BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam, seseorang dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan hukum yang mengandung hak-hak dan

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis atau empiris. Pada

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. hartanya kepada para ahli warisnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri atau diingkari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB II TINJAUAN YURIDIS KUMULASI GUGATAN DAN ANAK ANGKAT

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa perkawinan adalah satu jalan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai anak sah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

STATUS ANAK ANGKAT DALAM KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. yang juga merupakan tahapan dalam proses hidup adalah adanya suatu. perkawinan yang bahagia. Dengan melakukan perkawinan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. penerus baik bagi orang tua, bangsa maupun agama. Dalam Islam, anak

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. rasional dan matematis baik kondisi ekonomi, kelayakan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak bersentuhan dengan titah dan perintah agama atau kewajiban yang

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PEMAHAMAN AKTIVIS PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN (STUDY DI MALANG)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembagian harta warisan dengan aturan yang sangat adil sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES PENGANGKATAN ANAK SETELAH DIBERLAKUKAN UU NO 3 TAHUN 2006 DI PENGADILAN AGAMA DAN PENGADILAN NEGERI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama. masing-masing pihak baik suami maupun istri adalah merupakan harta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara tuntas. Bahkan, adakalanya aturan hukum itu tidak lengkap dan tidak

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 82 A. Kesimpulan 82 B. Saran. 86 DAFTAR PUSTAKA 88

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan, yaitu perpindahan harta benda dan hak-hak material dari pihak yang

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang diharapkan akan mampu menjalin sebuah ikatan lahir-batin antara

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK PERKARA No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. TENTANG PENGANGKATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya agar berjalan tertib dan lancar, selain itu untuk menyelesaikan

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian dari segala tumpuan dan harapan kedua orang tua (ayah dan ibu) sebagai penerus hidup. Mempunyai anak merupakan tujuan dari ikatan perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan keluarga juga terasa lengkap. Namun, tidak dapat dipungkiri tujuan mulia tersebut terkadang tidak dapat tercapai sesuai dengan harapan. Tidaklah sedikit dari pasangan suami-istri mengalami kesulitan dalam memperoleh keturunan. Sehingga dengan keadaan demikian banyak di antara mereka melakukan adopsi atau pengangkatan anak. 1

Pengangkatan anak adalah mengangkat anak orang lain yang dimasukkan ke dalam keluarga sendiri, sehingga terjadi peralihan tanggung jawab dari orang tua kandung kepada orang angkat dalam hal mendidik, membesarkan maupun memenuhi apa yang menjadi kebutuhan anak angkat tersebut. Dalam Islam pengangkatan anak dikenal dengan istilah tabannî, Wahbah al- Zuhaily memberikan pengertian bahwa pengangkatan anak (tabannî) adalah pengambilan anak yang dilakukan oleh seseorang terhadap anak yang jelas nasabnya kemudian anak itu dinasabkan kepada dirinya. Selain itu bahwa tabannî adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang dengan sengaja menasabkan seorang anak kepada dirinya padahal anak tersebut sudah mempunyai nasab yang jelas dengan orang tua kandungnya. 1 Secara umum, mengenai pengangkatan anak terbagi dalam dua pengertian, yaitu: pertama, pengangkatan anak dalam arti luas. Ini menimbulkan hubungan nasab sehingga ada hak dan kewajiban selayaknya antara anak sendiri terhadap orang tua sendiri. Kedua, ialah pengangkatan anak dalam arti terbatas. Yakni pengangkatan anak orang lain ke dalam keluarga sendiri dan hubungan antara anak yang diangkat dengan orang tua yang mengangkat hanya terbatas pada hubungan sosial saja. 2 Dengan demikian, persoalan pengangkatan anak atau adopsi memiliki dua dimensi hukum sekaligus, yaitu dimensi sosial kemasyarakatan yang memiliki nilai membantu sesama umat manusia dan dimensi hukum yang berimplikasi pada 1 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h. 20, dikutip dari Wahbah Zuhaily, Fiqh Islamy Wa Adillatuh, h. 86. 2 R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata (Cet:. IV; Jakarta: Sinar Grafika,2001), h. 176. 2

pola pengaturan antara anak angkat, orang tua angkat dan orang tua kandungnya. Ketiga pilar inilah yang dalam dimensi hukum memiliki implikasi yang beragam. Di Indonesia, terdapat tiga sistem hukum yang berlaku dan mengatur permasalahan tentang pengangkatan anak. Ketiga sistem hukum tersebut ialah Hukum Perdata (BW), Hukum Adat dan Hukum Islam. Ketiga sistem hukum ini tidaklah sama dalam memandang implikasi adanya pengangkatan anak. Hal ini karena pada masing-masing sistem hukum mempunyai dalih hukum yang berbeda sehingga melahirkan implikasi atau konsekwensi hukum yang berbeda pula. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), mengenai pengangkatan anak (adopsi) ini tidak termuat, hanya saja lembaga pengangkatan tersebut diatur dalam Staatblad 1917 No. 129. Dalam aturan tersebut implikasi hukum setelah terjadi pengangkatan anak maka tentang hubungan hukum antara orang tua asal setelah anak diangkat oleh orang lain menjadi putus, sehingga anak tersebut mempunyai status kenasaban dan mewarisi kepada orang tua yang mengangkatnya, karena ia dianggap sebagai anak sah dari perkawinan orang yang mengangkatnya. 3 Oleh sebab itu, pengangkatan anak model seperti ini merupakan suatu perbuatan yang menyamakan kedudukan anak angkat dengan anak kandung, baik itu dalam hal pemeliharaan dan sampai pada hal kewarisan. Begitu juga pengangkatan anak menurut Hukum Adat. Hukum adat atas kedudukannya dalam tata hukum nasional Indonesia merupakan hukum tidak tertulis yang berlaku sepanjang tidak menghambat terbentuknya masyarakat 3 Soedharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga, Perspektif Hukum Perdata Barat/BW, Hukum Islam dan Hukum Adat (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 35-36. 3

sosialis Indonesia dan menjadi pengatur-pengatur hidup bermasyarakat. 4 Di dalam Hukum Adat terdapat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang berbagai permasalahan, termasuk mengenai pengangkatan anak. Anak angkat, di dalam Hukum Adat diartikan sebagai suatu ikatan sosial yang sama dengan ikatan kewangsaan biologis. 5 Anak angkat dalam hukum adat ialah sama kedudukannya dengan Hukum Perdata (BW) yaitu ia mendapat kedudukan yang hampir sama dengan anak sendiri, yaitu dalam hal kewarisan maupun perkawinan. Namun dalam hal ini, pandangan Hukum Perdata dan Hukum Adat berkaitan dengan pengangkatan anak beserta implikasinya tidak dibahas lebih lanjut karena dalam pembahasan ini menitik beratkan pada sisi Hukum Islamnya. Sistem hukum yang selanjutnya ialah Hukum Islam. Hukum Islam yang dalam hal ini Fiqih tidak mengenal istilah pengangkatan anak, sehingga adanya anak angkat tidak menjadikan seseorang menjadi mempunyai hubungan yang terdapat dalam darah. Begitu pula tidak diakui di dalam Hukum Islam untuk dijadikan sebagai sebab terjadinya kewarisan, karena sebab timbulnya kewarisan yang telah ditetapkan adalah hubungan nasab, perkawinan dan wala. 6 Namun atas terbentuknya Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, mengenai implikasi hukum setelah pengangkatan anak adalah anak angkat mendapat hak Wasiat Wajibah dari harta orang tua angkatnya yang besarnya 1/3 (sepertiga) bagian. Hal ini sebagaimana yang telah diatur di dalam Kompilasi 4 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1995), h. 64-65. 5 Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas (Cet. II; Yogyakarta: Liberty, 1981), h. 12. 6 Soedharyo Soimin, Hukum Orang, h. 38. 4

Hukum Islam Pasal 209 ayat (2) yang berbunyi: Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat maka diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya. 7 Ketetapan bagian tersebut dimaksudkan melindungi ahli waris lainnya untuk mendapatkan hak-hak yang seharusnya ia dapatkan. Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Bahwa pengangkatan anak telah dilakukan dengan cara dan motivasi yang berbeda-beda sejalan dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta berkembang di dalam masyarakat yang bersangkutan. Realitasnya dapat dilihat dalam kehidupan beberapa keluarga pada masyarakat Osing di Desa Grogol Kecamatan Giri- Banyuwangi. Pengangkatan anak dilakukan karena dalam suatu ikatan perkawinan tidak dikaruniai keturunan atau karena adanya motivasi lain seperti ingin mempunyai anak lagi atau karena rasa belas kasihan terhadap keluarga anak angkat. Hal tersebut mempunyai tujuan demi keberlangsungan penjagaan harta kekayaan keluarga. Setelah terjadi pengangkatan anak, maka anak angkat akan dimasukkan dalam lingkungan keluarga kandung, sehingga ia mendapatkan hak terhadap harta kekayaan dalam keluarga yaitu berupa harta warisan. Dalam hal kewarisan, anak angkat akan diberikan secara keseluruhan harta waris keluarga angkatnya. Tetapi jika masih terdapat keturunan, namun mempunyai anak angkat, maka harta waris akan dibagi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keluarga yang berprinsip pada asas keadilan. 7 Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Pasal 209 ayat (2). 5

Berdasarkan data yang telah ditemukan di atas, dapat dikatakan bahwa Hukum yang dianut oleh masyarakat Osing di Desa Grogol Kecamatan Giri- Banyuwangi adalah Hukum Adat. Hukum Islam tidak menentang adanya Hukum Adat sebagai pembentukan Hukum nasional, selama Hukum Adat tersebut tidak bertentangan dengan Hukum Islam. Karena Hukum Islam merupakan serangkaian aturan yang di dapatkan melalui sumber hukum yang secara pasti yaitu berdasarkan Al-Qur an maupun Al-Hadist. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berkaitan tentang kedudukan anak angkat serta pelaksanaan pembagian warisan pada anak angkat yang terjadi di Desa Grogol Kec. Giri Banyuwangi. Tidak lepas dari itu, penelitian ini juga akan dilanjutkan untuk mengetahui pandangan Fiqih dan KHI terhadap fenomena tersebut. Sehingga penelitian diharapkan dapat menemukan suatu produk hukum yang sebenarnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kedudukan anak angkat di dalam keluarga pada masyarakat Osing di Desa Grogol Kecamatan Giri Banyuwangi? 2. Bagaimana pelaksanaan pembagian warisan kepada anak angkat di kalangan masyarakat Osing di Desa Grogol Kec. Giri-Banyuwangi, ditinjau dari Fiqih dan KHI? 6

C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan kedudukan anak angkat dalam keluarga pada masyarakat Osing di Desa Grogol Kecamatan Giri Banyuwangi. 2. Untuk mendeskripsikan praktek pembagian warisan pada anak angkat di kalangan masyarakat Osing di Desa Grogol Kecamatan Giri Banyuwangi, ditinjau dari Fiqih dan KHI. D. Manfaat Penelitian Disamping memiliki tujuan, dalam penelitian ini juga mempunyai kegunaan atau manfaat, manfaat dari penelitian ini ialah: 1. Secara teoritis a. Memperkaya khazanah pemikiran Islam serta memberi sumbang-sih pemikiran bagi keilmuan hukum Islam terkait kedudukan anak angkat di dalam keluarga serta implikasi di dalamnya. b. Menambah wawasan yang lebih luas demi memahami makna dan hakekat sistem kewarisan bagi anak angkat menurut Fiqih dan KHI. c. Penelitian ini akan memberikan kontribusi pemikiran ilmiyah bagi dunia akademisi khususnya pada prodi Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah di bidang Hukum Perdata Islam serta dapat pula dijadikan sebagai bahan acuan untuk penulisan lebih lanjut yang lebih kritis, representative dan luas. 7

2. Secara praktis a. Dapat membuka wawasan dan wacana bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya terkait kewarisan anak angkat yang terjadi di kalangan masyarakat Osing di Desa Grogol Kec. Giri-Banyuwangi. b. Sebagai bahan acuan untuk memenuhi tugas akhir masa studi di Fakultas Syari ah Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah UIN-Malang. E. Definisi Operasional Adapun definisi operasional digunakan untuk menjelaskan kata-kata yang maknanya masih samar. Kata kunci dalam penelitian ini ialah Kewarisan, Anak Angkat, Suku Osing, Fiqih dan KHI. 1. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kewarisan ialah perpindahan harta milik kepada orang lain dilakukan semasa hidup pewaris yaitu dengan cara hibah. 2. Anak Angkat adalah Anak orang lain yang dianggap sebagai anak sendiri oleh orang tua angkat dengan memberikan pengasuhan, pendidikan dan bertanggung jawab atas dirinya yang secara resmi diangkat menurut hukum yang berlaku dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan atau pemeliharaan atas harta kekayaan dalam rumah tangga. 8 3. Suku Using (dilafalkan dengan Osing ) adalah suku asli daerah Jawa-Bali, orang Osing berdiam secara menyebar di Kecamatan Giri, Glagah, Kabat, 8 R. Soeroso, Perbandingan, h. 175. 8

Rogojampi, Banyuwangi, Genteng, Singojuruh, Srono dalam wilayah kabupaten Banyuwangi. 9 4. Fiqih adalah ilmu yang digunakan untuk memahami hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur ân dan Hadist untuk diterapkan pada tindakan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam. Fiqih yang di maksud ialah pendapat para jumhur Ulama atau para imam madzhab dalam menggali atau menemukan suatu hukum. 5. KHI adalah Kompilasi Hukum Islam. Ialah subuah produk hukum yang diambil dari kitab-kitab fiqih klasik. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada skripsi ini secara keseluruhan terdiri atas lima bab, pada masing-masing bab berisi beberapa sub bab yang disusun secara sitematis sebagai berikut: Bab I, merupakan bab pendahuluan yang berisi: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. Bab II yaitu tentang kajian pustaka. Bab ini menjelaskan tentang landasan teoritis yang berkaitan dengan penelitian. Dalam bab ini memuat di antaranya: Pertama, penelitian terdahulu. Kedua, Hukum Kewarisan meliputi: Hukum kewarisan menurut fiqih, kewarisan menurut KHI, korelasi kewarisan menurut fiqih dan KHI dan sistem kewarisan dalam masyarakat Osing Banyuwangi. 9 Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 208. 9

Ketiga, Hukum Pengangkatan Anak berisi: Sosio-Historis pengangkatan anak, pengangkatan anak dalam KHI. Keempat, Agama Hindu dan Kebudayaan Masyarakat Osing Banyuwangi, berisi agama Hindu di Banyuwangi, agama Hindu dan pengaruhnya di Banyuwangi dan makna pengangkatan anak dalam Agama Hindu. Metode Penelitian ialah pada bab III, menjelaskan langkah-langkah bagaimana peneliti melakukan penelitiannya. Dalam bab ini berisi: jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolah data dan metode analisis data. Bab IV merupakan bab yang berisi pemaparan data dan hasil analisisnya. Dalam bab ini ditemukan suatu jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam bab ini meliputi: Pertama,Paparan Kondisi Obyektif Penelitian meliputi: gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi subjektif penelitian, kondisi keagamaan, kondisi pendidikan dan kondisi ekonomi. Kedua, Kedudukan anak angkat dalam keluarga angkat pada masyarakat Osing di Desa Grogol Kecamatan Giri Banyuwangi dan yang ketiga adalah sistem kewarisan bagi anak angkat dikalangan masyarakat Osing di Desa Grogol Kec. Giri-Banyuwangi ditinjau dari Fiqih dan KHI. Bab V merupakan bab penutup. Dalam bab ini dimaksudkan untuk mengakhiri dari proses penelitian. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan beberapa saran peneliti yang tujukan pada diri sendiri maupun pada masyarakat umum yang bersangkutan. 10