecelakaan oleh penyedia fasilitas kesehatan. Terlebih lagi Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Pasal 27A menginstruksikan BPJS Kesehatan untuk melakukkan Koordinasi Manfaat (Coordination of Benefits) dengan program jaminan sosial dibidang kecelakaan lalu-lintas Ada asuransi wajib lainnya yang juga menanggung resiko kecelakaan yaitu Asuransi Jasa Raharja, bedanya dengan BPJS adalah pada BPJS mecakup semua hal yang menyangkut kesehatan, sedangkan pada Asuransi Jasa Raharja yang dicakup adalah masalah kesehatan juga namun yang disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas. Akan ada banyak pertanyaan tentang apa saja yang menjadi objek dari koordinasi manfaat antara BPJS Kesehatan dengan Asuransi Jasa Raharja misalkan bagaimana pembayaran preminya, bagaimana pelaksanaan klaimnya, bagaimana kedudukkan pesertanya serta pelaksanaannya tentu sangat menarik untuk diadakan penelitian dengan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang Kajian Hukum Mengenai Kedudukkan Peserta BPJS Dalam Klaim Asuransi Jasa Raharja, Penelitian ini hanya dibatasi dalam ruang lingkup tentang klaim kecelakaan darat yang menyebabkan menderita sakit pada tertanggung sebagai 2

peserta Asuransi Jasa Raharja di Kota Surakarta yang juga terjamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kesehatan. B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah diatas dapat ditarik permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Apa yang menjadi hak dan kewajiban peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dalam Klaim Asuransi Jasa Raharja? 2. Bagaimana proses pelaksanaan klaim Asuransi Jasa Raharja oleh peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Ditinjau dari Kajian Hukum Asuransi? C. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukkan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Cabang Kota Surakarta dan Asuransi Jasa Raharja Cabang Kota Surakarta. Penelitian yang peneliti angkat berjenis penelitian Yuridis-Sosiologis dan bersifat deskriptif. Bahan dan materi penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini menggunakan Data Primer dan Data Sekunder dimana data primer merupakan data dasar yang diperoleh melalui sumber pertama berupa wawancara terhadap Bapak R. Ananto asisten bagian Klaim PT. Asuransi Jasa Raharja Cabang Kota Surakarta dan Bapak Djonik Sukirman Kepala Bagian Umum BPJS Cabang Kota Surakarta. Kemudian menggunakan Data Sekunder, data sekunder adalah data yang mecakup dokumen-dokumen dalam hal ini aturan perundangan yang telah 3

disebutkan sebelumnya, buku-buku, dan hasil penelitian yang yang berwujud laporan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan mengambil acuan dari peraturan perundangan, buku-buku, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan penelitian penelitian ini. D. PEMBAHASAN 1. Hak dan Kewajiban Peserta BPJS dalam Klaim Asuransi Jasa Raharja Dalam sistim Asuransi terdapat tiga pihak penting yaitu adanya Penanggung, Tertanggung, dan Beneficiary atau penerima manfaat. BPJS Kesehatan adalah suatu badan hukum yang bergerak mewakili Negara, BPJS Kesehatan dapat dikatakan sebagai Penanggung karena badan hukum ini yang menerima dan mengelola premi serta memberikan jaminan pelayanan, kemudian sebagai Tertanggung adalah masyarakat yang mendaftarkan diri dan membayar premi/iuran terhadap BPJS Kesehatan, serta pihak yang menerima manfaat atau Beneficiary adalah peserta itu sendiri. Lain halnya dengan Asuransi Jasa Raharja, dalam Asuransi ini yang bertindak sebagai Penanggung adalah Asuransi Jasa Raharja, sebagai Tertanggung adalah orang yang membayar iuran wajib berupa pembayaran tiket transportasi darat dan sumbangan wajib melalui pembayaran Nomor kendaraan bermotor, sedangkan penerima manfaat dari Asuransi Sosial ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang berada di lalulintas jalan. 4

Jika peserta BPJS Kesehatan mengalami kecelakaan lalu-lintas darat maka dia berhak untuk mendapatkan pelayanan dari Asuransi Sosial Jasa Raharja, Karena BPJS bertindak sebagai secondary payer yaitu penanggung kedua, Kewajiban peserta BPJS adalah membayar iuran premi perbulan sedangkan peserta Asuransi Jasa Raharja tidak diwajibkan membayar iuran wajib atau sumbangan wajib oleh karena iuran dan sumbangan adalah menjadi kewajiban tertanggung, peserta bisa mendapat kewajiban tambahan dalam mengurus klaim seperti penyerahan persyaratan administratif namun dapat diwakilkan. Selanjutnya, hak yang melekat pada peserta BPJS dalam Klaim Asuransi Jasa Raharja adalah menerima manfaat dari kedua asuransi tersebut namun dengan pertanggungan yang tidak penuh sedangkan kewajiban peserta adalah membayar premi/iuran untuk kedua asuransi ini. Artinya, berdasarkan hak dan kewajiban yang timbul kedudukkan peserta terjamin dalam dua pertanggungan sekaligus yaitu oleh BPJS dan/atau Asuransi Jasa Raharja. Dua pertanggungan dalam waktu yang sama disebut dengan asuransi rangkap (double insurance). Kitab Undang-Undang Hukum Dangang (KUHD) mengatur kepesertaan asuransi yang diperbolehkan menjadi tertanggung lebih dari satu asuransi yang diatur dalam Pasal 277 KUHD, yaitu : Apabila beberapa asuransi dengan itikad baik diadakan untuk benda yang sama, sedangkan asuransi pertama diadakan dengan nilai penuh, maka asuransi inilah yang mengikat dan asuransi lainnya dibebaskan. Apabila asuransi pertama tidak diadakan dengan nilai penuh, maka asuransi-asuransi berikutnya hanya mengikat untuk nilai sisanya menurut urutan waktu asuransi itu diadakan. 5

Dalam pengaturan tersebut terdapat Asas Kesimbangan (Indemnity Principle) dimana risiko yang dialihkan kepada penanggung sesuai dengan premi yang dibayar oleh tertanggung. Dalam asuransi rangkap, Asas Keseimbangan ini disebut dengan Asas Keseimbangan Nemo Plus (Abdulkadir Muhammad, 2002:127). Asas Keseimbangan Nemo Plus adalah tidak menerima melebihi apa yang menjadi hak dan memberi melebihi kewajiban. Artinya, apabila atas kepentingan yang sama diadakan lebih dari satu perjanjian asuransi, maka penanggung hanya berkewajiban membayar klaim gantu kerugian sampai jumlah nilai kepentingan. Asas keseimbangan tujuannya untuk mencegah pertanggungan yang tidak halal, jika hal itu terjadi karena tertanggung mendapatkan pertanggungan melebihi nilai yang dipertanggungkan maka harus batal demi hukum (van rechtswege nietig). 2. Pelaksanaan Klaim di Asuransi Jasa Raharja Oleh Peserta BPJS Dalam pelaksanaan klaim di Asuransi Jasa Raharja oleh peserta BPJS Kesehatan sebenarnya sederhana yaitu peserta yang mengalami kecelakaan di jalan yang berdasar Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 akan ditanggung oleh Asuransi Jasa Raharja dalam batas maksimum Rp. 10.000.000,- kemudian selebihnya akan ditanggung oleh BPJS. Prosedurnya langsung melalui Rumah Sakit yaitu pihak rumah sakit langsung menagihkan ke Asuransi Jasa Raharja sampai batas maksimum tadi atau peserta datang sendiri ke Asuransi Jasa Raharja Cabang Kota Surakarta dengan 6

melampirkan kwitansi dan surat keterangan kepolisian kemudian akan diganti Asuransi Jasa Raharja. Sebenarnya dalam proses dilapangan antara klaim BPJS maupun Asuransi Jasa Raharja adalah sama, meliputi : 1. Jika pasien datang ke Rumah Sakit sudah teridentifikasi sebagai kasus kecelakaan lalu lintas (dibuktikan dengan adanya Surat Jaminan Asuransi Jasa Raharja) sebelum pasien pulang, maka penjaminan adalah Rumah Sakit memisahkan tagihan menjadi dua, yaitu Tarif sesuai plafon penjaminan Asuransi Jasa Raharja ke Asuransi Jasa Raharja, Tarif sesuai hak kelas peserta dikurangi plafon yang sudah dijamin oleh Asuransi Jasa Raharja ditagihkan ke BPJS. 2. Jika pasien datang ke Rumah Sakit belum dapat teridentifikasi sebagai kasus kecelakaan lalu lintas sampai dengan pulang, maka peserta dijamin sebagai peserta BPJS sesuai dengan haknya, 3. Peserta menanggung sendiri biaya rumah sakit baru menagihkan ke Asuransi Jasa Raharja, namun harus dibuktikan dengan bukti kwitansi dan hanya dalam batas Rp. 10.000.000,- Mengingat tujuan asuransi itu adalah untuk memberi ganti kerugian, maka tidak adil apabila tertanggung karena dengan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diharapkan menjadi diuntungkan. Artinya tertanggung di samping sudah mendapat ganti kerugian dari penanggung masih memperoleh pembayaran lagi 7

dari pihak ketiga (meskipun ada alasan hak untuk itu). Selain itu tertanggung tidak akan memperoleh manfaat asuransi rangkap jika : 1) Kecelakaan terjadi karena percobaan bunuh diri atau kesengajaan, 2) Kecelakaan karena kejahatan, pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang, 3) Kecelakaan karena adu kecepatan, huru-hara, kerusuhan, perang, bencana alam. Dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdapat Sebab yang halal dalam suatu perjanjian. Sebab yang halal adalah isi perjanjian itu sendiri yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai para pihak namun tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, maupun ketertiban. Artinya, bahwa segala urusan yang berhubungan dengan perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. E. KESIMPULAN Hak yang dimiliki oleh peserta BPJS dalam Klaim Asuransi Jasa Raharja adalah untuk mendapatkan manfaat (benefit) berupa pertanggungan premi oleh Asuransi Jasa Raharja maksimal sebesar Rp. 10.000.000, jika biaya yang dikeluarkan melebihi dari jumlah ganti rugi yang diberikan oleh Asuransi Jasa Raharja maka kelebihan tertanggung akan dicakup oleh BPJS, hal ini merupakan perwujudan asas pelaksanaan yaitu Asas Indemnitas pada pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang berbunyi : Asuransi yang melebihi nilai atau kepentingan yang sesungguhnya, hanya sah sampai jumlah nilai benda sesungguhnya. Jika tidak diasuransikan seluruh nilai benda, maka 8

dalam hal terjadi kerugian, penanggung hanya terikat seimbang antara bagian yang diasuransikan dengan bagian yang tidak diasuransikan. Dalam pasal 253 KUHD tersebut dapat disebut dengan keseimbangan. Proses tersebut terjadi karena peserta mendapatkan double insurance atau pertanggungan ganda atau yang disebut dengan asuransi rangkap. Selanjutnya, kewajiban peserta adalah untuk membayar premi BPJS dan membayar iuran wajib dan sumbangan wajib Asuransi Jasa Raharja melalui pembayaran tiket angkutan penumpang dan Nomor kendaraan, serta mengajukan pertanggungan berdasarkan pada sebab-sebab yang halal tanpa kecurangan yang bertentangan secara normatif, tetapi tertanggung tidak dapat menerima ganti rugi dari kedua penanggung yang besarnyamelebihi dari kerugian yang diderita. Proses Pelaksanaan Klaim Berdasarkan Hukum Asuransi Secara prinsip kedudukkan peserta berdasarkan hak, kewajiban, dan mekanisme klaim adalah sebagai beneficiary atau penerima manfaat dari asuransi rangkap. Dalam pelaksanaanya agar sinergi antara BPJS dan Asuransi Jasa Raharja dapat berjalan optimal perlu juga adanya sinergi dengan pelayanan fasilitas kesehatan serta program-program yang sudah ada agar dievaluasi supaya lebih baik. ------------------------------------------------------------------------------ 1. Buku DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir Muhammad. 2002 Aditya Bakti. Hukum Asuransi Indonesia. Bandung:Citra 9

Emmy Pangaribuan. 1990. Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya. Yogyakarta:UGM Press. Fina Itriyati dan Ulil Absor. 2013. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dalam Bingkai Perspektif Negara Kesejahteraan di Indonesia. Jakarta:Kemenkominfo Press. Lambang Trijono.2013.BPJS dan Ketahanan Sosial Ekonomi Rakyat. Jakarta:Kemenkominfo Press. Puji Rianto. 2013. Model Sosialisasi Jamkesmas. Jakarta:Kemenkominfo Press. Soerjono Soekanto. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:UI Press. Soetomo. 2013. Mengembangkan Program Jaminan Sosial Nasional Di Tengah Masyarakat Majemuk. Jakarta:Kemenkominfo Press. Zainuddin Ali. 2013. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta 2. Kamus Dan Peraturan Perundangan Kamus Besar Bahasa Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 1965 Tentang Pendirian Jasa Raharja Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36 dan 37/PMK/010/2008 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 10

3. Akses Internet Edi Suharto. 2006. Negara Kesejahteraan Dalam Reinventing Depsos. Diunduh Pada 20 Januari 2015. Diakses melalui: http://www.policy.hu/suharto/naskah%20pdf/reinventingdepsos.pdf Buku Pegangan Sosialisasi JKN. Diunduh Pada 20 Januari 2015. Diakses melalui: http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangansosialisasi-jkn.pdf. 11