BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Hubungan Persepsi..., Adnan, Fakultas Psikologi 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

I. PENDAHULUAN. kepengurusan dengan dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. heterogen terdiri dari penduduk asli, penduduk urbanisasi maupun imigran

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH METRO JAYA RESORT PELABUHAN TANJUNG PRIOK I. PENDAHULUAN. 1. Umum

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. Polisi Republik Indonesia (POLRI) merupakan alat negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH ACEH DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan situasi keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya manusia mempunyai

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PATROLI SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Polisi merupakan sebuah institusi hukum yang cukup tua, setua usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dikarenakan para karyawan bahkan pimpinan kurang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun

BAB 1 PENDAHULUAN. tahap kedua adalah pengkapasitasan inilah yang sering disebut capasity

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepolisian negara lainnya, namun secara universal terdapat adanya

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif menyebabkan kebutuhan akan informasi semakin meningkat.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan modal penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tantangan baru dan berkembang cepat, karenanya perlu kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji,

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai. Kesadaran Pegawai diperlukan dengan mematuhi peraturan-peraturan yang

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA SKRIPSI ADNAN ICHSAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENGAMANAN OBYEK VITAL UNIT PAM OBVIT POLRES LOMBOK TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. khususnya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia disini adalah

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam civilian police yang

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

III. METODE PENELITIAN. yang bertujuan mendeskrifsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah salah satu organisasi pemerintahan yang berfungsi untuk menjaga keamanan serta ketertiban ditengah masyarakat disamping itu juga bertugas dalam melakukan penyelidikan terhadap perkara-perkara kriminal. Definisi kepolisian menurut Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1997 pasal 1 dan Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 pasal 1 ialah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah kepolisian nasional di Indonesia yang bertanggung jawab langsung dibawah Presiden. Kepolisian Negara Republik Indonesia mengemban tugas-tugas kepolisian diseluruh wilayah Indonesia. POLRI merupakan alat negara yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan keamanan dalam negeri, termasuk di dalamnya mengemban tugas pokok sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum serta melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. POLRI sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 memiliki tugas pokok yang meliputi antara lain; memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. POLRI memiliki lima fungsi operasional kepolisian yang memiliki tugas masing-masing yaitu fungsi Intelijen, fungsi Reserse, fungsi Lalu Lintas, fungsi Bimbingan Masyarakat dan fungsi Samapta Bhayangkara. Adapun salah satu fungsi operasional yang menjadi fokus peneliti adalah fungsi Samapta Bhayangkara yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan satuan Sabhara POLRI, ini adalah salah satu dari fungsi teknis operasional POLRI yang mengemban tugas utama bersifat preventif atau pencegahan. Patroli, pengaturan, penjagaan, dan pengawalan serta pelayanan masyarakat adalah tugas-tugas esensial bagi satuan ini, yang sasaran utama nya adalah menghilangkan atau 1

2 sekurang-kurangnya meminimalisasi bertemunya niat dan kesempatan terjadinya pelanggaran atau kejahatan (http://museum.polri.go.id). Sethiadi (2014) menyebutkan, bahwa turunnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum merupakan tantangan dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat. Perbedaan pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, kondisi sosial, kesenjangan kesejahteraan, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, serta kepadatan penduduk merupakan faktor korelatif kriminogen dan police hazard yang apabila tidak dibina dan dikelola secara baik dapat mendorong munculnya kejahatan konvensional. Hal ini menyebabkan meningkatnya tantangan tugas POLRI khususnya sabhara di tengah masyarakat dalam menegakkan hukum dan memberikan pelayanan yang optimal demi terciptanyan keamanan dan ketertiban khususnya di Polres Pelabuhan Tanjung Priuk, maka itu perlunya dorongan yang lebih kuat pada satuan sabhara sebagai pelaksana tugas dilapangan yaitu motivasi untuk mencapai hasil yang lebih baik dan sesuai dengan visi misi POLRI sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung ditengah masyarakat. Brahmasari (2009), mengemukakan bahwa pemahaman motivasi, baik yang ada dalam diri individu maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja. Hal ini seorang pemimpin perlu mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi (iklim) organisasi melalui pembentukan budaya kerja atau budaya organisasi sehingga para anggota merasa terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja yang dicapai juga tinggi. Pemberian motivasi harus diarahkan dengan baik menurut prioritas dan dapat diterima dengan baik oleh anggota, karena motivasi tidak dapat diberikan untuk setiap anggota dengan bentuk yang berbeda beda. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Suranta, 2002). Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Waridin dan Bambang Guritno, 2005). Hal tersebut sejalan dengan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Wagimo & Ancok (2011) bahwa pemimpin yang berorientasi pada

3 bawahan dikaitkan dengan peningkatan motivasi kerja serta produktifitas kerja, dan pemimpin yang berorientasi pada hasil kerja cenderung dikaitkan dengan penurunan motivasi kerja serta penurunan produktifitas kerja. Kepemimpinan memainkan peran yang dominan, krusian dan kritikal dalam keseluruhan upaya dalam meningkatkan motivasi kerja, baik pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka apabila dibandingkan dengan kondisi Polres pelabuhan tanjung priok dimana anggota Sabhara sebagai satuan pelaksana tugas di kewilayahan ini memiliki karakteristik tersendiri, dimana wilayah hukumnya mayoritas berisi obyek vital nasional. Dalam melaksanakan tugas fungsi sabhara Polres pelabuhan tanjung priok dituntut harus memiliki kecakapan dalam membaca situasi keamanan karena wilayah hukumnya yang tidak terlalu luas dan banyak masyarakat yang memasuki wilayah pelabuhan adalah pengguna jasa, sehingga dalam pelaksanaan tugas tidak sesibuk dibandingkan dengan Polres lain di wilayah hukum polda metro jaya, namun kegiatan rutinitas seperti patroli, penjagaan, pengaturan, dan pengawalan harus tetap berjalan, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan bongkar muat kendaraan yang dicurigai membawa benda benda terlarang dan juga pengamanan arus embarkasi dan debarkasi kapal beserta pemeriksaan barang dan penumpang sebagai antisipasi adanya tindak kejahatan dan penyelundupan benda benda terlarang memasuki wilayah Pelabuhan Tanjung Priok. Oleh karena mengemban tugas pokok yang berat serta dengan segala resiko tugas yang harus dihadapi, tentunya membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang tepat sebagai sarana dalam memberikan motivasi terhadap anggotanya dalam melaksanakan tugas merupakan hal yang sangat penting dan memberikan pengaruh disatuan Sabhara. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dengan anggota sabhara dilapangan bahwa sembilan dari sepuluh orang mengeluhkan kurang tepatnya gaya kepemimpinan atasan mereka yang diawali dengan kondisi anggota Sabhara yang mengeluhkan akan kebijakan dan gaya kepemimpinan dari atasan kepada anggota ketika berinteraksi terutama saat memberikan instruksi atau perintah tugas yang dirasa kurang menyenangkan, yaitu memberikan perintah yang harus dilaksanakan sesuai

4 dengan keinginan pemimpinnya tanpa mengenali situasi lapangan dan kondisi anggota yang sedang bertugas, selain itu bawahan melihat bahwa pemimpinnya terkesan arogan dalam memberikan perintah, di saat apel pemimpin terkesan sangat senang ketika memarahi anggota di depan umum dengan alasan memberikan nasehat kepada anggota lain agar tidak melakukan hal yang sama. hal ini berdampak dengan menurunnya motivasi berprestasi anggota dalam melaksanakan perintah atasan.di dalam ruang lingkup tugas anggota Sabhara di Polres Pelabuhan banyak didapati anggota yang menurun motivasi kerjanya dan memberi pengaruh kepada prestasi kerja. Penurunan motivasi kerja tersebut dapat diketahui dari merosotnya angka kedisiplinan seperti tingkat kehadiran anggota dalam melaksanakan tugas sehari-hari yaitu datang terlambat disaat apel sejumlah tiga sampai lima orang tanpa alasan yang tepat, kecenderungan untuk menghindari atasan dikantor maupun dilapangan agar tidak diberikan instruksi pekerjaan. Beberapa fenomena diatas bisa diketahui bahwa seorang pemimpin sangat berperan penting dalam menunjang proses pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh Sabhara dimana dalam hal ini adalah untuk memberikan motivasi kepada bawahannya agar bersemangat disaat bertugas. Oleh sebab itu seorang atasan Sabhara diharapkan mempunyai gaya kepemimpinan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja anggota Sabhara serta membantu dalam merealisasikan visi dan misi POLRI itu sendiri dalam rangka memberikan pelayanan dan menciptakan keamanan ditengah masyarakat. Hal tersebut menjadikan peneliti berkeingian untuk melihat apakah terdapat hubungan antara Persepsi gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi anggota sabhara Polres Pelabuhan Tanjung Priok. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan, peneliti mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian yaitu : persepsi gaya kepemimpinan dengan motivasi berprestasi pada anggota sabhara Polres pelabuhan tanjung priok. Sabhara adalah salah satu divisi penunjang tugas pokok kepolisian yang bertugas untuk menciptakan keteraturan, menjaga, mengawal serta melakukan

5 patroli. Sabhara yang berada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta khususnya Sabhara di wilayah hukum Polres Pelabuhan tanjung priok yang memiliki pekerjaan yang berat dan memiliki resiko tinggi karena sebagaimana telah diketahui bahwa Pelabuhan tanjung priok merupakan pelabuhan tersibuk di Asia tenggara dan merupakan objek vital nasional yang merupakan pusat bisnis, perekonomian sehingga jenis dan ragam kerawanan dan tindak kriminal yang mungkin akan terjadi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keamanan POLRI juga sangat tinggi. Misalnya, dengan tingginya jumlah demonstrasi yang terjadi di pintu-pintu masuk Pelabuhan, mulai dari demonstrasi yang bersifat damai maupun anarkis, yang terkadang sampai menutup jalan sehingga lalu lintas barang yang eksport maupun import akan terhambat. Berdasarkan fenomena yang ada bahwa seorang bawahan melihat atasannya terkesan arogan dan seenaknya dalam memberikan perintah, selain itu seorang bawahan terkadang dimarahai didepan umum yang membuat anggota tersebut mau dan memberi efek jera bagi anggota lain, hal ini menyebabkan buruknya persepsi anggota terhadap atasannya persepsi adalah proses kategorisasi organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial (mengambil kesimpulan), hal ini diungkapkan oleh menurut Sarlito W. Sarwono (dalam Mochamad, 2004). Dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya maka para angota Shabara harus terus termotivasi untuk melaksanakan setiap instruksi atau tugas yang diberikan oleh atasan atau komandan. Oleh karena hal tersebut, dalam mengatasi penurunan motivasi kerja yang berdampak pada menurunnya kualitas kerja tersebut adalah dengan adanya pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang tepat dan berfungsi sekaligus sebagai pemberi motivasi bagi anggotanya dan tentunya saja membantu dalam mewujudkan cita-cita Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan NKRI yang damai serta selalu aman bagi siapapun.

6 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka di dalam penelitian ini permasalahan dibatasi oleh hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan dengan motivasi berprestasi anggota satuan Sabhara Polres Pelabuhan Tanjung Priok. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang sudah disebutkan, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan dengan motivasi berprestasi anggota satuan Sabhara Polres Pelabuhan Tanjung Priok? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan terhadap motivasi berprestasi anggota polisi satuan Sabhara Polres Pelabuhan Tanjung Priok. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menggali informasi bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan pelaksanaan bagi praktisi dilapangan, yaitu : 1.6.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya gaya kepemimpinan terhadap motivasi berprestasi pada anggota polisi satuan Sabhara pada kondisi nyata di lapangan. 1.6.2 Manfaat praktis a. Bagi komandan Sabhara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi agar dapat membangun gaya kepemimpinan yang tepat sehingga mampu meningkatkan motivasi berprestasi anggota.

7 b. Bagi anggota Sabhara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi agar mampu memahami gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh komandannya dan memahami sejauhmana motivasi berprestasinya. c. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi dalam membuat dan mengembangkan penelitian yang relevan dan berkaitan dengan persepsi gaya kepempimpinan terhadap motivasi berprestasi. d. Bagi lembaga kepolisian, terkhusus polisi pada divisi Sabhara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi masukan bagi para pemimpin atau komandan dalam menerapkan gaya kepemimpinan terhadap anggotanya. 1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah korelasional. Korelasional adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2009). 1.7.2 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut individu atau objek yang mempunyai variasi antara suatu dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain nya. Menurut Kerlinger (2006) mengatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Adapun pengidentifikasian variabel dalam penelitian ini adalah : a. Variabel bebas : Persepsi Gaya Kepemimpinan b. Variabel terikat : Motivasi Berprestasi 1.7.3 Subjek Penelitian

8 Dalam pengambilan ukuran sampel, peneliti mendapatkan jumlah sampel sebanyak 45 orang anggota sat sabhara Polres pelabuhan tanjung priok. Teknik pengambilan sampel dengan Random Sampling.