BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil atau meminimumkan ketidakpastian tersebut. Risiko dapat terjadi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74 /PMK.010/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.05/2015 TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

LAMPIRAN VI SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2017 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014

SOSIALISASI. Jakarta, 7 Desember 2015 Otoritas Jasa Keuangan Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.05/2017

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Bagian I Laporan Realisasi Rencana Bisnis dan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Komisaris Untuk Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa manfaat adanya usaha asuransi tidak hanya dirasakan oleh mereka yang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 124 /PMK.010/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN LINI USAHA ASURANSI KREDIT DAN SURETYSHIP

-0- LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI 0/19

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

PENDAHULUAN. Asuransi merupakan kegiatan usaha dimana perusahaan menanggung

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Saat ini, jasa perasuransian semakin diperlukan baik oleh perorangan maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

c. Penjelasan mengenai deviasi atas realisasi Rencana Bisnis, seperti penyebab dan kendala yang dihadapi.

PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang dapat menjadi alat pertanggungjawaban dalam sebuah

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2015 TENTANG

TENTANG LAPORAN AKTUARIS TAHUNAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN REASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /SEOJK.05/2015 TENTANG PELAPORAN DATA RISIKO ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk melindungi dirinya sendiri maupun keluarga dari kemungkinan kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perusahaan. pertanggungan atas resiko atau kerugian yang dialami oleh tertanggung.

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan,

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi diwaktu yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko kepada pihak lain

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

2015, No.71 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111

I. PENDAHULUAN. dari penjualan polis atau penerimaan premi dapat ditanamkan sebagai investasi yang

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PREMI DAN HASIL INVESTASI TERHADAP LABA PERUSAHAAN ASURANSI UMUM DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21/SEOJK.05/2015 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/SEOJK.05/2016 TENTANG

LAMPIRAN VIII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

BAB 1 PENDAHULUAN. megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat, perkembangan zaman dan kemajuan teknologi juga. baik yang telah berdiri maupun yang baru akan berdiri.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus

BAB I. PENDAHULUAN. seperti: perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, dan lembaga jasa

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Data Bisnis Asuransi dan Reasuransi Syariah TW IV 2014

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

AKTUARIS DALAM SEKTOR JASA KEUANGAN. Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank 1A Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan, kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karena itu setiap resiko yang

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi?

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

PENETAPAN TARIF PREMI PADA RISIKO KHUSUS BANJIR UNTUK LINI USAHA ASURANSI HARTA BENDA DAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai risiko dalam kehidupan sehari-hari, seperti risiko mengalami kecelakaan di jalan saat menuju ke kantor atau sekolah, risiko rumah kemalingan saat ditinggal mudik, risiko sakit berat sampai harus masuk ke rumah sakit, sampai risiko meninggal terlalu cepat atau hidup terlalu lama. Manusia membutuhkan rasa aman dalam menjalani hidupnya, oleh karena itulah muncul mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menyatakan bahwa asuransi atau pertanggungan sebagai perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya 1

2 tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Secara umum setiap tahunnya pertumbuhan asuransi di Indonesia kian meningkat, khususnya pada industri asuransi umum sebab pada tahun 2013 meskipun perekonomian Indonesia melambat dan hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,78 persen akibat tekanan ekonomi global, asuransi umum masih mampu tumbuh Double Digit dimana premi bruto asuransi umum pada 2013 bertumbuh 19 persen dibandingkan 2012 yaitu dari Rp 34,74 triliun menjadi Rp 41,29 triliun. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Julian Noor, mengatakan pertumbuhan premi bruto terbesar pada akhir tahun 2013 dibukukan oleh lini usaha asuransi energy on shore sebesar 731 persen. Sama seperti pada premi bruto, pertumbuhan klaim bruto lini energy on shore juga tertinggi yaitu Rp 213 miliar atau meningkat 576 persen daripada tahun sebelumnya. Pertumbuhan klaim bruto tertinggi kedua adalah lini kredit sebesar 80,8 persen, disusul kecelakaan dan kesehatan serta kendaraan bermotor masing-masing 56,7 persen dan 24,4 persen. Adapun loss rasio yang dibukukan selama 2013 sebesar 39,1 persen dibandingkan tahun 2012 turun sebesar 5,1 persen. Rasio klaim tertinggi terjadi pada lini usaha asuransi kecelakaan dan kesehatan sebesar 59,7 persen. Kemudian, dari sisi hasil investasi pun asuransi umum menorehkan hasil yang lumayan baik yaitu tumbuh sebesar 22 persen dibandingkan posisi tahun 2012, namun pada sisi pertumbuhan laba komprehensif, asuransi umum hanya mencatat pertumbuhan sebesar 8 persen, hal ini terjadi mungkin disebabkan karena ada beberapa perusahaan asuransi yang

3 mencatatkan kerugian pada tahun 2013. Secara lengkap pertumbuhan asuransi umum dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Pertumbuhan Asuransi Umum 2012-2013 No Keterangan 2013 2012 Pertumbuhan 1 Pendapatan Premi Bruto 41,292,884 34,743,198 19% 2 Pendapatan Premi Neto 21,422,699 17,965,526 19% 3 Beban Klaim Bruto 18,437,801 17,736,004 4% 4 Beban Klaim Neto 12,916,640 10,294,599 25% 5 Hasil Investasi 4,017,242 3,293,941 22% 6 Jumlah Beban 6,784,177 5,614,855 21% 7 Laba (Rugi) Komprehensif 6,188,154 5,749,384 8% Sumber: Majalah Media Asuransi (2014) Jika dilihat dari tabel di atas terdapat perbedaaan yang cukup besar antara jumlah pendapatan premi bruto dengan pendapatan premi neto, sama halnya juga dengan beban klaim bruto dengan beban klaim neto hal ini disebabkan karena pendapatan premi neto dan beban klaim neto adalah pendapat dan biaya yang benarbenar ditanggung oleh perusahaan setelah dipotong oleh biaya-biaya lainnya. Oleh karena itulah peneliti mengambil pendapatan premi neto dan beban klaim neto sebagai variabel independen karena dianggap dapat lebih menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Peneliti juga menggunakan laba (rugi) komprehensif sebagai variabel dependen bukan hanya laba (rugi) setelah pajak disebabkan karena

4 menurut Ketua Dewan Juri Insurance Award 2014 sekaligus Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Ahmad Fauzie Darwis menjelaskan bahwa pertumbuhan laba komprehensif menunjukkan persistensi laba, yang sangat penting untuk pengambilan keputusan bagi stakeholder. Persistensi laba adalah laba yang dapat mencerminkan keberlanjutan laba (sustainable earning). Kemudian peneliti juga memilih hasil investasi sebagai faktor pendapatan selain pendapatan premi neto karena pada perusahaan asuransi, dana hasil investasi itu cukup besar bahkan ada perusahaan yang hasil investasinya lebih besar daripada pendapatan preminya. Dari 41 perusahaan asuransi umum dalam penelitian ini, pada tahun 2013, ada satu perusahaan yang hasil investasinya jauh lebih besar dari pendapatan premi netonya yaitu PT Panin Insurance, Tbk. Perusahaan tersebut mencatatkan pendapatan premi neto sekitar Rp. 121 Milyar sedangkan hasil investasinya adalah sekitar Rp. 746 Milyar. Kemudian peneliti memasukan beban usaha sebagai faktor biaya selain beban klaim neto karena seperti diketahui bersama bahwa beban usaha tentu merupakan faktor biaya yang utama dalam setiap perusahaan dalam menjalankan bisnis. Perusahaan asuransi memiliki karakteristik yang cukup unik jika dibandingkan dengan perusahaan jasa keuangan lainnya karena dalam industri asuransi itu penuh dengan ketidakpastian dan sangat mengandalkan perhitungan statistik terhadap kinerja masa lalu perusahaan, orang yang ahli dalam melakukan perhitungan tersebut disebut dengan aktuaris. Misalnya dalam menentukan besarnya premi, dimana dalam UU No. 40 Tahun 2014 tentang perasuransian, premi didefinisikan sebagai sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi

5 atau perusahaan reasuransi dan disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat. Perusahaan asuransi melalui aktuarisnya menentukan suku premi murni atau bisa analogikan sebagai harga pokok produksi, berdasarkan rasio antara klaim yang terjadi dibanding dengan premi yang diperoleh pada periode sebelumnya. Setelah suku premi murni ditentukan baru kemudian ditambahkan faktor lain seperti keuntungan dan biaya akuisisi lainnya sampai terbentuklah suku premi yang kompetitif untuk dipasarkan kepada masyarakat. Karena itulah kadang satu perusahaan dengan perusahaan lainnya bisa menerapkan suku premi yang berbeda berdasarkan risk profile perusahaan masing-masing. Perusahaan yang sudah punya jumlah tertanggung yang banyak dan memiliki sistem underwriting yang baik, tentu dapat memberikan suku premi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil atau perusahaan yang baru dibangun. Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat pada industri asuransi umum maka pada tanggal 31 Desember 2013, Otoritas Jasa Indonesia (OJK) mengeluarkan Surat Edaran Nomor: SE-06/D.05/2013 tentang Penetapan Tarif Premi serta Ketentuan Biaya Akuisisi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor dan Harta Benda serta Jenis Risiko Khusus meliputi Banjir, Gempa Bumi, Letusan Gunung Berapi dan Tsunami tahun 2014. Diharapkan dengan adanya standar tarif ini, perusahaan asuransi umum bisa menawarkan premi yang wajar kepada para tertanggung dan memberikan kesempatan juga untuk perusahaan kecil bisa bersaing

6 dengan perusahaan besar, jadi kini industri asuransi umum bukan lagi bersaing dalam segi premi yang murah namun sudah mengarah pada peningkatan kualitas pelayanan. Selain suku premi, dalam asuransi juga dikenal istilah klaim yaitu suatu beban yang harus dibayarkan oleh penanggung kepada pihak tertanggung apabila terjadi risiko yang dipertanggungkan. Besaran klaim baru bisa diketahui setelah periode pertanggungan berakhir, jadi saat menghitung anggaran, perusahaan hanya membuat perkiraan beban klaim (cadangan klaim) berdasarkan statistik kinerja masa lalu saja sehingga ada kemungkinan beban klaim bisa lebih besar atau lebih kecil dari perkiraan, jika lebih kecil maka itu akan menambah laba, sedangkan jika lebih besar tentu akan mengurangi laba. Perusahaan asuransi mengumpulkan dana dari masyarakat berupa premi asuransi. Menurut UU No. 40 tahun 2014 tentang perasuransian, dana asuransi adalah kumpulan dana yang berasal dari premi yang dibentuk untuk memenuhi kewajiban yang timbul dari polis yang diterbitkan atau dari klaim asuransi. Dana asuransi ini sifatnya tidak secair dana yang dikumpulkan perbankan sebab jika seseorang membayar premi asuransi maka dana tersebut akan tetap tersimpan di perusahaan asuransi sampai orang tersebut melakukan klaim yang waktunya tidak bisa ditentukan tapi setidaknya tidak dapat diambil dalam waktu dekat, berbeda dengan perbankan dimana jika ada nasabah yang membuka rekening baru maka setelah kartu atmnya aktif, nasabah tersebut bisa langsung menarik kembali uangnya. Hal ini menyebabkan perusahaan asuransi dapat menginvestasikan dana asuransi tersebut dengan lebih leluasa meskipun tetap harus mengikuti peraturan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan

7 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi sebagaimana telah beberapa kali diubah, perubahan terakhir adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. Hasil investasi ini akan menambah laba perusahaan jika hasilnya positif dan akan mengurangi laba perusahaan jika hasilnya negatif. Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Pertama, laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Sama halnya dalam industri asuransi, laba diperoleh dari pendapatan-pendapatan seperti pendapatan premi, hasil investasi dsb dikurangi dengan biaya-biaya seperti beban klaim, beban usaha dsb. Peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan asuransi. Pada penelitian Hawarin (2013) menyimpulkan bahwa pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. Namun, pendapatan premi berpengaruh lebih signifikan terhadap laba jika dibandingkan hasil investasi. Kemudian, Fikri (2009) pada penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan laba perusahaan asuransi jiwa syariah dipengaruhi secara positif oleh hasil underwriting dan hasil investasi sedangkan variabel premi dan klaim memberikan nilai negatif. Lalu yang terakhir adalah penelitian Astria (2009) yang menyimpulkan bahwa pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh positif dimana semakin tinggi

8 pendapatan premi dan hasil investasi semakin tinggi pula laba yang dapat diperoleh. Sedangkan beban klaim dan beban operasional berpengaruh negatif, dimana semakin besar beban klaim dan beban operasional maka semakin kecil laba yang dapat diperoleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis, krisis moneter 1997 berpengaruh negatif terhadap laba yang diperoleh perusahaan dibanding sebelum krisis. Ada yang menarik dari ketiga penelitian di atas, variabel pendapatan premi memiliki pengaruh negatif terhadap laba pada penelitian Fikri (2009), padahal di kedua penelitian lainnya menyimpulkan bahwa premi berpengaruh positif. Mungkin hal itu bisa terjadi karena penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan asuransi jiwa yang sedang mengalami banyak klaim sehingga mengakibatkan laba perusahaan kecil atau merugi dan mengakibatkan variabel premi menjadi berpengaruh negatif. Perlu diketahui pula bahwa dalam industri perasuransian terdapat dua jenis asuransi yaitu asuransi jiwa dan asuransi umum. Asuransi umum sifatnya lebih kepada memberikan perlindungan terhadap harta benda dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga dengan periode pertanggungan per tahun namun bisa diperpanjang kembali sedangkan asuransi jiwa lebih kepada memberikan perlindungan terhadap risiko meninggal dunia atau hidup terlalu lama yang masa pertanggungannya bisa seumur hidup. Risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi jiwa lebih pasti terjadi, khususnya risiko kematian, hanya waktunya saja yang masih tidak pasti, sehingga premi yang terkumpul pada satu tahun belum tentu untuk membayar klaim pada tahun tersebut, ada perusahaan asuransi jiwa yang bisa mengalami keuntungan besar pada suatu waktu karena tertanggung masih banyak yang sehat dan muda namun bisa

9 rugi besar pada beberapa waktu berikutnya karena tertanggung sudah banyak yang tua, sakit-sakitan dan meninggal. Jadi, jika perusahaan asuransi untung pada suatu waktu, sebenarnya dalam keuntungan tersebut masih ada potensi kerugian di masa depan. Sedangkan pada perusahaan asuransi umum, periode pentanggungan atas suatu risiko hanya satu tahun saja namun bisa diperpanjang kembali sampai beberapa tahun sehingga jika terjadi klami, premi yang terkumpul pada tahun tersebutlah yang digunakan untuk membayar, sehingga keuntungan yang didapat pada tahun tersebut sudah tidak memiliki risiko untuk membayarkan klaim di masa depan karena masa pertanggungannya sudah selesai. Perbedaan karakter inilah yang membuat peneliti merasa jika ingin melihat pengaruh premi terhadap laba sebaiknya dilakukan pada perusahaan asuransi umum bukan pada perusahaan asuransi jiwa. Berdasarkan uraian dan fakta-fakta di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh premi neto, klaim neto, jumlah beban usaha dan hasil investasi terhadap laba komprehensif perusahaan asuransi umum selama tiga tahun terakhir. Oleh karena itu peneliti mengambil judul, Analisis Pengaruh Pendapatan Premi Neto, Beban Klaim Neto, Jumlah Beban Usaha dan Hasil Investasi Terhadap Laba (Rugi) Komprehensif pada Perusahaan Asuransi Umum Periode 2011-2013 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

10 1. Apakah pendapatan premi neto, beban klaim neto, jumlah beban usaha dan hasil investasi secara simultan berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum? 2. Apakah pendapatan premi neto berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum? 3. Apakah beban klaim neto berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum? 4. Apakah jumlah beban usaha berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum? 5. Apakah hasil investasi berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum? 1.3 Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam melakukan penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui pengaruh pendapatan premi neto, beban klaim neto, jumlah beban usaha dan hasil investasi secara simultan terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum 2. Mengetahui pengaruh pendapatan premi neto terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 3. Mengetahui pengaruh beban klaim neto terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum.

11 4. Mengetahui pengaruh jumlah beban usaha terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 5. Mengetahui pengaruh hasil investasi terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 1.3.2 Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi penelitian ini bagi pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Bagi Perusahaan Sebagai tambahan informasi bagi perusahaan mengenai pengaruh pendapatan premi neto, beban klaim neto, hasil investasi dan jumlah beban usaha terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum sehingga pada saat perusahaan memiliki sumber daya yang terbatas, para manajemen perusahaan dapat membuat kebijakan yang tepat, dan menentukan faktor-faktor apa saja yang harus diprioritaskan untuk meningkatkan laba komprehensif perusahaan. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam ilmu dari manajemen keuangan serta untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Mercu Buana.

12 3. Bagi Pembaca Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi yang berminat untuk mengadakan penelitian selanjutnya. 4. Bagi Pemerintah Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang strategis bagi industri perasuransian khususnya kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan variabel yang dibahas dalam penelitian ini.